• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel Catatan Ichiyo Karya Rei Kimura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel Catatan Ichiyo Karya Rei Kimura"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “CATATAN ICHIYO” KARYA REI KIMURA

REI KIMURA NO SAKUHIN NO “CATATAN ICHIYO” TO IU SHOUSETSU NI OKERU SHUJINKOU NO SHINRITEKI NA BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana

Bidang Ilmu Sastra Jepang

Disusun Oleh:

LASMARIA MAGDALENA

NIM : 090708026

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah begitu baik dan setia memberikan kasih, pertolongan dan anugrahNya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Departemen Sastra Jepang. Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah “Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel Catatan Ichiyo Karya Rei Kimura”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang yang telah membimbing dan mengarahkan penulis.

(3)

4. Bapak Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A, selaku dosen Pembimbing II yang telah bersedia menjadi pembimbing dan menyediakan waktu di sela-sela kesibukan beliau yang padat untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen Penguji Ujian Skripsi, yang telah menyediakan waktu untuk membaca dan menguji skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua Dosen Pengajar Program Studi S-1 Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik. 6. Kedua orangtuaku yang sangat kucintai yang selalu memberikan banyak

dukungan materiil dan moral dan selalu mendoakan penulis dari awal penulisan skripsi ini sampai pada akhirnya selesai. Saya bersyukur untuk kedua orangtua yang diberikan Tuhan buatku. Juga buat seluruh keluarga yang selalu memotivasi penulis untuk cepat selesai. Semoga Tuhan selalu memberkati kalian.

7. Sahabat-sahabat penulis di Sastra Jepang 2009 yang selalu setia menjadi sahabat, baik di waktu senang maupun susah dan saling memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini: Birdy, Ella, Erick, Febro, Hana, Johan, Juwita, Zivo. Thanks for everything, for being my family. Semoga kita semua sukses di jalur kita masing-masing nantinya.

(4)

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan cepat. May God bless you always.

9. Terimakasih juga buat Bang Joko yang sudah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Juga buat teman-teman di stambuk 2009. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala dukungan, nasihat dan doanya.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2013

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Permasalahan... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan...7

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori... 9

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 15

1.6 Metode Penelitian... 16

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALIS SIGMUND FREUD 2.1 Novel ... 18

2.2 Unsur Intrinsik ... 19

2.2.1 Tema ... 19

2.2.2 Alur ... 21

2.2.3 Penokohan ... 23

2.2.4 Latar ... 25

2.2.4.1 Latar Tempat ... 26

2.2.4.2 Latar Waktu ... 26

2.2.4.3 Latar Sosial ... 27

2.3 Teori Kepribadian Psikoanalisa Sigmund Freud ... 28

2.3.1 Struktur Kepribadian ... 29

2.3.1.1 Id ... 29

2.3.1.2 Ego ... 31

(6)

2.3.2.1 Naluri (Insting) ... 33

2.3.2.2 Kecemasan ... 36

2.4 Biografi Rei Kimura ... 37

BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CATATAN ICHIYO KARYA REI KIMURA 3.1 Sinopsis Cerita ... 38

3.2 Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Karena Pengaruh Lingkungan ... 49

3.2.1 Lingkungan Keluarga ... 49

3.2.2 Lingkungan Sekolah ... 61

3.2.3 Lingkungan Masyarakat ... 67

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 82

4.2 Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA

(7)

ABSTRAK

Dalam skripsi ini, penulis menganalisis sebuah novel karya Rei Kimura. Judul novelnya adalah Catatan Ichiyo. Penulis ingin meneliti kehidupan dari tokoh utama. Nama tokoh utama adalah Ichiyo Higuchi. Ichiyo Higuchi digambarkan sebagai seorang perempuan Jepang yang memiliki kecerdasan dalam bidang sastra. Dia bercita-cita menjadi seorang penulis wanita. Namun, cita-cita tersebut adalah hal yang tidak mungkin tejadi pada zaman Meiji di Jepang. Sastra hanya untuk pria, sedangkan wanita tidak boleh. Untuk menjadi seorang penulis wanita, Ichiyo mengalami banyak tantangan. Diantaranya adalah kemiskinan dan kondisi sosial pada zaman Meiji. Dalam novel ini banyak konflik batin yang dialami Ichiyo untuk memperjuangkan impiannya. Oleh sebab itu, penulis memilih pendekatan psikologis untuk menganalisis novel ini. Pendekatan psikologis dapat membantu penulis menganalisis kondisi psikologis tokoh utama. Skripsi ini ada empat bab dan saling berhubungan.

Bab pertama menjelaskan pendahuluan. Pendahuluan berisi tentang latar belakang penulisan skripsi ini. Skripsi ini menganalisis sebuah novel. Alasan dari penulis dalam pemilihan topik ini yaitu adanya hal yang menarik di dalam diri tokoh utama. Isi novel ini adalah perjalanan hidup tokoh utama. Di dalam novel ini juga ditunjukkan Ichiyo sebagai wanita yang tegar dan bersemangat menjalani hidup. Meskipun mengalami banyak tantangan, pada akhirnya dia mampu mewujudkan cita-citanya, menjadi seorang penulis wanita.

(8)

adalah lingkungan keluarga, sekolah dan juga masyarakat. Ruang lingkup pembahasan novel ini adalah analisis psikologis tentang id, ego, dan super ego yang terdapat pada tokoh utama. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kepribadian dan kondisi psikologis tokoh utama dalam novel ini. Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang teori psikoanalisis Sigmund Freud. Penelitian ini juga menambah informasi tentang perjalanan hidup dan kondisi psikologis perempuan Jepang pada zaman Meiji Jepang. Perempuan Jepang itu adalah Ichiyo Higuchi. Ichiyo Higuchi adalah satu-satunya perempuan yang mendapatkan penghormatan yang besar di Jepang. Wajahnya ada dalam lembaran uang kertas 5000 yen Jepang.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan melakukan studi kepustakaan. Penulis mempelajari teori psikologis, kemudian menganalisis cuplikan dengan teori tersebut. Secara keseluruhan, pada bab pertama ini dijelaskan tentang perumusan masalah, ruang lingkup pembahasan, tujuan dan manfaat, metode penelitian.

(9)

Bab ketiga merupakan hasil analisis menggunakan teori yang telah ada pada bab kedua. Untuk menganalisis kepribadian dan kondisi psikologis tokoh utama, penulis mengambil beberapa cuplikan yang terdapat dalam novel. Cuplikan tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teori struktur kepribadian dan dinamika kepribadian Sigmund Freud.

Pada bab ketiga, penulis membagi analisis kondisi psikologis tokoh utama kedalam lingkungan yang berbeda. Lingkungan tersebut ada tiga, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Hal ini dilakukan agar penulis dan pembaca memahami kepribadian Ichiyo Higuchi dalam setiap lingkungan. Ichiyo mengalami kondisi yang sulit dan banyaktantangan dalam setiap lingkungan.

Dalam lingkungan keluarga, Ichiyo harus sebagai anak yang bertanggung jawab untuk keluarganya. Sejak ayahnya meninggal, keluarga mereka mengalami kemiskinan yang mengerikan. Mereka harus berjuang untuk melanjutkan hidup. Bahkan sampai berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Banyak pergolakan batin yang dialami Ichiyo karena kondisi keuangan keluarga mereka yang terpuruk.

(10)

Dalam lingkungan masyarakat, kondisi psikologis Ichiyo dipengaruhi oleh banyak hal. Dalam novel Catatan Ichiyo ini digambarkan kondisi Ichiyo saat menyukai Nakarai Tosui. Namun, karena banyak faktor yang tidak mendukung Ichiyo dan Nakarai, akhirnya mereka harus berpisah. Karena kondisi ini, Ichiyo mengalami konflik batin yang dalam. Sampai ada saat dimana Ichiyo ingin bunuh diri. Id, Ego dan Super ego saling bergesekan melakukan fungsinya masing-masing. Pada sebuah cuplikan, Id terkadang lebih unggul sehingga mengalahkan Super ego. Tercermin ketika Ichiyo ingin menjadi seorang istri gelap Kusaka. Namun, ada cuplikan lain yang di dalamnya terdapat Super ego yang pada akhirnya menang. Id, Ego dan Super ego saling berkaitan satu dengan yang lainnya membentuk kepribadian Ichiyo Higuchi.

(11)
(12)

第一章ははじめを 説 明

は筆者と読者にとってSigmund Freud の(Psikoanalisis のTeori)の知識 ちしき

ふ 増

(13)

の経過 けいか

についてインフォッメーションを ふ

増やす。日本女の名前はIchiyo

Higuchi である。Ichiyo Higuchiは 唯 一

ゆいいつ

(14)

penokohan)し、面し、(Alur)し、テーマが説明される。全部使われた異論

は互いに 援 助 えんじょ

第三章は互い二賞あった理論を使って、分析の産物である。主役の

心理的の状態と個性を分析するために、筆者は諸説の中でいくつか引用を

取る。それから、その引用はSigmund Freud

の個性の力学と個性の構造理論を使って、分析される。 する。

第三章に、筆者は違い環境の中で主役の心理的の状態の分析を別け

る。その環境は三つがあって、家族周囲し、学校周囲し、社会周囲である

。筆者と読者が環境ごとにIchiyo Higuchi

の個性を理解できるように、このことをする。Ichiyo

は環境ごとにたくさん挑戦と難しい状態を経験する。

家族周囲の中で、Ichiyoは家族のために、子供として責任を負わな

ければならない。Ichiyo

のお父さんをなくなってから、彼らの家族は恐ろしい貧乏を経験する。彼

らは生活をつずけるために、奮闘しなければならない。それどころかひと

つの場所からほかの場所へ引越さなければならない、家族の財政の状態が

倒産するので、Ichiyo はよく精神の対立を経験する。

学校周囲の中で、Ichiyo

(15)

、あるときは学校をやめらなければならなくて、Ichiyo

はとても欲求不満を感じる。経験されて精神の対立は全部日記で書かれる

社会周囲の中で、Ichiyoの心理的の対立はたくさんことで影響される。Cat

atan Ichiyoの中でNakarai と好きだ時にIchiyo

の状態が描かれる。しかし、たくさん要因が公園しないので、やっとIchiy

oとNakaraiは別からなければならない。この状態だから、Ichiyo

は自殺をしたい。(Id,ego,super

ego)は互いにすれて、別々に機能をする。一つ引用に、Id はSuper ego

より優越。この事はKusaka

の不正な妻をしたい時が反射された。しかし、ほかの引用で、やっとSupe

r egoは優越する。Id, ego, super ego はIchiyo の個性を互いに結成する。

第四章は結論と提案である。この章の中で、分析の産物から、いく

つか結論がある。この論文の読者にとって、提案もある。提案は夢の事を

引き寄せるために、読者は世紀と熱心を持ったなければならない。Ichiyo

Higuchi

の個性のように。Ichiyoは環境に任せない。彼女は夢のためにずっと奮闘

する。やっと、Ichiyo

は日本で有名な女の筆者にとって成功する。それどころか、Ichiyo

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa karya berbentuk tulisan dan karya sastra lisan. Karya sastra tidak sekedar lahir dari dunia yang kosong melainkan karya yang lahir dari proses penyerapan realita pengalaman manusia (Siswantoro, 2004: 23).

Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna (Fananie, 2000: 6).

Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. Sang seniman menciptakan sebuah dunia baru, meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam, bahkan menyempurnakannya. Sastra terutama merupakan suatu luapan emosi yang spontan (Luxemburg, dkk, 1984: 5).

Dalam sastra terdapat genre sastra yang sangat bervariasi. Misalnya puisi, drama, roman, prosa, teater dan lain-lain. Salah satu hasil karya sastra berupa prosa adalah novel.

(17)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Siswanto (2008: 141), novel diartikan sebagai karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Prosa fiksi menurut Aminudin (2000: 66) yaitu kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Novel sendiri merupakan gambaran hidup tokoh yang menceritakan hampir keseluruhan perjalanan hidup tokoh. Penokohan serta karakter tokoh dalam novel digambarkan dengan lengkap atau jelas oleh pengarang. Setiap tokoh juga diberi gambaran fisik dan kejiwaan yang berbeda-beda sehingga cerita tersebut seperti nyata atau menjadi hidup. Dari segi kejiwaan, sastra bisa dipelajari dan ditelaah dengan menggunakan teori psikologi.

Secara umum psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau gejala-gejala jiwa manusia. Bila dapat diambil kesimpulan, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya (Ahmadi, 2009: 3-4).

(18)

fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif. Namun, sifat-sifat manusia dalam psikologi maupun sastra sering menunjukkan kemiripan, sehingga psikologi sastra memang tepat dilakukan.

Psikoanalisa adalah wilayah kajian psikologi sastra. Teori psikoanalisa ini pertama kali dimunculkan oleh Sigmund Freud. Dalam kajian psikologi sastra akan berusaha diungkapkan psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas, dan tingkah laku manusia yang tidak lain merupakan produk interaksi ketiganya (Endraswara, 2003: 101).

Adapun penelitian yang akan dibahas adalah sastra yang mencerminkan kondisi kehidupan realita yang dituangkan dalam sebuah novel berjudul Catatan Ichiyo karya Rei Kimura. Rei Kimura adalah seorang pengacara yang memiliki passion dalam bidang menulis. Keunggulan karya-karyanya terletak pada penggambaran peristiwa dan karakter tokoh yang unik. Ia menampilkan kisah yang digali dari kejadian nyata dan hidup orang-orang yang sebenarnya dalam beberapa bukunya.

(19)

hampir mustahil. Banyak tantangan yang dihadapi Ichiyo di tengah kemiskinan dan kondisi sosial pada zamannya. Namun, tekad dan semangat Ichiyo akhirnya membawanya menjadi salah satu penulis yang paling diperhitungkan di Jepang.

Dalam novel ini digambarkan perjalanan panjang Ichiyo dan pergolakan batin yang terjadi di dalam dirinya dalam menghadapi setiap situasi dan kesulitan yang ada. Penulis ingin mencoba menganalisis tokoh utama dalam novel ini melalui pendekatan psikologis.

Dalam penelitian ini akan dibahas tentang kepribadian dan konflik yang merupakan hasil dari aktivitas dan tingkah laku manusia. Konflik merupakan salah satu unsur yang amat penting dalam pengembangan sebuah cerita. Konflik hadir di dalam sebuah cerita dalam bentuk pertentangan, ketegangan, kekalutan atau kekacauan batin yang dialami tokoh-tokohnya. Wellek dan Warren menjelaskan bahwa konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya “aksi dan balasan”, jadi konflik merupakan pertentangan yang seimbang antara pendapat satu individu satu dengan lainnya yang berupa fisik dan batin (Nurgiyantoro, 1995: 122).

Konflik juga berhubungan dengan kepribadian seseorang dalam hakikatnya sebagai manusia. Kepribadian tidak hanya meliputi pikiran, perasaan, dan sebagainya, melainkan secara keseluruhannya sebagai panduan antara kehidupan seseorang sebagai anggota masyarakat atau di dalam interaksi sosial (Sujanto dkk, 1986: 3).

(20)

kehidupan psikis seseorang secara pribadi, yang merupakan segi lain dari segi sosial manusia. Demikian pula dengan konflik, merupakan pertentangan yang seimbang antara pendapat individu satu dengan lainnya yang berupa fisik dan batin.

Penulis lebih memilih unsur psikologi sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena pendekatan psikologi lebih menekankan pada penelitian tentang kejiwaan. Penelitian ini ingin membahas lebih dalam unsur konflik dan kepribadian yang merupakan bagian dari unsur kejiwaan, sehingga penulis cenderung ingin menggunakan pendekatan psikologi daripada pendekatan sastra yang lainnya. Penulis tertarik untuk meneliti kepribadian dan konflik batin tokoh utama yang terdapat dalam novel ini. Oleh karena itu, penulis memilih judul “ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CATATAN ICHIYO KARYA REI KIMURA”.

1.2. Rumusan Permasalahan

(21)

zamannya dikhususkan untuk menjadi wanita pada umumnya, yaitu menikah dan mengurus masalah rumah tangga. Namun, Ichiyo tidak menyerah begitu saja. Dia tetap fokus terhadap tujuannya untuk menjadi sastrawan wanita Jepang. Meskipun halangan yang dihadapinya sangat banyak. Termasuk kondisi keluarganya yang sangat miskin yang tidak memungkinkannya untuk diterima dan berkembang di dunia sastra.

Dalam menghadapi penghalang-penghalang inilah Ichiyo mengalami pergulatan pikiran yang tiada habisnya. Banyak konflik batin yang dialaminya sepanjang perjalanan hidupnya memperjuangkan cita-citanya menjadi seorang penulis hingga akhirnya Ichiyo menjadi penulis wanita yang paling diperhitungkan di Jepang. Beban mental yang harus ditanggungnya sepeninggal ayahnya yang adalah satu-satunya orang yang mendukungnya dalam dunia sastra, sehingga dia juga harus menjadi anak yang harus bertanggung jawab demi kelangsungan hidupnya dan keluarganya.

(22)

Oleh sebab itu, penulis akan mencoba menguraikan masalah-masalah yang akan diteliti dalam pertanyaan berikut.

1. Bagaimana kepribadian tokoh utama yang tercermin dalam novel Catatan Ichiyo berkaitan dengan lingkungan yang dihadapinya.

2. Gangguan psikologis apa saja yang terdapat pada tokoh utama yang digambarkan oleh Rei Kimura dalam novel Catatan Ichiyo.

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Penelitian ini difokuskan pada sebuah novel terjemahan Jepang yang berjudul “Catatan Ichiyo”. Novel ini merupakan isi dari buku harian tokoh utama dalam novel ini yang bernama Ichiyo Higuchi. Ichiyo menuliskan hal-hal yang dialami dan dirasakannya semasa hidupnya dalam sebuah buku harian. Dia menjadikan buku hariannya sebagai teman dekatnya, tempat dimana dia dapat mencurahkan seluruh isi hatinya. Novel ini kemudian ditulis oleh Rei Kimura dan kemudian diterjemahkan oleh Moch. Murdwinanto ke dalam bahasa Indonesia. Novel ini terdiri dari 280 halaman.

Agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, maka dalam penelitian ini penulis hanya fokus membahas kondisi psikologis tokoh utama dalam novel ini.

(23)

keluarganya untuk bangkit lagi dari keterpurukan itu. Pekerjaan apa pun ia lakukan demi kelangsungan hidup mereka. Ia menjalani hari-hari yang sulit dan melelahkan. Bahkan berpindah-pindah dari rumah yang satu ke rumah yang lain karena kondisi keluarganya yang sangat miskin. Kondisi keluarga Ichiyo yang miskin dan tidak memiliki koneksi seperti itu sangat tidak dapat mendukung Ichiyo untuk menjadi sastrawan wanita. Sehingga, kedua hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi psikologis Ichiyo. Penulis menganalisis psikologis tokoh dengan mengambil beberapa cuplikan yang terdapat di dalam novel, kemudian menganalisis tentang kaitannya dengan psikologis dengan menggunakan pendekatan semiotik dan teori psikoanalisa Sigmund Freud sebagai acuan penelitian.

Sebelum menganalisis beberapa cuplikan tersebut, penulis terlebih dahulu akan menjelaskan defenisi novel, unsur intrinsik novel, termasuk dijelaskan juga setting novel Catatan Ichiyo, teori psikoanalisa Sigmund Freud, dan biografi pengarang. Penelitian ini terfokus pada analisis psikologi, yaitu analisis tentang id, ego, dan super ego yang terdapat pada tokoh utama dalam novel Catatan Ichiyo karya Rei Kimura.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka

(24)

faktor kebudayaan, faktor sosio politik, faktor keagamaan dan tata nilai yang dianut masyarakat. Struktur dalam adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra tersebut, seperti penokohan atau perwatakan, tema, alur (plot), pusat pengisahan dan gaya bahasa. Agar sebuah karya sastra dapat dipahami dengan lebih jelas, maka sebuah karya sastra harus memiliki unsur instrinsik dan ekstrinsik. Tanpa kedua unsur tersebut, suatu karya sastra tidak bisa berdiri sendiri atau dipahami oleh pembacanya.

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun keutuhan suatu karya sastra. Tanpa unsur instrinsik, suatu karya sastra tidak akan dapat dinikmati oleh pembacanya. Kuat tidaknya dan jelas tidaknya unsur instrinsik juga akan mempengaruhi kualitas dan kenyamanan pembaca dalam membaca suatu karya sastra. Salah satu unsur instrinsik yang sangat berperan dalam suatu karya sastra fiksi adalah tokoh.

Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Penokohan adalah unsur dari sebuah karya sastra yang sangat penting. Tanpa penokohan, tidak akan ada suatu cerita untuk dikisahkan karena tidak ada alur yang terbentuk. Karya itu hanya akan menjadi sebuah karya deskripsi saja, karena semuanya dipaparkan statis dan tidak hidup.

(25)

1. Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya

2. Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian

3. Menunjukkan bagaimana perilakunya

4. Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri 5. Memahami bagaimana jalan pikirannya

6. Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya 7. Melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya

8. Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya

9. Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya

Selain dari unsur intrinsik, karya sastra juga memiliki unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik juga memegang peranan yang sangat penting dalam terbentuknya suatu karya sastra. Salah satu unsur ekstrinsik yang terdapat dalam karya sastra adalah psikologi.

(26)

psikologi, karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya.

Psikologi sastra mempelajari fenomena, kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bereaksi terhadap diri dan lingkunganya. Dengan demikian, gejala kejiwaan dapat terungkap lewat perilaku tokoh dalam sebuah karya sastra.

Watak seorang tokoh dapat menggambarkan psikologis diri tokoh tersebut. Walaupun psikologi bukan merupakan unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra, tapi keberadaan unsur ekstrinsik ini sangat mempengaruhi isi cerita dari karya sastra fiksi tersebut.

Di dalam novel Catatan Ichiyo ini bisa dilihat tokoh utama yang mengalami tekanan batin dan konflik-konflik pribadi yang terjadi dalam menjalani hidupnya dan memperjuangkan cita-citanya. Karya sastra novel Catatan Ichiyo ini menunjukkan aspek-aspek psikologis yang dialami oleh tokoh utamanya.

b. Kerangka Teori

(27)

Pendekatan semiotik adalah pendekatan yang memandang karya satra sebagai sistem tanda (Pradopo, 2001: 71). Sebagai ilmu tanda, semiotik secara sistematik mempelajari tanda-tanda dan lambang (semeion dalam bahasa Yunani yang berarti tanda), sistem-sistem lambang dan proses-proses perlambangan (Luxemburg dan Willem, 1984: 44). Pada pandangan semiotik yang berasal dari teori Saussure dalam Nurgiyantoro (1995: 39), bahasa merupakan sistem tanda dan sebagai suatu tanda, bahasa bersifat mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna.

Penulis menggunakan pendekatan semiotik dalam menganalisis novel ini untuk mengetahui adanya konflik batin Ichiyo dalam menjalani setiap aspek kehidupannya. Konflik batin tersebut ditunjukkan melalui bahasa-bahasa yang berperan sebagai tanda untuk menunjukkan adanya gangguan psikologis yang dialami oleh Ichiyo. Selanjutnya untuk menganalisis psikologis tokoh utama, penulis menggunakan pendekatan psikologis.

Psikologi sastra adalah kajian yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh (Endraswara, 2003: 96).

Dalam pandangan Wellek dan Warren dan Hardjana dalam Endraswara (2003: 98), psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan penelitian, yaitu: 1. Penelitian terhadap psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi.

(28)

2. Penelitian proses kreatif dalam kaitannya dengan kejiwaan. Studi ini berhubungan pula dengan psikologi proses kreatif. Bagaimana langkah-langkah psikologis ketika mengekspresikan karya sastra menjadi fokus. 3. Penelitian hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra.

Dalam kaitan ini studi dapat diarahkan pada teori-teori psikologi, misalnya psikoanalisis ke dalam sebuah teks sastra. Asumsi dari kajian ini bahwa pengarang sering menggunakan teori psikologi tertentu dalam penciptaan. Studi ini yang benar-benar mengangkat teks sastra sebagai wilayah kajian. 4. Penelitian dampak psikologis teks sastra kepada pembaca. Studi ini lebih

cenderung ke arah aspek-aspek pragmatik psikologis teks sastra terhadap pembacanya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori psikoanalisa menurut teori Sigmund Freud untuk menganalisis aspek-aspek kejiwaan tokoh utama yang ditunjukkan dalam teks novel Catatan Ichiyo karya Rei Kimura.

Dalam teori psikoanalisa menurut teori Sigmund Freud, terdapat struktur kepribadian dan dinamika kepribadian (Koeswara, 1991:32-35). Struktur kepribadian ada tiga, antara lain id, ego dan superego.

Id adalah sistem kepribadian manusia yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id dilandasi dengan maksud menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.

(29)

atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Fungsi yang paling dasar dari ego adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.

Super ego adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif yang menyangkut nilai baik dan buruk. Fungsi utama superego antara lain sebagai pengendali dorongan-dorongan naluri id agar dapat disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima masyarakat, mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral daripada kenyataan, dan mendorong individu kepada kesempurnaan.

Dalam teori psikoanalisa, Freud juga membagi dinamika kepribadian, yaitu naluri (insting) dan kecemasan. Insting adalah perwujudan psikologi dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan, hasrat, motivasi dan dorongan dari insting (Alwisol, 2004: 18). Naluri bersifat mendorong diri individu untuk bertindak atau bertingkah laku ke arah pemuasan kebutuhan (Koeswara, 1991: 36). Freud menjelaskan bahwa yang menjadi sumber insting adalah kondisi jasmaniah seorang individu.

Kecemasan adalah dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan suatu reaksi adaptif yang sesuai (Alwisol, 2009: 22).

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(30)

1. Untuk mendeskripsikan kepribadian tokoh utama yang tercermin dalam novel ini berkaitan dengan lingkungan yang dihadapinya.

2. Untuk mendeskripsikan gangguan psikologis apa saja yang digambarkan oleh Rei Kimura pada tokoh utama dalam novel Catatan Ichiyo karya Rei Kimura.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai teori psikologi kepribadian oleh Sigmund Freud.

2. Untuk menambah informasi tentang perjalanan hidup dan kondisi psikologis seorang perempuan bernama Ichiyo yang pada akhirnya menerima penghormatan dan kedudukan yang tak pernah dicapai oleh perempuan Jepang mana pun, yaitu wajahnya diabadikan pada mata uang kertas 5.000 yen Jepang.

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian pada hakikatnya merupakan suatu cara yang ditempuh untuk menemukan, menggali dan melahirkan ilmu pengetahuan yang memiliki kebenaran ilmiah (Widodo dan Mukhtar, 2000: 7).

(31)

Penulis menggunakan sumber-sumber tertulis yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini. Data-data diperoleh dari studi kepustakaan melalui berbagai sumber untuk mengumpulkan beberapa teori psikologis dan juga mengumpulkan data-data dari internet.

(32)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO, TOKOH ICHIYO DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

2.1. Novel

Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel berasal dari bahasa Italia novella, yang dalam bahasa Jerman novelle, dan dalam bahasa Yunani novellus. Sebutan novel dalam bahasa Inggris dan inilah kemudian masuk ke dalam bahasa Indonesia menjadi novel. Secara harfiah, novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’, dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’.

Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novelett), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 1995: 10).

(33)

Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Dalam novel Catatan Ichiyo ini, pengarang berusaha menggambarkan realita kehidupan yang dialami tokoh utama semasa hidupnya. Novel ini merupakan gambaran hidup tokoh utama yang menceritakan hampir keseluruhan perjalanan hidup Ichiyo Higuchi. Isi dari novel ini merupakan kisah yang diperoleh dari buku harian Ichiyo Higuchi yang menjadi tokoh utama novel Catatan Ichiyo.

2.2 Unsur Intrinsik

Secara garis besar, unsur pembentuk novel ada dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik Unsur intrinsik novel adalah beberapa unsur penting yang seharusnya ada dalam sebuah novel. Unsur-unsur tersebut dianggap penting karena mampu membuat novel menjadi satu keutuhan. Adapun unsur-unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut.

2.2.1 Tema

(34)

bisa sangat beragam. Tema dapat berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan.

Tema merupakan unsur yang amat penting dari sebuah cerita, karena tema digunakan sebagai kompas atau peta agar cerita yang dibangun menjadi lebih terarah dan terfokus. Di dalam sebuah karya sastra, tema dapat diungkapkan melalui berbagai cara, seperti melalui dialog tokoh-tokohnya melalui konflik-konflik yang dibangun, atau melalui komentar secara tidak langsung. Tema dapat disamarkan sehingga kesimpulan yang diungkapkan pengarang harus dirumuskan sendiri oleh pembaca. Pengarang dapat mengungkapkan penyelesaian lewat akhir cerita, tetapi dapat juga menyerahkan penyelesaian tema kepada keputusan pembaca (Fananie, 2000: 84).

Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema dikembangkan dan ditulis pengarang dengan bahasa yang indah sehingga menghasilkan karya sastra. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik.

(35)

Jepang. Sebuah penghormatan dan kedudukan yang tak pernah dicapai oleh perempuan Jepang mana pun.

2.2.2 Alur

Alur menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1995: 13), adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam satu karya sastra. Dari penjelasan tersebut, alur merupakan keserasian antara waktu, tempat dan deskripsi suasana. Peristiwa-peristiwa cerita dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh (utama) cerita.

Peristiwa, konflik dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial dalam pengembangan sebuah alur (plot) cerita. Sebuah cerita menjadi menarik karena ada ketiga unsur tersebut.

Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang lain (Luxemburg dkk, 1984: 50). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dibedakan antara kalimat-kalimat tertentu yang menampilkan peristiwa dengan yang tidak. Peristiwa yang ditampilkan dalam karya fiksi sangat banyak, oleh sebab itu perlu dilakukan analisis peristiwa untuk menentukan peristiwa mana yang berfungsi sebagai pendukung plot.

(36)

Peristiwa dan konflik biasanya saling berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pun hakikatnya merupakan peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan konflik atau bahkan sebaliknya. Bentuk konflik dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu konflik fisik dan konflik batin.

Konflik fisik (eksternal) adalah konflik yang terjadi antara seseorang tokoh dengan sesuatu di luar dirinya, mungkin dengan tokoh lain atau dengan alam. Konflik batin (internal) adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh (atau tokoh-tokoh) cerita. Jadi ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Ia merupakan permasalahan intern seorang manusia. Kedua konflik tersebut saling berkaitan, saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, dan dapat terjadi secara bersamaan.

Klimaks, menurut Stanton (2007: 16), adalah saat konflik telah mencapai intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Klimaks utama sebuah cerita akan terdapat pada konflik utama, dan itu akan diperani oleh tokoh-tokoh utama cerita.

Dalam karya sastra, alur dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1) Alur maju (progresif) adalah rangkaian cerita yang dimulai dari pengenalan masalah, terjadinya konflik, klimaks dan penyelesaian masalah.

2) Alur mundur (regresif), cerita dimulai dengan menampilkan konflik, kemudian pengenalan tokoh dan penyelesaian masalah.

(37)

Alur cerita dalam novel Catatan Ichiyo adalah alur campuran. Pada awal novel diceritakan tentang kondisi di akhir hidup Ichiyo menjelang kematiannya. Pada cerita selanjutnya dijelaskan kembali bagimana perjalanan hidup Ichiyo yang telah dilaluinya.

2.2.3 Penokohan

Tokoh dalam sebuah cerita memegang peran yang penting untuk menceritakan sebuah cerita. Jika tidak adanya tokoh, maka sebuah cerita tidak dapat diceritakan. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 20), tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif. Atau

drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan melalui tindakan.

Fananie (2000: 86) mengatakan bahwa tokoh tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan menyampaikan ide, motif, plot dan tema. Tokoh dalam cerita tentu mempunyai karakter dan sifat-sifat sesuai dengan yang dimainkan. Tokoh juga mempunyai posisi dalam sebuah cerita tergantung dimana ia ditempatkan, hal inilah yang disebut dengan penokohan.

(38)

Penokohan merupakan perwujudan dan pengembangan pada sebuah cerita. Tanpa adanya tokoh, suatu cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik. Penokohan lebih luas istilahnya daripada tokoh dan perwatakan, karena penokohan mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca. Penokohan dan karakterisasi perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995: 166).

Dalam sebuah cerita, ada tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang sering diceritakan di dalam suatu cerita dan sangat menentukan perkembangan suatu cerita tersebut. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh pendamping dari tokoh utama. Biasanya hanya dimunculkan beberapa kali dalam suatu cerita, akan tetapi mempunyai peran penting untuk membuat cerita menjadi lebih berwarna. Tokoh utama dan tokoh pendamping mempunyai hubungan yang penting satu sama lainnya oleh karena itu mereka saling melengkapi. Apabila suatu cerita hanya terdapat tokoh utama saja atau tokoh pendamping saja, cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik bahkan cenderung membingungkan karena tidak ada interaksi yang terjadi di dalam cerita tersebut.

(39)

2.2.4 Latar

Dalam sebuah cerita terdapat peristiwa-peristiwa yang menyangkut tokoh-tokoh dalam sebuah cerita. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi di suatu tempat dan waktu yang disebut latar atau setting. Abrams dalam Fananie (2000: 97) mengatakan bahwa setting merupakan satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya. Walaupun setting dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita, keberadaan elemen setting pada hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan di mana, kapan, dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan berkaitan juga dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis. Dari kajian setting akan dapat diketahui sejauh mana kesesuaian dan korelasi antara perilaku dan watak tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi sosial dan pandangan masyarakatnya (Fananie, 2000: 97-98).

Nurgiyantoro (1995: 227) mengatakan setting dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur ini masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda, namun ketiganya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.

2.2.4.1 Latar Tempat

(40)

pembaca dapat menjadi yakin dan mengerti dengan cerita yang disampaikan. Biasanya, pengarang menggambarkan latar tempat ini secara umum saja, misalnya pengarang menggambarkan tempat-tempat seperti di desa, di kota, di pasar, dan lain-lain. Walau bagaimana pun, dalam novel ini pengarang menyatakan nama-nama tempat yang khusus, seperti Edo (Tokyo), Haginoya, Shiba, Jimbocho, Awajicho, Hongo, kawasan hiburan Ryusenji, Maruyama-Furuyama dekat kawasan pertokoan mewah Kikuzaka.

2.2.4.2 Latar waktu

Latar waktu menggambarkan kapan terjadinya sebuah peristiwa terjadi. Dalam sebuah cerita sejarah, hal ini penting diperhatikan. Sebab waktu yang tidak konsisten akan menyebabkan rancunya sejarah itu sendiri. Latar waktu juga meliputi lamanya proses penceritaan. Novel Catatan Ichiyo menggambarkan latar waktu bangsa Jepang pada zaman Meiji, yaitu sekitar tahun 1857-1896, saat dari Noriyoshi bertemu Furuya hingga Ichiyo lahir ke dunia, sampai pada akhirnya Ichiyo menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 22 November 1896.

2.2.4.3 Latar sosial

(41)
(42)

diperhitungkan oleh lingkungannya untuk berkembang di dunia sastra, karena Ichiyo juga tidak memiliki koneksi yang cukup kuat untuk membuatnya masuk ke dalam dunia sastra. Hal-hal inilah yang memicu terjadinya konflik-konflik batin yang dialami tokoh, yang mempengaruhi terhadap beban psikologis tokoh yang diungkapkan dalam cerita ini.

2.3 Teori Kepribadian Psikoanalisa Sigmund Freud

Psikoanalisis merupakan sebuah teori psikologi yang paling dominan dalam analisis karya sastra. Psikoanalisis Sigmund Freud merupakan suatu sistem dinamis dari psikologi yang mencari akar-akar tingkah laku manusia di dalam motivasi dan konflik yang tidak disadari (Naisaban, 2004: 143). Tidak banyak yang mengetahui bahwa sesungguhnya apa yang ditemukan oleh Sigmund Freud sebagai pendekatan “psikoanalisis”, sesungguhnya merupakan suatu pendekatan yang sering ampuh untuk memahami perilaku seseorang.

Freud berpendapat bahwa tingkah laku manusia merupakan produk interaksi dari ketiga sistem, yaitu: id, ego, dan super ego. Artinya bahwa setiap tingkah laku itu ada unsur nafsu (dorongan), unsur kesadaran nyata dan unsur pengendalian : terlepas benar atau salah, baik atau buruk (Fudyartanta, 2006: 102). Ketiga sistem pembentuk kepribadian tersebut mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme, mekanisme yang berbeda, namun saling bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.

(43)

kepribadian dan dinamika kepribadian Sigmund Freud, karena hanya dua pokok bahasan tersebut yang akan digunakan dalam penelitian.

2.3.1 Struktur kepribadian

Menurut Freud, kepribadian memiliki tiga unsur penting, yaitu id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan super ego (aspek sosiologis).

2.3.1.1 Id

Id adalah aspek biologis kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh ego dan super ego untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaaan yang relatif inaktif dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang mendambakan kepuasan. Bagi individu, tegangan itu merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketegangan tersebut dan menggantinya dengan kenikmatan, id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses.

(44)

mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan, dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan. Proses membentuk gambaran objek yang dapat mengurangi tegangan disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment), misalnya mimpi, lamunan dan halusinasi psikotik. Akan tetapi, bagaimanapun, menurut prinsip realitas yang objektif, proses primer dengan objek yang dihadirkannya itu tidak akan sungguh-sungguh mampu mengurangi tegangan. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar atau salah, tidak tahu moral. Dengan demikian, individu membutuhkan sistem lain yang bisa mengarahkannya kepada pengurangan tegangan secara nyata, yang bisa memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru, khususnya masalah moral. Sistem yang dibutuhkan itu tidak lain adalah ego.

2.3.1.2 Ego

(45)

bukan hanya bertindak sebagai penunjuk kepada kenyataan, tetapi juga berperan sebagai penguji kenyataan (reality tester). Dalam memainkan peranannya ini, ego melibatkan fungsi psikologis yang tinggi yaitu fungsi intelektual (Koeswara 1991: 34).

Ego memiliki dua tugas utama, yaitu memilih stimuli (rangsangan) yang mana yang hendak direspon atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan dan menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dari super ego.

Sekilas akan tampak bahwa antara id dan ego hampir selalu terjadi konflik dan pertentangan. Akan tetapi, bagaimanapun, menurut Freud, ego dalam menjalankan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuasan kebutuhan-kebutuhan atau naluri-naluri yang berasal dari id, melainkan justru bertindak sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan di pihak lain. Yang dihambat oleh ego adalah pengungkapan naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi, fungsi yang paling dasar dari ego adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.

2.3.1.3 Super ego

(46)

larangan. Menurut Freud, super ego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu.

Freud berpendapat bahwa fungsi pokok dari super ego antar lain:

a) Sebagai pengendali id agar dorongan-dorongan id disalurkan dalam bentuk aktivitas yang dapat diterima masyarakat

b) Mengarahkan id pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip moralitas c) Mendorong individu kepada kesempurnaan

Dalam menjalankan tugasnya, super ego dilengkapi dengan conscentia atau nurani dan ego ideal. Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang melalui internalisasi dari peringatan dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.

Super ego dibentuk melalui internalisasi, artinya larangan-larangan atau perintah-perintah yang berasal dari luar (para pengasuh, khususnya orangtua) diolah sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam. Dengan kata lain, super ego adalah buah hasil dari proses internalisasi, sejauh larangan dan perintah yang tadinya merupakan sesuatu yang asing bagi subjek, akhirnya dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari subjek sendiri.

Aktifitas super ego menyatakan diri dalam konflik dengan ego yang dirasakan dalam emosi-emosi, seperti rasa bersalah, rasa menyesal, dan lain sebagainya. Sikap-sikap seperti observasi diri, kritik diri berasal dari super ego. 2.3.2 Dinamika Kepribadian Sigmund Freud

(47)

psikik, yaitu energi yang ditransform dari energi fisik melalui id beserta insting-instingnya.

2.3.2.1 Naluri (Insting)

Naluri (insting) merupakan perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan. Hasrat, motivasi atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikik. Kumpulan energi dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan energi yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian (Alwisol, 2004: 23).

Freud berpendapat bahwa naluri memiliki empat sifat, yaitu:

1. Sumber insting adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan yang bertujuan menghilangkan perangsangan jasmaniah

2. Tujuan insting berkaitan dengan sumber insting, yaitu memperoleh kembali keseimbangan. Tujuan insting bersifat regressive (kembali asal), berusaha kembali ke keadaan tenang seperti sebelum munculnya insting dan juga bersifat konservatif, mempertahankan keseimbangan organisme dengan menghilangkan stimulasi yang mengganggu.

3. Objek insting adalah segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya, termasuk seluruh proses untuk mendapatkannya hingga objek didapat.

4. Daya dorong insting adalah kekuatan/intensitas kegiatan yang berbeda-beda setiap waktu.

(48)

instinct) (Minderop 2010:25). Berikut adalah penjelasan tentang kedua insting tersebut.

(1) Insting hidup

Insting hidup disebut juga eros adalah insting yang ditujukan pada pemeliharaan ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Dengan kata lain, insting hidup adalah insting yang ditujukan kepada pemeliharaan kehidupan manusia sebagai individu maupun sebagai spesis. Insting hidup adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi seperti lapar, haus dan seks. Energi yang dipakai oleh insting hidup ini disebut libido.

Insting hidup yang paling ditekankan oleh Freud adalah insting seksual. (2) Insting mati

(49)

sadarnya mempunyai hasrat untuk mati. Insting mati bekerja secara sembunyi-sembunyi, namun pasti melaksanakan tugasnya, setiap orang akan mati (Hall & Lindzey, 1993: 69-75). Suatu fakta yang menyebabkan Freud mengeluarkan pernyataan yang terkenal “tujuan semua kehidupan adalah kematian”.

2.3.2.2 Kecemasan

Kecemasan merupakan komponen kepribadian yang utama sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan timbul bila orang tidak siap menghadapi ancaman.

Freud membedakan kecemasan ke dalam tiga jenis, yaitu:

1. Kecemasan realistik adalah takut kepada bahaya yang nyata dari luar. Kecemasan realistik menjadi asal mula timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan moral.

2. Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang akan diterima dari orang tua atau figur penguasa dimana seseorang yakin kalau ia memuaskan insting dengan caranya sendiri, ia yakin tindakannya tersebut akan mengakibatkan dirinya dihukum. Kecemasan neurotik bersifat khayalan.

(50)

melakukan sesuatu atau berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kode moral yang telah ada.

Pada kecemasan moral, orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya berkat energi super ego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang berada pada keadaan distres terkadang panik, sehingga mereka tidak dapat berpikir dengan jelas. Dalam kecemasan neurotik, energi id menghambat penderita membedakan antara khayalan dengan realita (Alwisol, 2004: 28-29).

2.4 Biografi Rei Kimura

Rei Kimura adalah seorang wanita yang berprofesi sebagai pengacara yang memiliki passion dalam bidang menulis. Keunggulan karya-karyanya terletak pada penggambaran peristiwa dan karakter tokoh yang unik. Ia menampilkan kisah yang digali dari kejadian nyata dan hidup orang-orang yang sebenarnya di dalam bukunya. Ia meyakini bahwa ini sebuah cara yang paling baik untuk menjadikan sejarah yang tersembunyi menjadi “hidup” dan dapat diterima oleh pembaca di abad 21.

Dengan cara itu, Kimura menyentuh beberapa sejarah tragis seperti tenggelamnya Kapal Awa Maru dan kisah pilot kamikaze perempuan di masa Perang Dunia II lalu merangkainya menjadi sebuah cerita yang menyentuh bagi orang-orang yang hidup dan meninggal pada masa kejadian itu.

Kimura memandang karya-karyanya sebagai pencarian atas kebenaran, tantangan dan kepuasan. Buku-bukunya diterjemahkan ke berbagai bahasa di Asia dan Eropa dan telah terbit di seluruh dunia.

(51)

BAB III

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “CATATAN ICHIYO” KARYA REI KIMURA

3.1 Sinopsis Cerita

Catatan Ichiyo berkisah tentang perempuan Jepang bernama Ichiyo Higuchi yang hidup di Jepang pada zaman Meiji. Novel ini diangkat dari kisah nyata perjalanan hidup tokoh utama yang dituliskannya dalam sebuah buku harian, dan dituliskan kembali dalam bentuk karya sastra oleh Rei Kimura.

Novel setebal 286 halaman ini terbagi dalam 29 bab, menceritakan perjalanan Ichiyo, seorang penulis brilian dan agresif yang dengan penuh ketenangan berjalan menghadapi segala tantangan prasangka gender, kemiskinan ekstrim, kondisi kesehatan yang buruk, serta penolakan dan hinaan, dan terus menerus dengan gairah yang tinggi, penuh kedalaman, dan kejujuran hingga pada akhirnya, ia menyentuh hati dan pikiran banyak orang lewat karya-karya sastra yang ditulisnya. Lebih dari 200 tahun setelahnya wajahnya diabadikan dalam mata uang kertas resmi 5000 yen Jepang, sebuah penghormatan yang tak pernah diperoleh wanita Jepang manapun.

(52)

bagi tahun-tahun penuh perjuangan melawan kemiskinan dan sebuah sistem yang tak menghargai bakat seorang wanita.

“Kau akan menjadi terkenal, mungkin wajahmu akan muncul dalam uang kertas Jepang suatu hari nanti, Ichiyo, dan kita tidak akan miskin lagi!”

“Teruslah bermimpi, tapi hanya bermimpi, ya Kuni chan, paling tidak itulah yang dapat kita lakukan terus-menerus, karena mimpi itu gratis!”

Sebuah mimpi kecil oleh Kuniko Higuchi yang tidak akan pernah dibayangkan akan benar-benar menjadi kenyataan bagi seorang Ichiyo Higuchi. Yang dimilikinya hanyalah suatu keyakinan bahwa suatu saat dirinya akan menjadi salah satu penulis yang disegani di Jepang walaupun dirinya adalah seorang wanita. Ichiyo adalah putri kedua dari lima bersaudara. Diantara semua saudaranya, Fuji, Sentaro, Toranasuke, Kuniko. Ichiyo yang memiliki nama kecil Natsuko merupakan satu-satunya yang tertarik pada bidang sastra.

Sejak lahir, Natsuko membawa kebahagiaan bagi keluarganya. Suasana duka yang membayangi keluarga Higuchi setelah kematian putra kedua mereka terpulihkan oleh kemampuannya menularkan keceriaan dan ketidakpeduliannya terhadap segala kekacauan dan tekanan di sekelilingnya. Natsuko menjadi anak favorit Noriyoshi, ayahnya. Natsuko berhasil mengalihkan perhatian ayahnya dari obsesi meraih status sosial yang tinggi. Namun, obsesi ayahnya beralih kepada Natsuko. Ayahnya berpikir bahwa kecerdasan luar biasa dalam diri anak kesayangannya sangat perlu dikembangkan. Natsuko kecil merespon dan mengerti sajak-sajak yang dibacakan ayahnya untuknya.

(53)

orang-orang luar biasa pandai dan berbakat dalam dunia sastra untuk melantunkan sajak klasik yang sulit dengan gairah dan ekspresi yang sangat kuat. Semua penonton memuji penampilannya itu dan ia menikmati setiap pujian yang diberikan. Sejak saat itu, Natsuko mengatakan dengan tegas cita-citanya untuk menjadi seorang penulis. Sejak usia enam tahun dia sudah sangat optimis dengan cita-citanya dan bisa berdebat dengan Sentaro, kakaknya untuk mengutarakan pemikirannya bahwa perempuan juga mampu menjadi apa pun yang mereka inginkan asalkan mereka memiliki otak dan sepasang tangan. Menurutnya, perempuan sama pintarnya dengan laki-laki. Kejadian itu memberikan inspirasi yang semakin menyala terang dari tahun ke tahun hingga menyita hidupnya, pikirannya dan jiwanya.

Di usia tujuh tahun. Natsuko mampu membacakan koran untuk ayahnya yang penglihatannya sudah memburuk. Itu adalah bakat yang luar biasa untuk anak seusianya. Hal ini disebabkan karena Noriyoshi selalu mendukung dan mengembangkan bakat luar biasa putrinya itu. Sebaliknya Furuya, ibu Natsuko lebih realistis dan menentang hobi putrinya itu. Furuya realitis terhadap status wanita di Jepang pada zaman Meiji. Zaman dimana tidak ada tempat dan pengakuan bagi seorang wanita dalam dunia sastra. Walaupun demikian, Noriyoshi sangat percaya pada Natsuko dan berpendapat bahwa masyarakat pada akhirnya akan mengakui bakat putrinya dalam kesusasteraan. Ada keyakinan yang tak terungkapkan di dalam suaranya.

(54)

apa pun usaha usaha ibunya menghentikan kebiasaan putrinya, ia tidak pernah berhenti membaca. Akibatnya, matanya menjadi rabun karena penerangan di toserba sangat buruk yang mengakibatkan ibunya mengomel sangat keras. Furuya takut Natsuko tidak bisa mendapatkan suami dengan penampilan Natsuko yang terlihat seperti cendikiawan tua yang bijak dengan kacamata di hidungnya dan setumpuk besar buku berdebu sebagai teman setianya, tetapi Natsuko tidak pernah memusingkannya. Ia juga sama sekali tak tertarik bermain seperti anak-anak lain seusianya. Ia lebih suka dikelilingi oleh kana zoshi atau buku cerita miliknya. Terkadang Natsuko juga merasa takut akan energi dan kekuatan emosi dan ambisi yang jauh melampaui usianya dan bertanya-tanya mengapa ia tidak seperti anak-anak lain kebanyakan.

Sampai pada suatu hari Natsuko merasa senang karena akhirnya menemukan teman yang memiliki minat yang sama dengannya. Masao menjadi teman menghabiskan waktu mendiskusikan buku-buku terbaru yang dibelikan ayahnya. Natsuko muda untuk pertama kalinya mengalami perasaan suka terhadap lawan jenisnya. Perasaan itu mempengaruhi dia menulis sajak untuknya dan Masao. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena Masao harus pergi ke Hokkaido bersama keluarganya dan akhirnya mereka harus berpisah.

Sejak kepergian Masao, Natsuko memutuskan mengganti nama menjadi Ichiyo yang berarti ‘sehelai daun’, karena menurutnya nama itu lebih menunjukkan identitasnya sebagai penulis dan penyair masa depan. Dia ingin menjadi sehelai daun dari halaman buku-buku yang ingin ditulisnya sejak saat itu.

(55)

terpaksa harus berhenti sekolah. Ibunya segera mendaftarkannya ke berbagai kelas kewanitaan yang sangat tidak ia sukai. Dia sangat terpukul dan hancur dan menumpahkan segala pikiran-pikirannya yang paling pribadi ke dalam buku hariannya. Selama dua setengah tahun tidak bersekolah, dia mengalami konflik batin yang semakin keras. Dirinya perlahan mengering dan sekarat dan untuk pertama kalinya dia berharap dilahirkan sebagai seorang anak laki-laki, yang bebas mengejar apa un yang ingin diraihnya. Sebelum ulang tahunnya yang ke 16, akhirnya Ichiyo diberi kesempatan lagi untuk masuk ke sekolah penyair milik Nakajima Utako. Dia sangat bahagia dan sangat berterima kasih kepada ayahnya. Dia meruntuhkan dinding sifat aslinya yang datar tanpa emosi dengan berlutut di hadapan Noriyoshi dengan mata berkaca-kaca.

Di Haginoya dia berkembang pesat dan sangat berprestasi. Namun dalam hubungan sosial, lagi-lagi ia terasing dan tidak dapat membaur dengan teman sebayanya. Buku hariannya menjadi teman sejatinya setiap hari, menumpahkan segala perasaan dan kegelisahannya tentang nasib karir menulisnya. Ada juga bagian yang ditulisnya ketika dia merasa miskin dan lemah dibanding teman-temannya yang berasal dari keluarga kaya dan terhormat.

(56)

semakin lemah. Akhirnya Noriyoshi meninggal pada 12 Juli 1889 di usia 59 tahun. Sejak saat itu juga, hidup Ichiyo berubah, beban untuk menghidupi keluarga jatuh ke pundak Ichiyo yang baru berusia 17 tahun.

Butuh waktu lama bagi Ichiyo untuk menerima kematian ayahnya. Perasannya berganti-ganti antara kemarahan terhadap ayahnya karena menelantarkannya dan hampa akan kematiannya. Seminggu setelah kematian ayahnya, Ichiyo duduk memandangi dengan serius neraca keuangan keluarganya, terenyak oleh fakta betapa sedikit uang yang mereka miliki. Nyonya Nakajima memintanya tinggal bersamanya dan membantunya. Ia menjanjikan Ichiyo akan menempatkannya sebagai guru di salah satu sekolah wanita, namun hal itu tidak pernah terjadi. Di tengah keputus asaannya, Ichiyo kembali ke keluarganya dan akhirnya mereka harus meninggalkan gaya hidup terhormat dan mulai menjahit dan mencuci pakaian untuk menghidupi diri mereka. Kuniko sering mendapat penglihatan wajah Ichiyo tak lekang dimakan zaman dan tak pernah terlupakan di Jepang. Oleh sebab itu, Kuniko meminta Ichiyo untuk tetap menulis dan Ichiyo mulai memutuskan bahwa dia akan menganggap serius buku hariannya sebagai wadah berkarya dan akan menghasilkan uang dari menulis.

(57)

Nakarai Tosui. Namun, karena skandal Nakarai Tosui yang tidak terlalu bagus dan penghinaan yang diucapkan Tosui terhadap karya-karyanya membuat hatinya sakit dia ia tidak dapat menerimanya. Akhirnya mereka tidak bisa bersama. Ichiyo menulis kekecewaan, kepahitan dan patah hatinya dalam buku hariannya dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang berat, ia berpikir ingin bunuh diri.

Dua tahun sejak kematian ayahnya, di usianya yang masih 19 tahun, kekayaan keluarganya sama sekali belum membaik. Mereka semakin miskin dan hanya mampu makan dengan menu hanya nasi dan acar. Ichiyo bertambah kurus hingga tulang bahunya benar-benar mencuat seperti seekor burung yang sangat kurus. Ichiyo sering pusing dan napasnya terputus-putus. Dia mulai terserang penyakit tuberkulosis. Dia juga belum menghasilkan karya yang dapat dibanggakan. Pada saat itu dalam hidupnya, saat keraguan hebat dan bayangan kegagalan yang sia-sia mulai menyerang harga dirinya, Ichiyo mengandalkan prinsip kegigihan Konghucu yang tegas dan tekad membaja untuk melalui segala penderitaan dan mempertahankan kemurnian dan kebersahajaan gaya menulisnya, tidak peduli betapa keras dan suramnya kehidupan. Ichiyo berjanji pada Kuniko, adik tersayangnya bahwa suatu hari nanti dia akan membawa nama keluarganya terkenal dan dunia tidak akan pernah melupakan mereka. Impian dan ambisi yang luar biasa di tengah kemelaratan yang dihadapinya.

(58)

membuat novel pertamanya diterbitkan. Dan pada akhirnya, novel pertama Ichiyo yang berjudul Bunga di Kala Senja diterbitkan di Musashino dan mendapat komentar positif dari koran bergengsi seperti Asahi Shimbun.

Namun, segala berita miring tentang Tosui membuatnya mau tidak mau harus berhenti bertemu dengan Tosui. Terjadi konflik batin yang dalam di pikiran Ichiyo untuk tidak mempercayai apa yang dikatakan orang terhadap Tosui, rasa cintanya yang luar biasa menutup segala akal sehat dan kewarasan. Namun pada akhirnya ia memang harus mengakhiri hubungan mereka. Kembali lagi terjadi pergolakan batin dan konflik emosional saat dia harus berjalan ke rumah Tosui untuk benar-benar mengakhiri hubungan mereka. Dia tidak dapat membohongi hatinya, ada pertentangan tiada habis antara hati dan pikirannya.

(59)

tengah-tengah pusat lokalisasi dan kawasan hiburan di Ryusenji. Pergolakan kembali terjadi di dalam pikirannya mengingat ia harus mampu mengobrol basa-basi dengan pelanggan, sesuatu yang sama sekali bukan dirinya yang kalem, senang menyendiri dan tak suka membaur dengan orang lain.

Tinggal di tengah kawasan hiburan Yoshiwara yang terkenal dengan reputasi buruknya membuat Ichiyo terlalu sibuk dan hampir tak pernah menulis. Ia mendapati dirinya tersedot ke dalam bagian rutin mengurusi usaha, menawar dan berdebat dengan para pemasok barang yang kasar dan tak punya sopan-santun, melayani pelanggan yang umumnya para penarik kereta angkut, tukang keamanan, wanita penghibur dari rumah bordil dan kedai minum sekitar. Sangat berbeda dengan kemewahan sesi baca puisi di sekolah Nyonya Nakajima.

Selama masa paceklik dalam karir menulis di Ryusenji, Ichiyo bahkan sempat berpikir untuk kembali memakai nama Natsuko agar ia tidak terlalu merasa bersalah saat kehilangan inspirasi dan gairah dalam menulis. Namun lama-kelamaan, ia terbiasa dengan Ryusenji dan mulai tertarik dengan segudang pengalaman hidup tepat di depan matanya. Ichiyo mulai menulis catatan kecil tentang berbagai macam orang dan peristiwa di jalan-jalan Ryusenji yang penuh warna, yang pada akhirnya menginspirasinya untuk menulis novel-novel nya yang berikutnya.

(60)

sebagai penjahit kimono yang indah untuk wanita penghibur di kawasan itu. Sementara Ichiyo mulai memantau dan meresapi lingkungan sekitarnya, merekam setiap aspek kehidupan di tengah-tengah para wanita penghibur dan menjadikan salah satu novelnya yang paling banyak dipuji, Child’s Play yang merujuk pada karakter kuat novel tersebut. Saat itu adalah masa indah dan damai bagi keluarga Higuchi dan Ichiyo menulis dengan sangat giat, menghasilkan lima buah novel antara tahun 1895 dan 1896, yaitu On the Last Day of the Year (Hari Terakhir di Tahun Ini), Troubled Waters (Air yang Keruh), The Thirteenth Night (Malam Ketiga Belas), Child’s Play (Mainan Anak), dan Separate Ways (Jalan Lain).

(61)

dengannya, membuat Kusaka mengirim surat yang menawarkan sejumlah uang jika ia mau menjadi istri simpanannya. Namun, Ichiyo tersadar bahwa ini bukan jalan yang benar dan kembali ke sekolah Nyonya Nakajima sebagai asisten bergaji rendah, namun setidaknya ia berada dalam lingkungan yang tepat untuk menulis dan setelah pengalaman merendahkan moral serta harga diri dengan Kusaka, Ichiyo benar-benar mensyukuri suasana bersih dan sehat di Haginoya.

Semua kisah novel yang ditulisnya adalah hasil dari analisis jujur tentang situasi kehidupan, tentang perasaan yang termanifestasi dalam cinta, kebahagiaan, tragedi, kemiskinan, depresi dan apa pun yang hati manusia rasakan. Semua kerja kerasnya akhirnya berbuahkan hasil. Semua orang kini mengakuinya. Penerbit, majalah dan penulis semua berlomba-lomba mendapatkan kontrak kerja sama dengannya. Namun, karena ia bekerja terlalu keras, ia mengacuhkan sakit tuberkulosis yang terus menggerogotinya. Ia sedang berada di popularitasnya sebagai penulis dan tidak ingin penyakitnya akan menjatuhkannya kembali. Sampai akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya di usia yang sangat muda, 24 tahun, Ichiyo meninggal di awal ketenarannya sebagai penulis.

3.2 Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Karena Pengaruh Lingkungan 3.2.1 Lingkungan Keluarga

1. Cuplikan (hlm.52)

(62)

menyadari bakat dan gairah putrinya serta merasa bangga malah menjatuhkan semangatnya setiap saat?

Namun benih-benih pertama keraguan telah tertanam dan ada saat-saat ketika Natsuko mulai mempertanyakan apakah ibunya benar dan semua pintu kesusastraan akan tertutup rapa-rapat bagi seorang wanita. Terkadang, ia membenci ibunya dan pikiran-pikiran serta energi negatif yang selalu ia tunjukkan, namun pada akhirnya, tak peduli sekeras apa pun Furuya berusaha menghentikan kebiasaan putrinya, Natsuko tak penah berhenti membaca. Sejak hari itu, ia membawa semua bukunya ke toserba untuk membaca setiap kali ia ingin menghindari omelan ibunya. Penerangan di sana sangat buruk namun Natsuko selalu tenggelam dalam isi bukunya sehingga tidak memperhatikan hal itu, dan justru semakin mendekatkan buku ke wajahnya ketika kata-kata di dalamnya semakin sulit dibaca.

Analisis

(63)

tidak bisa menerima pikiran dan kata-kata ibunya tersebut. Demi memenuhi tuntutan Id akan pemenuhan hasrat membacanya, Natsuko akhirnya membaca di toserba meskipun penerangan di tempat itu cukup buruk. Itu merupakan tindakan dari Ego Natsuko. Ego berusaha melaksanakan perintah Id dengan membaca di tempat pengganti selain rumah, yaitu toserba. Dalam cuplikan ini juga ditunjukkan bahwa Super ego kalah terhadap Id. Dalam Super ego, sudah seharusnya seorang anak menuruti segala nasihat dari orangtua. Itu adalah nilai yang penting dalam keluarga. Seharusnya sebagai seorang anak, Natsuko mematuhi semua perintah yang dikatakan ibunya. Tetapi dalam cuplikan di atas disebutkan bahwa terkadang Natsuko membenci ibunya dengan segala pikiran serta energi negatifnya yang selalu ia tunjukkan. Natsuko bukannya menuruti nasihat ibunya, sebaliknya ia justru membenci ibunya dan tetap melakukan hal yang dilarang, yaitu membaca, tidak peduli sekeras apa pun ibunya melarangnya. Tindakan ini bertentangan dengan Super ego. Natsuko melawan nasihat ibunya demi memenuhi kebutuhan pemuasan Id nya terhadap membaca. Hal ini jelas tampak bahwa Id lebih dominan, sehingga mengalahkan Super ego.

2. Cuplikan (hlm.72)

(64)

dianggap ibu sebagai tujuan hidupku sebagai seorang perempuan. Kemarin, untuk pertama kalinya aku berharap dilahirkan sebagai seorang laki-laki, yang bebas untuk mengejar apa pun yang ingin diraihnya. Mengapa perempuan harus diatur dan dibatasi oleh masyarakat? Mengapa, aku bertanya pada diri sendiri namun tak menemukan jawabannya. Satu-satunya hal yang menjadikan hidupku lebih berwarna adalah dua buku kiriman dari Masao untukku yang diantar oleh kurir Shogun. Aku memeluk buku-buku itu tepat di hatiku saat tidur, mereka sangat baik padaku!”

Analisis

(65)

sebagai seorang laki-laki. Gender yang dapat membuatnya bebas mengejar apa pun, tanpa terkekang aturan dan batasan dari masyarakat. Pikiran seperti ini dipicu karena dorongan dari Id. Dalam hal ini, Id sangat kuat sehingga membuatnya tidak mensyukuri kodratnya terlahir sebagai seorang perempuan. Ego kalah terhadap Id sehingga akhirnya dia tidak berpikir logis dengan ingin terlahir sebagi seorang laki-laki hanya untuk memenuhi kepuasan hatinya terhadap sastra.

3. Cuplikan (hlm.86)

“Ada banyak masalah yang terjadi di rumah dan aku dapat merasakan bisnis ayah tersendat. Ia terlihat pucat dan khawatir, cahaya di matanya kembali lenyap. Aku tahu, ia dalam masalah, namun telalu bangga dan takut untuk mengakuinya. Aku merindukan ayah yang dulu, yang selalu mendukung, membela, dan menyemangatiku untuk terus menulis dan dikenal. Sekarang aku harus berjuang sendirian, untuk pertama kalinya aku menatap diriku dalam cermin dan melihat seorang perempuan kurus berwajah seperti burung, begitu mungil, lemah dan rapuh, apakah itu benar-benar diriku? Mampukah aku meraih keberhasilan? Dan aku tahu di dalam tubuh kecil ini terdapat hati yang tulus dan api semangat menulis yang berkobar-kobar dan aku bersumpah demi setiap hela napas di tubuhku bahwa aku akan dikenang karena karya tulisanku-buku harianku, Bahkan jika aku harus mati untuk itu, aku tak akan membiarkan diriku dilupakan.”

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen,

Menyiapkan bahan pengoordinasian, pelaksanaan, dan pembinaan evaluasi hasil rencana pembangunan daerah serta program pembangunan lainnya.. Renstra Bappeda Tahun 2016-2021 Page II -

Prosid ing Seminar N asional dan K ong res P erhimp unan A g ronomi Indonesia 2016 E valuasi penampilan vegetatif dan generatif dari genotipe sorgum yang tersedia akan

The difference in the biomass of forest stands was caused by differences in site quality, the types of clones eucalyptus, land area in ech compartmen, number of trees,

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri

Penelitian ini menggunakaan serat mengkuang dan abu terbang untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kuat tekan dan tarik belah beton dengan menggunakan tiga

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik inferensial. Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis