• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM

3.2 Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Karena

3.2.2 Lingkungan Sekolah

1. Cuplikan (hlm.54)

Ia adalah anak teladan yang tidak memiliki masalah kedisplinan dan mempelajari apa pun dengan sangat cepat hingga Noriyoshi merasa bangga dan ia adalah murid kesayangan guru-gurunya di sekolah. Natsuko yakin bahkan sejak usia semuda itu ia dapat meraih apa pun yang ia inginkan jika ia bertahan dan bertekad untuk mewujudkannya.

Namun ada saat-saat ketika jiwa anak kecil dalam diri Natsuko merasa takut akan energi dan kekuatan emosinya sendiri dan ambisi yang jauh melampaui usianya dan bertanya-tanya mengapa ia tak dapat bermain, menyanyi, menari, dan menangis seperti anak-anak lain yang menjauhinya karena menurut mereka ia anak yang aneh.

“Mengapa anak-anak lain menjauhiku?” ia bertanya pada kakaknya Sentaro, lebih karena rasa ingin tahu daripada hal lainnya.

Analisis

Pada cuplikan di atas ditunjukkan bahwa Ichiyo mengalami konflik batin dalam dirinya disebabkan karena ia tidak dapat bertingkah laku seperti anak-anak lain di sekolahnya. Ada kecemasan yang timbul karena ia tidak dapat bergaul dengan anak lain sebagaimana mestinya. Ia tidak dapat bermain, menyanyi, menari dan menangis seperti anak-anak lain. Di usia semuda itu ia sudah memiliki impian dan bertekad untuk mewujudkan impiannya. Suatu pemikiran yang terlalu dalam bagi anak-anak pada usianya. Dengan pemikiran tersebut, akhirnya Ichiyo tidak dapat bergaul dengan teman-temannya. Ia hanya fokus dengan buku-buku bacaannya. Hal itulah yang membuat anak-anak lain tidak dapat bergaul dengan Ichiyo dan berpikir untuk menjauhinya karena menurut mereka ia anak yang aneh.

Dalam dinamika kepribadian menurut Sigmund Freud, kecemasan seperti ini tergolong dalam kecemasan moral. Perasaan bersalah dan rasa takut dalam batin Ichiyo apakah dia telah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai moral anak-anak seusianya karena energi dan

kekuatan emosi dan ambisi yang jauh melampaui usianya sehingga ia dijauhi oleh anak-anak lainnya. Meskipun sebenarnya ia tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai moral.

2. Cuplikan (hlm.76)

“Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa miskin dan lemah dibandingkan teman-temanku meskipun tak seharusnya aku merasa demikian,” ungkap Ichiyo di dalam salah satu halaman buku hariannya selama masa ini. “Namun dari cara mereka memandang pakaianku yang kusam dan rambutku yang polos tanpa hiasan, aku tahu mereka tidak menganggapku bagian dari mereka. Karena itu aku, seperti biasa, berdiri di luar memandang ke dalam. Akankah selalu demikian? Inikah jalan hidupku?”

Analisis

Dalam cuplikan ini ditunjukkan kondisi Ichiyo mengalami rasa rendah diri di hadapan teman-temannya karena ia miskin. Ia merasa dipandang hina karena hanya memiliki pakaian yang kusam dan rambut yang polos tanpa hiasan. Dalam hal ini, tampak bahwa Ego Ichiyo telah kalah pada Super ego. Ego seharusnya dapat berpikir realistis bahwa ia tidak boleh memandang hina dirinya sendiri. Ia seharusnya tetap merasa berharga dan spesial karena ia memiliki bakat sastra yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh teman-teman lainnya. Tidak peduli walaupun ia berasal dari keluarga yang miskin yang tidak mampu membuatnya memiliki pakaian mewah dan hiasan rambut yang indah. Ia tidak perlu merasa

rendah diri di hadapan teman-temannya karena ia tidak melakukan hal yang bertentangan dengan nilai moral yang berlaku di masyarakat. Ego tidak dapat mengendalikan pikirannya.

Pada bagian cuplikan yang terakhir tersirat adanya kecemasan dalam kata-katanya. Ia cemas terhadap kondisinya yang demikian. Cemas terhadap pandangan teman-temannya yang seperti tidak menganggap dia adalah bagian dari mereka. Kecemasan dalam cuplikan ini tergolong dalam kecemasan realistik dalam dinamika kepribadian Sigmund Freud. Kecemasan yang takut kepada bahaya yang nyata dari luar. Bahaya dalam konteks cuplikan ini adalah tidak adanya pengakuan yang menganggap Ichiyo sebagai bagian dari diri teman-temannya.

3. Cuplikan (hlm.78-79)

“Semua gadis membicarakan tentang pakaian indah dan mahal yang akan mereka pakai, kimono terbaik, mungkin dengan emblem keluarga mereka yang terpampang, sutra, lavender (putih, merah muda, biru), pesta tersebut akan dipenuhi rangkaian pelangi baju-baju indah!”

“Belum pernah aku merasa membutuhkan pakaian bagus dan Tuhan pun tahu aku tak memilikinya! Tapi sekarang aku merasa tertekan memikirkan akan pergi ke acara itu dengan memakai pakaian lamaku, itik yang buruk rupa di antara kecantikan dan kemewahan gadis-gadis lain.”

Setelah lama dilanda keraguan, pemberitahuan Ichiyo bahwa ia tetap akan menghadiri pesta itu membuat Furuya panik. Dari mana mereka akan mendapatkan pakaian yang pantas untuk Ichiyo dalam waktu yang

setelah mencari dengan susah payah, Furuya berhasil menemukan sebuah kimono yang bisa dianggap terbaik yang mereka miliki, namun bahkan bagi Ichiyo yang buta mengenai mode, kimono itu jelas terlihat kusam, bekas pakai, dan tak sebagus sebelumnya.

Ichiyo ragu-ragu agak lama, sangatlah menggoda untuk menyerah dan tidak datang serta mempermalukan diri sendiri, namun ia dapat melihat kekecewaan di mata ayahnya bila ia tidak mau menghadiri pertemuan bergengsi itu hanya karena sebuah kimono bekas. Setelah bergulat sejenak dengan harga dirinya, Ichiyo tahu ia tak mungkin mengecewakan Noriyoshi, tak peduli ia harus muncul dengan pakaian yang bahkan tak akan diberikan para gadis lain kepada pelayan mereka.

Ia menegakkan tubuhnya dan berkata tegas, “Tak ada yang dapat menghentikanku untuk datang ke sana, dan kimono ini? Mengapa memangnya, ini hanyalah penutup tubuh, pada akhirnya, yang terpenting adalah karya tulisanku, kan?”

Analisis

Dalam cuplikan ini ditunjukkan kondisi Ichiyo merasa tertekan yang sangat dalam karena ia tidak memiliki satu pun pakaian bagus yang layak untuk dipakainya ke acara kompetisi puisi yang diadakan di Haginoya. Dia berpikir semua gadis pasti akan memakai pakaian indah dan mahal ke pesta yang besar dan gemerlap tersebut. Batinnya tertekan setiap kali memikirkannya. Id nya menuntut pemuasan kebutuhan terhadap pakaian yang bagus dan indah. Sementara kondisi keuangan keluarga mereka sama sekali tidak memungkinkan untuk itu. Yang terbaik

yang mereka punya hanyalah kimono bekas yang sudah kusam. Ichiyo dilanda konflik batin yang mendalam. Id nya ingin sekali pergi ke acara tersebut, karena di acara tersebut ia dapat menunjukkan kemampuan sastranya, namun Ego melarangnya dengan berpikir bahwa datang kesana dengan memakai kimono bekas dan kusam hanya akan mempermalukan dirinya. Dalam situasi ini, Id dan Ego saling menekan dalam diri Ichiyo.

Sementara Id dan Ego Ichiyo saling menekan untuk datang atau tidak, konflik batinnya semakin kuat karena Noriyoshi, ayahnya, sangat menginginkannya untuk datang ke kompetisi tersebut. Disini Super ego mulai bekerja. Ichiyo sebagai anak yang baik harus menuruti permintaan ayahnya agar tidak mengecewakan ayahnya. Akhirnya, setelah mengalami konflik batin yang panjang dan pergulatan dengan harga dirinya, Ichiyo mengambil keputusan untuk datang ke pesta tersebut walaupun memakai kimono bekas yang sudah kusam. Super ego akhirnya mengalahkan Ego Ichiyo.

4. Cuplikan (hlm.93)

Gurunya, Nyonya Nakajima memperhatikan penurunan semangat bintang kelasnya dan mendekatinya suatu hari dan bertanya dengan lembut, “Kelihatannya kau agak tertekan akhir-akhir ini dan saya pikir kau mungkin memiliki banyak masalah di rumah sejak ayahmu meninggal?”

Ichiyo mengangguk dan kelegaan karena dapat menceritakan beban yang ditanggungnya kepada orang lain akhirnya meruntuhkan sikap tertutupnya terhadap kesulitan yang tengah melanda hidupnya dan

keluarganya yang menyedihkan dan betapa ia merasa bersalah karena masih mengenyam pendidikan di Haginoya dalam situasi demikian.

Analisis

Dalam cuplikan di atas ditunjukkan adanya percakapan antara Ichiyo dengan Nyonya Nakajima, gurunya. Ichiyo kehilangan semangat dan antusiasmenya dalam sekolah akibat kondisi ekonomi keluarganya yang menyedihkan. Tekanan batin yang dialaminya bertambah karena Ichiyo berpikir tidak pantas dirinya masih bersekolah sementara kondisi keuangan keluarganya sangat memprihatinkan. Super ego memberikan perasaan besalah di dalam hati Ichiyo. Seharusnya di kondisi yang demikian Ichiyo sudah berhenti sekolah dan bekerja untuk kelangsungan hidup mereka. Khususnya pada zaman Meiji dimana perempuan tidak terlalu dianggap penting untuk bersekolah. Adanya semacam perasaan yang bersalah saat dia masih bersekolah sementara beban untuk memenuhi kebutuhan keluarga jatuh di pundaknya sejak kematian ayahnya.

Karena perasaan bersalah yang diberikan oleh Super ego, terjadi ketegangan di dalam batinnya. Ichiyo yang pada dasarnya memiliki sikap tertutup pada orang lain, akhirnya menangis di hadapan Nyonya Nakajima sambil menceritakan beban yang ditanggungnya. Beban dan tekanan yang dialami Ichiyo membuat Id mengalami tegangan. Dan tegangan merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan selalu menutut pemuasan kebutuhan. Dalam hal ini, menangis merupakan dorongan dari Id untuk mengurangi tegangan dalam batin Ichiyo.

Dokumen terkait