• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: POKOK-POKOK PENDAMPINGAN IMAN REMAJA

B. GAMBARAN UMUM KAUM REMAJA

5. Lingkungan Hidup Remaja

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2012: 138-159), ada tiga lingkungan yang sangat bepengaruh dalam hidup remaja dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan primer setiap individu, sejak dia lahir sampai datang masanya ia meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan primer, hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya. Karena itu sebelum ia mengenal norma-norma dan nilai-nilai dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan kepribadiannya. Jika orang tua menanamkan nilai-

nilai dan norma-norma yang positif, maka anaknya berkembang secara positif, sebaliknya jika orang tua menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang negatif, maka anak juga menyerap hal-hal yang negatif.

b. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah adalah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah lingkungan sekolahnya. Sebagai lembaga pendidikan, sebagaimana halnya dalam keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat di samping mengajarkan berbagai keterampilan dan kepandaian kepada para siswanya. Teman serta guru menjadi orang yang sangat penting baginya, karena di situlah individu menemukan nilai- nilai dan norma baru.

Bagi remaja sekolah lebih berpengaruh dari pada keluarga, sebab sekolah mempunyai lebih banyak cara pendekatan, dan lebih obyektif dalam menilai remaja. Guru adalah orang yang penting baginya, karenadi situlah individu bertemu dengan pemikiran-pemikiran dan nili-nilai baru yang dengan sengaja dihadapkan kepadanya. Kehidupan di sekolah memungkinkan timbulnya persabatan-pesahabatan. Salah satu segi dari perkembangan ialah perkembangan minat. Minat sebagai suatu hasil pengalaman yang tumbuh dalam individu dan dianggapnya bernilai merupakan kekuatan yang mendorong idividu untuk berbuat sesuatu. Dengan bertambahnya pengetahuan mereka dapat timbul minat-minat yang baru pula.

c. Lingkungan Masyarakat

Masyarakat sebagai lingkungan tertier (ketiga) adalah lingkungan yang terluas bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan. Terutama dengan maju pesatnya teknologi komunikasi massa maka hampir-hampir tidak ada batas-batas geografis, etnis, politis, maupun sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Istilah, gaya hidup, nilai dan perilaku yang dimasyarakatkan melalui media massa ini, pada gilirannya remaja akan dihadapkan kepada berbagai pilihan yang tidak jarang menimbulkan pertentangan batin di dalam remaja itu sendiri. Pertentangan batin itu bisa berupa ”konflik” (menurut istilah Kurt Lewin) yang ada beberapa macam jenisnya (Sarlito Wirawan Sarwono, 1986: 144), yaitu :

Konflik mendekat-mendekat: dimana ada dua hal yang sama kuat nilai positifnya, tapi saling bertentangan. Misalnya seorang remaja sudah berjanji kepada kawan-kawannya untuk ikut berkemah (hal positif pertama), tetapi ia tidak mau membantah orangtuanya yang masih disegani (hal positif kedua).

Konflik menjauh-menjauh: dimana ada dua hal yang harus dihindari akan tetapi tidak mungkin keduanya dihindari sekaligus. Misalnya seorang remaja tahu bahwa teman-temanya banyak yang nakal bahkan menjurus pada kejahatan (hal negatif pertama). Ia ingin menyingkir dari kelompok itu, tetapi ia tidak berpaling kepada orang tuanya karena ia sudah jenuh, bosan, dan marah kepada orang tuanya (hal negatif kedua).

Konflik mendekat-menjauh: yaitu jika suatu hal tertentu sekaligus mengandung nilai posistif dan negatif. Misalnya seorang remaja diajak untuk menonton film cabul di rumah seorang kawannya. Ia sangat ingin menonton film itu karena keingintahuannya (nilai positif), tetapi ia pun tahu bahwa film itu tidak boleh dilihatnya (hal negatif).

6. Problem Remaja

Sesuatu disebut problematik apabila menyimpang dari yang seharusnya. Problem dapat disebabkan oleh tidak terpenuhnya dambaan dalam remaja, juga disebabkan oleh perbenturan dengan otoritas di luar dirinya yang cendrung mengaturnya seperti: keluarga, sekolah, masyarakat (Tangdilintin, 1984: 24). Adapun problematik kaum muda/remaja menurut Tangdilintin (1984: 24- 42), sebagai berikut:

a. Problem dalam Keluarga

Dalam hubungan keluarga remaja sering mengalami perbedaan pandangan dan pengertian dengan orang tua mengenai paham akan nilai dan moral. Para remaja mengganggap orang tua berpedomaan pada nilai tempo dulu, sementara remaja cenderung mengikuti perkembangan zaman kini dan melihat ke depan (future oriented). Orang tua di anggap kurang memberikan perhatian dan pengertian yang dibutuhkan oleh remaja. Orang tua yang broken home membuat kewibawaan menurun, posisi anak dalam keluarga (bungsu, sulung). Semua itu membuat remaja merasa kurang damai, kurang aman, tidak krasan tinggal di rumah sehingga mereka tidak berkembang secara penuh.

b. Problem dalam Masyarakat

Pada masyarakat transisi, remaja mengalami permasalahan dengan tuntutan aturan main yang terlalu ketat, keseragaman perilaku yang distandarkan

pengaruh budaya hidup materialisme, hedonisme dan konsumerisme. Permas alahan tersebut membawa dampak bagi remaja seperti; frustasi, apatis dan merasa

tidak aman dalam masyarakat transisi. c. Problem dalam Gereja

Gereja yang sedang mencari identitas baru, dalam masa transisi dari gereja skaramen kepada Gereja umat Allah. Kadar kesadaran akan kewargaan dalam pola Gereja umat Allah masih rendah untuk Gereja berdikari; belum jelasnya konsep inkulturasi iman sikap tak mau berubah dari umat, kemerosotan kesadaran akan perbuatan dosa dan upaya untuk bertobat dalam hubungan dengan nilai-nilai moral. Situasi gereja yang demikian membuat remaja belum mendapat perhatian atau kurang diperhitungkan sehingga mereka merasa terasing, merasa tidak diterima dan kurang dihargai. Maka remaja menggaggap gereja adalah urusan orang tua karena mereka kurang kerasan.

d. Problem dalam Diri Sendiri

Dinamika hidup kaum remaja sulit diduga. Di satu saat remaja kelihatan begitu ceria saat lain begitu sedih, loyo. Satu saat menampikan diri beda dari temannya, saat lain justru meniru-niru orang yang dianggap „nyentrik‟. Mereka sibuk mencari tokoh idola, biasanya di kalangan bintang film, pemusik/penyanyi tenar, olahragawan/olahragawati. Permasalahan dalam diri remaja umumnya berpangkal dari dirinya sendiri yang masih serba labil dan terbuka terhadap pengaruh luar mengenai seksualitas, aktualisasi diri, ingin bebas dari kekangan

orang tua, kurang menyadari potensi diri, rendah diri. Akibatnya para remaja menjadi kurang percaya diri, bingung dan mengalami ketidakpastian dan kesuraman masa depan.

Dokumen terkait