• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya peningkatan pendampingan iman remaja putri di Asrama Dharmawati Sintang Kalimantan Barat dengan katekese model Shared Christian Praxis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya peningkatan pendampingan iman remaja putri di Asrama Dharmawati Sintang Kalimantan Barat dengan katekese model Shared Christian Praxis."

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Judul skripsi adalah UPAYA PENINGKATAN PENDAMPINGAN IMAN REMAJA PUTRI DI ASRAMA DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT DENGAN KATEKESE MODEL SHARED

CHRISTIAN PRAXIS. Adapun latar belakang pemilihan judul ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis akan pelaksanaan pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati, yang secara khusus penulis rasakan sewaktu membantu menjadi pendamping di asrama Dharmawati. Kegiatan pendampingan iman di asrama Dharmawati seperti ekaristi, ziarah, rekoleksi/ret-ret, rosario, ibadat sabda sudah terprogram dengan baik. Namun kaum remaja mengikuti kegiatan pendampingan iman kelihatannya karena aturan asrama yang wajib diikuti oleh setiap anggota asrama. Selain itu juga model dan metode yang digunakan kurang menarik dan kurang relevan dengan kehidupan remaja di asrama Dharmawati. Situasi tersebut mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai proses pelaksanaan pendampingan iman di asrama Dharmawati dan mengupayakan suatu kegiatan yang dapat menarik dan melibatkan kaum remaja dalam pendampingan tersebut.

Tujuan dari penulisan skripsi adalah memperoleh data mengenai pendampingan iman yang ideal, memperoleh gambaran pelaksanaan pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati untuk membantu remaja berkembang menjadi remaja yang dewasa, bertanggungjawab dan beriman serta memberikan satu model kegiatan yang cocok untuk menarik perhatian kaum remaja semakin terlibat aktif dalam proses pelaksanaan pendampingan iman.

Bertolak dari tujuan penulisan, penulis memperoleh data-data mengenai pelaksanaan pendampingan iman di asrama Dharmawati dengan melakukan penelitian yang didukung oleh studi pustaka. Penelitian dilakukan dalam bentuk kuesioner dan wawancara kepada para responden. Hasil dari penelitian terungkap bahwa pendampingan iman yang dilakukan selama ini terasa monoton, membosankan dan kurang bervariasi.

(2)

ABSTRACT

The title of my thesis THE WAY IMPROVING FAITH FOR FEMALE TEENAGERS AT DHARMAWATI DORMITORY SINTANG

WEST KALIMANTAN USING SHARED CHRISTIAN PRAXIS

CATECHESIS MODEL. The background of this title selection starts from the author concern with the in which implementation in mentoring teenagers faith in Dharmawati dormitory. In particular, the author feels when she helping works as an dormitory chaperone. Faith mentoring activities such as Eucharist, pilgrimages, recollection/retreat, rosary prayers and worship prayer has been programmed regularly. But young people who participated in this actkvities apparently join in because of rules that reguire them. In addition the models and methods that are used are not attractive and nor relevant to the lives of young people in the Dharmawati dormitory. Seeing this situation, author of fait mentoring investigate in Dharmawati dormitory and creating an activity which can certainly attract and involve young people in this faith mentoring.

The aim of this thesis was to obtain data on how to improve faith mentoring, to obtain an overview in implementing faith mentoring of female teenagers in Dharmawati dormitory to help them developing maturenity, responsibility and more faithful also to provide suitable model of activities to attract the attention of young people to get involve actively in faith mentoring process.

(3)

i

UPAYA PENINGKATAN PENDAMPINGAN IMAN REMAJA PUTRI DI ASRAMA DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT

DENGAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Domisia Viviati NIM: 091124023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

(7)

v MOTTO

“Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Maret 2015 Penulis,

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertada tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama: Domisia Viviati

NIM : 091124023

Menyatakan bahwa demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memeberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

UPAYA PENINGKATAN PENDAMPINGAN IMAN REMAJA PUTRI DI ASRAMA DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT DENGAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS beserta perangkat yang diperlukan (jika ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 17 Maret 2015

Yang menyatakan

(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi adalah UPAYA PENINGKATAN PENDAMPINGAN IMAN REMAJA PUTRI DI ASRAMA DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT DENGAN KATEKESE MODEL SHARED

CHRISTIAN PRAXIS. Adapun latar belakang pemilihan judul ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis akan pelaksanaan pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati, yang secara khusus penulis rasakan sewaktu membantu menjadi pendamping di asrama Dharmawati. Kegiatan pendampingan iman di asrama Dharmawati seperti ekaristi, ziarah, rekoleksi/ret-ret, rosario, ibadat sabda sudah terprogram dengan baik. Namun kaum remaja mengikuti kegiatan pendampingan iman kelihatannya karena aturan asrama yang wajib diikuti oleh setiap anggota asrama. Selain itu juga model dan metode yang digunakan kurang menarik dan kurang relevan dengan kehidupan remaja di asrama Dharmawati. Situasi tersebut mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai proses pelaksanaan pendampingan iman di asrama Dharmawati dan mengupayakan suatu kegiatan yang dapat menarik dan melibatkan kaum remaja dalam pendampingan tersebut.

Tujuan dari penulisan skripsi adalah memperoleh data mengenai pendampingan iman yang ideal, memperoleh gambaran pelaksanaan pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati untuk membantu remaja berkembang menjadi remaja yang dewasa, bertanggungjawab dan beriman serta memberikan satu model kegiatan yang cocok untuk menarik perhatian kaum remaja semakin terlibat aktif dalam proses pelaksanaan pendampingan iman.

Bertolak dari tujuan penulisan, penulis memperoleh data-data mengenai pelaksanaan pendampingan iman di asrama Dharmawati dengan melakukan penelitian yang didukung oleh studi pustaka. Penelitian dilakukan dalam bentuk kuesioner dan wawancara kepada para responden. Hasil dari penelitian terungkap bahwa pendampingan iman yang dilakukan selama ini terasa monoton, membosankan dan kurang bervariasi.

(11)

ix ABSTRACT

The title of my thesis THE WAY IMPROVING FAITH FOR FEMALE TEENAGERS AT DHARMAWATI DORMITORY SINTANG WEST KALIMANTAN USING SHARED CHRISTIAN PRAXIS CATECHESIS MODEL. The background of this title selection starts from the author concern with the in which implementation in mentoring teenagers faith in Dharmawati dormitory. In particular, the author feels when she helping works as an dormitory chaperone. Faith mentoring activities such as Eucharist, pilgrimages, recollection/retreat, rosary prayers and worship prayer has been programmed regularly. But young people who participated in this actkvities apparently join in because of rules that reguire them. In addition the models and methods that are used are not attractive and nor relevant to the lives of young people in the Dharmawati dormitory. Seeing this situation, author of fait mentoring investigate in Dharmawati dormitory and creating an activity which can certainly attract and involve young people in this faith mentoring.

The aim of this thesis was to obtain data on how to improve faith mentoring, to obtain an overview in implementing faith mentoring of female teenagers in Dharmawati dormitory to help them developing maturenity, responsibility and more faithful also to provide suitable model of activities to attract the attention of young people to get involve actively in faith mentoring process.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi yang berjudul UPAYA PENINGKATAN PENDAMPINGAN IMAN REMAJA PUTRI DI ASRAMA

DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT DENGAN

KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS .

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas sanata Dharma Yogyakarta. Melalui skripsi ini penulis ingin memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan pendampingan iman kaum remaja putri di asrama Dharmawati Sintang dengan katekese.

Terususunya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini dengan tulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung SJ, M.Ed selaku dosen pembimbing utama sekaligus dosen pembimbing dosen akademik yang telah meluangkan waktu memimbing penulis dengan penuh kesabaran, perhatian, masukan dan kritikan sehingga penulis termotivasi untuk mengerjakan dan menyelsaikan penulisan skripsi ini.

(13)

xi

3. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen penguji ketiga yang memberi semangat dan perhatian serta mengingatkan penulis untuk tekun menulis skripsi.

3. Segenap staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah mendampingi dan mendidik penulis selama belajar dan menyusun skripsi ini.

4. Segenap staf Sekertariat dan perpustakaan Prodi IPPAK dan seluruh karyawan yang telah mendukung penulis selama penulis belajar dan menyusun skripsi ini.

5. Pemimpin Komunitas, suster pendamping asrama serta seluruh para suster di komunitas Dharmawati serta seluruh warga asrama khususnya siswi kelas XI, XII SMA/SMK selaku subyek peneliti.

6. Para suster anggota kongregasi SMFA khususnya para suster di komunitas Yogyakarta yang telah memberi perhatian, dukungan dan motivasi lewat doa, kerjasama yang baik sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini.

7. Dewan pimpinan kongregasi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba pengetahuan di Universitas Sanata Dharma.

8. Bapak ibu serta adik-adikku yang telah memberi dukungan dan semangat dalam menyelsaikan studi dan skripsi ini.

(14)

xii

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 17 Maret 2015 Penulis,

(15)
(16)

xiv

B. GAMBARAN UMUM KAUM REMAJA... 1. Pengertian Remaja... 2. Ciri-ciri Masa Remaja ………... a. Masa Remaja Sebagai Periode Yang Penting……… b. Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan………... c. Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan………... d. Masa Remaja Sebagai Usia Bermasalah……… e. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas. ……… f. Masa Remaja Sebagai Masa Yang Menimbulkan Ketakutan…… g. Masa Remaja Adalah Masa Yang Tidak Realistik………. h. Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa………. 3. Minat-minat Remaja... g. Minat Dalam Simbol Status………. 4. Perkembangan Remaja………...

(17)

xv

a. problem Dalam Keluarga………... b. Problem Dalam Masyarakat……….... c. Problema Dalam Gereja……….. d. Roblem dalam diri sendiri... C. PENDAMPINGAN IMAN REMAJA...

1. Pengertian Pendampingan Iman Remaja... 2. Ciri Pendampingan Iman Kaum Remaja... 3. Tujuan Pendampingan Iman Remaja... 4. Kualifikasi Pribadi Pendampingan Iman……… a. Sebagai Pribadi………... b. Hubungan Dengan Peserta………... c. Sebagai Pemimpin……….... BAB III: PENDAMPINGAN IMAN REMAJA DI ASRAMA

DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT... (5) Devosi Kepada Bunda Maria……….. (6) Doa Bersama………... c. Kegiatan Hari Libur……….. B. Penelitian Terhadap Pendampingan Iman Remaja Di Asrama

(18)

xvi f. Waktu Dan Tempat Penelitian………. g. Variabel Penelitian………... C. Laporan Hasil Penelitian pendampingan iman di Asrama

Dharmawati... 1. Identitas Responden………. 2. Pendampingan Iman Di Asrama………. 3. Faktor- faktor Pendukung Pendampingan Iman……….. 4. Faktor- faktor Penghambat Pendampingan iman………. D. Hasil Wawancara Dengan Staf Inti Asrama... E. Pembahasan Hasil Penelitian Pendampingan Iman Remaja

Di Asrama Dharmawati Sintang………... 1. Identitas Responden………... 2. Pendampingan Iman Yang Dilaksankan Di Asrama……….. 3. Faktor- faktor Pendukung Pendampingan iman………. 4. Faktor- faktor Penghambat Pendampingan iman………... F. Kesimpulan Hasil Penelitian Pendampingan Iman Remaja

Di Asrama Dharmawati Sintang……… BAB IV: PENINGKATAN PELAKSANAAN PENDAMPINGAN IMAN

REMAJA DENGAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)... A. Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP)... 1. Pengertian SCP... a. Shared………... b. Christian………... c. Praxis………... 2. Langkah- langkah Katekese Model Shared Christian Praxis……….

(19)

xvii

a. Langkah I (pertama) : Pengungkapan Pengalaman Praksis

Faktual………..

b. Langkah II (kedua) : Refleksi Kritis Pengalaman Faktual ……. c. Langkah III (ketiga) : Mengusahakan Supaya Tradisi Dan Visi

Kristiani Lebih Terjangkau………... d. Langkah IV (keempat) : Interprestasi Dialektik Antara Praksis

Dan Visi Peserta Dengan Tradisi Dan Visi Kristiani…………... e. Langkah V (Kelima): Keterlibatan Baru Demi Makin

Terwujudnya Kerajaan Allah………... 3. Alasan menggunakan model Shared Christian Praxis…………... B. Usaha Peningkatan Pendampingan Iman Remaja... 1. Pengertian Peningkatan...

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ... Lampiran 2: Surat Bukti Penelitian... Lampiran 3: Lembar Kuesioner... Lampiran 4: Panduan Wawancara Dengan Staf Inti asrama...

(20)

xviii

Lampiran 5: Hasil Wawancara Dengan Staf Inti Asarama……… Lampiran 6 : Daftar Nama Responden... Lampiran 7: Acara Harian Asrama... Lampiran 8 : Bacaan Kitab Suci... Lampiran 9: Lagu-lagu untuk Katekese SCP...

(21)

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta. 2002.

B. Singkatan Dokumen Gereja

AA: Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang KerasulanAwam (18 November 1965)

PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam

GE : Gravissimum Educationis, Pernyataan Konsili Vatikan II Tentang Pendidikan Kristen,

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja tanggal 21 November 1964

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965

EN : Evangeli Nutiandi, Paus Paulus VI, diterjemahkan oleh R Hardawiryana,SJ

DOKPEN-KWI, Jakarta, 1995.

DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Tentang Wahyu Ilahi, diterjemahkan oleh

(22)

xx

EG : Evangelii Gaudium, Paus Fransiskus,Seruan Apostolik, 24 November 2013. DOKPEN- KWI, Jakarta, Juli 2014.

C.Singkatan Lain Art : Artikel

SMA : Sekolah Menengah Atas SMK : Sekolah Menegah Kejuruan HP : Hand Phone

FB : Facebook

LCD : Liquid Crystal Display

SMFA : Suster Misi Fransiskan Antonius SCP : Shared Christian Praxis

(23)
(24)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini, penulis menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan judul skripsi, diantaranya adalah tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan periode dari masa anak menuju masa dewasa, di mana anak mengalami pertumbuhan yang cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak baik berdasarkan pada bentuk, cara berpikirnya dan sikap, akan tetapi mereka belum dewasa dan matang (Bambang Soetawan, 1974: 19). Pada masa ini remaja masih harus menerima banyak dari orang lain, tetapi dari dirinya sendiri juga ingin memberi. Untuk itulah mereka harus mengembangkan dirinya agar maju dan menjadi dewasa. Menjadi dewasa adalah suatu proses perkembangan yaitu remaja harus menerima dirinya sendiri dan kemudian dapat menilai kemampuan-kemampuannya dalam bidang jasmani, pikiran, perasaan dan dalam bidang rohani.

(25)

mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup. Perubahan-perubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi.

Arus perubahan kehidupan yang berjalan amat cepat cenderung membuat individu merasa hanya seperti sebuah robot dari pada seorang makhluk utuh yang memiliki di dalam dirinya suatu keyakinan akan identitas diri sebagai seorang pribadi. Perubahan dan pembaharuan pola kehidupan yang sedang berlangsung di sekitar dirinya secara terus menerus tentu saja akan membawa dampak tertentu. Maka pendampingan secara rohani adalah suatu cara dalam rangka membangun manusia yang beriman. Oleh karenanya pendampingan iman bagi remaja yang paling tepat untuk saat ini adalah dengan cara mempelajari dan memahami proses perubahan dan situasi remaja dan selanjutnya mengusahakan pendekatan-pendekatan yang tepat.

(26)

bimbingan dan pembinaan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungan sosialnya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Bimbingan dan pendampingan dapat dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Perhatian terhadap remaja adalah menjadi penting. Konsili Vatikan II dalam Dekrit Tentang Kerasulan Awam dikatakan bahwa berbagai bidang kerasulan bagi kaum muda “Kaum muda merupakan kekuatan yang amat penting dalam masyarakat sekarang. Selanjutnya hendaknya kaum dewasa dalam suasana persahabatan berusaha menjalin dialog dengan kaum muda, sehingga keduanya saling mengenal, saling bertukar kekayaan masing-masing” (AA, art, 12). Peranan ini merupakan kelaziman bagi remaja, karena yang berusia muda pada umumnya sedang menempuh proses perkembangan, menempuh dunia pendidikan, dan secara psikologis sering dikatakan sedang masa peralihan, baik dari sudut biologis maupun dari sudut sosiologis.

(27)

Dharmawati Sintang merupakan bagian dari Gereja dan masyarakat. Mereka adalah siswa SMU Panca Setya dan SMK Budi Luhur milik Yayasan Sukma Sintang. Mereka datang dari daerah yang berbeda, bahasa, latar belakang yang berbeda, meskipun masih lingkup daerah Kalimantan Barat. Antara satu dengan yang lain berbeda dalam berbagai hal seperti minat, bakat dan sifat-sifat kepribadian serta kebiasaan hidup dalam keluarga masing-masing yang mereka bawa ke asrama.

Keragaman ini tentu memperkaya satu sama lain, tetapi juga menjadi suatu perjuangan untuk dapat memahami dan menerima apa yang menjadi perbedaan dari setiap pribadi. Dalam rangka membantu mereka untuk menemukan identitas dan jati dirinya, serta membantu penghuni asrama mampu memahami dirinya dan lingkungannya, maka di asrama ada berbagai kegiatan yang mendukung perkembangan kepribadian mereka. Adapun kegiatan yang dilaksanakan tidak hanya kegiatan fisik tetapi juga kegiatan rohani, sehingga menjadi pribadi yang beriman dan bertanggung jawab atas kelangsungan hidupnya.

(28)

pendampingan, para pendamping bertindak sebagai fasilitator yang membantu peserta untuk dapat mengungkapkan diri secara lebih leluasa.

Hubungan antara pendamping dan yang didampingi adalah sebagai sahabat dan teman dialog yang saling membantu, saling meneguhkan satu sama lain. Diharapkan di dalam proses pendampingan keduanya mampu berdialog secara terbuka, saling mendengarkan, sehingga satu sama lain merasa dikuatkan atau diteguhkan (Tangdinlintin, 1981: 76). Agar pelaksanaan pendampingan iman menyentuh aspek kehidupan individu penghuni asrama, maka pendamping di asrama memiliki sikap proaktif, serta mengetahui, mengenal dan memahami kaum remaja, ciri, problem, situasi perkembangan serta minat remaja. Dengan demikian pendampingan iman sesuai dengan keadaan atau situasi kaum remaja serta bagaimana pendampingan dapat membantu dan menanggapi kebutuhan mereka, sehingga mereka merasa tertarik dalam kegiatan tersebut dan buah-buahnya dapat diwujudkan dalam tindakan nyata.

Pendampingan yang dilakukan selama ini adalah, rekoleksi, retret, rosario, ambil bagian tugas doa di lingkungan, ekaristi harian dan hari Minggu. Jenis kegiatan rohani seperti retret, rekoleksi, doa rosario, ekaristi, berjalan dengan baik. Maka muncul inspirasi bagi penulis untuk memberi sumbangan untuk pendampingan iman remaja yang ada di asrama Dharmawati tersebut dengan katekese model Shared Christian Praxis.

(29)

asrama yang serba teratur di tengah situasi dan perkembangan zaman yang begitu modern. Ini dilaksanakan sesuai dengan situasi dan keadaan mereka, sehingga dapat membantu mereka untuk bertumbuh dan berkembang ke arah yang baik, terutama bertumbuh dalam iman akan Yesus Kristus.

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis merumuskan judul: ”Upaya Peningkatan Pendampingan Iman Remaja Putri di Asrama Dharmawati Sintang dengan Katekese Model Shared Christian Praxsis

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendampingan iman remaja yang ideal?

2. Sejauh mana pelaksanaan pendampingan iman di asrama Dharmawati sesuai dengan situasi konkrit remaja?

3. Bagaimana katekese model Shared Christian Praxis dapat digunakan untuk pelaksanaan pendampingan iman remaja?

C. Tujuan Penulisan

1. Memaparkan dan mengetahui apa itu pendampingan iman bagi remaja putri yang ideal.

2. Untuk memberi gambaran tentang pelaksanaan pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati Sintang.

(30)

D. Manfaat Penulisan

1. Tersedianya bentuk kegiatan yang sesuai dengan situasi remaja untuk meningkatkan pendampingan iman di asrama Dharmawati, Sintang- Kalimantan Barat.

2. Memperoleh bentuk gambaran dari usaha untuk meningkatkan pendampingan iman yang telah dilaksanakan di asrama Dharmawati, Sintang- Kalimantan Barat

3. Penulis mendapatkan data-data mengenai pendampingan iman di asrama Dharmawati, Sintang- Kalimantan Barat. Dengan mengetahui data-data tersebut, maka penulis memberi usulan program yang sekiranya cocok dengan situasi remaja.

E. Metode Penulisan

(31)

F. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : PENDAMPINGAN IMAN DAN KAUM REMAJA

Bab ini menguraikan pengertian pendampingan pada umumnya dan kaum remaja pada umumnya. Pendampingan, meliputi: pengertian pendampingan, pengertian iman, tujuan pendampingan, ciri pendampingan serta kualifikasi pribadi pendamping. Sedangkan kaum remaja meliputi: pengertian remaja, ciri-ciri masa remaja, minat remaja, perkembangan remaja, lingkungan hidup remaja, dan problem remaja.

BAB III: GAMBARAN UMUM PENDAMPINGAN IMAN REMAJA DI ASRAMA DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT.

Bab ini menguraikan gambaran pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati Sintang, yaitu profil asrama Dharmawati yang meliputi sekilas asrama Dharmawati, tujuan asrama, jenis kegiatan pendampingan yang dilaksanakan di asrama, kegiatan di hari libur. Pada bab III ini juga berisi penelitian terhadap pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati Sintang, Kalimantan Barat dan hasil penelitian.

(32)

Bab ini menguraikan tiga hal pokok yaitu pokok pertama; katekese model Shared Christian Praxis yang meliputi pengertian SCP, langkah-langkah

SCP, alasan menggunakan katekese SCP. Pokok kedua; usaha peningkatan pendampingan iman remaja yang meliputi pengertian peningkatan, tujuan peningkatan, arah peningkatan. Pokok ketiga; usulan program pendampingan yang meliputi latar belakang usulan program, pemilihan tema, penjabaran tema, waktu pelaksanaan dan usulan program katekese serta salah satu contoh SCP

sebagai bahan pendampingan iman remaja di asrama Dharmawati, Sintang- Kalimantan Barat.

BAB.V: PENUTUP

Penulis akan memberikan kesimpulan dan saran berkaitan dengan pendampingan iman remaja di Asrama Dharmawati, Sintang- Kalimantan Barat.

(33)

BAB II

POKOK-POKOK PENDAMPINGAN IMAN REMAJA

Bab ini memaparkan tiga uraian pokok. Pokok pertama menguraikan pendampingan iman pada umumnya. Pada pokok ini, penulis mengemukakan tentang pendampingan iman pada umumnya yaitu pengertian pendampingan, iman, pendampingan iman, tujuan pendampingan. Pokok yang kedua dalam penulisan ini menguraikan gambaran kaum remaja pada umumnya seperti pengertian remaja, ciri-ciri remaja, minat- minat remaja, perkembangan remaja dan problema remaja. Sedangkan pokok yang ketiga menguraikan pendampingan iman remaja yang terdiri dari tujuan pendampingan iman, ciri pendampingan iman, kualifikasi pribadi pendamping iman.

A. Pendampingan Iman

1. Pengertian Umum Pendampingan

(34)

Atas dasar pengertian tersebut, pendampingan bukan pertama-tama mencetak orang untuk mampu menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang langsung jadi, melainkan dalam proses berkesinambungan. Pendampingan merupakan usaha untuk membantu seseorang dalam mengembangkan pengetahuan dan kecakapannya ke arah yang lebih baik. Dalam pendampingan, orang dilatih untuk mengenal kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat mengembangkannya serta memanfaatkan secara penuh dalam hidupnya sehari-hari.

2. Pengertian Iman a. Iman dalam Kitab Suci

(35)

penyerahan diri secara total kepada kehendak Allah yang menyelenggarakan hidupnya dan masa depannya.

Bunda Maria adalah teladan dalam beriman (Luk 1: 26-45). Perawan Maria menghayati ketaatan iman yang paling sempurna. Oleh karena ia percaya bahwa bagi Allah “tidak ada yang mustahil” (Luk 13:37), maka ia menerima

pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh iman dan memberikan persetujuannya: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Elisabeth memberi salam kepadanya: “Berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan dari Tuhan akan terlaksana” (Luk 1:45). Demi iman ini segala bangsa akan

menyatakannya bahagia.

(36)

dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat” ( Ibr 11:1-3).

b. Iman menurut Dokumen Gereja

Salah satu dokumen Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi, dikatakan:

Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya. Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan “pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran”. Supaya semakin mendalamlah pengertian akan wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui kurnia-kurnia-Nya (DV, art. 5).

(37)

kata lain, dalam peristiwa iman ada 3 unsur yaitu : rahmat, akal budi dan kehendak bebas manusia.

Katekismus Gereja Katolik (KGK no. 153, no. 179, no. 234) merumuskan iman adalah karunia, rahmat Allah. Karena iman adalah karunia Tuhan untuk membantu kita menuju keselamatan, maka sudah seharusnya kita memelihara dan menjaga iman kita dengan bijaksana setiap saat. Agar kita dapat hidup, bertumbuh dan setia pada iman kita sampai akhir, maka kita perlu: (a) disegarkan dengan Firman Allah dan doa; (b) minta kepada Tuhan untuk menambah iman kita; (c) terus bertumbuh dalam perbuatan kasih yang berdasarkan iman. Pertumbuhan dan kemantapan iman perlu didukung dengan pengertian yang benar tentang iman, sehingga diperlukan sikap iman yang mencari pengertian.

c. Iman menurut Para Ahli

Iman merupakan hubungan manusia dengan Allah. Dalam hubungan itu manusia terlibat penuh penyerahan kepada Allah yang telah mewahyukan kehendak dan rencana-Nya (Banawiratma dan Suharyo, 1990: 60). Menurut Fowler (1995: 48) iman adalah

perbuatan percaya yang intens, fundamental dan sangat pribadi di mana saya sendiri secara kreatif percaya akan nilai-nilai yang paling akhir dan akan hal transenden yang ultim, dengan penuh cinta dan kesetiaan. Iman adalah oreintasi seluruh pribadi dan merupakan cara fundamental untuk percaya dan menanggapi hidup.

(38)

mengenal dan berhubungan dengan Tuhan terjadi karena kebaikan Tuhan semata-mata.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa iman merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia. Iman juga merupakan jawaban manusia atas sapaan Allah dan penyerahan diri manusia kepada Allah dan percaya akan kebenaran-Nya. Manusia mampu beriman, mengenal Tuhan, menjawab sapaanNya, merasakan kehadiranNya bukan karena kehebatan manusia, melainkan karena kebaikan Tuhan.

3. Pendampingan Iman

(39)

Manusia mengaktualisasikan imannya dalam kehidupan sehari-hari dengan sikap dan perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi pendampingan iman yang dimaksud adalah usaha untuk menolong kaum remaja agar bertumbuh dan berkembang dalam menghidupi imannya dan menanggapi sapaan Tuhan dengan bebas. Dengan demikian remaja dapat mewujudkan imannya lewat sikap dan perbuatan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tujuan Pendampingan Kaum Remaja

Tujuan pendampingan membantu kaum muda mendapatkan ilmu, pengetahuan, informasi, kecakapan, sikap, perbuatan, perilaku hidup yang memadai dalam segi-segi pokok yang berhubungan dengan hidup pribadi, kebersamaan dengan orang lain, peran dalam masyarakat, bangsa dan dunia (Mangunhardjana, 1986: 25-28). Tujuan pendampingan juga tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu dan informasi tetapi jugas kecakapan untuk memperkembangkan ilmu pengetahuan, mendapatkan informasi baru dan kemampuan untuk mencari dan mengolah lebih lanjut apa yang sudah didapat

(40)

B.Gambaran Umum Kaum Remaja 1. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adolescere yang berarti "tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewasa". Dalam perkembangan yang lebih lanjut, istilah adolescence sebenarnya memiliki arti yang cukup luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1990:206). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1990:206), yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah di tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Menurut Santrock (2007: 20-21) masa remaja (adolescence) sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional. Sarlito Wirawan Sarwono (2012: 12), mengutip World Health Organization

(WHO) mendefinisikan remaja adalah suatu masa di mana:

a) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b) Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

(41)

pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Pada dasarnya setiap usia mempunyai ciri-ciri baik usia anak-anak, remaja, dewasa, dan usia tua. Adapun ciri-ciri masa remaja menurut ahli psikologi remaja Hurlock (1980), antara lain :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Perubahan-perubahan yang dialami remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya (Hurlock 1980:207)

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Pada periode ini perkembangan masa tidak kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya (Hurlock 1980: 207)

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

(42)

ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, berubahnya nilai-nilai, apa yang di masa anak-anak dianggap penting sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi. Keempat, sebagaian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan, mereka menginginkan perubahan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya (Hurlock 1980: 207).

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru (Hurlock 1980: 208).

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan simbol status dalam bentuk mobil, pakaian, pemilihan barang-barang yang mudah terlihat. Dengan cara ini, remaja menarik perhatian pada diri sendiri agar dipandang sebagai individu. Pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya (Hurlock 1980: 208).

f. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

(43)

populer tentang remaja mempunyai arti yang bernilai dan sayangnya, banyak yang bersikap negatif". Ini gambaran bahwa usia remaja merupakan usia yang membawa kekhawatiran dan ketakutan para orang tua. Stereotip ini mempengaruhi konsep diri dan memberikan dampak pada pendalaman pribadi dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri.

g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri awal masa remaja (Hurlock 1980: 209).

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Makin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stroetip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu dengan minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan (Hurlock 1980: 209).

(44)

ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik dan penuh tanggung jawab.

3. Minat-minat Remaja

Pada masa remaja terdapat minat-minat pada bidang kegiatan tertentu yang sangat beragam. Hal ini tergantung pada jenis kelamin, kecerdasan, lingkungan tempat tinggal mereka, kesempatan yang dimiliki untuk mengembangkan minat. Minat remaja dipengaruhi oleh minat teman sebayanya, status dalam kelompok sosial, kemampuan bawaan, minat keluarganya dan beberapa faktor lainnya. Menurut Hurlock (1980: 217-222), minat-minat remaja dapat dikategorikan menjadi :

a. Minat rekreasi

Pada masa ini sudah muncul minat rekreasi seperti halnya orang dewasa. Banyaknya kegiatan dan tuntutan baik di sekolah maupun di rumah dirasakan penting memiliki sarana rekreasi bagi remaja, Misalnya: permainan dan olah raga, santai, bepergian, hobi, menari, membaca, film, radio, televisi dan melamun. b. Minat sosial

(45)

c. Minat pribadi

Minat pada dirinya sendiri merupakan minat terkuat pada masa remaja. Hal ini disebabkan karena mereka menyadari bahwa dukungan sosial sangat besar dipengaruhi oleh penampilan umum mereka, misalnya : penampilan, pakaian, prestasi, kemandirian, dan uang yang merupakan simbol status.

d. Minat terhadap pendidikan

Pada umumnya remaja memberikan kritik atas sekolah secara umum dan mengenai larangan, pekerjaan rumah, kursus-kursus wajib, makanan di kantin dan cara pengelolaan sekolah. Mereka bersikap kritis terhadap guru dan cara mereka mengajar. Pada remaja akhir sikap terhadap pendidikan lebih banyak dipengaruhi oleh minat pekerjaannya.

e. Minat terhadap pekerjaan

Pada masa ini baik remaja laki-laki maupun perempuan mulai memikirkan masa depan mereka secara bersungguh-sungguh. Anak laki-laki lebih perhatian terhadap pekerjaan di masa depan dibanding anak perempuan. Anak laki-laki lebih menginginkan pekerjaan yang mewah, menarik dan menggairahkan memiliki gengsi yang tinggi. Anak perempuan pada umumnya lebih memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman dan yang tidak banyak menuntut waktu. Dalam memilih pekerjaan, anak perempuan menekankan unsur melayani orang lain seperti mengajar dan merawat.

f. Minat pada agama

(46)

Remaja menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri. Menurut Hurlock (1980: 222), perkembangan minat remaja pada agama adalah sebagai berikut: Tahap kesadaran religius; remaja membandingkan keyakinannya dengan keyakinan teman-teman, atau menganalisis keyakinannya secara kritis sesuai dengan meningkatnya pengetahuan mereka. Tahap keraguan religius; pada saat yang sama, remaja mengalami keragu-raguan akan kebenaran-kebenaran agama karena sifat-sifat kritis dan karena pesatnya perkembangan intelektualitas mereka. Tahap rekonstruksi agama; jika dibina dan diarahkan secara baik, remaja akan bisa membangun imannya.

g. Minat dalam simbol status

Simbol status merupakan simbol prestise yang menunjukan bahwa orang memilkinya lebih tinggi atau lebih mempunyai status yang lebih tinggi dalam kelompok. Pada masa remaja simbol status memiliki empat fungsi penting yaitu : mengatakan pada orang lain bahwa mereka memiliki status sosio ekonomi yang lebih tinggi dari yang lain, remaja yang superior dinilai memiliki prestasi oleh kelompoknya, remaja diterima oleh kelompoknya karena kesamaan tampilan dan tindakan, dan remaja memiliki status yang mendekati dewasa di dalam masyarakat.

4. Perkembangan Remaja a. Perkembangan Fisik Remaja

(47)

sisitem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Di antara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2012: 62). b Perkembangan Mental Remaja

Perkembangan mental nampak pada gejala-gejala perubahan intelektual dalam cara berpikir. Dengan meninggalkan masa kanak-kanak kaum remaja meninggalkan cara berpikir sebagai kanak-kanak dan mulai berpikir sebagai orang dewasa. Remaja tidak lagi melulu berpikir konsep-konsep konkret, tetapi dengan konsep-konsep lebih abstrak (Mangunhardjana, 1986: 13).

Hal demikian kelihatan pada kata-kata yang mereka ucapkan dan mereka pergunakan, mereka mulai berpikir secara kritis. Dengan kecakapan berpikir kritis dan abstrak itu, kaum remaja menggali pengertian tentang diri mereka sendiri, membentuk gambaran diri, peran yang diharapkan dari mereka, panggilan dan hidup masa depan mereka.

c. Perkembangan Sosial Remaja

(48)

emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Santrock (2003: 125) mengutip pendapat John Flavell menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka. Perkembangan sosial telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja.

Hubungan sosial pertama-tama masih sangat terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain jenis. Remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara melalui interaksi dengan teman sebaya. Menurut Santrock, teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Sedangkan hubungan dengan orang tua, Santrock (2003: 42) mengutip pendapat Collins mengemukakan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua.

d. Perkembangan Emosi

(49)

perubahan hormon dan lingkungan di sekitar mempengaruhi kondisi emosional pada remaja. Sedangkan menurut Hurlock (1990: 212) “secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar”.

Senada dengan pendapat Hall yang dikutip Santrock (2007: 201), sudah sejak lama masa remaja dinyatakan sebagai masa badai emosional.

Berdasarkan pemaparan para ahli, dapat dikatakan masa perkembangan remaja ialah masa di mana individu sedang mengalami perkembangan emosi yang memuncak. Artinya sangat mudah untuk berubah-ubah, mudah meledak. Keadaan ini berlangsung lebih sering sebagai akibat dari perubahan dan pertumbuhan fisik. e. Perkembangan Moral

Menurut Gibss, Walker dan Pitts sebagaimana yang dikutip Santrock, (2007: 301), mengemukakan perkembangan moral (moral development) melibatkan pemikiran, perilaku dan perasaan dalam mempertimbangkan mengenai benar salah. Patokan mana yang dipegang orang untuk menentukan mana yang baik dan benar serta mana yang tidak baik dan tidak benar berbeda-beda (Mangunhardjana, 1986: 15).

(50)

f. Perkembangan Iman Remaja menurut James Fowler.

Fowler mengatakan: iman menyangkut upaya mental untuk ”menciptakan,

memelihara, dan mentransformasikan arti”. Iman yang menolong seseorang untuk mengambil posisi dan menentukan sikap dalam menghadapi suatu permasalahan. Manusia adalah mahkluk yang terbatas. Kesadaran akan kondisi-kondisi yang terbatas tersebut pun dapat dilihat melalui kacamata iman. James Fowler (Santrock, 2007: 330) mengatakan bahwa perkembangan religius berfokus pada motivasi untuk menemukan makna hidup, baik di dalam maupun di luar konteks agama. Fowler (Santrock, 2007: 330-331) mengajukan enam tahap perkembangan religius yang berkaitan dengan teori perkembangan Erikson, Piaget dan Kohlber : 1. Tahap 1. Iman Intuitif-proyektif atau intuitive-projective faith (masa kanak-

kanak awal).

Setelah bayi belajar mempercayai pengasuhnya (perumusan Erikson) mereka menemukan gambaran intuitifnya sendiri mengenai apa yang baik dan jahat. Ketika anak-anak mulai memasuki tahap praoperasional seperti dalam teori Piaget, dunia kognitif mereka mulai terbuka terhadap berbagai kemungkinan baru. Benar dan salah dilihat menurut konsekuensi bagi dirinya sendiri. Anak-anak mulai percaya akan adanya malaikat dan hal-hal gaib. Tahap ini pada usia 3-7 tahun.

2. Tahap 2. Iman mistis-literal atau mythical-literal (masa kanak-kanak pertengahan dan akhir)

(51)

Mereka memandang dunia secara lebih teratur. Anak-anak usia sekolah mengintepretasikan kisah-kisah religius secara literalis, dan pandangan mereka mengenai orang tua yang memberikan hadiah untuk kebaikan yang dilakukan dan memberikan hukuman untuk keburukan yang dilakukan. Tahap ini pada usia 7-12 tahun.

3. Tahap 3. Iman sintesis-konvensional atau synthetic-conventional faith (transisi antara masa kanak-kanak dan remaja, remaja awal).

Pada tahap ini remaja mulai mengembangkan pemikiran operasional formal dan mulai mengintegrasikan hal-hal yang pernah dipelajari mengenai agama ke dalam suatu sistem keyakinan yang koheren. Fowler mengatakan meskipun iman sintesis konvensional lebih abstrak dibandingkan dua tahap sebelumnya, remaja muda masih cenderung patuh terhadap keyakinan religius orang lain sebagaimana dinyatakan dalam tahap moralitas konvensional menurut Kohlber dan belum mampu menganalisis ideologi alternatif secara memadai. Benar salahnya perilaku seseorang ditinjau menurut apakah perilaku itu membahayakan relasi atau mengenai apa yang akan dikatakan orang lain. Iman remaja seringkali membentuk sebuah relasi pribadi dengan Tuhan. Tuhan dipandang sebagai sosok yang hadir untukku. Tahap ini pada usia 12-20 tahun. 4. Tahap 4. Iman individuatif-reflektif atau individuative-reflective faith (transisi

masa remaja dan masa dewasa, dewasa awal).

(52)

jawab akan kehidupannya sendiri dan mereka harus memperluas usahanya untuk mengikuti rangkaian kehidupan tertentu. Pemikiran dan intelektual operasional formal yang menantang nilai-nilai dan ideologi religius individu yang sering kali muncul di lingkungan sekolah atau kampus merupakan hal yang penting untuk mengembangkan iman individuatif-reflektif. Pada tahap ini usia 20-35 tahun. 5. Tahap 5. Iman konjungtif atau conjunctive faith (masa dewasa pertengahan).

Menurut Fowler, jumlah orang dewasa yang memasuki tahap ini hanya sedikit. Tahap ini lebih terbuka terhadap paradoks dan mengandung berbagai sudut pandang yang saling bertolak belakang. Keterbukaan ini beranjak dari kesadaran seseorang mengenai keterbatasan mereka. Pada tahap ini usia 35- 45 tahun.

6. Tahap 6. Iman universal atau universal faith (masa dewasa pertengahan atau dewasa akhir).

Fowler mengatakan, tahap tertinggi dari perkembangan religious yang melibatkan transendensi dari system keyakinan tertentu untuk mencapai penghayatan kesatuan dengan semua keberadaan dan komitmen untuk mengatasi berbagai rintangan yang memecah belah kesatuan dengan orang lain. Fowler menganggap hanya sangat sedikit orang yang bisa mencapai tahap perkembangan religius yang tertinggi ini. Tiga orang yang menurut Fowler bisa mencapai tahap ini adalah Mahatma Gandhi, Bunda Theresa dan Martin Luther King.

(53)

kemampuan kognitif yang mendorong remaja untuk kembali meninjau pandangannya. Gaya kognitif memungkinkan terjadinya suatu cara interaksi baru. Akibatnya, ego harus berhadapan dengan aneka ragam bayangan diri yang kadang-kadang sangat bertentangan satu sama lain. Hal ini yang membingungkan remaja dan menimbulkan pertanyaan dalam hati individu tentang siapakah dirinya. Pertanyaan mengenai jati diri mulai menghantui pikiran sehingga perlu mengintegrasikan berbagai macam bayangan diri serta menjadikannya satu kesatuan indentitas diri yang dapat berfungsi dengan baik.

5. Lingkungan Hidup Remaja

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2012: 138-159), ada tiga lingkungan yang sangat bepengaruh dalam hidup remaja dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Lingkungan Keluarga

(54)

nilai-nilai dan norma-norma yang positif, maka anaknya berkembang secara positif, sebaliknya jika orang tua menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang negatif, maka anak juga menyerap hal-hal yang negatif.

b. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah adalah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah lingkungan sekolahnya. Sebagai lembaga pendidikan, sebagaimana halnya dalam keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat di samping mengajarkan berbagai keterampilan dan kepandaian kepada para siswanya. Teman serta guru menjadi orang yang sangat penting baginya, karena di situlah individu menemukan nilai-nilai dan norma baru.

(55)

c. Lingkungan Masyarakat

Masyarakat sebagai lingkungan tertier (ketiga) adalah lingkungan yang terluas bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan. Terutama dengan maju pesatnya teknologi komunikasi massa maka hampir-hampir tidak ada batas-batas geografis, etnis, politis, maupun sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Istilah, gaya hidup, nilai dan perilaku yang dimasyarakatkan melalui media massa ini, pada gilirannya remaja akan dihadapkan kepada berbagai pilihan yang tidak jarang menimbulkan pertentangan batin di dalam remaja itu sendiri. Pertentangan batin itu bisa berupa ”konflik” (menurut istilah Kurt Lewin) yang ada beberapa macam jenisnya (Sarlito Wirawan Sarwono, 1986: 144), yaitu :

Konflik mendekat-mendekat: dimana ada dua hal yang sama kuat nilai positifnya, tapi saling bertentangan. Misalnya seorang remaja sudah berjanji kepada kawan-kawannya untuk ikut berkemah (hal positif pertama), tetapi ia tidak mau membantah orangtuanya yang masih disegani (hal positif kedua).

(56)

Konflik mendekat-menjauh: yaitu jika suatu hal tertentu sekaligus mengandung nilai posistif dan negatif. Misalnya seorang remaja diajak untuk menonton film cabul di rumah seorang kawannya. Ia sangat ingin menonton film itu karena keingintahuannya (nilai positif), tetapi ia pun tahu bahwa film itu tidak boleh dilihatnya (hal negatif).

6. Problem Remaja

Sesuatu disebut problematik apabila menyimpang dari yang seharusnya. Problem dapat disebabkan oleh tidak terpenuhnya dambaan dalam remaja, juga disebabkan oleh perbenturan dengan otoritas di luar dirinya yang cendrung mengaturnya seperti: keluarga, sekolah, masyarakat (Tangdilintin, 1984: 24). Adapun problematik kaum muda/remaja menurut Tangdilintin (1984: 24- 42), sebagai berikut:

a. Problem dalam Keluarga

(57)

b. Problem dalam Masyarakat

Pada masyarakat transisi, remaja mengalami permasalahan dengan tuntutan aturan main yang terlalu ketat, keseragaman perilaku yang distandarkan

pengaruh budaya hidup materialisme, hedonisme dan konsumerisme. Permas alahan tersebut membawa dampak bagi remaja seperti; frustasi, apatis dan merasa

tidak aman dalam masyarakat transisi. c. Problem dalam Gereja

Gereja yang sedang mencari identitas baru, dalam masa transisi dari gereja skaramen kepada Gereja umat Allah. Kadar kesadaran akan kewargaan dalam pola Gereja umat Allah masih rendah untuk Gereja berdikari; belum jelasnya konsep inkulturasi iman sikap tak mau berubah dari umat, kemerosotan kesadaran akan perbuatan dosa dan upaya untuk bertobat dalam hubungan dengan nilai-nilai moral. Situasi gereja yang demikian membuat remaja belum mendapat perhatian atau kurang diperhitungkan sehingga mereka merasa terasing, merasa tidak diterima dan kurang dihargai. Maka remaja menggaggap gereja adalah urusan orang tua karena mereka kurang kerasan.

d. Problem dalam Diri Sendiri

(58)

orang tua, kurang menyadari potensi diri, rendah diri. Akibatnya para remaja menjadi kurang percaya diri, bingung dan mengalami ketidakpastian dan kesuraman masa depan.

C. Pendampingan Iman Remaja

1. Pengertian Pendampingan Iman Remaja

Pendampingan iman remaja merupakan suatu pelayanan yang berkaitan dengan kehidupan iman remaja. Pelayanan tersebut sebagai suatu usaha untuk membantu kaum remaja supaya bertumbuh dan berkembang dalam menghidupi imannya (Tangdilintin, 1984: 13). Iman berarti mengandalkan diri pada Tuhan, merasa teguh, kuat kokoh tak tergoncangkan pada Tuhan sebagai andalan hidup (Hardjana, 1993: 57). Supaya orang dapat beriman, manusia memerlukan rahmat Allah untuk semakin yakin akan imannya dan menjawab ”ya” atas wahyu Allah

dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah (DV, art. 5). Pendampingan iman remaja merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membantu remaja memperkembangkan dirinya ke arah yang lebih yang baik. Paus Fransiskus dalam seruan Apostolik, Evangeli Gaudium, mengatakan bahwa pendampingan rohani hendaknya membimbing orang lain semakin lebih dekat kepada Allah yang di dalam-Nya kita mencapai kebebasan sejati (EG, art. 17).

(59)

menjalani proses belajar mengenal hal-hal yang baru, dapat memperkembangkan imannya lebih mendalam. Maka dengan demikian remaja dapat mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kemampuan, cara dan situasi yang mereka hadapi.

2 . Ciri Pendampingan Iman Kaum Remaja

Charles M. Shelton (1988: 46-80), mengemukakan empat ciri pembinaan kaum muda. Keempat ciri tersebut yaitu: berpusat pada Allah, lingkup pergaulan, fungsional dalam pendekatan dan orientasi ke masa depan.

Pertama, berpusat pada Allah. Ciri ini mengajak dan membangun kesadaran kaum remaja akan kehadiran Allah dalam hidupnya. Allahlah yang setia membimbing, mendampingi dan memimpin mereka dalam seluruh langkah perjalanan dan perjuangan hidup mereka sehari-hari. Sehingga dengan demikian hidup mereka berpusat pada kasih dan kebaikkan Allah.

(60)

berakhir mereka mulai mencari makna hidup. Pada masa ini pendampingan sangat dibutuhkan guna membantu kaum remaja merefleksikan pengalaman, tujuan, peran untuk menghadapi dan memecahkan persoalan dengan menyadari kehadiran Tuhan dalam hidupnya sehari- hari.

Keempat orientasi ke masa depan. Kaum muda atau kaum remaja dirangsang untuk memikirkan tempat dan perannya di masa depan. Maka kaum remaja merefleksikan panggilan hidupnya dengan memperhatikan berbagaimacam pilihan di masa mendatang. Keempat ciri pembinaan tersebut sungguh membantu kaum remaja untuk bertumbuh dan berkembang menjadi manusia yang utuh, dewasa dan beriman.

3. Tujuan Pendampingan Iman Remaja

Pendampingan iman merupakan usaha pendampingan dan pendalaman untuk meningkatkan mutu hidup beriman kaum remaja. Tujuan pendampingan iman membantu kaum remaja untuk menemukan diri, mengembangkan kemampuan mereka sehingga dapat menempatkan diri sebagai manusia beriman yang dijiwai oleh semangat Kristus (Tangdilintin, 1984: 49). Tujuan dapat tercapai apabila pendampingan iman remaja di asrama sesuai dengan situasi remaja. Dengan demikian, suasana hidup beriman membantu dan mendukung tumbuh kembangnya iman kaum remaja.

(61)

menerima satu sama lain apa adanya dengan penuh kehangatan dan penuh kasih persaudaraan.

4. Kualifikasi Pribadi Pendamping Iman

Kehidupan yang semakin modern membawa dunia remaja turut larut di dalamnya. Masa-masa pencarian jati diri yang kerap memunculkan rasa keingintahuan dan rasa ingin meniru begitu dalam terhadap sesuatu sehingga timbul perilaku-perilaku unik sekaligus aneh pada diri kaum remaja. Perilaku tersebut antara lain: persoalan pergaulan bebas, dugem, bergaya hidup mewah, serta persoalan fashion yang identik dengan tren pakaian-pakaian mini, ketat, aksesori-aksesori mahal, ponsel canggih, make up berlebihan adalah gambaran sebagian remaja saat ini. Maka untuk menghadapi situasi seperti di atas dibutuhkan seorang pendamping yang memiliki kualifikasi tertentu yaitu dilihat sebagai pribadi, hubungannya dengan peserta dan hubungan tugasnya sebagai pemimpin.

(62)

mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas. Supaya dapat melaksanakan perannya dengan baik seorang pendamping perlu memiliki kualifikasi tertentu. Adapun kualifikasi pendamping menurut Mangunhardjana (1986: 136-141), dibagi dalam tiga bagian yaitu:

a. Sebagai Pribadi

Seorang pribadi pendamping iman adalah seorang pribadi yang beriman kepada Yesus Kristus. Kristuslah yang utama dalam dirinya yang menjadi dasar dan sumber kekuatan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping. Kehadiran seorang pendamping iman sekaligus sebagai saksi Kristus yang hidup. Seorang pendamping adalah saksi Kristus sekaligus sebagai pewarta sabda sebagaimana dikatakan oleh Paus Paulus VI dalam Evangeli Nutiandi: Tidak masuk akal bahwa orang yang menerima sabda dan menyerahkan diri kepada kerajaan tanpa menjadi seorang pribadi yang memberikan kesaksian tentang hal itu dan pada gilirannya mempermaklumkannya (EN, art. 24).

(63)

b. Hubungan dengan Para Peserta

Seorang pendamping adalah seorang yang mau melayani dan mencintai peserta apa adanya, sehingga mampu menjalankan tugas dengan hati. Pendamping harus peka sungguh menjadi teman yang siap mendengarkan keluh kesah peserta (Mangunhardjana, 1986: 137). Dengan demikian pendamping sungguh menjadi saudara bagi sesama, terutama bagi remaja yang didampinginya.

c. Sebagai Pemimpin

Seorang pendamping memiliki jiwa kepemimpinan, sehingga mampu menggerakkan, mengarahkan peserta pendampingan menuju tujuan yang dicita-citakan. Seorang pendamping memahami seluk beluk pendampingan seperti: mengetahui metode, teknik-teknik dan proses pendampingan, mempunyai sikap dan kecakapan administratif, mampu berorganisasi, sikap yang tepat di dalam hal tata tertib atau peraturan (Mangunhardjana, 1986: 138). Kualifikasi yang dibahas di atas dapat membantu pendamping memiliki pengetahuan, kecakapan, sikap, perilaku yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. Menjadi pendamping tidaklah mudah, karena seringkali dalam mendampingi menemukan banyak kesulitan.

(64)
(65)

BAB III

PENDAMPINGAN IMAN REMAJA

DI ASRAMA DHARMAWATI SINTANG KALIMANTAN BARAT

Kaum remaja adalah generasi masa depan gereja dan bangsa. Mereka sedang dalam masa perkembangan dan perubahan. Pada masa ini mereka sedang mengalami perkembangan fisik, emosional, sosial, religius dan berbagai permasalahannya. Dalam situasi hidup yang serba kompleks itu kaum remaja membutuhkan pendampingan yang membantu mereka berkembang menjadi pribadi yang utuh dan dewasa. Pendampingan kaum remaja dapat dilakukan dalam berbagai wadah. Salah satunya yaitu asrama Dharmawati. Sebagai wadah pendamping kaum remaja, asrama Dharmawati tidak hanya menyediakan tempat dan fasilitas yang menunjang kelancaran studi, melainkan juga melayani kaum remaja dalam pendampingan iman. Secara garis besar pada bab II telah diuraikan mengenai pokok-pokok pendampingan iman remaja dan situasi remaja pada umumnya.

(66)

Selanjutnya dalam bab III ini juga akan diuraikan hasil penelitian di asrama Dharmawati.

A. Gambaran Umum Asrama Dharmawati Sintang Kalimantan Barat 1. Profil Asrama Dharmawati Sintang

a. Sekilas Asrama Dharmawati Sintang

Asrama Dharmawati Sintang didirikan pada tahun 1967 dengan lokasi berada di jalan Panggi no 16, Sintang. Nama Dharmawati dengan maksud untuk mengingat bahwa berdirinya asrama Dharmawati ini berkat usaha para Suster Misi Fransiskan Antonius (SMFA) serta para donatur yang memberikan bantuan berupa uang demi mendukung pengadaan asrama bagi kaum remaja putri dari berbagai daerah yang ada di Sintang, Kapuas Hulu, Sanggau dan daerah lainnya yang ada di Kalimantan Barat.

Awalnya asrama Dharmawati ini dihuni oleh sejumlah kaum putri dari Sekolah Dasar sampai siswi tingkat SMA. Dari tahun ke tahun peminat yang masuk asrama ini semakin bertambah. Melihat perkembangan tersebut, para suster Suster Misi Fransiskan Antonius (SMFA) mengambil kebijakkan untuk mengutamakan kaum remaja putri yang tingkat SMA/SMK yang diterima sebagai penghuni asrama. Karena itu sampai sekarang ini, penghuni asrama yang diterima adalah kaum remaja putri yang tingkat SMA, umumnya yang sekolah di SMA Panca Setya dan SMK Budi Luhur Sintang. Jumlah anggota asrama Dharmawati tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 135 orang.

(67)

kesederhanaan. Keyakinan inilah yang mendorong para Suster Misi Fransiskan Antonius (SMFA) untuk selalu berupaya meningkatkan pelayanan bagi generasi muda, khususnya remaja putri yang tinggal di asrama Dharmawati Sintang Kalimantan Barat. Dalam garis-garis haluan Kongregasi para Suster Misi Fransiskan Antonius (SMFA) telah ditetapkan bahwa ”pembinaan asrama ditingkatkan dan diupayakan untuk bekerjasama dengan asrama lainnya”. Dalam

upaya merealisasikan program inilah, penulis termotivasi menekuni topik skripsi ini. Penulis sendiri menyadari begitu pentingnya meningkatkan pendampingan iman kaum remaja putri di asrama Dharmawati, Sintang Kalimantan Barat.

Pendampingan iman di asrama merupakan salah satu alternatif untuk membantu kaum remaja agar semakin bertumbuh dan berkembang menjadi dewasa dan beriman. Pendampingan iman di asrama menjadi hal yang sangat penting ketika melihat kenyataan pendampingan iman di sekolah sering mengalami banyak hambatan. Hambatan dalam melaksanakan pendampingan di sekolah antara lain: waktu yang tersedia terbatas untuk kegiatan akademik dan esktrakurikuler. Pendampingan iman yang terjadwal hanya dua kali setahun yaitu retret dan rekoleksi.

(68)

b. Tujuan Asrama Dharmawati Sintang

Asrama Dharmawati pada awalnya didirikan dengan maksud untuk menyediakan tempat penampungan bagi para remaja putri yang berasal dari pedalaman. Pengadaan asrama Dharmawati merupakan salah satu bentuk perwujudan dari apa yang tertulis dalam Konstitusi Suster Misi Fransiskan Antonius (SMFA) yang di tulis dalam Direktorium Suster Misi Fransiskan Antonius (SMFA) Bab. I: 9. 3 “karya asrama bertujuan: memberikan kesempatan belajar yang baik kepada remaja putri asal daerah, meletakkan dasar pendidikan bagi kaum perempuan, menyadarkan dan mengajak mereka untuk berpikir kritis terhadap tawaran dunia dan memupuk sikap peka dan terbuka akan tanda-tanda zaman”.

Kemampuan berpikir kritis, peka dan terbuka sangat diperlukan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan kaum remaja putri memperolah informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan hidup serta perubahan global dalam kehidupan. Maka remaja putri perlu dibekali dengan kemampuan berpikir kritis, peka dan terbuka supaya mampu mengolah, menilai dan mengambil informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi situasi zaman. Dengan kemampuan yang ada mereka mampu menjadi putri yang terampil, peka, kreatif, mandiri, beriman dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.

(69)

belajar” dengan pengetahuan dan keterampilan, baik secara formal maupun non

formal menuju pribadi yang mantap dan mandiri berdasarkan iman Kristiani. Pelayanannya lebih mengutamakan remaja putri yang berasal dari daerah pedalaman dengan maksud mereka dapat memperoleh kesempatan yang sama dengan remaja putri lainnya untuk mendapatkan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Asrama juga merupakan salah satu sarana yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Di asrama para remaja putri dilatih untuk hidup bersama dengan orang lain yang memiliki latar belakang berbeda; suku dan kebiasaan dalam keluarga.

Tujuan asrama dapat tercapai melalui pendampingan yang efektif, suasana tenang dan teratur, fasilitas yang memadai dan menunjang terselenggaranya berbagai kegiatan di asrama selama remaja menjalani masa studinya. Dengan demikian warga asrama dapat belajar dengan baik dan dapat menghayati hidupnya sebagai remaja yang beriman Kristiani.

2. Program Pendampingan

Gambar

Tabel  2 Identitas Responden
Tabel 3 Pendampingan iman di asrama Dharmawati
Tabel 3 no 5 menunjukkan tujuan adanya pendampingan iman. Dari 50
Tabel 3 no 12 menunjukkan perlunya usaha peningkatan pendampingan
+5

Referensi

Dokumen terkait