• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

B. Lingkungan Sekitar Sekolah

Secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "lingkungan diartikan sebagai suatu tempat yang mempengaruhi pertumbuhan manusia, sedangkan menurut kamus Bahasa Inggris diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan dan sarana.6 "Menurut Sartain (seorang Amerika ahli psikologi), sebagaimana dikutip oleh Hasbulllah yang dimaksud dengan lingkungan meliputi Kondisi dan alam dunia ini, yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan."7

Meskipun lingkungan sekitar sekolah tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan, yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik. Sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang didasari atau

5

Rita Maryana, dkk. Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1, h. 16.

6

Rita Maryana, dkk. Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1, h. 16.

7

tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup:

a. Tempat (lingkungan fisik), yaitu: keadaan iklim, keadaan tanah dan keadaan alam

b. Kebudayaan (lingkungan budaya), dengan warisan budaya tertentu, seperti bahasa, seni ekonomi, ilmu pengetahuan,pandangan hidup, dan keagamaan. c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) seperti

keluarga, kelompok beriman, desa dan perkumpulan.8

Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan, rumah, alat permainan buku-buku, dan alat peraga) dinamakan lingkungan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, "lingkungan tersebut terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan organisasi pemuda, yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan."

2. Lingkungan Sekolah Fisik dan Non Fisik

Lingkungan menurut "Bambang Kartono mencakup dua aspek yaitu, lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik mengacu pada fasilitas fisik sekolah. Ini termasuk taman bermain, area pendidikan jasmani, ruang seni dan kerajinan, ruang Computer, laboratorium bahasa, lab kimia dan biologi, ruang perpustakaan dan lain-lain. Sedangkan lingkungan belajar non fisik mengacu pada kegiatan yang mendukung siswa untuk mengembangkan emosional, fisik, sosial, spiritual dan intelektual." 9

Lingkungan sekolah non fisik akan dibagi menjadi empat kelompok yaitu:

a. Lingkungan belajar emosional

Lingkungan belajar emosional mengacu pada pengaturan disekolah yang membantu siswa agar kebutuhan belajar mereka terpenuhi. Kebutuhan tersebut yaitu, kebutuhan fisik atau dasar, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Sekolah harus memberikan mereka kesempatan untuk sukses dan memungkinkan mereka untuk belajar, mencari, mencoba, memeriksa atau menyelediki sendiri sehingga kebutuhan aktualisasi diri mereka terpenuhi. Orang yang tidak sehat secara fisik hampir tidak dapat

8

Hasbullah, Dasar-dasar ...., h. 33 9

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1985), Cet II, h. 28.

berpartisipasi secara efektif di sekolah atau dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu sekolah perlu untuk mengatur kegiatan yang mendukung kesehatan yang baik dan kebugaran fisik siswa. Para siswa tidak dapat bersosialisasi dan mengembangkan spriritual dan intelektual mereka jika mereka tidak diberi cinta dan pengakuan oleh teman mereka, guru dan anggota lain darisekolah. Setelah dua kebutuhan terpenuhi, maka kebutuhan aktualisasi diri dapat diwujudkan. 10

b. Lingkungan belajar sosial

Lingkungan belajar sosial mengacu pada sekolah atau kegiatan sekolah yang mempromosikan sosialisasi siswa. Sekolah atau kegiatan belajar siswa yang memiliki kesempatan yang cukup untuk berinteraksi dengan teman-teman dikelas selama belajar dan dengan adik kelas mereka yang lebih rendah, senior mereka dikelas atas, guru, kepala sekolah, dan petugas kebersihan. Interaksi bisa berlangsung di dalam kelas, selama pertemuan sekolah, di auditorium sekolah, atau pendidikan jasmani, perpustakaan dan lain-lain. Interaksi akan menambah pemahaman diantara siswa dan orang-orang yang berinteraksi dengan mereka. Lingkungan pembelajaran sosial akan efektif jika yang memberikan interaksi maksimal antara siswa dan guru selama pembelajaran.11

c. Lingkungan belajar spiritual

Lingkungan belajar spiritual mengacu pada pengaturan di sekolah yang mempromosikan perasaan kebersamaan di kalangan siswa. ini termasuk kegiatan yang membuat siswa menyadari bahwa manusia adalah organisme tergantung. Siswa membutuhkan makanan, kain, buku teks yang duhasilkan orang lain. Kama setiap orang saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya. Sekolah harus mempromosikan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa untuk membantu, berbagi, dan bekerja sama antara mereka. Setiap siswa harus merasa bahwa dia penting dan berharga untuk kelompok dan sekolah serta juga anggota lainnya. Para siswa perlu dibuat bangga oleh sekolah mereka, komunitas mereka, bangsa dan dunia mereka.12

d. Lingkungan belajar intelektual

Lingkungan belajar intelektual mengacu pada kegiatan yang mendukung perkembangan intelektual siswa. Mereka mencakup semua kegiatan yang membantu siswa untuk mendapatkan skor tinggi. Lingkungan belajar

10

Basennang Saliwangi, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafmdo Persada, 2006), h, 28-29.

11

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1985), Cet II, 12

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 32

intelektual akan efektif jika memungkinkan semua atau sebagian besar siswa di sekolah untuk mencapai skor tinggi di semua mata pelajaran akademik.

3. Peranan Sekolah

Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga maka sekolah bertugas mendidik, mengajar, serta memperbaiki dan memperluas tingkah laku anak didik yang dibawa keluarganya.

Sementara itu dalam mengembangkan kepribadian anak didik, peranan sekolah melalui kurikulum, antara lain sebagai berikut: a. Anak didik belajar bergaul sesame anak didik, antara guru dengan anak- anak didik dan antara anak didik dengan orang

yang bukan guru, (karyawan).

b. Anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah. c. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota

masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.13

Dapat dikatakan bahwa sebagian besar pembentukan kecerdasan, sikap dan minat sebagai bagian dari pembentukan kepribadian, dilaksanakan oleh sekolah. Kenyataan ini menunjukan betapa penting dan besar pengaruh dari sekolah.

4. Unsur-unsur Lingkungan Sekolah

Slamet menyatakan "faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gudang, metode belajar dan tugas rumah."14 Untuk lebih anjut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Metode Mengajar .

Salah satu komponen pendidikan ialah metode pendidikan. Setiap pendidik yang akan meakukan kegiatan mendidik perlu mengetahui bagaimana cara mendidik. Istilah lain cara mendidik yaitu

13

Hasbullah, Dasar-dasar. .,. ,h. 50 14

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,Qakarta:Rimka Cipta, 2010), h. 64

a. Metode Mengajar

Salah satu komponen pendidikan ialah metode pendidikan. Setiap pendidik yang akan meakukan kegiatan mendidik perlu mengetahui bagaimana cara mendidik. Istilah lain cara mendidik yaitu metode mengajar.

Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata peajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjaan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.

b. Kurikulum

Kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswanya. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Menurut, "Ary H Gunawan secara operasional kegiatan administasi atau manajemen kurikulum itu dapat meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru, peserta didik, dan seluruh sivitas akademika atau warga sekolah atau lembaga-pendidikan."15

Kegiatan yang berhubungan dengan guru seperti pembagian jam mengajar, tugas dalam mengikuti jadwal pelajaran, dan tugas guru dalam kegiatan PBM dalam hal ini seperti: membuat persiapan atau perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, serta mengevaluasi hasil

15

Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Makro, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), cet-1, hal. 80

pengajaran. Lalu kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik seperti kegiatan-kegiatan peserta didik demi suksesnya PBM tertera dalam jadwal kegiatan belajar yang telah disusun oleh sekolah secara terstruktur beserta jadwal tes atau ulangan atau ujian, dan jadwal kegiatan beajar yang diatur sendiri oleh siswa dalam strategi menyukseskan hasil studinya. Seorang pelajar yang studinya aktif dan kreatif biasa menyusun jadwal untuk waktu-waktu belajar, rekreasi atau rileks, tugas sosial dan sebagainya. c. Relasi Guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses situ sendiri. Dalam proses pendidikan disamping knowledge, skill, dan attitude guru juga harus memiliki kewibawaan, sebab dengan kewibawaan akan terciptanya suasana belajar yang sejuk antara murid dengan guru.

Menurut Madya Ekosusilo, "Kewibawaan adalah kelebhan rohani yang dimiliki oleh seseorang sehingga melalui kata-kata, sikap dan perbuatannya serta tingkah lakunya dapat menarik orang lain dengan penuh kesadaran tanpa adanya suatu paksaan."16

Guru-guru sebagai pendidik, dengan kewibawaannya dalam pergaulan membawa murid sebagai anak didik kearah kedewasaan. Memanfaatkan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan merupakan cara yang paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan cara ini pula maka hilanglah jurang pemisah antara guru dan anak didik.

d. Relasi Siswa dengan siswa

Menurut Oemar Hamalik, "hubungan-hubungan pribadi saling aksi dan mereaksi, penerimaan oleh anggota kelompok, kerjasama dengan teman-teman sekelompok akan menentukan perasaan puas dan rasa aman di sekolah."17

Hubungan siswa dengan siswa harus menunjukan suasana yang

16

Madyo Ekosusilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang: Effhar, 1990), h. 54 17

eduktif. Sesama siswa saling berkawan berolahraga bersama dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan diajak, saling bercerita, saling mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung perasaan teman sepergaulannya. Hubungan siswa dengan siswa adakalanya sederajat dan adakalanya lebih rendah atau lenih tinggi kedewasaannya. Dalam hal ini bisa terjadi adanya pergaulan sehari- hari yang berpengaruh negatif maupun positif.

e. Disiplin Sekolah •

Menurut Alisuf Sabri dalam bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan, "Disiplin adalah adanya ketersedian untuk mematuhi ketentuan untuk mematuhi atau peraturan-peraturan yang berlaku."18

Kepatuhan disini bukanlah karena paksaan, melainkan kepatuhan atas dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu. Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan dari hati sabubari anak itu sendiri. Dengan demikian pada khirnya disiplin itu menjadi disiplin diri sendiri.

Penanaman disiplin sekolah yang kurang terhadap siswa akan menimbulkan pelanggaran-pelanggaran, seperti terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti: kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian, dan bentuk-bentuk penyimpangan prilaku lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilih dan didengar sertadianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya terkadang melebihi pengaruh dari orang tuanya dirumah. Sikap dan prilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan

18

M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2005), Cet. 1, h. 54

siswa di sekolah. f. Fasilitas sekolah

Menurut Ahmad D. Marinda, "alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan utnuk tercapainya suatu pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan."19

Alat pendidikan dapat diartikan juga berbagai situasi dan kondisi, tindakan dan perlakuan, tingkah laku dan perbuatan yang secara langsung maupun tidak langsung ditujukan kepada tercapainya tujuan pendidikan. Menurut Madyo Ekosusilo, "alat pendidikan dapat dibedakan menjadi duamacam, yaitu alat pendidikan yang material dan alat pendidikan non material."20 Alat pendidikan yang material dapat diartikan alat-alat yang berwujud kebendaan atau benda-benda nyata yang diperlukan dalam proses pendidikan. Seperti gedung, meja, kursi, papan tulis, buku, dan lain-lain. Sedangkan alat pendidikan non material dapat berupa keadaan atau kondisi, tindakan dan perbuatan yang sengaja diciptakan sebagai sarana dalam melaksanakan pendidikan guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar peneriman bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.

Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa unsur penting, yaitu:

1) Letak lingkungan dan prasaranan fisik sekolah (gedung sekolah, meubelier, perlengkapan lainnya).

2) Kurikulum sekolah yang menguat gagasan-gagasan maupun

fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.

19

Hasbulah, Dasar-dasar ...., hal. 26 20

3) Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa, guru, non teaching specialist dan tenaga administrasi.

4) Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah. Sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari keluarga, sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap dan prilaku seorang anak, serta mempersiapkannya untuk penguasaan peranan-peranan baru dikemudian hari dikala anak atau orang tidak lagi menggantungkan hidupnya pada orang tua atau keluarganya.

Berbeda dengan sosialisasi dalam keluarga dimana anak masih dapat mengharap bantuan dari orang tua dan memperoleh perlakuan khusus disekolah anak dituntut untuk bias bersikap mandiri dan senantiasa memperoleh perlakuan yang tidak berbeda dari temen-temennya. Disekolah reward akan diberikan kepada anak yang terbukti mampu bersaing dan menunjukkan prestasi akademik yang baik. Di sekolah juga anak akan banyak bahwa untuk mencapai prestasi yang baik, maka yang diperlukan adalah kerja keras. Kurikulum pelajaran disekolah yang relative beragam semuanya menuntut kegigihan sendiri-sendiri bagi seorang siswa yang berhasil memperoleh nilai baik dalam mata pelajaran IPS misalnya ia belum tentu memperoleh pujian yang sama dalam mata pelajaran lainnya.

Sekolah juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya.

Anak yang tidak pernah sekolah akan tertingga;l dalam berbagai hal. Sebab sekolah sangat berpefan dalam meningkatkan pola piker anak karena di 100 sekolah mereka dapat belajar, bermacam-macam ilmu pengetahuan tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola piker serta kepribadian anaknya dengan anak yang masuk STM. Demikian pula yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya dengan orang yang tidak sekolah.21

Kehadiran di lingkungan sekolah merupakan perluasan lingkungan sosialnya dalam proses sosialisasinya dan merupakan faktor lingkungan

21

Drs. H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum IAIN, STAIN, PTAIS Fakultas MKDK, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), hal. 105

baru yang sangat menantang atau bahkan mencemaskan dirinya. Para guru dan teman-teman sekelas membentuk suatu sistem yang kemudian menjadi semacam lingkungan norma bagi dirinya. Selama tidak ada pertentangan, selama itu pula anak tidak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya. Namun, jioka salah satu kelompok dimana dirinya dapat diterima dengan baik.

Ada empat tahap proses penyesuain diri yang harus dilalui oleh anak selama membangun hubungan sosialnya, yaitu sebagai berikut:

1. Anak dituntut agar tidak merugikan orang lain serta menghargai dan menghormati hak orang lain.

2. Anak dididik untuk menaati peraturan-peraturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok.

3. Anak dituntut untuk lebih dewasa di dalam melakukan interaksi sosial berdasarkan asas saling memberi dan menerima.

4. Anak di tuntut untuk memahami orang lain.

Keempat tahap proses penyesuaian diri berlangsung dari proses yang sederhana ke proses yang semakin kompleks dan semakin menuntut penguasaan sistem respon yang kompleks pula. Selama proses penyesuaian diri, sangat mungkin terjadi anak menghadapi konflik yang dapat berakibat pada terhambatnya perkembangan sosial mereka. Sebagaimana dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga dituntut menciptakan iklim kehidupan sekolah yang kondusif bagi perkembangan sosial remaja. Sekolah merupakan salah satu lingkungan tempat remaja hidup dalam kesehariannya. Sebagaimana keluarga, sekolah juga memiliki potensi memudahkan atau menghambat perkembangan hubungan sosial remaja. Sebaliknya, sekolah yang iklim kehidupannya bagus dapat memperlancar atau bahkan memacu perkembangan hubungan sosial remaja.

Kondusif tidaknya iklim kehidupan sekolah bagi

perkembangan hubungan sosial remaja tersimpul dalam interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, keteladanan prilaku guru, etos keahlian atau kualiatas guru yang ditampilkan dalam

melaksanakan tugas profesionalnya sehingga dapat menjadi model bagi siswa yang tumbuh remaja. Hadir atau tidaknya faktor-faktor tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan hubungan sosial remaja, meskipun disadari pula bahwa sekolah bukanlah satu-satunya faktor penentu.22

g. Lingkungan dan Kesempatan

Seorang anak dan keluarga yang baik, memiliki intelijensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya baik, belum tentu dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Misalnya karena jarak antara rumah dan sekolah itu terlalu jauh, memerlukan kendaraan yang cukup lama sehingga melelahkan. Banyak pula anak-anak yang tidak dapat bel;ajar dengan hasil baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak ada kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lain yang terjadi di luar kemampuannya. Faktor lingkungan dan kesempatan ini lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada orang-orang dewasa.23

Selain itu juga sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etika, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Gedung sekolah, metode mengajar, hubungan guru dengan siswa, dan sebagainya. Apabila terjalin dengan baik akan membantu pencapaian prestasi belajar siswa24.

Sekolah seharusnya mempunyai kemampuan untuk membentuk pola perilaku anak didiknya. Yang tadinya belum tahu cara berbicara yang sopan dan santun, maka dengan arahan dan kewibawaan gurunya, berubahlah ia menjadi sosok anak baik yang membanggakan orang tuanya.

Akan tetapi kita semua tahu, setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi pembentukan pola perilaku seorang anak. Pertama, lingkungan di dalam rumahnya sendiri yang terdiri dari kedua orang tuanya, saudara kandungnya dan atau kerabat atau orang lain yang mungkin ikut

22

Mohammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Bumi Aksara), hal. 96-97

23

M. Ngalim Purwanto, M. Pd, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remana Rosdakarya, 1990), cet-5, hal. 105-106

24

Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), hal. 1

tinggal dan menjadi bagian dari keluarga besarnya. Kedua, lingkungan sekolahnya yang terdiri dari para pendidik, peserta didik yang lain baik setara, senior maupun juniornya. Ketiga, lingkungan diluar pagar rumahnya. Missal, tetangga RT, RW, kelurahan hingga kota bahkwan seluruh dunia. Mulai keluar dari pagaf rumahnya sang anak akan menghadapi sebuah komunitas atau norma-norma yang jauh berbeda dengan norma yang ada di rumah.

Biasanya secara normatif pola pembentukan di lingkungan keluarga dan sekolah akan saling melengkapi dan atau saling menguatkan. Seorang yang tadinya pemalu, takut bicara atau menyampaikan pendapat, maka berkat gemblengan para guru disekolahnya ia jadi pandai berorasi di depan teman-temannya.

Saat ini adalah era komunikasi Global. Tanpa harus terganggu oleh panjangnya jarak maupun sulitnya medan dan letak geografisnya, semua orang dimudah untuk saling berhubungan, bahkan dengan biaya yang relatif lebih murah serta banyak pilihan jenisnya, seperti SMS, Phone, Chatting, e-mail, Blogging konvensional maupun FB dan Twitter. yang dianggapnya ideal. Misalnya nilai-nilai moral atau agama maupun nilai-nilai ideal berdasar pemikiran filsafat maupun sains yang dikaguminya.

Rendahnya kontrol orang tua dan guru serta derasnya arus informasi global merupakan kombinasi yang buruk bagi pembentukan kepribadian anak dan remaja harapan bangsa ini. Kita akan semakin sulit membendung arus informasi yang masuk ke kepala dan jivva anak itu. Termasuk informasi tentang indahnya pergaulan bebas itu.

Dokumen terkait