• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.5 Ruang Lingkup

2.2.3 Analisis Lingkungan

2.2.3.3 Lingkungan Industr

Industri dapat didefinisikan sebagai kumpulan perusahaan yang menawarkan produk serupa atau saling menggantikan. Aspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada. Michael Porter mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsik dari suatu industri. Lima kekuatan tersebut adalah pesaing industri, pendatang potensial, produk substitusi, pembeli dan pemasok yang diilustrasikan pada Gambar 1.

1) Ancaman Persaingan Diantara Perusahaan-Perusahaan dalam Industri

Persaingan antar perusahaan dalam industri terjadi dalam upaya memperoleh posisi yang kuat dalam industri. Persaingan yang tajam disebabkan oleh adanya faktor-faktor struktural yang paling berinteraksi, yaitu : penambahan kapasitas produksi, jumlah pesaing yang besar dan beragam, penerapan strategis

yang benar dan hambatan keluar yang tinggi. Intensitas persaingan anggota industri ini akan mempengaruhi potensi laba dalam industri tersebut.

2) Ancaman Pendatang Baru

Suatu segmen cukup menarik apabila memiliki hambatan masuk tinggi dan hambatan keluar rendah. Enam sumber hambatan masuk, yaitu skala ekonomi, diferensiasi produk, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala dan kebijakan pemerintah.

3) Ancaman Produk Substitusi

Suatu industri menjadi tidak menarik jika terdapat substitusi aktual atau potensial dari suatu produk. Substitusi membatasi harga dan laba yang dihasilkan oleh suatu industri. Perusahaan harus mengatasi secara dekat kecenderungan harga produk substitusi. Jika kemajuan teknologi atau persaingan meningkat di industri substitusi tersebut, harga dan laba dalam industri tersebut akan menurun. 4) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Kekuatan tawar menawar pembeli dapat mempengaruhi harga, biaya dan investasi sehingga dapat mempengaruhi kemampulabaan dalam industri. Kekuatan tawar menawar pembeli bergantung pada sifat dan karakter dalam industri. Pembeli mempunyai posisi yang kuat jika produk yang dibeli merupakan produk standar pembeli mengeluarkan biaya pengalihan yang kecil dan pembeli mempunyai informasi sempurna.

5) Ancaman Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Suatu industri menjadi tidak menarik jika para pemasok perusahaan mampu menaikkan harga atau mengurangi kuantitas yang mereka tawar. Pemasok cenderung menjadi kuat jika mereka terkonsentrasi atau terorganisasi,

terdapat sedikit substitusi, produk yang dipasok adalah produk masukan yang penting, biaya berpindah pemasok yang tinggi dan jika pemasok dapat melakukan integrasi ke hilir. Pertahanan terbaik adalah membangun hubungan menang- menang (win-win solution) dengan pemasok atau memakai berbagai sumber pasokan.

Sumber : Porter dalamKotler, 2000

Gambar 1. Lima kekuatan yang menentukan daya tarik suatu industri 2. 3 Restoran

Restoran merupakan salah satu jenis usaha jasa boga/pangan yang bertempat di sebagian atau di seluruh bangunan permanen yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penjualan makanan dan minuman bagi masyarakat umum di tempat usahanya. Sugiarto (1999) dalam Marpaung (2002) menjelaskan bahwa pada dasarnya kebutuhan konsumen atau masyarakat akan jasa boga restoran berkaitan dengan tiga hal pokok, yaitu : physical product (makanan dan minuman), psychological product yang mencakup sensual benefit (cuci mata, suasana nyaman), sense of side (kebersihan, kerapian, dan kesopanan), sense of listening (musik), dan yang

Persaingan dalam Industri Pendatang Baru

Produk Substitusi

terakhir kebutuhan akan customer service product (kecepatan, reservasi, kemudahan transaksi).

Atmojo (1995), menyatakan bahwa restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisir secara komersial yang menyelenggarakan pelayanan yang baik kepada semua tamunya baik berupa makan/minum. Restoran ada yang berada dalam hotel, kantor maupun pabrik dan banyak juga yang berdiri secara mandiri di luar bangunan tersebut. Tujuan operasi restoran adalah untuk mencari keuntungan sama seperti perusahaan lainnya. Selain itu tujuan operasi restoran adalah membuat puas para tamu yang merupakan tujuan operasi utama.

Suatu hotel yang besar biasanya sekaligus memiliki restoran sebagai salah satu fasilitas yang disediakan. Pengelolaannya menjadi satu dalam sistem pengelolaan hotel tersebut, namun biasanya ditangani dengan lebih professional oleh dividsi yang secara khusus menangani restorannya.

Menurut Andrikus (2000), restoran dalam operasinya terjadi semacam barter antar pembeli dan penjual dalam hal ini antara produk dengan uang. Hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan mulus apabila petugas yang akan menangani pelayanan tidak terseleksi secara cermat, dididik, dan dilatih dengan baik, diajar berkomunikasi serta dikoordinasikan dengan teliti serta dipersiapkan dengan kesungguhan hati.

Restoran tidak sekedar memproduksi dan menjual menu makanan saja tetapi juga mempunyai kecenderungan untuk menawarkan jasa kepada konsumennya (Ardi, 2003). Menurut Atmodjo (1995), industri restoran merupakan industri yang menawarkan dan menjual jasa keramah-tamahan.

Menurut BPS Jawa Barat (2005), hotel adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan yang disediakan secara khusus, dimana setiap orang dapat menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran. Marpaung (2002), mendefinisikan hotel sebagai suatu kegiatan usaha yang dikelola dengan menyediakan jasa pelayanan, makanan dan minuman, serta kamar untuk tidur/istirahat bagi pelaku perjalanan (wisatawan) dengan membayar secara pantas sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan tanpa ada perjanjian khusus yang rumit.

Beberapa bidang usaha layanan makanan dan minuman yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut ini :

a. Layanan komersial dan public tidak terbatas.

1) Hotel : Jasa layanan makanan dan minuman di hotel untuk tamu berupa room services, coffee shop, snack bar lounge, fasilitas banquette, restoran prasmanan.

2) Restoran biasa : Tidak dilengkapi dengan akomodasi lainnya seperti tempat menginap. Biasanya berbeda berdasarkan menu sajian, misalnya restoran Padang, restoran Sunda, steak houses.

3) Fast Food : Mengutamakan kecepatan penyajian, misalnya fried chicken, hamburger.

b. Layanan komersial dan publik terbatas.

1) Transport catering : Terdapat di alat transportasi publik seperti kereta api, kapal laut, pesawat terbang, atau tempat transit bis.

2) Clubs : Langganan tertentu seperti kelompok olah raga, politik, sosial. Jarang terdapat di Indonesia, misalnya Mercintile Club, Hilton Executive Club. c. Layanan non komersial

Usaha makanan dan minuman biasa seperti kantin di perkantoran, layanan rumah sakit, rumah jompo. Sekarang usaha jenis ini terus mengalami perkembangan. Menurut Dewanto (2002), perwujudan kepuasan pelanggan dapat diidentifikasi melalui lima dimensi mutu pelayanan pertama, kemampuan untuk memberikan jasa sesuai yang dijanjikan secara benar (realibility). Kedua, jaminan (assurance) kepada pelanggan yang mencakup kemampuan kesopanan dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staff maupun menu makanan. Ketiga, kebutuhan pelanggan yang berfokus pada penampilan barang atau jasa mencakup antara lain, fasilitas fisik, perlengkapan, penampilan pegawai dan sarana komunikasi atau sering dikategorikan sebagai tangibles. Keempat, adanya kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan pemahaman atas kebutuhan para pelanggan (emphaty). Kelima, pemberian layanan secara cepat, tanggap dan responsiveness.

Selanjutnya lima dimensi dalam memutuskan mutu pelayanan menurut Zeithaml et al dalam Lovelock (1991) yaitu :

1) Realibility : yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.

2) Responsiveness : yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap.

3) Assurance : yaitu meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, keramah-tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan informasi dan kemampuan dalam menanamkan keyakinan pelanggan terhadap perusahaan. Kemampuan tersebut adalah :

a. Emphaty : yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi kepada pelanggan dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya.

b. Tangible : yaitu meliputi penampilan fisik seperti ruangan, kebersihan, kerapihan, dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan.

Dokumen terkait