• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO KARYA REI KIMURA DAN STUDI PRAGMATIK SASTRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL CATATAN ICHIYO KARYA REI KIMURA DAN STUDI PRAGMATIK SASTRA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “CATATAN ICHIYO” KARYA REI KIMURA DAN STUDI PRAGMATIK SASTRA

2.1 Definisi Novel

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang berbentuk tertulis dan bersifat naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”, dan juga dari bahasa Latin yakni novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti baru, dikatakan baru karena jika dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi dan drama, maka jenis novel ini baru muncul kemudian setelahnya (Tarigan, 1984 : 164).

Novel adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita (Aminuddin, 2000 : 66). Pengarang umumnya ingin menampilkan ide serta hasil imajinasinya ke dalam novel. Menurut H.B Jassin dalam Suroto (1989 : 19) novel ialah suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh cerita), luar biasa karena dalam kejadian ini terlahir suatu konflik atau suatu pertikaian yang mengalihkan perubahan nasib mereka.

Jenis-jenis novel dapat dibedakan berdasarkan isi cerita dan mutu novel. Suharianto (1982 : 67) membagi jenis novel berdasarkan tinjauan isi, gambaran dan maksud pengarang, yaitu sebagai berikut :

(2)

1. Novel Berendens, yaitu sebuah novel yang menunjukkan keganjilan-keganjilan dan kepincangan-kepincangan dalam masyarakat. Oleh karena itu novel ini sering disebut sebagai novel bertujuan.

2. Novel Psikologi, yaitu novel yang menggambarkan perangai, jiwa seseorang serta perjuangannya.

3. Novel Sejarah, yaitu novel yang menceritakan seseorang dalam suatu masa sejarah. Novel ini melukiskan dan menyelidiki adat istiadat dan perkembangan masyarakat pada masa itu.

4. Novel Anak-anak, yaitu novel yang melukiskan kehidupan dunia anak-anak yang dapat dibacakan oleh orang tua untuk pembelajaran kepada anaknya, adapula yang biasanya hanya dibaca oleh anak-anak saja.

5. Novel Detektif, yaitu novel yang isinya mengajak pembaca memutar otak guna memikirkan akibat dari beberapa kejadian yang dilukiskan pengarang dalam cerita.

6. Novel Perjuangan, yaitu novel yang melukiskan suasana perjuangan dan peperangan yang diderita seseorang.

7. Novel Propaganda, yaitu novel yang isinya semata-semata untuk kepentingan propaganda terhadap masyarakat tertentu.

Berdasarkan penjelasan pembagian jenis-jenis novel di atas, maka dapat dilihat bahwa novel “Catatan Ichiyo” karya Rei Kimura termasuk dalam jenis novel sejarah dan novel perjuangan. Hal ini karena novel ini diangkat dari kisah nyata seorang sastrawan wanita Jepang yang berjuang dalam

(3)

mengapresiasikan karyanya pada zaman Meiji. Novel ini menggambarkan keadaan masyarakat Jepang pada masa itu, yaitu pemerintah menyatakan adanya Shiminbyodo, yaitu persamaan empat strata sosial atau kelas sosial yang baru, yang terdiri dari dari Kouzoku (keluarga Kaisar), Kazoku

(keluarga bangsawan), Shizoku (keluarga samurai) dan Heimin (rakyat biasa). Meskipun zaman Meiji merupakan awal modernisasi Jepang, tetapi pada awal masa Meiji wanita belum memiliki pengaruh yang kuat dalam berbagai bidang. Tokoh utama dalam novel ini adalah salah satu sastrawan wanita Jepang yang memperjuangkan karyanya dengan mempertahankan ideologi hingga akhirnya berhasil mendapat tempat dalam dunia kesusastraan Jepang masa itu.

Novel terbentuk oleh dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur dalam sastra yang ikut mempengaruhi terciptanya karya sastra tersebut yang terdiri dari tema, alur (plot), latar (setting), penokohan (perwatakan) dan sudut pandang (pusat pengisahan). Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur luar dari sastra yang ikut mempengaruhi terciptanya suatu karya sastra, unsur ini meliputi latarbelakang pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang dan sebagainya. Unsur ini mencakup berbagai kehidupan sosial yang menjadi landasan pengarang untuk membuat suatu karya sastra.

2.2 Resensi Novel “Catatan Ichiyo” 2.2.1 Tema

Tema adalah sesuatu yang menjadi pokok permasalahan atau sesuatu yang menjadi pemikiran pengarang (ide cerita) yang ingin disampaikan

(4)

kepada pembacanya . Tema ini disampaikan pengarang melalui jalinan cerita yang ia buat di dalam novel. Selain ide cerita, tema dapat berupa pandangan hidup, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Brook dalam Tarigan (1984 : 125) bahwa tema adalah pandangan hidup tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra.

Menurut Scharbach dalam Aminuddin (2000 : 91) istilah tema berasal dari bahasa latin yang berarti ‘tempat meletakkan suatu perangkat’. Hal ini karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai titik tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Lebih lanjut lagi Scharbach menjelaskan bahwa tema is not synonymous with moral or message.... theme does relate to meaning and purpose, in the sense. Karena tema adalah kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa fiksi oleh pengarangnya, maka untuk memahami tema pembaca terlebih dahulu harus memahami unsur-unsur signifikan yang membangun suatu cerita, menyimpulkan makna yang dikandungnya, serta mampu menghubungkannya dengan tujuan penciptaan pengarangnya.

Sementara itu, menurut Fananie (2000 : 84) tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi terciptanya karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra sangat beragam. Tema dapat berupa persoalan moral, etika, agama, sosial, budaya, teknologi dan tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan.

(5)

Tema suatu cerita hanya dapat diketahui atau ditafsirkan setelah kita membaca cerita serta menganalisis. Hal itu dapat dilakukan dengan mengetahui alur cerita serta penokohan dan dialog-dialognya, hal ini sangat penting karena ketiganya memiliki keterkaitan satu sama lain dalam sebuah cerita. Dialog biasanya mendukung penokohan/perwatakan sedangkan tokoh-tokoh yang tampil dalam cerita tersebut berfungsi untuk mendukung alur dan mengetahui bagaimana jalannya cerita tersebut, dari alur inilah kita dapat menafsirkan tema cerita novel tersebut.

Contohnya pada cerita novel “Catatan Ichiyo” karya Rei Kimura, dalam novel ini diceritakan mengenai berbagai masalah kehidupan yang dialami Ichiyo sejak kecil, mulai dari bakat yang selalu diremehkan ibunya, kemiskinan yang diderita keluarganya sejak ayahnya meninggal dan diremehkan dalam dunia sastra pada masa itu, terutama oleh sastrawan pria. Ichiyo dianggap tidak pantas bersaing dengan para pria, hal ini karena Ichiyo membuat karya sastra berdasarkan ideologinya, berbeda dengan karya-karya sastrawan lain yang dibuat hanya untuk memenuhi permintaan sastra yang sedang populer pada masa itu. Ichiyo tak pernah kenal lelah memperjuangkan karyanya, hingga akhirnya ia diakui berbakat oleh sastrawan pada masa itu dan karyanya juga banyak mendapat banyak pujian.

Dari hal yang telah penulis jelaskan di atas tampak tema yang ingin disampaikan oleh pengarang adalah “meskipun keadaan sosial masyarakat pada zaman Meiji tidak mendukung wanita yang bukan bangsawan untuk berkarya dengan bebas, tetapi hal itu bukanlah hambatan untuk berhenti berkarya”.

(6)

2.2.2 Alur (Plot)

Alur atau plot adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu dan saling berkaitan satu sama lain menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita. Peristiwa yang satu akan mengakibatkan timbulnya peristiwa yang lain, peristiwa yang lain tersebut akan menjadi sebab bagi timbulnya peristiwa berikutnya dan seterusnya sampai peristiwa itu berakhir (Aminuddin, 2000 : 83) .

Dalam cerita fiksi ataupun cerpen, urutan plot beraneka ragam. Montage dan Henshaw dalam Aminuddin (2000 : 84) menjelaskan bahwa tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun dalam tahapan sebagai berikut :

1. Perkenalan (Exposition)

Ada saat-saat tertentu ketika Furuya bahkan lupa bahwa dirinya sedang hamil dan ketika hari kelahiran tiba, Natsuko, putri kedua mereka, muncul dengan tenang serta tak menimbulkan banyak masalah serta rasa sakit bagi ibunya, seperti halnya perjuangannya yang tenang dalam menghadapi segala rintangan yang harus dihadapi di usia dewasanya. Sementara tanpa kenal lelah ia mengukir tempat bagi dirinya di dalam sejarah Jepang kelak. ... ... ...

“Oh, buah hatiku, aku bisa merasakannya, kau akan menjadi seseorang yang istimewa!” (halaman 43-44)

(7)

Cuplikan di atas merupakan bagian di mana pengarang memperkenalkan tokoh utama cerita, yaitu Ichiyo Higuchi, menuliskan keadaan dan situasai yang melatarbelakangi cerita tersebut.

2. Pertikaian (Inciting Force)

“Jangan berkata begitu, Sentaro,” teriak Natsuko. “Perempuan mampu menjadi apapun yang mereka inginkan asalkan mereka memiliki otak dan sepasang tangan! Mereka sama pintarnya dengan laki-laki!” (halaman 49)

Cuplikan di atas merupakan bagian di mana pengarang mulai menampilkan pertikaian yang dialami tokoh, pertikaian ini bisa terjadi karena pertemuan dengan tokoh lain ataupun situasi sosial yang lain dan konflik muncul pada bagian ini.

3. Perumitan (Rising Action)

“Aku belum pernah melihat wanita yang lebih besar keinginannya untuk membunuh bakat anaknya daripada ibuku. Terimakasih Tuhan berkat ayah aku masih bisa membaca buku dan menulis!” Ayah tersayang menolak untuk menyerah dalam mengembangkan bakatku meskipun ibu terus-terusan mengomel. (halaman 71)

Cuplikan di atas merupakan bagian di mana pertikaian yang telah terjadi pada tahap sebelumnya menjadi semakin rumit, masalah yang terjadi pada tokoh semakin kompleks.

(8)

4. Krisis (Crisis)

“Aku sungguh putus asa dan harga diriku sungguh terbanting melihat keluargaku memohon pinjaman uang dan ibu tak henti-hentinya mengecek daftar jikalau ada teman atau sanak saudara yang belum mereka dekati, kami tidak bisa terus menerus hidup seperti ini! Itu sudah di luar batas harga diri manusia.” (halaman 132)

Cuplikan di atas merupakan bagian di mana situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya.

5. Puncak (Climax)

“Ya Tuhan bantulah aku secepatnya. Aku benar-benar putus asa karena keluargaku terjatuh ke dalam jurang kehancuran finansial dan kebangkrutan dan aku harus mendapatkan uang secepatnya. Malam ini aku mengatakan pada Kuniko bahwa aku tidak lapar agar ia mengambil jatah makananku. Ia membutuhkan kekuatan untuk pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukannya. Aku sangat lapar hingga rasanya ada lubang besar di perutku dan aku menghilangkan rasa lapar dengan memakan nasi putih setiap malam.” (halaman 133)

Cuplikan di atas merupakan bagian di mana masalah yang telah terjadi dan semakin rumit pada tahap sebelumnya datang semakin

(9)

bertumpuk di bagian ini, bisa saja mungkin tokoh mengalami hal yang paling sulit dalam hidupnya di bagian ini dan masalah-masalah ini harus segera diselesaikan.

6. Antiklimaks (Falling Action)

Dalam beberapa bulan dari pertengahan 1895 dan awal 1896, Ichiyo telah menghasilkan setidaknya lima novel, yang tersohor antara lain On The Last Day Of The Year (Hari Terakhir di Tahun Ini), Troubled Waters (Air Yang Keruh), The Thirteenth Night (Malam Ketiga Belas), Child’s Play (Mainan Anak) dan Separate Ways (Jalan Lain). Kelihatannya tak ada yang dapat menghentikan dorongan adrenalin dalam diri Ichiyo pada masa ini dalam hidupnya. (halaman 226)

Cuplikan di atas merupakan bagian penyelesaian, persoalan yang datang dari tahap-tahap sebelumnya mulai diselesaikan satu persatu, pada bagian ini masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara, bisa saja dengan mematikan tokoh cerita ataupun membiarkan tokoh mengambang, hal ini sesuai dengan kreativitas pengarang.

Tahapan plot dibentuk oleh satuan-satuan peristiwa, setiap peristiwa selalu diemban oleh pelaku-pelaku dengan perwatakan tertentu, selalu memiliki setting tertentu dan selalu menampilkan suasana tertentu pula. Sebab itulah dengan memahami plot pembaca dapat sekaligus berusaha memahami penokohan perwatakan maupun setting.

(10)

Dalam tahapan alur selalu terdapat konflik. Konflik merupakan inti dari sebuah alur. Konflik dapat diartikan sebagai sebuah pertentangan. Menurut Kosasih (2011 : 226) bentuk-bentuk pertentangan antara lain :

1. Pertentangan manusia dengan dirinya sendiri; 2. Pertentangan manusia dengan sesamanya;

3. Pertentangan manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan ekonomi, sosial, politik dan budaya;

4. Pertentangan manusia dengan Tuhan atau keyakinannya.

Bentuk – bentuk konflik inilah yang kemudian diangkat ke dalam novel dan menggerakkan alur cerita. Berdasarkan uraian tentang konflik di atas, maka konflik yang terdapat dalam novel “Catatan Ichiyo” karya Rei Kimura adalah pertentangan manusia dengan lingkungan sosialnya. Ichiyo dan karyanya tidak dihargai hanya karena ia seorang wanita, karena pada awal zaman Meiji wanita tidak memiliki pengaruh kuat dalam berbagai bidang, tetapi meskipun begitu Ichiyo tetap berusaha agar karyanya mendapat apresiasi dari sastrawan Jepang lainnya pada masa itu, karena ia yakin masalah gender bukanlah hal yang dapat menghalangi seorang wanita untuk berkarya hingga akhirnya setelah bertahun-tahun ia berhasil mendapat tempat dan dihargai di lingkungan sosial masyarakat Jepang pada masa itu.

Alur atau plot dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita itu berakhir.

(11)

2. Alur mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir, kemudian kembali pada peristiwa awal kemudian akhirnya kembali pada peristiwa akhir tadi.

Dari penjelasan alur (plot) di atas, maka alur yang ada pada novel “Catatan Ichiyo” karya Rei Kimura ini adalah alur campuran. Karena dalam cerita novel ini cerita tidaklah berurut dari awal, tetapi bolak-balik dari masa depan kemudian kembali ke masa lalu.

2.2.3 Penokohan atau Perwatakan

Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya dan sebagainya. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1995 : 165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Sedangkan menurut Kosasih (2011 : 228) penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.

Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana pula perilaku tokoh-tokoh tersebut. Dalam penokohan ada dua hal penting, yaitu pertama berhubungan dengan teknik penyampaian dan yang kedua adalah berhubungan dengan watak atau kepribadian tokoh yang ditampilkan. Kedua hal ini memiliki hubungan yang

(12)

sangat erat karena penampilan dan penggambaran sang tokoh harus mendukung watak tokoh tersebut (Aminuddin, 2000 : 79).

Boulton dalam Aminuddin (2000 : 79) mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat berbagai macam. Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Abrams dalam Nurgiyantoro (1998 : 165) menjelaskan bahwa tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Menurut Nurgiyantoro (1995 : 176) berdasarkan peranan dan tingkat pentingnya, tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan pengarang dalam novel yang bersangkutan dan tokoh yang memiliki peranan penting dalam cerita tersebut, ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan memiliki peranan tidak penting karena kemunculannya hanya melengkapi, melayani dan mendukung pelaku utama. Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh utama, yakni hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung.

Penokohan dalam novel “Catatan Ichiyo” adalah sebagai berikut : 1. Ichiyo Higuchi adalah tokoh utama dalam novel “Catatan Ichiyo”

yang merupakan gadis muda Jepang yang sangat mandiri dan gigih dalam berkarya pada masa Meiji. Sebagai perempuan pada masa Meiji Ichiyo berusaha agar karyanya dapat diterima seperti

(13)

umumnya para lelaki dan bangsawan. Ichiyo berkarya memiliki prinsip dan berdasarkan realitas.

Cuplikannya sebagai berikut : “Mengapa seorang penulis harus

dianggap berbeda hanya karena ia wanita? Satu-satunya yang berbeda adalah kehidupan kaum wanita lebih sulit karena masyarakat berusaha merendahkan mereka sementara pria diizinkan berjalan dan tumbuh dengan tujuan hidup mereka masing-masing!” (halaman 255)

2. Noriyoshi Higuchi adalah ayah Ichiyo yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan bakat sastranya sejak kecil dan merupakan orang yang paling mendukung Ichiyo untuk menjadi seorang sastrawan.

Cuplikannya sebagai berikut : “Terimakasih Tuhan berkat ayah aku masih bisa membaca buku dan menulis!” Ayah tersayang menolak untuk menyerah dalam mengembangkan bakatku meskipun ibu terus-terusan mengomel. (halaman 71)

3. Kuniko Higuchi adalah adik Ichiyo yang tinggal bersamanya sejak kecil hingga akhir hayatnya dan Kuniko lah yang menjadi saksi kesuksesan karya Ichiyo pada masa itu.

Cuplikannya sebagai berikut : “Kau sekarang adalah penulis

profesional, “Siapa yang tahu? Kau mungkin akan menjadi sangat terkenal hingga suatu hari wajahmu akan muncul dalam salah satu lembaran uang kertas Jepang!” (halaman 173)

(14)

4. Furuya Ayame adalah ibu Ichiyo yang sangat menentang Ichiyo berkecimpung dalam dunia sastra sejak kecil, karena menurutnya pekerjaan seorang wanita hanyalah di dapur dan melayani suami. Cuplikannya sebagai berikut : “Apa manfaatnya segala

pembelajaran dan pendidikan itu untuk putri kita? Tak dapatkah kau berpikir, Noriyoshi? Perannya dalam hidup ini adalah menjadi istri dan ibu yang baik, segala hal-hal intelektual yang kau tanamkan padanya akan membuat takut pria mana pun untuk menjadi suaminya dan ia akan hidup melajang selamanya.” (halaman 69)

5. Nakarai Tosui adalah seorang mentornya pada masa itu dan orang yang paling berpengaruh dalam sebagian besar isi cerita novel yang dibuat oleh Ichiyo.

Cuplikannya sebagai berikut : “Hasil tulisanmu bagus,”kata

Nakarai beberapa hari setelah Ichiyo membawa cerita terbaru untuk dinilai olehnya. (halaman 118)

2.2.4 Latar (Setting)

Latar atau setting adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana yang terjadi dalam cerita novel. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan penokohan, memberi nuansa makna tertentu serta mampu menciptakan suasana-suasana tertentu yang menggerakkan emosi atau aspek kejiwaan pembacanya. Gambaran situasi yang jelas akan membantu memperjelas peristiwa yang sedang dikemukakan pengarang (Aminuddin,

(15)

Sebagai salah satu bagian dari unsur pembangun karya fiksi, setting selalu memiliki hubungan dengan unsur-unsur signifikan yang lain dalam rangka membangun totalitas makna serta adanya kesatuan (unity) dari keseluruhan isi yang dipaparkan pengarang. Setting selalu memiliki hubungan dengan penokohan dan alur untuk mewujudkan suatu tema cerita.

Menurut Abrams dalam Zainuddin (2001 : 99) secara garis besar latar dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yaitu :

1. Latar Tempat

Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas.

Dalam novel “Catatan Ichiyo” ini, lokasi berlangsungnya peristiwa adalah di kota Edo, Jepang. Edo disebut ibukota Shogun pada masa itu, sebuah kota besar yang luas dan tak teratur. Namun tidak semua peristiwa yang ada dalam novel tersebut terjadi di Edo, namun juga terdapat beberapa tempat- tempat penting lain seperti, Haginoya yaitu tempat sekolah Ichiyo dan Ryuusenji tempat Ichiyo menghabiskan waktunya bersama ibu dan adiknya sejak ayahnya meninggal.

2. Latar Waktu

Latar waktu mengarah pada saat terjadinya peristiwa, yang meliputi hari, tanggal, bulan, tahun, bahkan zaman tertentu yang melatarbelakangi cerita tersebut.

(16)

Novel ini memiliki latarbelakang cerita tentang keadaan kesusastraan Jepang pada era Meiji yaitu sekitar abad 18. Tokoh utamanya sendiri lahir pada tahun 1872 dan semua peristiwa dalam novel ini berlangsung selama 24 tahun sejak tokoh utamanya lahir dan akhirnya meninggal pada tahun 1896 karena penyakit tuberculosis yang telah diderita sejak lama.

3. Latar Sosial

Latar sosial mengarah kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi maupun nonfiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain sebagainya. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah atau tinggi. Dalam novel ini pengarang banyak menampilkan kehidupan sosial masyarakat Jepang pada zaman Meiji. Pada awal zaman Meiji wanita tidak memiliki pengaruh kuat dalam berbagai bidang meskipun sudah ada persamaan strata sosial. Contohnya pada kehidupan sastra, mereka masih menganggap hanya laki-laki dan bangsawan yang berhak menunjukkan kreatifitasnya dalam bidang sastra, padahal dalam kenyataannya wanita juga memiliki kreatifitas yang sama.

2.2.5 Sudut Pandang (Point of View)

Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita novel tersebut. Dengan kata lain posisi pengarang menempatkan dirinya

(17)

pengamat yang berdiri di luar cerita (Aminuddin, 2000 : 90). Sedangkan menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1998 : 248) sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Terdapat beberapa jenis point of view, yaitu :

1. Narrator omniscient, yaitu pengarang yang berfungsi sebagai pelaku cerita, karena pengarang juga adalah pelaku cerita maka akhirnya pengarang juga merupakan pelaku yang serba tahu tentang apa yang ada dalam benak pelaku utama maupun sejumlah pelaku lainnya, baik secara fisikal maupun psikologis. Dengan demikian apa yang terdapat dalam batin pelaku kemungkinan nasibnya, pengarang atau narator juga mampu memaparkannya meskipun itu hanya berupa lamunan pelaku atau merupakan sesuatu yang belum terjadi.

2. Narrator observer, yaitu pengarang berfungsi sebagai pengamat terhadap pemunculan para pelaku serta hanya tahu dalam batas tertentu tentang perilaku batiniah para pelaku.

Dalam novel “Catatan Ichiyo” karya Rei Kimura ini pengarang termasuk kedalam narrator observer, yaitu pengarang yang hanya berfungsi sebagai pengamat saja, karena pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita novel. Pengarang mengangkat cerita sejarah Jepang ke dalam novelnya, lalu mengemas cerita tersebut lebih menarik agar lebih mudah dipahami oleh

(18)

pembaca. Tetapi inti cerita di dalam novel tetap sama dengan kisah sejarahnya tanpa ada yang diubah sedikitpun.

2.3 Biografi Pengarang

Rei Kimura adalah seorang pengacara yang memiliki ketertarikan dalam bidang menulis. Keunggulan karya-karyanya terletak pada penggambaran peristiwa dan karakter tokoh yang unik. Ia menampilkan kisah yang diangkat dari kejadian nyata di dalam beberapa bukunya. Dengan cara ini, Kimura menyentuh beberapa sejarah tragis seperti tenggelamnya Kapal Awa Maru, kisah pilot Kamikaze perempuan pada masa Perang Dunia II dan kisah Ichiyo Higuchi seorang sastrawan wanita Jepang yang diabadikan dalam uang 5000 Yen. Kimura merangkainya menjadi sebuah cerita yang menarik.

Kimura memandang karya-karyanya sebagai pencarian atas kebenaran, tantangan dan kepuasan. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di Asia dan Eropa dan telah terbit hampir di seluruh dunia. Selain menjadi pengacara, Kimura juga seorang jurnalis freelance yang tergabung dalam Australian News Syndicate.

2.4 Studi Pragmatik Sastra dan Semiotik

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan pragmatik sastra untuk menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam cerita novel “Catatan Ichiyo” karya Rei Kimura, penulis mengambil beberapa cuplikan teks yang memiliki nilai di dalam cerita novel tersebut. Pragmatik sastra

(19)

adalah cabang penelitian ilmu sastra yang mengarah kepada aspek kegunaan sastra. Penelitian ini muncul atas dasar ketidakpuasan terhadap penelitian struktural murni yang memandang karya sastra hanya sebagai teks itu saja. Kajian struktural dianggap hanya mampu menjelaskan makna karya sastra dari permukaannya saja. Maksudnya, kajian struktur sering melupakan aspek pembaca sebagai penerima makna atau pemberi makna terhadap karya sastra. Pragmatik sastra lebih menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami dan menghayati karya sastra, karena pembaca sangat berperan dalam menentukan sebuah karya itu merupakan karya sastra atau tidak dan sebagai sebuah keutuhan komunikasi sastrawan-karya sastra- pembaca, maka pada hakikatnya karya yang tidak sampai kepada pembacanya bukanlah karya sastra, Siswanto dan Roekhan dalam Endraswara (2008 : 70).

Pendekatan pragmatik sastra memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan, moral, agama dan tujuan pendidikan lainnya. Dengan kata lain pragmatik sastra bertugas sebagai pengungkap tujuan yang dikemukakan para pengarang untuk mendidik masyarakat pembacanya. Semakin banyak nilai-nilai, ajaran-ajaran dan pesan-pesan yang diberikan kepada pembaca, maka semakin baik dan bernilai tinggi karya sastra tersebut, Abrams dalam Jabrohim (2012 : 67) . Menurut Selden dalam Endraswara (2008 : 70) karya sastra tidak mempunyai keberadaan sampai karya sastra itu dibaca, pembacalah yang menerapkan kode untuk menyampaikan pesan.

(20)

Menurut Teeuw dalam Endraswara (2008 : 71) kajian pragmatik selalu memunculkan persoalan yang berkaitan dengan masalah pembaca, yaitu apa yang dilakukan pembaca dengan karya sastra, apa yang dilakukan karya sastra dengan pembacanya serta apakah tugas dan batas kemungkinan pembaca sebagai pemberi makna. Hal ini berhubungan dengan manfaat pragmatik sastra terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan penyebarluasannya sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan melalui peranan pembaca dalam memahami karya sastra. Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatik adalah memberikan manfaat terhadap pembaca. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik diantaranya adalah berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra.

Selain pendekatan pragmatik, penulis juga menggunakan teori semiotik untuk melihat tanda (makna) nilai-nilai dalam novel dan manfaat novel tersebut bagi para pembaca. Semiotik berasal dari bahasa Yunani

Semeion yang berarti tanda. Semiotik (Semiotika) adalah ilmu tentang tanda-tanda, ilmu ini menganggap bahwa fenomena masyarakat sosial dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Dalam pengertian yang lebih luas, sebagai teori, semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya dan apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia. Kehidupan manusia dipenuhi oleh tanda, dengan perantaraan tanda-tanda manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Sebagai ilmu, semiotika berfungsi untuk mengungkapkan secara ilmiah

(21)

keseluruhan tanda dalam kehidupan manusia, baik tanda verbal maupun nonverbal.

Junus dalam Jabrohim (2012 : 86) mengemukakan bahwa karya sastra merupakan struktur sistem tanda yang bermakna, tanpa memperhatikan sistem tanda-tanda dan maknanya, maka struktur karya sastra atau karya sastra itu sendiri tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Penelitian menggunakan teori semiotik juga dapat mengarahkan hubungan teks sastra dengan pembaca. Tanda yang terdapat pada karya sastra menghubungkan antara penulis, karya sastra dan pembaca. Dalam hubungan ini teks sastra adalah sarana komunikasi sastra antara pengarang dengan pembacanya. Jika pengarang dalam merefleksikan karya menggunakan kode atau tanda tertentu yang mudah dipahami oleh pembaca, maka karya tersebut akan mudah dipahami, tetapi sebaliknya jika tanda yang digunakan pengarang masih asing bagi pembaca, maka karya tersebut akan sulit dipahami. Pada saat menggunakan kode tertentu kadang-kadang justru timbul makna baru. Tetapi melalui semiotik arti atau makna karya sastra akan lebih mudah dipahami. Namun arti atau makna di dalam teori semiotik sendiri adalah meaning of meaning atau disebut juga makna (significance).

2.5 Keadaan Sosial Masyarakat Jepang Pada Zaman Meiji

Masa Meiji merupakan salah satu periode yang paling istimewa dalam sejarah Jepang, periode ini berlangsung selama sekitar 45 tahun mulai dari tahun 1868 sampai tahun 1912. Di bawah pimpinan kaisar Meji, Jepang

(22)

Edo, pada zaman Edo masyarakat dibagi kedalam beberapa golongan yaitu kaum bangsawan, samurai, petani dan pedagang. Kehidupan masyarakat pada masa ini sangat tergantung oleh tinggi rendahnya golongan masyarakat

tersebut, hal ini diungkapkan dalam

(http://m.kompasiana.com/post/sejarah/2012/11/03/zaman-meiji-1867-1912.html?m=1?). Sebaliknya, berbeda dengan masa Meiji, Sayidimin (1988:165) mengungkapkan pada masa ini pemerintah menyatakan adanya

Shiminbyodo, yaitu persamaan empat strata sosial atau kelas sosial yang baru, yang terdiri dari dari Kouzoku (keluarga Kaisar), Kazoku (keluarga bangsawan), Shizoku (keluarga samurai) dan Heimin (rakyat biasa). Berdasarkan hal tersebut masyarakat biasa pun berhak memiliki nama keluarga, pekerjaan ataupun tempat tinggal dengan bebas.

Berdasarkan cerita novel “Catatan Ichiyo”, tokoh utama dalam novel ini termasuk ke dalam golongan keluarga samurai, karena ayah Ichiyo, Noriyoshi Higuchi, mendapat status samurainya pada tahun 1867, setelah bertahun-tahun ia menjadi pelayan utama kaum Shogun (jikisan). Keluarga mereka menjadi cukup dipandang oleh masyarakat di Jepang pada masa itu. Meskipun Ichiyo termasuk ke dalam golongan masyarakat samurai, ia tidak selalu mudah untuk menjalani hidup dan berkarya. Pada kenyataannya sekitar kurang lebih 7 tahun Ichiyo harus bekerja keras agar karyanya dapat diterbitkan dan dibaca oleh semua orang, disaat yang sama banyak sastrawan yang berasal dari kaum bangsawan meremehkan Ichiyo hanya karena ia seorang perempuan dan dianggap tidak mampu menghasilkan karya hebat sebaik mereka. Namun Ichiyo tidak peduli apapun komentar mereka, Ichiyo

(23)

terus berkarya sesuai prinsipnya. Ichiyo mengalami banyak masalah selama ia berusaha menerbitkan karyanya, beberapa kali tidak ada majalah yang mau menerbitkan karyanya. Namun setelah ia menemukan majalah yang bersedia menerbitkan karyanya pada tahun 1892, ia mendapat banyak pujian dan tak lama kemudian selama empat tahun dari tahun 1892 sampai tahun 1896 banyak sastrawan terkenal pada masa Meiji yang ingin bekerjasama dengannya seperti Tsubouchi Shoyo, Mori Ogai dan beberapa sastrawan terkenal lainnya. Sejak saat itu Ichiyo menjadi terkenal di Jepang seiring penerbitan karya-karya hebat lainnya hingga akhir hidupnya pada tahun 1896. Namun pemerintah Jepang mulai memberikan apresiasi terhadap karyanya pada tahun 2004 yaitu wajah Ichiyo diabadikan pada mata uang kertas 5000 yen Jepang, sekitar 100 tahun lebih sejak ia berkarya dalam dunia kesusastraan di Jepang pada zaman Meiji.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya resital piano “ The Oeuvre ,” penulis akan memiliki manfaat yaitu pengalaman dalam melaksanakan sebuah resital yang baik dan mengetahui seberapa dalam

Guru yang memiliki kinerja yang baik dan profesional memiliki beberapa kemampuan antara lain : (1) Guru harus memiliki ketrampilan untuk mendiagnosis siswanya dalam hal

Prosid ing Seminar N asional dan K ong res P erhimp unan A g ronomi Indonesia 2016 E valuasi penampilan vegetatif dan generatif dari genotipe sorgum yang tersedia akan

JUDUL : MEROKOK PERBESAR RISIKO KANKER PROSTAT MEDIA : HARIAN JOGJA. TANGGAL : 04

Kesimpulan dari penelitian ini adalah manajemen penyimpanan obat BPJS Di Gudang Obat Rumah Sakit Umum Daerah Idaman Banjarbaru berdasarkan 4 indikator yaitu

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri

Penelitian ini menggunakaan serat mengkuang dan abu terbang untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kuat tekan dan tarik belah beton dengan menggunakan tiga

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik inferensial. Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis