• Tidak ada hasil yang ditemukan

"PENGARUH LINGKUNGAN SEKITAR SEOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR PESETA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS X-l SMA 2 MEI TANGERANG SELATAN",

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ""PENGARUH LINGKUNGAN SEKITAR SEOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR PESETA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS X-l SMA 2 MEI TANGERANG SELATAN","

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

iii Kelas X-l SMA2MEI.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh infonnasi tentang peranan pengaruh lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS kelas X-l SMA 2 MEI Tangsel. Peranan merupakan hal-hal yang semestinya harus dilakukan dalam menunjang keberhasilan terhadap hasil belajar peserta didik. Dalam kaitannya dengan penelitian ini ada dua variable pokok yang akan diteliti yakni agen sosialisasi keluarga dan hasil belajar IPS. Penelitian ini sendiri telah dilaksanakan pada bulan November-Maret 2014 di SMA 2 MEI.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas x SMA 2 MEI Tangerang selatan dan adapun sampel yang diambil sebanyak 35 siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan observasi, pretes dan posttes serta wawancara mendalam sehingga melahirkan berbagai pandangan berbeda mengenai fenomena yang diteliti serta diolah menggunakan metode quasi eksperimen sehingga .melahirkan keleluasaan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal mengenai pengaruh lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS.

t Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa pengaruh lingkungan sekitar seWah sebagai sumber belajar tehadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajarn IPS kelas X-l SMA 2 MEI Tangerang Selatan sangat berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Dengan demikian implikasi penelitian ini menyimpulkan bahwa peranan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang seharusnya dapat diterapkan pada sekolah SMA 2 MEI untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

(6)

iv

a learning resource tehadap learning outcomes of students in social studies classes X-l High School 2 MAY.

This study was conducted to obtain information about the role of environmental influences around the school as a learning resource students in social studies classes X-l High School 2 MAY Tangsel. Roles are things that should be done in supporting the success of the learning outcomes of students. In relation to this study, there are two main variables that will be examined which family socialization agents and learning outcomes IPS. The study itself was conducted in November-March 2014 in High School 2 MAY.

The research method used was a quasi-experimental method with a quantitative approach. The population in this study was the students of class X High School 2 MAY Tangerang south and as for the samples taken as many as 35 students. Data collection techniques in this study performed using observations, pretest and posttes well as in-depth interviews that gave birth to a variety of different perspectives on the phenomenon under study, and processed using quasi-experimental methods that gave birth to the freedom of knowledge to obtain a reliable truth about the influence of the environment around the school as a learning resource learners in social studies.

The results of this study suggest that the influence of the environment around the school as a learning resource tehadap learning outcomes of students in class X eyes pelajarn IPS-1 High School 2 MAY South Tangerang is very influential in the learning outcomes of students.

Thus the implications of this study concluded that the role of the school environment as a learning resource that should be applied to school high school 2 MAY to obtain better learning results.

(7)

v

yang berjudul "PENGARUH LINGKUNGAN SEKITAR SEOLAH SEBAGAI

SUMBER BELAJAR PESETA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS

KELAS X-l SMA 2 MEI TANGERANG SELATAN", ini dengan baik.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad

SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa cahaya Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan pikiran

telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki,

demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan,

dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifai, M.A.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah tulus dan ikhlas

(8)

vi

dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Jakiatin Nisa , M.Pd., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah

tulus dan ikhlas memberikan bimbingan, bantuan serta motivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang tidak terhingga banyaknya dan sangat berguna bagi

penulis.

6. Kedua orang tua tercinta Bapak Toepan Adi Soesanto dan ibu Retno Wahyu

Purwani yang senantiasa memberikan do'a, motivasi dan dukungan baik

moril dan materil kepada penulis selama ini dalam hal apapun, you are my

inspiration

7. Untuk kakak tercinta Hindri Yati Restu Ningtyas dan my little angel

Amanda Fanny Ghasiyah , serta seluruh keluarga besar. Terima kasih

karena kalian merupakan mutiara terindah yang diberikan Allah SWT

dalam hidup penulis.

8. Teman-teman seperjuangan penulis Nur Faidah ,S.Pd., Ratna Anggraini,

S.Pd., dan Mila Zufiah S. Pd, kalian merupakan kekuatan bagi penulis serta

(9)

vii

yang sedang saya kerjakan dan makanan serta minuman yang selalu kalian

berikan kepada saya agar saya lebih giat dalam menulis skripsi saya ini.

10.Untuk kakak angkat yang membantu saya menyelesaian skripsi ini dan

selalu memberikan dukungan kepada penulis secara terus menerus.

11.Terima kasih bagi dua sayap pelindung saya kalian adalah berdua adalah

kekuatan bagi saya dan berkat kalian juga saya bisa menyelesaikan skripsi

ini dengan hasil yang baik apapun yang saya lakukan semua hanya untuk

kalian sayap pelindungku.

12.Terima kasih kepada someone yang telah memberikan bantuannya serta

waktu untuk mengerjakan skripsi bersama dan memberikan masukan

-masukan yang tajam kepada penulis.

13.Keluarga Besar SMA 2 Mei dan murid - murid tercnta yang telah membantu

penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

14.Serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,

terima kasih atas doa dan bantuannya.

Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allah S.W.T.

memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan

kepada-Nya, Amin

Jakarta, 29 Mei 2014

(10)

viii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMB AR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Lingkungan ... 12

B. Lingkungan Sekitar Sekolah ... 13

1. Pengertian Lingkungan S ekolah ... 13

2. Lingkungan Sekolah Fisik dan Non Fisik ... 14

3. Peranan Sekolah ... 16

4. Unsur-unsur Lingkungan S ekolah ... 16

C. Sumber Belajar ... 25

1. Pengertian Sumber Belajar ... 25

2. Fungsi dan Manfaat Sumber Belajar ... 26

3. Macam-macam Sumber Belajar ... 27

D. Hasil Pembelajaran ... 28

1. Pengertian Belajar ... 28

2. Ciri-ciri Belajar ... 29

3. Tipe-tipe Belajar ... 30

(11)

ix

9. Faktor ekternal lainnya adalah faktor motivasi. "Motivasi adalah

segala sesuatu yang Macam-macam Hasil Belajar ... 39

10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 40

E. Kerangka Berpikir ... 41

F. Pengajuan Hipotesis (uji t)... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

B. Metode Penelitian ... 43

C. Variabel Penelitian ... 44

D. Populasi dan Sampel ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Analisis Butir Soal Penelitian ... 46

1. UjiValiditas ... 46

2. Uji Reliabilitas ... 47

3. Tingkat Kesukaran ... 48

4. DayaPembeda ... 48

G. Teknis Analisis Data ... 49

1. Penskoran (Uj i Normal Gain) ... 49

2. Uji Normalitas ... 49

3. Uj i Homogenitas ... 50

4. Uji t (Hipotesis) ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian... 52

1. Data Hasil Belajar ... 52

(12)

x

1. Penguj ian Hipotesis ... 55

2. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

(13)

xi

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 45

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Soal ... 46

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 47

Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran ... 48

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda ... 49

Tabel 4.1 Data hasil pretes kelas X-l ... 52

Tabel 4.2 Data hasil postest kelas X-l ... 53

Tabel 4.3 Kategori Nilai N-gain Kelas X-l ... 53

Tabel 4.4 Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas X-l ... 54

Tabel 4.5 Uji Homogenitas Pretest Kelas X-l ... 55

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Posttest Kelas X-l ... 55

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Hipotesis Uji-t Nilai Posttest... 56

(14)
(15)

1

Pendidikan sekolah, keluarga, dan masyarakat terdapat saling keterkaitan.

Di satu sisi, pendidikan adalah bagian dari kehidupan yang dituntut mampu

mengikuti perkemangan didalamnya. Di pihak lain, karena misi yang diemban

pendidikan tidak larut dalam pengaruh lingkungan sekitar. Pendidikan, dalam

hal ini tidak diharapkan hanya menjadi buih karena gelombnag perkembangan

zaman. Berdasarkan nilai-nilai yang diidealkan, pendidikan akan selalu berupya

menjalani kehidupan.

Kemajuan suatu masyarakat dan suatu bangsa sangat ditentukan

pembangunan sektor pendidikan dalam penyiapan Sumber Daya Manusia

(SDM) yang sesuai dengan perkembangan zaman. Sumber Daya Manusia

bangsa Indonesaia ke depan tidak terlepas dari fungsi pendidikan nasional.

Dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan:

"pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Program pendidikan didasarkan kepada tujuan umum pengajaran yang

diturunkan dari tiga sumber: masyarakat, siswa, dan bidang studi. Yang

diturunkan dari masyarakat mencakup konsep luas seperti membentuk manusia,

menjadikan manusia pembangunan, manusia berkepribadian, manusia

bertanggung jawab, dan sebagainya. Tujuan umum ini menyangkut

pertimbangan filsafat dan etika yang diturunkan dari harapan masyarakat, seperti

apa yang tercantum dalam falsafah bangsa, tujuan pendidikan nasional, seperti

1

(16)

apa yang tercantum dalam falsafah bangsa, tujuan pendidikan nasional, sifatlembaga pendidikan, nilai-nilai keagamaan, ideologi dan lain sebagainya. Tujuan

pendidikan adalah mancakup kesiapan jabatan, keterampilan memecahkan

masalah, penggunaan waktu senggang secara membangun, dan sebagainya

karena tiap siswa/anak mempvmyai harapan yang berbeda. Sementara itu tujuan

pendidikan berkaitan dengan bidang studi dapat dinyatakan lebih spesifik.

Misalnya dalam pelajaran bahasa untuk mengembangkan kemampuan

berkomunikasi secara mahir secara lisan dan tulisan. "Tujuan pendidikan secara

umum seperti itu menyangkut kemampuan luas yang akan membantu siswa

untuk berpartisipasi dalam masyarakat."2

Pada dasarnya setiap sekolah mendidik anak agar menjadi anggota

masyarakat yang berguna. Namun, pendidikan di sekolah sering kurang relevan

dengan kehidupan masyarakat. Kurikulum kebanyakan berpusat pada bidang

studi yang tersusun secara logis dan sistematis yang tidak nyata hubungannya

dengan kehidupan sehari-hari anak didik. Apa yang dipelajari anak didik

tampaknya hanya memenuhi kepentingan sekolah untuk ujian, bukan untuk

membantu totalitas anak didik agar lebih efektif dalam masyarakat.

Hal demikian disebabkan oleh beberapa dimensi orientasi pendidikan

yang tidak berjalan baik, yakni:

1. Dimensi status anak didik terentang dari anak didik berstatus sebagai objek

atau klien dan anak didik berstatus sebagai subjek atau warga dalam

pendidikan.

2. Dimensi orientasi pe'ndidikan kedua adalah fungsi guru sebagai pemegang

otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator sampai pada kutub lain guru

sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pendidikan.

3. Dimensi ketiga adalah materi pendidikan, yang memiliki rentang dari mated

bersifat materi oriented atau subject oriented sampai problem oriented. yang

bersifat sentralistis samapai manajemen yang bersifat desentralisasi atau

school based management.

2

(17)

Orientasi pendidikan kita cenderung memperlakukan peserta didik berstatus

sebagai objek atau klien, guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi

keilmuan dan indoktrinator, materi bersifat subject oriented, manajemen

bersifat sentralistis. Orientasi pendidikan yang kita pergunakan tersebut

menyebabkan praktek pendidikan kita mengisolir diri dari kehidupan yang riil

yang ada diluar sekolah, kurang relevan antara apa yang diajarkan dengan

kebutuhan dalam pekerjaan, terlalu terkonsentrasi pada pengembangan

intelektual yang tidak berjalan dengan.pengembangan individu.

Praktek pendidikan semacam itu yang memunculkan kesenjangan berupa kesenjangan. Kesenjangan akademik menunjukan bahwa ilmu yang dipelajari di sekolah tidak ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat sehari- hari. Hal ini disebabkan Karena guru tidak menyadari bahwa kita dewasa ini berada pada masa transisi yang berlangsung dengan cepat, dan tetap memandang sekolah sebagai suatu institusi yang berdiri sendiri yang bukan merupakan bagian dari masyarakatnya yang tengah berubah. Ditambah lagi dengan banyaknya guru yang tidak mampu mengaitkan mata pelajaran yangdiajarkan dengan fenomena sosial yang dihadapi masyarakat. Akibatnya guru terus terpaku pada pemikiran yang sempit.3

Adapun di dalam dictionary of education, pendidikan merupakan proses

pengembangan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya

dalam masyarakat dan lingkungan hidup. "Pendidikan juga sebagai proses sosial

ketika seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan

terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga memperoleh dan

mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individual yang

optimal."4

Hal demikian telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu

pendidikan Indonesia. Namun disisi lain, terdapat beberapa faktor yang

mengakibatkan mutu pendidikan sulit untuk ditingkatkan. Pertama. kebijakan

Hal demikian telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu

pendidikan Indonesia. Namun disisi lain, terdapat beberapa faktor yang

mengakibatkan mutu pendidikan sulit untuk ditingkatkan. Pertama. kebijakan

3

Harun Rasyid dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. (Bandung: CV Wacana Prima), hal. 27

4

(18)

dalam penyelenggaraan pendidikan menggunakan pendekatan hasil akhir.

Kebijakan ini hanya mengandalkan input yang baik untuk menghasilkan output

yang baik. Masalah proses hampir diabaikan. Kedua penyelenggaraan

pendidikan secara sentralistik. Keputusan birokrasi dalam hal ini hampir

menyentuh semua aspek sekolah yang kadang-kadang tidak sesuai dengan

kondisi sekolah tersebut. Akibatnya. sekolah kehilangan kemandirian, motivasi,

dan inisiatif untuk mengembangkan lembaganya. Ketiga peran serta masyarakat

dalam pengelolaan pendidikan masih kurang. Partisipasi masyarakat dalam

pendidikan hanya bersifat dukungan dana. Padahal yang lebih penting adalah

partisipasi dalam hal proses pendidikan yang meliputi: Pengambil keputusan,

monitoring, evaluasi dan akuntabilitas. Dengan demikian, Sekolah dan

masyarakat secara bersama-sama bertanggung jawab dan berkepentingan

terhadap hasil pelaksanaan pendidikan. Bukan sekolah yang bertanggung] awab

kepada masyarakat terhadap hasil pelaksanaan pendidikan itu sendiri.

Pada undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 yang sudah

dibahas diawal paragraph, maka dari waktu ke waktu bidang pendidikan

haruslah tetap menjadi prioritas dan menjadi orientasi untuk diusahakan

perwujudan sarana dan prasarananya terutama untuk sekolah. Salah satu tugas

pokok sekolah adalah menyiapkan siswa agar dapat mencapai

perkembangannya secara optimal. Seorang siswa dikatakan telah mencapai

perkembangannya secara optimal apabila siswa dapat memperoleh pendidikan

dan hasil belajar yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan minat yang

dimilikinya. Kenyataan menunjukkan bahwa disamping adanya siswa yang

berhasil secara gemilang, masih juga terdapat siswa yang memperoleh hasil

belajar yang kurang menggembirakan, bahkan ada diantara mereka yang tidak

naik kelas atau tidak lulus evaluasi belajar tahap akhir. Hal ini pula yang masih

menjadi permasalahan dengan hasil nilai KKM yang diberikan dapihak sekolah

terhadap peserta didik yang notabenenya menjadi acuan utama hasil belajar pada

sekolah tersebut. Padahal, kriteria hasil belajar peserta didik itu dilihat dari

sejauh mana kemampuan peserta didik menguasai permasalahan dirinya dengan

(19)

mengembangkan berbagai sumber' belajar disekitar sekolah yang kelak akan

membantu pada hasil belajar yang baik sesuai nilai KKM yang diberikan. Sebab,

pemberian tes ujian harian, tes soal-soal latihan bahkan ujian akhir sekolah

hanya melihat dari kemampuan akademik hasil akhir selama masa belajar bukan

pada proses belajar mengajarnya. Justru yang diinginkan kreatifitas peserta didik

adalah dapat memanfaatkan proses sumber belajar lingkungan sekolah dengan

baik.

Proses belajar mengajarlah yang akan menunjang terbentuknya kualitas

sumber daya manusia yang baik pula. Dalam proses belajar mengajar

diharapkan adanya perubahan tingkah laku yang terjadi padapeserta didik.

Perubahan tingkah laku perserta didik berbeda satu samalainnya. Hal ini

disebabkan karakteristik setiap peserta didik berbeda-beda. Perbedaan tersebut

meliputi perbedaan fisiologis seperti kesehatan pancaindra, perbedaan

psikologis seperti tingkat kecerdasan, motivasi, kemandirian, dan masih banyak

lagi. Dengan demikian walaupun mereka mengikuti proses belajar secara

bersamaan, hasil yang mereka capai akan berbeda-beda. Hasil belajar setiap

individu perlu diperhatikan oleh pihak sekolah maupun siswa itu sendiri, karena

kebanyakan siswa mengalami problem belajar yang berakibat kepada rendahnya

rata-rata nilai serta kurangnya sumber belajar peserta didik.

Sekolah memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap peserta

didik dalam proses belajar mengajar. Sekolah yang baik adalah dapat

memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang serta

memanfaatkannya untuk proses belajar mengajar bagi kebutuhan peserta didik.

Namun jika hal tersebut terdapat kekurangan, maka akan mempengaruhi proses

belajar mengajar serta hasil belajar siswa. Sumber belajar lingkungan sekolah

adalah terpenuhinya fasilitas sarana dan prasarana di lingkungan sekolah

tersebut. Adapun terlaksananya sumber belajar lingkungan sekolah menunjukan

keseriusan pihak sekolah menjalankan kewajibannya sebagai pihak yang

diamanatkan oleh Negara. Sumber belajar ini seperti keberadaan kantin, taman,

laboratorium sekolah, olahraga, OSIS, perpustakaan, masjid, ruang belajar

(20)

Terlihat pada saat observasi berlangsung pada tanggal 12 Februari 2013,

penulis menilai serta melihat kondisi lingkungan sekitar sekolah bahwa proses

belajar mengajar di sekolah tersebut hanya terpacu pada pemanfaatan sumber

belajar ruang kelas semata. Kegiatan sehari-hari lebih banyak dilakukan di

ruangan kelas. Dari mata pelajaran yang sifatnya adalah praktek di luar ruang,

mereka melakukannya di dalam kelas sebagai pembahsan teori mata

pelajarannya tersebut. Menurut saya, pembahasan teori dalam mata pelajaran

yang sifatnya adalah praktek langsung kelapangan, justru harus dilibatkan keluar

ruangan, agarpara peserta didik dapat lebih memahami lebih detail dan spesifik

terhadap teori pembahasan serta praktek.

Terfokusnya peserta didik di dalam kelas menimbulkkan kejenuhan

tersendiri yang akibatnya mengganggu kejiwaan si anak serta juga dapat

menjadikan peserta didik bermalasan. Wajar bila peserta didik tidak

menurutiapa yang disampaikan oleh guru dikelasnya ketika sedang proses

belajar mengajar. Ada yang mengabaikan tanggung jawabnya sebagai pelajar

yang ditunjukkan dalam sikap dan tindakannya seperti: tidak menaati peraturan

sekolah, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak mengikuti

upacara, tidak masuk kelas sebelum guru datang walaupun bel sudah berbunyi,

ramai di kelas saat guru menjelaskan, melalaikan tugas yang diberikan guru,

melanggar tata tertib sekolah, membolos, yang kesemuanya itu mencerminkan

kurangnya pemanfaatan sumber belajar lain selain ruang kelas sebagai salah satu

sumber belajar mereka.

Salah satu hal yang mendasari keinginan belajar siswa adalah timbulnya

kesadaran siswa untuk mau melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas

belajarnya dengan baik, sesuai dengan tanggung jawabnya sebagai pelajar.

Selain keinginan dalam belajar, faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar adalah lingkungan belajar sekitar di sekolah. Lingkungan sekitar sekolah

memberikan kontribusi besar terhadap pencapaian hasil belajar siswa.

Lingkungan belajar di sekolah mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik

dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang ada di sekitar

(21)

pengelolaannya agar interaksi belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Artinya

lingkungan fisik dapat difungsikan sebagai sumber atau tempat belajar yang

direncanakan atau dimanfaatkan.

Di ruang kelas proses belajar mengajar siswa pasif dan masih banyak siswa

yang memperoleh nilai dibawah standar dengan rata-rata nilai siswa sebesar

62,8. Khususnya siswa kelas X terlihat nilai IPS masih dibawah standar.

Sementara batas minimal ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah tersebut

adalah sebesar 70.

Tabel 1. 1

Rekapitulasi Nilai Siswa kelas X SMA 2 MEI

Kelas Laki-laki Perempuan Nilai < KKM Nilai > KKM

XI 13 23 15 Siswa 21 Siswa

X2 18 20 25 Siswa 3 Siswa

X2 15 17 10 Siswa 22 Siswa

Jumlah 46 60 50 Siswa 46 Siswa

Data tersebut menjelaskan masih adanya jumlah siswa yang mendapatkan

nilai dibawah standar lebih banyak. Ini artinya peran guru selama proses

pembelajaran belum memberdayakan seluruh potensi dirinya secara optimal.

Pembelajaran dilakukan dengan ceramah dan siswa mengerjakan soal-soal LKS

(lembar kerja siswa) tanpa memahami konsep secara mendalam. Hal ini

menyebabkan siswa kurang terlatih untuk menemukan, mengembangkan sendiri

fakta dan konsep dari materi pelajaran dan mengaplikasikan konsep-konsep

yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata sehingga kemampuan berfikir kritis

siswa kurang dapat berkembang dengan baik. Beberapa siswa dalam mengikuti

pelajaran belum sepenuhnya mampu mencerna pembelajaran dengan baik

karena dalam menyampaikan materi pembelajaran IPS guru masih cenderung

pembelajaran teacher centered. Proses pembelajaran kurang diminati siswa

dengan penyajian yang monoton, materi pelajaran tidak dikemas secara apik,

baik dari segi metode maupun media pengajaran, tidak banyak siswa yang mau

bertanya dalam proses pengajaran, siswa kurang berani mengemukakan gagasan

(22)

Dampak pembelajaran mendorong siswa belajar dengan hafalan dan tidak

secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap

konsep-konsep sehingga siswa menjadi pasif proses belajar dan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPS tidak dapat mencapai batas ketuntasan. Oleh

karena itu guru harus dapat merangsang siswa untuk membangun pemahaman

mereka sendiri dengan suatu metode pembelajaran yang menggunakan

kenyataan di dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara

berfikir kritis dan keterampilan menemukan dan mengembangkan sendiri fakta

dan konsep dari pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.

Salah satu cara untuk mendekatkan siswa kepada realitas obyektif

kehidupannya adalah dengan menyediakan sumber belajar yang dapat

membawa siswa belajar mengenai banyak hal yang berkaitan secara langsung

dengan fenomena sehari-hari dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber

belajar. Sumber belajar lingkungan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa, membuat siswa peka tehadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat, terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi di masyarakat dan

dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai untuk berperan

serta dalam kehidupannya.

Hal demikian di atas dapat dikatakan sebagai lingkungan sekolah yang

kurang kondusif. ini terlihat dengan kondisi kelas yang kurang memadai serta

kelengkapan fasilitas sekolah seperti laboraturium, lahan parkir, lapangan, dan

kantin sekolah yang terbilang sederhana. Menurut keterangan siswa, lingkungan

masyarakat mereka juga cenderung mengabaikan jam belajar masyarakat.

Sedikit sekali kepedulian terhadap hal tersebut. Bahkan lingkungan sekitar di

rasa kurang memberikan ruang yang cukup, seperti kesediaan perpustakaan

keliling, warnet, dan sebagainya.

Lokasi SMA 2 MEI Tangerang Selatan terletak di daerah Ciputat, suatu

lokasi yang strategis dan kondusif mudah dijangkau siswa yang berkediaman di

wilayah Ciputat, Pamulang, Bintaro dan sekitarnya. Sekolah tersebut berada

ditengah tengah permukiman penduduk yang terintegrasi pula dengan

(23)

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal demikian tentunya dapat

menjadikan sekolah tersebut dapat bersaing dengan sekolah-sekolah lain dalam

pengembangan sistem pendidikan yang keberadaamiya dalam lingkungan yang

masih memegang wawasan pendidikan.

Dalam pemaparan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa sekolah sangat

berperan penting dalam meningkatan hasil belajar siswa melalui sumber-sumber

belajar yang terdapat disekitar sekolah. Namun pemanfaatan sumber-sumber

tersebut tak sepenuhnya dijalankan oleh pihak sekolah, sehingga menghasilkan

kualitas belajar tidak maksimal. Dengan adanya masalah itu menjadikan peneliti

untuk berupaya mengidentifikasi lebih dalam lagi dalam penelitian yang

berjudul "Pengaruh Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPS Kelas X-l SMA 2 Mei Tangerang Selatan."

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan diatas, maka penulis

dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Terfokusnya peserta didik dalam belajar hanya dilakukan di dalam kelas.

2. Rendahnya hasil belajar di bawah KKM pada mata pelajaran IPS kelas X.

3. Terbatasnya Sumber Belajar peserta didik yang menyebabkan hasil belajar

IPS kurang baik.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan paparan identifikasi masalah di atas maka dapat diketahui

banyaknya masalah yang muncul dalam proses pembelajaran serta hasil belajar

IPS terhadap sumber belajar, maka penelitian ini membatasi hanya

pada:

1. Terfokusnya peserta didik dalam belajar hanya dilakukan di dalam kelas.

2. Rendahnya hasil belajar di bawah KKM pada mata pelajaran IPS kelas X.

(24)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah di atas, maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut: Apakah

terdapat pengaruh lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar terhadap

hasil belajar IPS peserta Didik pada mata pelajaran IPS kelas X-l SMA 2 MEI

Tangerang Selatan ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekitar sekolah sebagai

sumber belajar terhadap hasil belajar IPS peserta didik SMA 2 Mei

Tangerang Selatan.

b. Untuk mengetahui cara menempatkan lingkungan sekitar sekolah

sebagai sumber belajar peserta didik SMA 2 Mei Pada mata pelajaran

IPS.

c. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik melalui pemanfaatan

lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.

2. Manfaat Penelitian

a. Dapat memberikan masukan serta gambaran kepada sekolah mengenai

pengaruh lingkungan belajar dan belajar terhadap hasil belajar siswa

pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA 2 Mei Tangerang Selatan

yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

menetapkan kebijakan sekolah.

b. Bagi peneliti untuk mengetahui kondisi sebenarnya tentang lingkungan

sekolah yang mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah, sekaligus

sebagai bekal pengetahuan saat nanti peneliti terjun kedunia

pendidikan.

c. Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkatkan tercapainya

tujuan pendidikan.

(25)

11 1. Pengertian dari Lingkungan

Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar atau sekitar mahluk

hidup. Para ahli lingkungan memberikan definisi bahwa Lingkungan

{environment atau habitat) adalah suatu sistem yang kompleks dimana

berbagai faktor berpengaruh timbal-balik satu sama lain dan dengan

masyarakat tumbuh-tumbuhan. Menurut Ensiklopedia Kehutanan

menyebutkan bahwa Lingkungan adalah jumlah total dari faktor-faktor non

genetik yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi pohon. Ini

mencakup hal yang sangat luas, seperti tanah, kelembaban, cuaca, pengaruh

hama dan penyakit, dan kadang-kadang intervensi manusia.

Kepentingan atau pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap masyakat

tumbuhan berbeda-beda pada saat yang berlainan. Suatu faktor atau beberapa

faktor dikatakan penting apabila pada suatu waktu tertentu faktor atau

faktor-faktor itu sangat mempengaruhi hidup dan tumbuhnya

tumbuh-tumbuhan, karena dapat pada taraf minimal, maximal atau optimal,

menurut batas-batas toleransi dari tumbuh-tumbuhan atau masyarakat

masing-masing.

Lingkungan terbagi 2 yaitu Biotik dan Abiotik dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Komponen biotik (komponen makhluk hidup), misalnya binatang,

tumbuh-tumbuhan, dan mikroba.

b. Komponen abiotik (komponen benda mati), misalnya air, udara, tanah,

dan energi.

Berdasarkan segi trofik atau nutrisi, maka komponen biotik dalamekosistem terdiri atas duajenis sebagai berikut:

(26)

organik berasal dari bahan-bahan anorganik dengan bantuan klorofil dan energi utama berupa radiasi matahari. Oleh karena itu, organisme yang mengandung klorofil termasuk ke dalam golongan autotrof dan pada umumnya adalah golongan tumbuh- tumbuhan. Pada komponen nutrofik terjadi pengikatan energi radiasi matahari dan sintesis bahan anorganik menjadi bahan organik kompleks.

2. Komponen heterotrofik (heterotrophic). Kata heterotrof berasal dari kata hetero artinya berbeda atau lain, dan trophikos artinya menyediakan makanan. Komponen heterotrofik, yaitu organisme yang hidupnya selalu memanfaatkan bahan organik sebagai bahan makanannya, sedangkan bahan organik yang dimanfaatkan itu disediakan oleh organisme lain. Jadi, komponen heterotrofit memperoleh bahan makanan dari komponen autotrofik, kemudian sebagian anggota komponen ini menguraikan bahan organik kompleks ke dalam bentuk bahan anorganik yang sederhana dengan demikian, binatang, jamur, jasad renik termasuk ke dalam golongan komponen heterotrofik.5

B. Lingkungan Sekitar Sekolah 1. Pengertian Lingkungan Sekolah

Secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "lingkungan

diartikan sebagai suatu tempat yang mempengaruhi pertumbuhan manusia,

sedangkan menurut kamus Bahasa Inggris diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan lingkungan dan sarana.6 "Menurut Sartain (seorang Amerika ahli psikologi), sebagaimana dikutip oleh Hasbulllah yang

dimaksud dengan lingkungan meliputi Kondisi dan alam dunia ini, yang

dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan

perkembangan."7

Meskipun lingkungan sekitar sekolah tidak bertanggung jawab

terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat

menentukan, yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik.

Sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang didasari atau

5

Rita Maryana, dkk. Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1, h. 16.

6

Rita Maryana, dkk. Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1, h. 16.

7

(27)

tidak pasti akan mempengaruhi anak.

Pada dasarnya lingkungan mencakup:

a. Tempat (lingkungan fisik), yaitu: keadaan iklim, keadaan tanah dan keadaan alam

b. Kebudayaan (lingkungan budaya), dengan warisan budaya tertentu, seperti bahasa, seni ekonomi, ilmu pengetahuan,pandangan hidup, dan keagamaan. c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) seperti

keluarga, kelompok beriman, desa dan perkumpulan.8

Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan alat dalam proses

pendidikan (pakaian, keadaan, rumah, alat permainan buku-buku, dan alat

peraga) dinamakan lingkungan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara,

"lingkungan tersebut terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan organisasi pemuda, yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan."

2. Lingkungan Sekolah Fisik dan Non Fisik

Lingkungan menurut "Bambang Kartono mencakup dua aspek yaitu, lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik mengacu pada fasilitas fisik sekolah. Ini termasuk taman bermain, area pendidikan jasmani, ruang seni dan kerajinan, ruang Computer, laboratorium bahasa, lab kimia dan biologi, ruang perpustakaan dan lain-lain. Sedangkan lingkungan belajar non fisik mengacu pada kegiatan yang mendukung siswa untuk mengembangkan emosional, fisik, sosial, spiritual dan intelektual." 9

Lingkungan sekolah non fisik akan dibagi menjadi empat kelompok

yaitu:

a. Lingkungan belajar emosional

Lingkungan belajar emosional mengacu pada pengaturan disekolah yang membantu siswa agar kebutuhan belajar mereka terpenuhi. Kebutuhan tersebut yaitu, kebutuhan fisik atau dasar, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Sekolah harus memberikan mereka kesempatan untuk sukses dan memungkinkan mereka untuk belajar, mencari, mencoba, memeriksa atau menyelediki sendiri sehingga kebutuhan aktualisasi diri mereka terpenuhi. Orang yang tidak sehat secara fisik hampir tidak dapat

8

Hasbullah, Dasar-dasar ...., h. 33 9

(28)

berpartisipasi secara efektif di sekolah atau dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu sekolah perlu untuk mengatur kegiatan yang mendukung kesehatan yang baik dan kebugaran fisik siswa. Para siswa tidak dapat bersosialisasi dan mengembangkan spriritual dan intelektual mereka jika mereka tidak diberi cinta dan pengakuan oleh teman mereka, guru dan anggota lain darisekolah. Setelah dua kebutuhan terpenuhi, maka kebutuhan aktualisasi diri dapat diwujudkan. 10

b. Lingkungan belajar sosial

Lingkungan belajar sosial mengacu pada sekolah atau kegiatan sekolah yang mempromosikan sosialisasi siswa. Sekolah atau kegiatan belajar siswa yang memiliki kesempatan yang cukup untuk berinteraksi dengan teman-teman dikelas selama belajar dan dengan adik kelas mereka yang lebih rendah, senior mereka dikelas atas, guru, kepala sekolah, dan petugas kebersihan. Interaksi bisa berlangsung di dalam kelas, selama pertemuan sekolah, di auditorium sekolah, atau pendidikan jasmani, perpustakaan dan lain-lain. Interaksi akan menambah pemahaman diantara siswa dan orang-orang yang berinteraksi dengan mereka. Lingkungan pembelajaran sosial akan efektif jika yang memberikan interaksi maksimal antara siswa dan guru selama pembelajaran.11

c. Lingkungan belajar spiritual

Lingkungan belajar spiritual mengacu pada pengaturan di sekolah yang mempromosikan perasaan kebersamaan di kalangan siswa. ini termasuk kegiatan yang membuat siswa menyadari bahwa manusia adalah organisme tergantung. Siswa membutuhkan makanan, kain, buku teks yang duhasilkan orang lain. Kama setiap orang saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya. Sekolah harus mempromosikan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa untuk membantu, berbagi, dan bekerja sama antara mereka. Setiap siswa harus merasa bahwa dia penting dan berharga untuk kelompok dan sekolah serta juga anggota lainnya. Para siswa perlu dibuat bangga oleh sekolah mereka, komunitas mereka, bangsa dan dunia mereka.12

d. Lingkungan belajar intelektual

Lingkungan belajar intelektual mengacu pada kegiatan yang mendukung perkembangan intelektual siswa. Mereka mencakup semua kegiatan yang membantu siswa untuk mendapatkan skor tinggi. Lingkungan belajar

10

Basennang Saliwangi, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafmdo Persada, 2006), h, 28-29.

11

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1985), Cet II, 12

(29)

intelektual akan efektif jika memungkinkan semua atau sebagian besar siswa di sekolah untuk mencapai skor tinggi di semua mata pelajaran akademik.

3. Peranan Sekolah

Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga maka

sekolah bertugas mendidik, mengajar, serta memperbaiki dan memperluas

tingkah laku anak didik yang dibawa keluarganya.

Sementara itu dalam mengembangkan kepribadian anak didik, peranan sekolah melalui kurikulum, antara lain sebagai berikut: a. Anak didik belajar bergaul sesame anak didik, antara guru dengan anak- anak didik dan antara anak didik dengan orang

yang bukan guru, (karyawan).

b. Anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah. c. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota

masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.13

Dapat dikatakan bahwa sebagian besar pembentukan kecerdasan,

sikap dan minat sebagai bagian dari pembentukan kepribadian,

dilaksanakan oleh sekolah. Kenyataan ini menunjukan betapa penting dan

besar pengaruh dari sekolah.

4. Unsur-unsur Lingkungan Sekolah

Slamet menyatakan "faktor sekolah yang mempengaruhi belajar

mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar

pelajaran, keadaan gudang, metode belajar dan tugas rumah."14 Untuk lebih anjut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Metode Mengajar .

Salah satu komponen pendidikan ialah metode pendidikan. Setiap

pendidik yang akan meakukan kegiatan mendidik perlu mengetahui

bagaimana cara mendidik. Istilah lain cara mendidik yaitu

13

Hasbullah, Dasar-dasar. .,. ,h. 50 14

(30)

a. Metode Mengajar

Salah satu komponen pendidikan ialah metode pendidikan. Setiap

pendidik yang akan meakukan kegiatan mendidik perlu mengetahui

bagaimana cara mendidik. Istilah lain cara mendidik yaitu metode

mengajar.

Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru

yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.

Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru

kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru

tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau

terhadap mata peajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang

terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.

Diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjaan

di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang

lain.

b. Kurikulum

Kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh

lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswanya. Berdasarkan program

pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga

mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan sesuai

dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Menurut, "Ary H Gunawan secara operasional kegiatan administasi

atau manajemen kurikulum itu dapat meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu

kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru, peserta didik, dan seluruh

sivitas akademika atau warga sekolah atau lembaga-pendidikan."15

Kegiatan yang berhubungan dengan guru seperti pembagian jam

mengajar, tugas dalam mengikuti jadwal pelajaran, dan tugas guru dalam

kegiatan PBM dalam hal ini seperti: membuat persiapan atau perencanaan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, serta mengevaluasi hasil

15

(31)

pengajaran. Lalu kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik seperti

kegiatan-kegiatan peserta didik demi suksesnya PBM tertera dalam jadwal

kegiatan belajar yang telah disusun oleh sekolah secara terstruktur beserta

jadwal tes atau ulangan atau ujian, dan jadwal kegiatan beajar yang diatur

sendiri oleh siswa dalam strategi menyukseskan hasil studinya. Seorang

pelajar yang studinya aktif dan kreatif biasa menyusun jadwal untuk

waktu-waktu belajar, rekreasi atau rileks, tugas sosial dan sebagainya.

c. Relasi Guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses

tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses situ sendiri.

Dalam proses pendidikan disamping knowledge, skill, dan attitude guru

juga harus memiliki kewibawaan, sebab dengan kewibawaan akan

terciptanya suasana belajar yang sejuk antara murid dengan guru.

Menurut Madya Ekosusilo, "Kewibawaan adalah kelebhan rohani yang

dimiliki oleh seseorang sehingga melalui kata-kata, sikap dan perbuatannya

serta tingkah lakunya dapat menarik orang lain dengan penuh kesadaran

tanpa adanya suatu paksaan."16

Guru-guru sebagai pendidik, dengan kewibawaannya dalam

pergaulan membawa murid sebagai anak didik kearah kedewasaan.

Memanfaatkan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan merupakan cara

yang paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan cara

ini pula maka hilanglah jurang pemisah antara guru dan anak didik.

d. Relasi Siswa dengan siswa

Menurut Oemar Hamalik, "hubungan-hubungan pribadi saling aksi dan

mereaksi, penerimaan oleh anggota kelompok, kerjasama dengan

teman-teman sekelompok akan menentukan perasaan puas dan rasa aman di

sekolah."17

Hubungan siswa dengan siswa harus menunjukan suasana yang

16

Madyo Ekosusilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang: Effhar, 1990), h. 54 17

(32)

eduktif. Sesama siswa saling berkawan berolahraga bersama dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan diajak, saling

bercerita, saling mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung perasaan

teman sepergaulannya. Hubungan siswa dengan siswa adakalanya

sederajat dan adakalanya lebih rendah atau lenih tinggi kedewasaannya.

Dalam hal ini bisa terjadi adanya pergaulan sehari- hari yang berpengaruh

negatif maupun positif.

e. Disiplin Sekolah •

Menurut Alisuf Sabri dalam bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan,

"Disiplin adalah adanya ketersedian untuk mematuhi ketentuan untuk

mematuhi atau peraturan-peraturan yang berlaku."18

Kepatuhan disini bukanlah karena paksaan, melainkan kepatuhan

atas dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi

peraturan-peraturan itu. Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan dari

hati sabubari anak itu sendiri. Dengan demikian pada khirnya disiplin itu

menjadi disiplin diri sendiri.

Penanaman disiplin sekolah yang kurang terhadap siswa akan

menimbulkan pelanggaran-pelanggaran, seperti terhadap berbagai aturan

dan tata tertib sekolah yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan

sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti: kasus bolos, perkelahian,

nyontek, pemalakan, pencurian, dan bentuk-bentuk penyimpangan prilaku

lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor

dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah

seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan

mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilih

dan didengar sertadianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu

dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya terkadang melebihi

pengaruh dari orang tuanya dirumah. Sikap dan prilaku yang ditampilkan

guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan

18

(33)

siswa di sekolah.

f. Fasilitas sekolah

Menurut Ahmad D. Marinda, "alat pendidikan adalah suatu tindakan

atau situasi yang sengaja diadakan utnuk tercapainya suatu pendidikan yang

tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat

dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan."19 • Alat pendidikan dapat diartikan juga berbagai situasi dan kondisi,

tindakan dan perlakuan, tingkah laku dan perbuatan yang secara langsung

maupun tidak langsung ditujukan kepada tercapainya tujuan pendidikan.

Menurut Madyo Ekosusilo, "alat pendidikan dapat dibedakan menjadi

duamacam, yaitu alat pendidikan yang material dan alat pendidikan non

material."20 Alat pendidikan yang material dapat diartikan alat-alat yang berwujud kebendaan atau benda-benda nyata yang diperlukan dalam proses

pendidikan. Seperti gedung, meja, kursi, papan tulis, buku, dan lain-lain.

Sedangkan alat pendidikan non material dapat berupa keadaan atau kondisi,

tindakan dan perbuatan yang sengaja diciptakan sebagai sarana dalam

melaksanakan pendidikan guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena

alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula

oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang

lengkap dan tepat akan memperlancar peneriman bahan pelajaran yang

diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan

menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.

Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa unsur penting,

yaitu:

1) Letak lingkungan dan prasaranan fisik sekolah (gedung sekolah,

meubelier, perlengkapan lainnya).

2) Kurikulum sekolah yang menguat gagasan-gagasan maupun

fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.

19

Hasbulah, Dasar-dasar ...., hal. 26 20

(34)

3) Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa,

guru, non teaching specialist dan tenaga administrasi.

4) Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.

Sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari keluarga,

sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam

pembentukan sikap dan prilaku seorang anak, serta mempersiapkannya

untuk penguasaan peranan-peranan baru dikemudian hari dikala anak atau

orang tidak lagi menggantungkan hidupnya pada orang tua atau

keluarganya.

Berbeda dengan sosialisasi dalam keluarga dimana anak masih dapat

mengharap bantuan dari orang tua dan memperoleh perlakuan khusus

disekolah anak dituntut untuk bias bersikap mandiri dan senantiasa

memperoleh perlakuan yang tidak berbeda dari temen-temennya. Disekolah

reward akan diberikan kepada anak yang terbukti mampu bersaing dan

menunjukkan prestasi akademik yang baik. Di sekolah juga anak akan

banyak bahwa untuk mencapai prestasi yang baik, maka yang diperlukan

adalah kerja keras. Kurikulum pelajaran disekolah yang relative beragam

semuanya menuntut kegigihan sendiri-sendiri bagi seorang siswa yang

berhasil memperoleh nilai baik dalam mata pelajaran IPS misalnya ia belum

tentu memperoleh pujian yang sama dalam mata pelajaran lainnya.

Sekolah juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya.

Anak yang tidak pernah sekolah akan tertingga;l dalam berbagai hal. Sebab sekolah sangat berpefan dalam meningkatkan pola piker anak karena di 100 sekolah mereka dapat belajar, bermacam-macam ilmu pengetahuan tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola piker serta kepribadian anaknya dengan anak yang masuk STM. Demikian pula yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya dengan orang yang tidak sekolah.21

Kehadiran di lingkungan sekolah merupakan perluasan lingkungan

sosialnya dalam proses sosialisasinya dan merupakan faktor lingkungan

21

(35)

baru yang sangat menantang atau bahkan mencemaskan dirinya. Para guru

dan teman-teman sekelas membentuk suatu sistem yang kemudian menjadi

semacam lingkungan norma bagi dirinya. Selama tidak ada pertentangan,

selama itu pula anak tidak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan

dirinya. Namun, jioka salah satu kelompok dimana dirinya dapat diterima

dengan baik.

Ada empat tahap proses penyesuain diri yang harus dilalui oleh anak

selama membangun hubungan sosialnya, yaitu sebagai berikut:

1. Anak dituntut agar tidak merugikan orang lain serta menghargai dan

menghormati hak orang lain.

2. Anak dididik untuk menaati peraturan-peraturan dan menyesuaikan diri

dengan norma-norma kelompok.

3. Anak dituntut untuk lebih dewasa di dalam melakukan interaksi sosial

berdasarkan asas saling memberi dan menerima.

4. Anak di tuntut untuk memahami orang lain.

Keempat tahap proses penyesuaian diri berlangsung dari proses yang

sederhana ke proses yang semakin kompleks dan semakin menuntut

penguasaan sistem respon yang kompleks pula. Selama proses penyesuaian

diri, sangat mungkin terjadi anak menghadapi konflik yang dapat berakibat

pada terhambatnya perkembangan sosial mereka. Sebagaimana dalam

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga dituntut menciptakan iklim

kehidupan sekolah yang kondusif bagi perkembangan sosial remaja.

Sekolah merupakan salah satu lingkungan tempat remaja hidup

dalam kesehariannya. Sebagaimana keluarga, sekolah juga memiliki

potensi memudahkan atau menghambat perkembangan hubungan

sosial remaja. Sebaliknya, sekolah yang iklim kehidupannya bagus dapat

memperlancar atau bahkan memacu perkembangan hubungan sosial

remaja.

Kondusif tidaknya iklim kehidupan sekolah bagi

(36)

melaksanakan tugas profesionalnya sehingga dapat menjadi model bagi siswa yang tumbuh remaja. Hadir atau tidaknya faktor-faktor tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan hubungan sosial remaja, meskipun disadari pula bahwa sekolah bukanlah satu-satunya faktor penentu.22

g. Lingkungan dan Kesempatan

Seorang anak dan keluarga yang baik, memiliki intelijensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya baik, belum tentu dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Misalnya karena jarak antara rumah dan sekolah itu terlalu jauh, memerlukan kendaraan yang cukup lama sehingga melelahkan. Banyak pula anak-anak yang tidak dapat bel;ajar dengan hasil baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak ada kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lain yang terjadi di luar kemampuannya. Faktor lingkungan dan kesempatan ini lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada orang-orang dewasa.23

Selain itu juga sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etika, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Gedung sekolah, metode mengajar, hubungan guru dengan siswa, dan sebagainya. Apabila terjalin dengan baik akan membantu pencapaian prestasi belajar siswa24.

Sekolah seharusnya mempunyai kemampuan untuk membentuk pola

perilaku anak didiknya. Yang tadinya belum tahu cara berbicara yang sopan

dan santun, maka dengan arahan dan kewibawaan gurunya, berubahlah ia

menjadi sosok anak baik yang membanggakan orang tuanya.

Akan tetapi kita semua tahu, setidaknya ada tiga faktor yang

mempengaruhi pembentukan pola perilaku seorang anak. Pertama,

lingkungan di dalam rumahnya sendiri yang terdiri dari kedua orang tuanya,

saudara kandungnya dan atau kerabat atau orang lain yang mungkin ikut

22

Mohammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Bumi Aksara), hal. 96-97

23

M. Ngalim Purwanto, M. Pd, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remana Rosdakarya, 1990), cet-5, hal. 105-106

24

(37)

tinggal dan menjadi bagian dari keluarga besarnya. Kedua, lingkungan

sekolahnya yang terdiri dari para pendidik, peserta didik yang lain baik

setara, senior maupun juniornya. Ketiga, lingkungan diluar pagar rumahnya.

Missal, tetangga RT, RW, kelurahan hingga kota bahkwan seluruh dunia.

Mulai keluar dari pagaf rumahnya sang anak akan menghadapi sebuah

komunitas atau norma-norma yang jauh berbeda dengan norma yang ada di

rumah.

Biasanya secara normatif pola pembentukan di lingkungan keluarga

dan sekolah akan saling melengkapi dan atau saling menguatkan. Seorang

yang tadinya pemalu, takut bicara atau menyampaikan pendapat, maka berkat

gemblengan para guru disekolahnya ia jadi pandai berorasi di depan

teman-temannya.

Saat ini adalah era komunikasi Global. Tanpa harus terganggu oleh

panjangnya jarak maupun sulitnya medan dan letak geografisnya, semua

orang dimudah untuk saling berhubungan, bahkan dengan biaya yang relatif

lebih murah serta banyak pilihan jenisnya, seperti SMS, Phone, Chatting,

e-mail, Blogging konvensional maupun FB dan Twitter. yang dianggapnya

ideal. Misalnya nilai-nilai moral atau agama maupun nilai-nilai ideal berdasar

pemikiran filsafat maupun sains yang dikaguminya.

Rendahnya kontrol orang tua dan guru serta derasnya arus informasi

global merupakan kombinasi yang buruk bagi pembentukan kepribadian anak

dan remaja harapan bangsa ini. Kita akan semakin sulit membendung arus

informasi yang masuk ke kepala dan jivva anak itu. Termasuk informasi

tentang indahnya pergaulan bebas itu.

C. Sumber Belajar

1. Pengertian Sumber Belajar

Sumber belajar dapat diartikan segala sesuatu yang dapat digunakan siswa

untuk belajar, baik yang secara khusus dirancang untuk belajar maupun tidak.

Bertitik tolak dari pengerian tersebut, sebenarnya sumber belajar itu ada

(38)

keperluan belajar maupun yang secara alamiah tersedia di lingkungannya,

baik itu yang berupa manusia maupun bukan manusia yang dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan proses pebelajaran.

Sumber belajar menurut Yusufhadi Miarso dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a) sumber belajar yang direncanakan (by design) dan b) sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization). Sumber belajar yang direncanakan (by design) yaitu sumber belajar yang secara khusus atau sengaja dirancang dan dibuat untuk keperluan belajar, misalnya buku,video, kaset audio, modul, dan slide suara. Sedangkan sumber belajar karena dimanfaatkan (by utization) yaitu sumber-sumber yang tidak secara khusus atau sengaja direncanakan untuk keperluan belajar namun dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar, seperti museum, pasar, toko, kantor pos, tokoh masyarakat.25

2. Fungsi dan Manfaat Sumber Belajar

Penggunaan sumber belajar dalam proses pembelajaran memiliki

beberapa fungsi yaitu:

a. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih

keperluan belajar, seperti museum, pasar, toko, kantor pos, tokoh

masyarakat.26

2. Fungsi dan Manfaat Sumber Belajar

Penggunaan sumber belajar dalam proses pembelajaran memiliki

beberapa fungsi yaitu:

a. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih

individual dengan jalan:

1. Mengurangi kontrol dosen atau guru yang kaku dan tradisional.

2. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa/siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.

b. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan:

1. Mengurangi beban dosen/guru dalam penyajian informasi sehingga lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar.

2. Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik.

c. Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan:

1. Meningkatkan kemampuan manusia dengan berbagai media

25

Yusuf Hadi Miarso, Defmisi Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1986), hal. 9 26

(39)

komunikasi.

2. Penyajian informasi dan data secara lebih konkrit.

d. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan jalan:

1. Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis.

2. Pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi oleh penelitian tentang perilaku.

e. Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas terutama dengan adnya media massa, dengan jalan:

1. Pemanfaatan bersama secara lebih luas tenaga ataupun kejadian yang langka.

2. Penyajian informasi yang mampu menembus batas geografis. f. Memungkinkan belajar seketika, karena dapat:

1. Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang bersifat konkrit.

2. Memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.27

Melihat fungsi dan kemanfaatan yang ditimbulkan oleh sumber belajar

tersebut di atas, tentunya akan lebih baik apabila dalam proses pembelajaran

dapat digunakan macam sumber belajar yang tersedia, baik itu yang didisain

maupun yang dimanfaatkan untuk memaksimalkan kualitas pembelajaran

yang dilakukan, karena diasumsikan semakin banyak variasinya tentu akan

semakin baik pemahaman siswa/mahasiswa.

Namun demikian tampaknya belum semua guru/dosen telah

memanfaatkan sumber belajar secara optimal.

3. Macam-macam Sumber Belajar a. Menurut Sifat Dasamya

1) Manusia (Human)

Manusia sebagai sumber belajar dibedakan menjadi: yang

secara khusus dipersiapkan menjadi sumber belajar di Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan yaitu para guru atau guru bantu dan

ada juga mereka yang tidak dipersiapkan menjadi sumber belajar tapi

dapat diberdayakan seperti ahli bank, pengusaha, artis, ulama' para

pekerja dan sebagainya.

27

(40)

2) Non Manusia (Non-Human)

Yang termasuk sumber belajar non manusia yaitu pesan, teknik,

lingkungan, benda-benda material, ruang dan tempat, alat dan perabot,

serta kegiatan.

b. Menurut Segi Pengembangannya

1) Direncanakan

Adalah sumber belajar yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan

pengajaran contoh: peta, globe, peta timbul dan sebagainya.

2) Tidak direncanakan

Adalah sumber belajar yang tidak dirancang secara khusus untuk

mencapai tujuan pengajaran dan telah tersedia didalam maupun diluar

lingkungan sekolah seperti: museum, masjid, pasar, taman, dan

lain-lain.

c. Berdasarkan Pendekatan Teknologi Instruksional

1) Pesan

Adalah informasi atau ajaran yang disampaikan oleh komponen

sumber belajar lainnya, meliputi: ide-ide, fakta dan lain-lain.

2) Orang

Adalah yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji

pesan. Contoh: guru, dosen, tutor, siswa dan lain-lain

3) Bahan

Adalah perangkat lunak yang dapat dijadikan penyampai pesan yang

dapat disajikan kepada siswa melalui penggunaan alat ataupun oleh

diri sendiri, contoh: film stripe, radio cassette, buku, dan lain-lain

4) Alat

Adalah perangkat keras yang dipergunakan untuk menyampaikan

yang tersimpan didalam bahan. Contoh: OHP, pesawat radio, pesawat

televisi, LCD, dan lain-lain.

5) Teknik

Adalah prosedur atau panduan serta acuan yang dipersiapkan untuk

(41)

penyampaian pesan. Contoh: cara belajar siswa aktif, keterampilan

proses, dan lain-lain.

6) Lingkungan

Adalah segala sesuatu yang berada disekitar siswa atau sekolah baik

yang berbentuk fisik maupun non fisik. Contoh: gedung sekolah

perpustakaan, penerangan, suasana belajar, dan lain-lain.28

D. Hasil Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kewajiban bagi setiap manusia, karena sebagai

makhluk sosial dan berbudaya memerlukan perkembangan yang baik antara

dirinya dan lingkungannya. Sehingga dengan belajar manusia dapat

mengembangkan dirinya.

Belajar didefmisikan "suatu proses usaha yang dilakukan untuk

memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya."29 Menurut Gagne belajar adalah "suatu proses dimana suatu organisme

berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman," sedangkan menurut .

Henry E. Garret "belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka

waktu yang lama melailui latihan maupun pengalaman yang membawa

perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang

tertentu."30

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotorik.

28

Darwyan Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Putra Grafika, 2007), hal. 118-123.

29

Drs. Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Tarslto, 1996), cet-1, hal. 2

30

(42)

2. Ciri-ciri Belajar

Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa

perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar, yaitu:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu

atau sekurang-kurangnya individu telah merasakan telah terjadi adanya

perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu

berlangsung terus-menerus dan tidak statis.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuataii belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan

tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya"

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi dalam belajar bersifat menetap atau permanen.

ini berarti perubahan yang terjadi setelah belajar bersifat menetap.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang ingin dicapai.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar

meliputi perubahan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai

hasilnya akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh

dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.

3. Tipe-tipe Belajar

Dalam buku The Condition of Learning Gagne mengemukakan delapan tipe

belajar, yang membentuk suatu hierarki dari yang paling sederhana sampai

dengan yang paling kompleks, yaitu:

a. Belajar tanda-tanda atau signal learning. Individu belajar mengenai

dan memberi respon kepada tanda-tanda.

b. Belajar perangsang-jawaban atau stimulus-respons learning. Belajar

(43)

dengan jawaban.

c. Rantai perbuatan atau chaining. Individu belajar melakukan rentetan

kegiatan yang membentuk satu kesatuan.

d. Hubungan verbal atau verbal association. Hubungan verbal berbentuk

hubungan bahasa.

e. Belajar membedakan atau discrimination learning. Individu belajar

melihat perbedaan dan juga persamaan sesuatu benda dengan yang

lainnya.

f. Belajar konsep atau concept learning. Tipe belajar ini menyangkut

pemahaman dan penguasaan konsep. Dengan menguasai konsep siswa

dapat membedakan hal-hal baru yang diperoleh dalam belajar.

g. Belajar aturan-aturan atau rule learning. Individu belajar aturan-aturan

yang ada di masyarakat, di sekolah, di rumah ataupun aturan

perdagangan, pemerintahan bahkan ilmu pengetahuan.

h. Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning. Dalam

kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalahyang

harus dipecahkan.31

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga

macam, yaitu:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni aspek fisiologis

(kondisi jasmani) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ dan

sendi-sendi yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa

dalam mengikuti pelajaran, dan aspek psikologis (kondisi rohani) yang

dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran

siswa, dalam kondisi rohani siswa terdiri dari lima faktor, yakni: a)

tingkat kecerdasan siswa, b) sikap siswa, c) bakat siswa, d) minat

siswa, e) motifasi siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

31

Gambar

Gambar 2. 1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ....................... 40
Tabel 1. 1
Gambar 2. 1
Tabel 3.1 Rancangan Desain the one group pretest-posttest design
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatnya yang tak terhingga berupa kesehatan serta kemampuan sehingga penulis

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi guru dan siswa, LKS untuk pengamatan siswa, serta tes hasil belajar siswa.. Hasil penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan metode pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan melalui observasi, wawancara dengan pihak