• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simbol Religius dalam Novel Diorama sepasang Albanna Karya Ari Nur Utami : Tinjauan Strukturalisme Semiotik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Simbol Religius dalam Novel Diorama sepasang Albanna Karya Ari Nur Utami : Tinjauan Strukturalisme Semiotik."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

SIMBOL RELIGIUS DALAM NOVEL

DIORAMA SEPASANG ALBANNA

KARYA ARI NUR UTAMI: TINJAUAN STRUKTURALISME

SEMIOTIK

SKRIPSI

Oleh :

Hendra Winata

NIM : 070701023

DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS IlMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

SIMBOL RELIGIUS DALAM NOVEL

DIORAMA SEPASANG ALBANNA

KARYA ARI NUR UTAMI: TINJAUAN STRUKTURALISME SEMIOTIK

OLEH

Hendra Winata

070701023

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu budaya dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP. NIP 19620925 198903 1 017 NIP 19590907 198702 1 002

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi saya ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoler gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang ditulis diacu dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana yang saya peroleh.

Medan, September 2011

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Simbol Religius dalam Novel Diorama sepasang Albanna Karya Ari Nur Utami : Tinjauan Strukturalisme Semiotik.

Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu budaya dan mudah-mudahan berguna sebagai referensi dalam membahas novel dari segi semiotik.

Dalam proses pengerjaan penelitian ini, penulis sangat banyak mendapat bimbingan, dorongan, dan dukungan. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihat yang telah membantu terwujudnya skripsi saya ini, yaitu :

1. Ayahanda Endi Winata (Alm) dan Ibunda Rosmapri Siregar tercinta yang tidak bosan-bosannya memberikan semangat dan dorongan baik secara moril dan materil untuk mewujudkan cita-cita tertinggi saya menjadi seorang sarjana.

2. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

(5)

4. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP. selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak memberikan kritik maupun saran. 5. Staf pengajar dan Administrasi di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Budaya, bahkan Universitas Sumatera Utara.

6. Fery Winata SP sebagai abang saya yang banyak memberikan bantuan dan dukungan baik berupa moril dan materil.

7. Pangeran-pangeran KBSI stambuk 2007 Lutfhi, Chandra, Reza, Jumadi, Naek, Cardo, Andi, Sam, dan Si Anak Hilang Baijuri yang telah berjuang bersama-sama saya membangun kejayaan KBSI selama ini.

8. Bidadari-Bidadari stambuk 2007 Asmira, Lissa, Eni, Novel, Irma, Yuni, Uphe, Sharina, Astrid, Vera, Irena, Pesta, Lela, Flora, Rismawati, Karolina, Miliwari, Eva, Haseprinta, Bunga, Sri, Irma vivi, Widarti, Zarima, Tika, Nova, dan Erni yang telah menjadi penyejuk mentari yang panas.

9. Kakanda seniored Stambuk 2006, 2005, 2004 dan para alumni Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara.

10.Kakanda Sapta Hadi, Bambang Ryanto, Nanda, dan Kak Tika yang sudah berjuang bersama saya dalam dunia teater.

11.Adik-adik stambuk 2008, 2009, dan 2010. Terutama Oki Setiawan yang telah banyak berjasa dalam penulisan ini.

(6)

Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, semoga bantuan dan dukungan dari kalian semua mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, namun penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, September 2011 Penulis

(7)

SIMBOL RELIGIUS DALAM NOVEL

DIORAMA SEPASANG ALBANNA

KARYA ARI NUR UTAMI : TINJAUAN STRUKTURALISME SEMIOTIK

Hendra Winata

Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan unsur-unsur intrinsik yang membangun sebuah karya sastra novel dan simbol religius yang terdapat pada novel Diorama Sepasang Albanna karya Ari Nur Utami. Penelitian ini menggunakan teori struktural dan semiotika sastra. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu membuat fakta penginderaan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi perpustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan. Pada penelitian ini diperoleh data dan informasi tentang objek penelitian melalui buku-buku. Novel yang dianalisis adalah novel Diorama Sepasang Albanna karya Ari Nur Utami. Dalam novel ini banyak ditemukan nilai-nilai dan simbol-simbol religius yang membangun cerita sehingga lebih menarik. Kisah yang terdapat dalam novel ini memiliki bahasa yang ringan, tetapi sarat dengan berbagai makna yang berhubungan dengan kehidupan religius.

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...i

KATA PENGANTAR...ii

ABSTRAK...iii

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Batasan Masalah...4

1.4 Tujuan dan Manfaat...4

1.4.1 Tujuan Penelitian…..………...4

1.4.2 Manfaat Penelitian...4

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Konsep...5

2.2 Landasan Teori...7

2.2.1 Teori Struktural...7

2.2.2 Teori Semiotik...9

2.3 Tinjauan Pustaka...12

BAB III METODE PENELITIAN...14

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data...14

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data...16

(9)

4.1Strukturasi...18

4.1.1 Tokoh...18

4.1.2 Latar...22

4.1.3 Alur...24

4.1.4 Tema...31

BAB V SIMBOL RELIGIUS DALAM NOVEL DIORAMA SEPASANG ALBANNA KARYA ARI NUR UTAMI……….……..33

5.1 Simbol Religius...33

5.1.1 Jilbab...33

5.1.2 Assalamu’alaikum……….35

5.1.3 Mengaji….……….36

5.1.4 Santri……….37

5.1.5 Baju Koko………..38

5.1.6 Peci………39

5.1.7 Ikhwan………...40

5.1.8 Al-Quran………41

5.1.9 Surga………..………41

5.1.10 Alhamdulillah………..42

5.1.11 Istigfar……….43

5.1.12 Musala dan Masjid...45

5.1.13 Puasa………46

5.1.14 Salib……….47

5.1.15 Doa………...……….48

(10)

5.1.17 Hijab...51

5.1.18 Ya’Sin...52

5.1.19 Setan...52

5.1.20 Jum’at...53

5.1.21 Malaikat...55

5.1.22 Ruhiyah...56

5.1.23 Hadis...57

5.1.24 Jihat...58

BAB VI SIMPULAN...60

Simpulan...60

DAFTAR PUSTAKA

(11)

SIMBOL RELIGIUS DALAM NOVEL

DIORAMA SEPASANG ALBANNA

KARYA ARI NUR UTAMI : TINJAUAN STRUKTURALISME SEMIOTIK

Hendra Winata

Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan unsur-unsur intrinsik yang membangun sebuah karya sastra novel dan simbol religius yang terdapat pada novel Diorama Sepasang Albanna karya Ari Nur Utami. Penelitian ini menggunakan teori struktural dan semiotika sastra. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu membuat fakta penginderaan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi perpustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan. Pada penelitian ini diperoleh data dan informasi tentang objek penelitian melalui buku-buku. Novel yang dianalisis adalah novel Diorama Sepasang Albanna karya Ari Nur Utami. Dalam novel ini banyak ditemukan nilai-nilai dan simbol-simbol religius yang membangun cerita sehingga lebih menarik. Kisah yang terdapat dalam novel ini memiliki bahasa yang ringan, tetapi sarat dengan berbagai makna yang berhubungan dengan kehidupan religius.

Penulis,

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif karya seni. Selain itu, karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek dan Austin, 1995:3-4). Karya sastra juga merupakan gambaran kehidupan masarakat yang dituangkan dalam bentuk tulisan oleh penulis dengan imajinasinya, dan salah satu bentuk karya sastra itu adalah novel. Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat dengan bebas berbicara tentang kehidupan yang dialami oleh manusia dengan berbagai peraturan dan norma-norma dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga dalam karya sastra (novel) terdapat makna tertentu tentang kehidupan.

Pada dasarnya kehidupan manusia sangatlah kompleks dengan berbagai persoalan dan problematikanya. Di dalam kehidupan yang kompleks tersebut terdapat beberapa permasalahan kehidupan yang mencakup hubungan antarmasyarakat, antarmanusia, manusia dan Tuhannya, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Bagi seorang pengarang yang peka terhadap permasalahan-permasalahan tersebut, dengan hasil perenungan, penghayatan, dan hasil imajinasinya, kemudian menuangkan gagasan atau idenya tersebut dalam bentuk karya sastra.

(13)

Membahas masalah sastra, ada beberapa masalah yang muncul, antara lain kurangnya kemampuan pembaca dalam memahami karya sastra yang bersifat kompleks, unik, dan tidak langsung dalam pengungkapannya. Hal inilah antara lain yang menyebabkan sulitnya pembaca dalam menafsirkan karya sastra. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro (1998:31-32) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab sulitnya pembaca dalam menafsirkan karya sastra dikarenakan karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, unik, serta mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu bukti-bukti hasil kerja analisis.

Dalam kehidupan manusia tidak pernah luput dari suatu masalah. Tidak jarang manusia mengalami kekosongan jiwa, kekacauan berpikir, dan bahkan stres karena tidak sanggup mengatasi masalah yang dihadapinya. Dalam hal ini karya sastra dapat berperan untuk membantu sebagai katarsis/pencerah, serta sebagai sarana pembelajaran sehingga dapat diambil manfaat dan pelajaran dalam kehidupan. Hal ini sesuai dengan pendapat Haji Saleh (dalam Semi, 1993:20) yang mengatakan bahwa tugas pertama sastra adalah sebagai alat penting bagi pemikir-pemikir untuk menggerakkan pembaca kepada kenyataan dan menolongnya mengambil suatu keputusan bila mengalami masalah.

(14)

Salah satu novel yang menarik perhatian penulis adalah novel Diorama Sepasang Albanna karya Ari Nur Utami. Novel ini merupakan pemenang kedua

penulisan sayembara novel yang diadakan oleh penerbit Mizan Pustaka. Tema percintaan yang dibalut dengan nilai-nilai keimanan terasa sangat kental dalam novel ini.

Permasalahan yang menarik untuk dikaji dan diteliti dalam penelitian ini adalah simbol religius yang terdapat dalam novel Diorama Sepasang Albanna (selanjutnya disingkat DSA) dengan tinjauan strukturalisme semioti. Religius selalu berkaitan dengan hal yang berhubungan dengan transendental. Transendental menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007:909) yaitu menonjolkan sifat-sifat yang bersifat kerohanian, sukar dipahami, gaib, dan abstrak.

1.2Rumusan Masalah

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terarah, maka diperlukan suatu rumusan masalah. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana unsur-unsur intrinsik yang membangun novel Diorama Sepasang Albanna Karya Ari Nur Utami?

2. Bagaimana makna simbol religius dalam novel Diorama Sepasang Albanna Karya Ari Nur Utami ditinjau dengan pendekatan strukturalisme

(15)

1.3Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, data dianalisis secara struktural dan simbol religius secara semiotik yang terdapat dalam novel Diorama Sepasang Albanna Karya Ari Nur Utami.

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan suatu penelitian haruslah jelas mengingat penelitian harus mempunyai arah dan tujuan yang tepat. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis unsur-unsur intrinsik yang membangun novel Diorama Sepasang Albanna Karya Ari Nur Utami.

2. Menganalisis makna simbol religius dalam novel Diorama Sepasang Albanna Karya Ari Nur Utami ditinjau dengan pendekatan strukturalisme

semiotik.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Memperluas khasanah ilmu pengetahuan terutama bidang bahasa dan sastra Indonesia, khususnya dalam analisis novel dengan tinjauan semiotik. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada mahasiswa

untuk mengkaji dan menelaah novel.

(16)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007:588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal lain. Selain itu Malo (1985:47) Konsep-konsep yang dipakai dalam ilmu sosial walaupun kadang-kadang istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun makna dan pengertiannya dapat berubah. Sehubungan dengan hal itu, maka peneliti akan menjabarkan atau mendefenisikan istilah yang dianggap berbeda maknanya di luar penelitian itu. Istilah-istilah tersebut merupakan konsep yang berfungsi sebagai pedoman atau pendukung bagi peneliti. Konsep-konsep itu adalah sebagai berikut.

Struktur adalah susunan yang memperlihatkan tata hubungan antara unsur pembantuk karya sastra; rangkaian unsur tersusun secara padu (Kamus Istilah Sastra, 2007:193).

Istilah simbol, simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan itu bersifat arbitrer (manasuka). Arti tanda itu ditentukan oleh konvensi. “Ibu” adalah simbol artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa (Indonesia) (Pradopo, 1995: 120).

(17)

manusia menerima ikatan Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan (Djojosantoso, 1991:3).

Mangunwijaya (1995:54-55) mengaku bahwa religiositas adalah konsep keagamaan yang menyebabkan manusia bersikap religius. Religius merupakan bagian dari kebudayaan dan sistem dari suatu agama yang satu dengan agama yang lain memiliki sistem religi yang berbeda. Religius merupakan wujud seseorang berdoa untuk yakin dan percaya kepada Tuhan sehingga keadaan emosi mengalami ketenangan dan kedamaian. Keterkaitan manusia terhadap tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan dengan melakukan tindakan sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama dalam argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang kebesaran Tuhan dalam arti mutlak, kebesaran manusia dalam arti relatif selaku makhluk ciptaannya.

Pokok-pokok ajaran Islam terdiri atas dua bagian yaitu, pertama akidah/iman yang terdiri atas enam rukun iman. Kedua syariah, mengatur dua aspek hidup manusia yang pokok, yaitu mengatur hidup manusia dengan Allah yang disebut ibadah dan mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia di dalam kehidupan masyarakat, disebut muamalah. Akidah Islamiah itu merupakan pokok dasar Islam dan pemersatu seluruh umat Islam di dunia ini. Seseorang yang berlawanan dengan akidah Islamiah yang berupa enam rukun iman tersebut adalah bukan merupakan orang Islam. Akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang menyakininya.

(18)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Struktural

Analisis sastra adalah ikhtiar untuk menangkap atau mengungkapkan makna yang terkandung dalam teks sastra. Pemahaman terhadap teks sastra harus memperhatikan unsur-unsur struktur yang membentuk dan menentukan sistem makna (Culler dalam Pradopo, 1995:41). Analisis struktural dalam analisis teks sastra menjadi perantaraan dalam membongkar sistem makna yang terkandung di dalamnya. Teeuw (1991:61) menilai bahwa pendekatan struktural sebagai prioritas awal untuk mengetahui kebulatan makna teks sastra yang harus memperhatikan pemahaman peran dan fungsi unsur-unsur yang membangun teks sastra.

Berdasarkan penilaian tersebut, Teeuw (1991:135) mengungkapkan bahwa analisis struktural terhadap teks sastra memiliki tujuan untuk membongkar atau mengungkapkan keterkaitan unsur-unsur dalam teks sastra secara totalitas dalam menghasilkan makna. Dengan demikian, kompleksitas dan koherensi unsur-unsur dalam teks sastra menjadi perhatian besar analisis struktural dalam ikhtiar mengungkapkan sistem makna.

(19)

struktur sosial yang menghasilkannya, melainkan mengaitkannya terlebih dahulu dengan kelas sosial dominan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Teeuw (dalam Pradopo, 1995:46). ”Analisis struktural merupakan hal yang harus dilakukan untuk memahami prosa (baik cerpen, novel, dan roman) yaitu dengan memahami struktur fisik dan struktur batin yang terdapat di dalamnya”. Sebelum melakukan analisis karya sastra dengan menggunakan pendekatan apapun haruslah menggunakan pendekatan strukturalisme.

Selanjutnya Teeuw, (1991:16) menyatakan bahwa analisis struktural merupakan prioritas utama sebelum diterapkannya analisis yang lain. Tanpa analisis struktural tersebut, kebulatan makna yang dapat digali dari karya sastra tersebut tidak dapat ditangkap, dipahami sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu di dalam keseluruhan karya sastra.

Pengkajian karya sastra berdasarkan strukturalisme dinamik merupakan pengkajian strukturalisme dalam rangka semiotik, yang memperhatikan karya sastra sebagai sistem tanda (Pradopo, 1995:125). Sebagai suatu tanda, karya sastra mempunyai dua fungsi. Yang pertama adalah otonom, yaitu tidak merujuk pada dirinya. Yang kedua, bersifat informasional, yaitu menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Kedua sifat itu saling berkaitan. Dengan demikian, sebagai sebuah struktur, karya sastra selalu dinamis. Dinamika itu pertama-tama diakibatkan oleh pembacaan kreatif dari pembaca yang dibekali oleh konvensi yang selalu berubah, dan pembaca sebagai homosignificans, makhluk yang membaca dan mencipta tanda (Culler dalam Jabrohim, 2003:65).

(20)

karya sastra, baik dengan jenis yang sama maupun berbeda, memiliki unsur-unsur yang berbeda. Karya sastra dikatakan memiliki kekhasan, otonom, tidak bisa digeneralisasikan. Setiap penilaian akan menghasilkan hasil yang berbeda.

Sehubungan dengan itu, perlu dikemukakan unsur-unsur pokok yang terkadung dalam prosa (novel). Mukarovsky dan Vodica (dalam Ratna, 2004:93) menyebutkan unsur-unsur prosa, di antaranya tema, peristiwa atau kejadian, latar atau setting, penokohan atau perwatakan, alur atau plot, sudut pandang, dan gaya bahasa.

Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis strukturalisme dinamik berusaha memaparkan dan menunjukan unsur-unsur yang membangun karya sastra serta menjelaskan bahwa antara unsur-unsur tersebut kurang berfungsi tanpa adanya interaksi. Untuk dapat memecahkan masalah, maka digunakan analisis simbol religius dalam novel DSA dengan tinjauan strukturalisme semiotik.

2.2.2 Teori Semiotik

Penelitian ini menggunakan teori semiotika tanda yang dikemukakan Charles Sanders Peirce dan didukung oleh teori Riffaterre dan Preminger. Menurut Peirce (Ratna, 2004:97), ”Kehidupan manusia dipenuhi dengan tanda, dengan perantaraan tanda-tanda, proses kehidupan menjadi lebih efisien, dengan perantaraan tanda-tanda pula manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya sekaligus mengadakan pemahaman yang lebih baik terhadap dunia. Dengan demikian manusia adalah homo semioticus”.

(21)

dengan pendekatan semiotik ini sesungguhnya merupakan kelanjutan dari pendekatan strukturalisme.

Peirce (Santoso, 1993:15) menjelaskan tentang hubungan antara tanda dengan yang ditandakan, yaitu:

1. Ikon, yaitu suatu tanda yang secara inheren memiliki kesamaan dengan arti yang ditunjuk. Misalnya : foto.

2. Indeks, yaitu hubungan tanda dengan objek dikarenakan sebab akibat, seperti : asap menandakan adanya api.

3. Simbol, yaitu hubungan tanda dengan objek karena kesepakatan, seperti : bendera merah sebagai simbol kematian.

Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek

Ikon dapat pula dikatakan sebgai tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya, atau suatu benda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkannya. Misalnya, foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai kepala negara adalah ikon dari Republik Indonesia. Peta Jakarta adalah ikon dari wilayah ibu kota Indonesia. Cap jempol SBY adalah ikon dari pak SBY. Benda-benda tersebut mendapatkan sifat tanda dengan adanya relasi persamaan di antara tanda dan denotasinya.

(22)

sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti. Contohnya asap dari api, asap menunjukkan adanya api. Tanda tangan (signature) adalah indeks dari keberadaan seseorang yang menorehkan tanda tangan itu.

Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti yang telah disepakati sebelumnya. simbol adalah sebuah tanda yang hubungan dengan acuannya terbentuk secara konvensional. Jadi sudah ada persetujuan antara pemakai tanda tentang hubungan tanda dengan acuannya. Misalnya, bunga melati bagi bangsa Indonesia merupakan lambang kesucian tetapi bagi sebagian orang yang berbeda latar belakang dengan bangsa Indonesia bunga melati merupakan bunga yang biasa saja. Peristiwa jabat tangan, rambu lalu lintas, dan lain sebagainya.

Simbol disebut juga lambang, lambang adalah sesuatu seperti tanda (lukisan,lencana,dsb) yang menyatakan sesuatu hal atau atau mengandung maksud tertentu (KBBI, 2007:526). Dengan simbol kita lebih mudah untuk memehami sesuatu maksud atau tujuan yang diutarakan melalui tanda baik yang kongkret maupun yang bersifat abstrak.

(23)

Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda, semiotik itu memelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda (signifier) dan petanda (signifi). Penanda adalah bentuk formal yang menandai sesuatu yang ditandai oleh

petanda itu yaitu artinya (Preminger dalam Jabrohim, 2003: 68).

Berdasarkan teori semiotika yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini menggunakan satu jenis tanda berdasarkan hubungan antara tanda dengan yang ditandakan, yaitu simbol. Analisis Simbol religius dalam novel DSA karya Ari Nur Utami dengan tinjauan semiotik dilakukan. Analisis ini ingin mengetahui makna simbol religius dalam novel DSA dengan teori yang dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce dan didukung teori Riffaterre dan Preminger. Riffaterre yaitu dengan membaca secara heuristik dan hermeuneutik. Preminger yang menyatakan semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda, semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

2.3 Tinjauan Pustaka

(24)

Barthes dalam mitos yang telah dijelaskan melalui diagram, dan semiotika Pierce (dengan ikon, indeks, dan simbol). Namun yang membedakan dengan penelitian ini yaitu acuannya. Aji menggunakan puisi sebagai acuannya sedangkan penelitian ini menggunakan novel sebagai acuannya.

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian Sekar Nugraheni (UMS, 2007) yang berjudul “Aspek Sufistik dalam Kumpulan Cerpen Setangkai Melati di Sayap Jibril Karya Danarto: Tinjauan Semiotik”. Penelitian tersebut membahas aspek sufistik dalam karya sastra dengan tinjauan semiotik. Dalam analisisnya, untuk sampai pada pemaknaan kumpulan cerpen, maka peneliti menggunakan teori Preminger yang menyatakan semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda, semiotik yang mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda tersebut mempunyai arti. Namun yang membedakan dengan penelitian ini adalah jenis kajian dan acuannya. Sekar menggunakan kajian aspek sufistik dan menjadikan cerpen sebagai acuannya. Sedangkan penelitian ini menggunakan simbol-simbol religius dan novel sebagai bahan acuannya.

Berdasarkan pengamatan di perpustakaan Departemen Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara (USU), tidak ditemukan penelitian yang membahas tentang simbol religius dengan tinjauan strukturalisme semiotik.

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah mengumpulkan data buku-buku yang ada di perpustakaan. Data tulisan diperoleh dari naskah dan buku-buku acuan. Dalam mengkaji novel DSA, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, artinya yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi, tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan variabel (Aminuddin, 1990:16).

Hal-hal yang perlu dipaparkan dalam penelitian ini meliputi data, sumber data, dan teknik pengumpulan data.

a. Data

Data kualitatif adalah data yang berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka (Aminuddin, 1990:16). Data dalam penelitian ini berupa kata, kalimat, ungkapan yang mengandung simbol religius dalam novel DSA karya Ari Nur Utami. b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan data yang langsung didapat dan diperoleh oleh penulis dari sumber pertamanya untuk keperluan penelitian (Surachmad,1990:163).

Sumber Data :

(26)

Penerbit : PT. Mizan Pustaka Jumlah Hal : 216 Halaman Cetakan : Pertama Tahun Terbit : 2008

Warna Sampul: Hitam-Biru

Desain Sampul: Dodi Rosadi dan Tumes

Sumber data sekunder adalah sumber data yang terlebih dahulu dikumpulkan orang di luar penyelidik itu sendiri walaupun yang dikumpulkan itu sebenarnya adalah data asli (Surachmad, 1990:163). Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku sastra, referensi, catatan singkat, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. Data penelitian berisi kutipan-kutipan data dari buku, dokumen, catatan resmi, dan lain-lain untuk memberi gambaran laporan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memeroleh data (Subroto,1992:42). Data diperoleh dalam bentuk tulisan maka harus dibaca, disimak, hal-hal yang penting dicatat kemudian disimpulkan dan memelajari sumber tulisan yang dapat dijadikan sebagai landasan teori dan acuan dalam hubungan dengan objek yang akan diteliti.

(27)

disertakan pula kode sumber datanya untuk pengecekan ulang terhadap sumber data ketika diperlukan dalam rangka analisis data (Subroto, 1992: 41-42).

3.2 Metode dan Teknik Analisis data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis novel DSA dalam penelitian ini menggunakan teori yang diungkapkan oleh Riffaterre dan Preminger. Analisis semiotik disebutkan Riffaterre (dalam Teeuw, 1991:65) terdiri dari dua tahap, yaitu pemahaman makna dari unsur-unsur kata yang disebut sebagai fungsi bahasa dan pemakaian dalam tataran semiotika dengan pembongkaran struktur untuk menemukan makna dari penyimpangan-penyimpangan arti dan hubungan dengan latar teks. Hal ini diperjelas kembali oleh Riffaterre (dalam Pradopo, 1995:135) bahwa untuk memberi makna karya sastra secara semiotik, pertama kali dapat dilakukan dengan pembacaan heuristik dan hermeuneutik atau retroaktif.

Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotika adalah berdasarkan konvensi sistem semiotika tingkat pertama. Pembacaan hermeuneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan sistem semiotika tingkat kedua atau berdasarkan konvensi sastranya. Perlu dikemukakan bahwa dalam hal ini teori semiotika berperan sebagai alat pembedah karya sastra (novel) dengan mengidentifikasi tanda-tanda baik secara implisit, maupun eksplisit yang terdapat dalam karya sastra tersebut.

(28)

juga, analisis bentuk formalnya merupakan pembacaan heuristik. pembacaan heuristik harus diulang kembali dengan bacaan retroaktif dan ditafsirkan secara hermeuneutik berdasarkan konvensi sastranya, yaitu sistem semiotik tingkat kedua.

Riffaterre (dalam Pradopo, 1995:135), yakni pembacaan secara heuristik dan hermeuneutik. Dalam pembacaan heuristik, dilakukan interpretasi secara referensional melalui tanda-tanda linguistik. Untuk pembacaan hermeuneutik, dilakukan pembacaan ulang melalui teks dari awal hingga akhir kemudian mengingat kembali penafsiran-penafsiran atau kejadian-kejadian dalam teks yang telah dibaca, dan selanjutnya memodifikasi dengan pemakaian sendiri berdasarkan peristiwa-peristiwa yang ada dalam novel DSA.

(29)

BAB IV

ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK YANG MEMBANGUN

NOVEL DIORAMA SEPASANG ALBANNA KARYA ARI NUR UTAMI

4.1 Strukturasi

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa analisis struktural yang diterapkan pada novel DSA ini merupakan langkah awal untuk memulai mengkaji novel DSA secara strukturalisme semiotik. Strukturasi bertujuan untuk menemukan kebulatan makna yang terdapat dalam novel DSA dengan membongkar unsur-unsur intrinsik karya sastra dalam hal ini unsur-unsur intrinsik novel DSA karya Ari Nur Utami.

Setelah membaca dan memahami novel DSA karya Ari Nur Utami, maka penulis menetapkan bahwa unsur-unsur intrinsik yang akan dikaji adalah tokoh, latar, alur dan tema. Sedangkan unsur lainnya, akan dikaji dengan analisis strukturalisme secara semiotik dan akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.

4.1.1 Tokoh

Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan dalam berbagai peristiwa pada cerita (Sudjiman, 1991:16). Namun demikian tokoh dalam cerita rekaan haruslah digambarkan sesuai dengan realita kehidupan yang ada. Perwatakannya pun haruslah logis diterima oleh akal sehat.

(30)

Berdasarkan tingkat peranan sebuah cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang dan mendukung tokoh utama (Grimes dalam Sudjiman, 1991: 19).

Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis dalam Nurgiyantoro, 1998: 178). Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penentang tokoh utama dari protagonis.

Dari penjabaran tersebut, penulis akan menganalisis penokohan para tokoh yang terdapat dalam novel DSA diantaranya tokoh Rani, Ryan, Jaka, Dara, dan teman-teman Rani di Kan Petra.

Tokoh Utama dalam novel DSA adalah Rani dan Ryan dikarenakan kedua tokoh ini adalah inti atau pusat dari penceritaan. Tokoh Rani dan Ryan juga berperan sebagai tokoh protagonis dan atagonis. Tokoh protagonis yang terdapat dalam novel DSA adalah Indah Maharani atau lebih dikenal dengan Rani. Rani merupakan

remaja berusia dua puluh empat tahun, ia merupakan lulusan sarjana arsitektur yang kemudian diterima di sebuah biro arsitek terkenal di Jakarta.

(31)

Rani memiliki sifat yang humoris dan lucu, sehingga teman-temanya menyukainya. Humornya segar dan mudah dicerna lawan bicaranya.

”Masakan manis ditambah garam adalah biar ... enak! Hehehe ...” ”sialan kau Ran, kirain ada penjelasan yang benar-benar ilmiah.” (DSA:85)

Mas, tikus apa yang kakinya dua? Mickey Mouse

Kalau bebek yang kakinya dua? Donald Bebek.

Bebek emang kakinya dua. Heheheh ....( DSA:170)

Ketika kuliah Rani merupakan seorang aktivis dakwah yang sangat aktif. Karier dakwahnya berkembang sangat pesat sekali.

Mungkin, Rani lah yang paling beruntung. Ia terdampar di suatu dunia yang paling indah. Dunia itu bernama dakwah. (DSA:79)

Karier dakwah Rani sendiri meluncur cepat bak peluru kendali. Dalam waktu satu tahun, dia sudah menduduki tim konseptor. (DSA:81)

Sebagai istri, Rani sangat manja dan patuh sama suaminya Ryan. bagi Ryan, Rani merupakan sosok istri yang sempurna.

Rani. Dia adalah adik, ibu, dan istri.

Dia adalah adik. Hadir dengan segala kemanjaan dan keluvcuan yang menyegarkan. Humornya ringan, tanpa beban politik dan sindiran. Membuat hidupnya merasa enteng. (DSA:169)

Dia adalah ibu, melayani segala macam keperluan domestiknya; memasak, mencucu baju, menyetrika, dan membersihkan rumah. (DSA:170)

Dia adalah istri, tidak pernah menolak jika dipanggil. Bahkan menantangnya dengan mengatakan; boleh, kalau ada taknik baru! (DSA:170)

Sedangkan tokoh antagonis dalam novel ini adalah Ar-Rayan Fikri atau lebih dikenal dengan nama Ryan yang tidak lain adalah suami dari Rani. Ryan merupakan seorang yang berwajah tampan. Tetapi mempunyai sifat yang angkuh dan dingin.

Seorang eksekutif muda yang tampan berkacamata tersenyum sambil melirik kearahnya. Orang itulah yangkemarin mewawancarainya. (DSA:17)

(32)

Laki-laki itu memandang berkeliling. ”kelihatannya lengkap. Hm ... bagus,” tatapannya angkuh dan dingin. (DSA:19)

Dasar bule licik! Menguntungkan Indonesia? Proyek sosial? Persetan! Kau pikir aku bodoh? Jangan harap aku mau menjual diri pada bangsa asing! (DSA:24)

Sifat tersebut ia dapatkan karena kisah masa lalunya yang hanya seorang anak pungut. Dan ketika orang tua angkatnya meninggal, ia merasa sebatang kara dan seorang diri dan teman-temanya selalu mengejeknya dengan sebutan anak pungut.

Ryan kembali terguncang. Kali ini paling Hebat dari segala guncangan yang pernah dia alami. Dia benar-benar sebatang kara. Sosoknya yang angkuh dan dingin semakin menjelma menjadi patung es ...( DSA:96)

Sama seperti Rani, Ryan juga adalah mantan aktivis dakwah kampus, hal itu sedikit banyak mempengaruhi kehidupan spiritualnya.

Dia masuk jurusan arsitektur sebuah universitas di Jakarta, hingga hidayah itu datang. Dia mulai terlibat dakwah kampus. Hanya dua tahun, namun cukup menjadikannya melihat bagian palungdari laut kehidupan. (DSA:96)

Sementara sahabat-sahabat Rani dan Ryan; Jaka, Dara dan teman-teman sekantornya merupakan tokoh bawahan dikarenakan kedudukannya tidak sentral dalam membangun penceritaan dalam novel DSA.

Jaka adalah teman akrab dari Ryan, mereka pertama kali bertemu di musala

Kan Petra. Jaka sudah dianggab abang oleh Ryan. Jaka selalu menjadi tempat Ryan mengeluarkan keluh kesahnya. Jaka selalu memberikan nasihat kepada adiknya itu. Hal itu tampak dalam petikan dialog singkat berikut ini.

”Ryan ..., tolong dengarkan nasihatku. Rani seorang wanita yang punya dasar agama yang baik. Entah kamu suka atau tidak sama dia, hanya Allah yang tahu.(DSA:52)

(33)

Jaka dan Ryan bisa menjadi sangat akrab dikarenakan latar belakang Jaka yang juga sama seperti Ryan yaitu seorang mantan aktivis dakwah.

Jaka juga seorang mantan aktifis dakwah, sama seperti dirinya. Hanya, dia aktif di kepanitiaan, sama sekali tidak pernah mau masuk struktur kepengurusan karenasesuai dengan jiwanya bebas tak mau terikat. (DSA:98)

Dara adalah istri dari Jaka. Ia seorang wanita yang cantik dan selalu

berpenampilan anggun.

Rani menoleh. Seorang wanita berjilbab corak, jilbab malaysia yang dipadukan dengan kebaya dan kulotdengan warna senada berdiri didepannya. Wanita itu tampak cantik dan anggun. (DSA:20)

Tokoh lain yang juga diceritakan dalam novel ini adalah teman-teman Rani. Tetapi mereka hanya sekedar tokoh tambahan saja dan tidak banyak berperan dalam cerita ini.

Begitulah masa perkenalan, selalu mengundang keceriaan. Ada si Cantik Siva yang selalu tersenyum ramah; si Mungil Dinda yang cerdas; dan Vivi seorang Katolik yang taat, ketara dari bandul salib yang tergantung dikalungnya. Juga teman-teman cowoknya, Dena yang manis dan kalem, tapi menyimpan bakat untuk jahil; si Joy, fotografer amatir, gendut, dan kocak; Ganda sang Kartunis; Irul sang Gitaris, dengan santainya membawa gitar ke studio. Lalu Kim yang berkulit putih dan bermata sipit, keturunan Cina. Kurus berkacamata, tapi jago komputer. Serius terus bawaannya. (DSA:18)

Dari analisis tokoh dan penokohan diatas dapat disimpulkan bahwa peranan dua tokoh utama yang saling berlawanan menjadi kunci penceritaan dalam novel DSA ini.

4.1.2 Latar

(34)

dalam Nurgiantoro, 1998:216). Latar dapat dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan. Latar tempat dalam novel DSA diceritakan terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama terjadi di dalam negri yaitu di Biro Arsitek Kan Petra.

PT Kan Petra Association adalah salah satu biro arsitek terkenal di Jakarta. Bertempat di Graha Kan Petra lantai tujuh belas dan berlanggam modern style. (DSA:13)

Selain di Kan Petra, latar tempat yang paling banyak berperan dalam membangun cerita adalah di apartemen milik Rani dan Ryan.

Nozantivo Apartement, sebuah hunian eksklusif di Kota Metropolitan. Unit nomor 307 lantai 17. (DSA:115)

Dalam novel ini juga terdapat latar tempat yang mengambil side di luar negri. Spanyol, si Cantik Andalusia ...

German Paviliun Barcelona ... Guggenheim Museum, Bilbao … Prancis … Villa Savoye, Poissyi …

Italia ... Venesia, si kota terapung ... si mempelai Adriatik …( DSA:151-155)

Latar waktu merupakan hal yang berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan pada sebuah karya fiksi dalam hal ini novel DSA dimulai saat masa-masa Rani masuk ke Kan Petra.

Kota Jakarta begitu gerah, segerah Rani yang sibuk mempersiapkan gambar presentasi berkaitan dengan rencana kepindahan kerjanya. (DSA:10)

Dan dimasa-masa Rani menjalani bahtera rumah tangganya bersama Ryan.

(35)

Latar tempat dan waktu akan diperkuat lagi oleh latar sosial. Latar sosial mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat. Latar sosial dalam novel DSA ditunjukan oleh :

Karier dakwah Rani sendiri meluncur cepat bak peluru kandali. Dalam waktu satu tahun, dia sudah menduduki tim konseptor, tim paling bergengsi dalam sebuah organisasi. Sayapnya pun melebar, ke luar kampus, dan turun menggarap dakwah fakultas. Darah mudanya yang heroik dan patriotok mendapatkan saluran yang baik. (DSA:81)

Kehidupan sosial tokoh utama Rani dan Ryan adalah sama-sama berasar dari dunia dakwah kampus.

Gaya hidup yang dianut tiap-tiap orang pun berbeda-beda. Dia sedikit kebingungan. Untunglah, ada kepingan kecil prinsip hidup yang masih tersimpan dalam nurani. Sisa tarbiyah Islamiyah-nya yang pernah dia terima semasa menjadi aktivis dakwah kampus. (DSA:97)

Tetapi tuntutan pekerjaan membuat Ryan menjadi sesosok eksekutif muda yang elegan dan hidup serba glamor.

Dunia eksekutif dengan gaya hidup kosmopolis mendominasi. Eksekutif muda. Entahlah, sepertinya ada persyaratan khusus untuk meraih gelar ini. Dari mulai penguasaan beberapa bahasa asing, jamuan-jamuan makan, dan pesta-pesta harus dia kunjungi. Selalu mengikuti isu-isu global, sampai menggandeng wanita cantik. Sebagian positif, sebagian entah ... Kehidupan yang serba syubhat. (DSA:98)

Dari analisis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa latar sosial sangat berpengaruh dalam membentuk karakter tokoh didalamnya.

4.1.3 Alur

(36)

dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain.

Kajian alur merupakan salah satu kajian ilmu yang digunakan untuk menganalisis sebuah novel. Berdasarkan urutan peristiwa yang terjalin, alur sendiri sebenarnya terbagi menjagi tiga jenis, yaitu:

1. Alur Maju, adalah jalan cerita yang berjalan maju kedepan. Dalam artian yang lain beranjak dari masa lalu-masa kini-masa mendatang.

2. Alur Mundur (flashback), adalah jalan cerita yang berjalan mundur dari suatu jabaran waktu. Dengan kata lain adalah lawan dari alur maju yaitu masa kini-masa lalu.

3. Alur Gabungan (maju-mundur) merupakan sebuah jalan cerita yang sesekali bergerak maju, tetapi dilain waktu bergerak mundur kebelakang.

Sudjiman (1991:30-36) menguraikan pola-pola pengaluran sebagai berikut; awal (paparan, rangsangan, gawatan/tengahan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), dan akhir (leraian, selesaian).

Berdasarkan kriteria urutan waktunya, novel DSA memiliki alur cerita maju. Hal tersebut dikarenakan dalam novel DSA diceritakan peristiwa secara berurut-urutan dan berkesinambungan.

a. Paparan

(37)

Dalam novel DSA pengarang memulai cerita tentang tokoh utama yang juga berperan menjadi tokoh antagonis. Tokoh utama yang dimaksud adalah Ryan. Ryan secara tidak langsung mengenalkan tokoh protagonis yaitu Rani. Dalam dialog dengan teman sejawatnya pada sebuah pertemuan di rumah salah seorang teman.

Sebuah potret suasana tempat beberapa pengunjung sedang mengamati ruang tidur utama. Ada salah seorang pengunjung tampak mencolok ditengah situasi sekelilingnya. Seorang gadis berjilbab sedang memegang kusen jendela. Tubuhnya menghadap kesamping. Cahaya lampu sorot mengarah kewajahnya, seakan wajah itu bercahaya. Amazing! (DSA:9) Pengarang juga mengenalkan tokoh utama lainya yaitu Rani. Rani adalah seorang arsitektur muda yang belum banyak berpengalaman

Menjadi drafter adalah syarat sahnya seorang arsitek hijau yang baru saja keluar dari kampus birunya. Menjadi drafter, menjadi ”pesuruh”, tanpa punya kesempatan untuk menelurkan kreatifitas dan ide-idenya. Sampai enam bulan kemudian, kesempatan kesempatan itu datang, Rani masuk tim perancangan. Ternyata, kenyataan berkata lain. Proyek pertama yang ia garap brsama rekan-rekan sati timnya menimbulkan banyak konflik. (DSA:11)

b. Rangsangan

Rangsangan merupakan peristiwa yang mengawali gawatan. Rangsangan biasanya ditandai dengan masuknya tokoh baru atau pengenalan tokoh pendukung dari tokoh utama sehingga kisahan menjadi lebih menarik.

Dalam novel DSA peristiwa rangsangan ditandai dengan hadirnya tokoh bawahan yaitu Siva dan juga teman-teman sekantor Rani yang sama-sama diterima bekerja di biro arsitek Kan Petra.

(38)

Cina. Kurus berkacamata, tapi jago komputer. Serius terus bawaannya. (DSA:18)

c. Gawatan

Gawatan merupakan awal dari peristiwa mulai memuncak. Gawatan dimulai ketika hubungan pertemanan Rani dan Siva mulai retak dimana Siva mengira bahwa Rani bermain api dengan bos dikantornya yaitu Ryan.

Siva betul-betul marah. Di kantor, ketika rani mencobamengucap salam, dia malah membuang muka. Dia yang biasanya tidak begitu akrab dengan Dinda dan Vivi, kini bergabung dengan mereka. Berkali-kali Rani mengajak bicara, namun Siva hanya menatap sinis. (DSA:71)

Padahal Rani adalah seorang yang sangat teguh beragama, karena dalam ajaran agama Islam tidak ada istilah pacaran, dan ternyata semua itu adalah salah paham.

”Fitnah. Telah timbul fitnah. Siva, salah satu anak buahku memergoki kami di POM bensin. Dia mengira kami pacaran. Rani sangat terpukul karena Siva tidak lagi percaya sama dia.” Jaka terdiam. Lalu berkata pelan, ”Itu bukan urusanmu. Itu urusan Rani.” Ryan berbalik menghadap Jaka. Wajahnya serius. ”Memang bukan kalau hanya urusan antar teman, tapi ini masalah dakwah. Kalau sudah manyangkut dakwah, berarti masalahku juga, masalah kita semua. Sejak dekat dengan Rani, anak itu lumayan berubah. Meskipun belim memekai jilbab, bajunya sudah jauh lebih sopan sekarang. Bahkan, anak buahku yang lain juga, ganda dan ce-esnya. Saat jam istirahat, kami sering ngobrol tentang islam. Perubahan itu sedikit banyaknya karena peran Rani juga. Metode dakwah fardhiyah-nya cukup bagus, bahkan aku kalah olehnya. Rasanya naif sekali kalau sesuatu yang sudah terbangun dengan baik, tiba-tiba rusak karena kejadian malam itu meskipun itu tidak sengaja!” Papar Ryan berapi-api. (DSA:73)

d. Tikaian

Tikaian adalah perselisihan yang ditimbulkan sebagai akibat beradunya dua kekuatan yang saling bertentangan. Tikaian merupakan pertentangan yang dapat berupa pertentangan antartokoh ataupun pergolakan jiwa tokoh itu sendiri.

(39)

”Terus terang, Kak, Rani masih shock dengan kejadian ini. Pak Ryan idola para wanita di kantor. Dia bisa saja memilih salah satu diantaranya, yang paling cantik, pintar. Tapi kenapa memilih saya? Mungkin dia sudah bosan dengan tipe-tipe seperti itu, terus nyari yang agak lain.” (DSA:86)

Selain konflik diatas ternyata Ryan juga mengalami pertentangan dalam dirinya. Ia merasa tidak percaya diri untuk menikahi Rani dikarenakan Ryan adalah seorang anak pungut yang tidak jelas asal usul keluarganya, sedangkan keluarga Rani jelas asal-usul keluarganya. Ia pun kemudian memilih menyendiri untuk menenangkan hati dan pikirannya disaat Rani membutuhkannya.

Ryan menghilang. Sama sekali tak bisa dihubungi. Kabar di kantor mengatakan Ryan sedang menggarap proyek di Kalimantan. Tetapi, mestinya masih ada kontak atau laporan ke kantor. Rani berusaha mengecek kebagian personalia. Disitu ditulis, cuti selama tiga minggu. (DSA:90)

e. Rumitan

Rumitan sangatlah penting dalam sebuah cerita rekaan. Rumitan adalah perkembangan dari gejala awal tikaian menuju klimaks. Rumitan akan melanjutkan persiapan menuju klimaks.

Rumitan ditandai ketika Rani akan melahirkan anak pertamanya. Disaat itu salah satu nyawa harus dipertaruhkan, antara nyawa Rani dan nyawa anak mereka.

”Saya minta Anda tabah mendengar ini.” ”Apa yang terjadi dengan istri saya, Dok?” ”Istri Anda mengalami kelainan dalam kandungannya sehingga harus oprasi. Masalahnya, hanya salah satu yang bisa diselamatkan.”( DSA:170)

Setelah Rani diselamatkan dan mengetahui buah hatinya telah tiada, sejak saat itu ia menjadi murung dan tidak lagi terdengar canda tawanya yang riang menemani kehidupan Ryan.

(40)

Italia pun tak mempan lagi meskipun hanya untuk membuat senyum bulan sabit. Dia sendiri sakit, luka.( DSA:172)

Ryan mendesah. Kalau di supermarket dijual sesuatu yang bisa membuatmu tertawa, niscaya akan aku beli, berapapun harganya. Aku merindukan tawamu, Bidadari. Sungguh! (DSA:172-173)

f. Klimaks

Klimaks merupakan puncak dari sebuah cerita rekaan. Puncak dari kisahan dalam novel ini adalah ketika Ryan menyetujui niat Rani untuk membangun sebuah biro arsitek yang bernama Al-Banna. Awalnya semua berjalan lancar sesuai harapan, tetapi ditengah jalan terjadi pertentangan antar Ryan yang idealis dan Rani yang mementingkan unsur dakwah dalam mengelola Al-Banna.

Rani mengejar langkah Ryan yang panjang-panjang menyusuri koridor apartement. ”Mas Ryan keterlaluan! Bukan begitu cara mendidik mereka. Mas, kan, tahu, mereka mantan aktivis dakwah kampus. Mas sudah baca curriculum vitae-nya, kan? Mereka terbiasa dengan masjid, dengan suasanaukhuwah.”( DSA:184)

Ditambah lagi ketika Al-Banna mengalami kerugian yang nominalnya mencapai angka ratusan juta.

Ryan mengamati baris-baris angka di layar komputer. Kalkulasi terakhir aset perusahaan. ”Berapa puluh juta kerugian kita, Mas?” tanya Rani takut-takut. ”Bukan puluhan, tapi ratusan. Belum pernah seumur hidup aku melakukan hal bodoh seperti ini.”( DSA:197)

Dalam satu minggu, tiga orang menyatakan keluar dari Albanna. Dalam dua bulan, habis sudah. Paginya akan muncul berita di koran-koran dan televisi, ada sebuah perusahaan dengan anggota dua orang, direktur utama dan wakilnya, Hm ... lucu sekali. (DSA:199)

Perbedaan pandapat antara Ryan dan Rani semakin meradang. Sepertinya mereka berdua sudah tidak sejalan lagi tentang bagaimana menentukan masa depan Al-Banna.

(41)

tenang kembali, seperti semula.” Rani meregang. Habis sudah kesabarannya. ”Tidak! AlBanna tidak akan bubar! Kalau Mas Ryan tidak mau mengurus lagi, biar saya yang pimpin!” Rani masuk ke kamar dan keluar dengan sejumblah kotak perhiasan di tangan. ”Mas Ryan merasa dirugikan? Ini, buat ganti rugi. Masih kurang? Akan saya lunasi kapan-kapan. Dari awal kita memang sudah tidak sejalan. Lebih baik saya pergi. Conversation, over!!!” (DSA:199-200)

Dan akhirnya.

Paginya, Ryan pergi dengan hanya meninggalkan secarik pesan. Benar katamu. Mungkin kita tidak sejalan. Lebih baik aku yang pergi. Ini alamatku, ini alamatku, mungkin suatu saat kau perlu. Rani memandang kertas ditangannya dengan mata nanar. (DSA:200)

g. Leraian

Leraian merupakan struktur alur sesudah klimaks yang menunjukan perkembangan peristiwa ke arah selesaian. Setelah beberapa lama mereka terpisah jauh, dalam hati Rani timbul kerinduan yang amat dalam dengan suaminya. Begitu juga dengan Ryan sendiri. Rani mencoba menemui Ryan dengan berbekal alamat yang diberikan Ryan dahulu.

Di salah satu kamar di sebuah penginapan .... Di depan sebuah pintu, sejenak Rani merasa ragu. Tak urung diketuknya pintu itu perlahan. ”masuklah, tidak dikunci!” Pelan-pelan Rani membukanya.

Keduannya saling bertatapan. Betapa Rani ingin menghambur memeluknya, namun yang ia temui adalh seraut wajah asing. Dia hanya berdiri terpaku di depan pintu sampai tangan kukuh itu meraih travel bag-nya dan menuntunbag-nya masuk ke kamar. (DSA:205)

Setelah Rani mengeluarkan segala keluh kesahnya, Ryan seperti biasa menanggapinya dengan dingin, tetapi menyimpan kerinduan yang mendalam terhadap istri tercintanya.

(42)

luapan kerinduannya. Ryan mengangkat tubuhnya ... memutarnya ... kini mereka berdua terbang ....

Wahai waktu, bisakah berhenti sejenak? Tolong perintahkan...

Pada semua jarum jam; hentikan detakmu! Pada matahari; hentikan putaranmu! Pada seisi bumi; hentikan aktivitasmu! Mari, mari, semua ke sini!

Saksikan kami ...

Dua hati kembara kini kembali bersatu.(DSA:208)

h. Selesaian

Selesaian adalah bagian akhir dari dari sebuah cerita rekaan. Selesaian dapat berupa penyelesaian segala masalah dan persoalan ataupun tanpa pemecahan masalah.

Setelah Ryan dan Rani berbaikan, akhirnya Ryan kembali akan memimpin Al-Banna, sedangkan Rani rupanya telah hamil kembali dan disarankan oleh Ryan untuk beristirahan dan mempersiapkan segalanya dengan matang mengingat dulu Rani pernah keguguran.

“aku Sangat senang mendengar berita ini, tapi terus terang, aku sangat khawatir. Rahimmu belum pulih. Masih lemah.” ”Saya tidak apa-apa.” Tiba-tiba Ryan menoleh ke arahnya, ”Ran, untuk ini, kau harus menjalani terapi yang cukup menyakitkan.” Ryan meraih tangan Rani dan mencium punggung tangannya. ”Aku ikut merasakannya.”

”Justru saya merasa tidak enak, Mas Ryan mengurus AlBanna sendirian. Banyak sekali masalah di sana. Belum lagi Kan Perta.” ”Tidak apa. Insya Allah aku pasti bisa. Para konglomerat non-Muslim saja bisa mengurus belasan anak perusahaan, masa aku yang Muslim tidak bisa,” Ryan menengadah, mengarahkan telunjuknya ke langit. Backing kita kuat. Tak terkalahkan. Taken easy! (DSA:210)

4.1.4 Tema

(43)

Tema merupakan makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara sederhana. Unsur-unsur seperti penokohan, latar, dan alur akan menjadi padu dan bermakna jika diikat oleh sebuah tema. Tema dapat diperoleh dengan cara pembacaan karya sastra dengan secara menyeluruh sehingga dapat ditarik kesimpulan diakhir cerita.

(44)

BAB V

SIMBOL RELIGIUS DALAM NOVEL DIORAMA SEPASANG ALBANNA

KARYA ARI NUR UTAMI

5.1 Simbol Religius

Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti yang telah disepakati sebelumnya. simbol adalah sebuah tanda yang hubungan dengan acuannya terbentuk secara konvensional.

5.1.1 Jilbab

Ada salah seorang pengunjung tampak mencolok di tengah situasi sekelilingnya. Seorang gadis berjilbab sedang memengang kusen jendela. (DSA:9)

Analisis :

Seorang wanita dinilai berbusana baik dan serasi kalau ia senantiasa menggunakan pakaian yang cocok dengan usia dan kepribadiannya. Pengangan utama yang perlu diperhatikan dalam berpakaian adalah tidak perlu berlebihan dan lebih baik berpakaian sederhana yang menutupi aurat (Margiono, 2007:144).

(45)

Ketika masyarakat kita mengenal kata jilbab maka yang dimaksud adalah penutup kepala dan leher bagi wanita muslimah yang dipakai secara khusus dan dalam bentuk yang khusus pula.

Di Indonesia sendiri, pandangan orang berbeda-beda tentang jilbab, semakin panjang jilbab seorang wanita, maka presepsi masyarakat terhadap orang tersebut menjadi lebih baik nilainya.

Setiap orang muslim tentu saja mengerti apa sebenarnya hukum memakai jilbab. Hukum jilbab adalah wajib bagi para wanita muslim, tanpa terkecuali. Jilbab adalah pakaian khusus wanita muslim yang dikenakan untuk menutup dan melindungi aurat, khususnya pada bagian kepala. Kainnya menutupi rambut, telinga, leher, dan kain tersebut menjuntai hingga menutupi dada dan perut.

Tetapi sampai saat ini, masih banyak wanita muslim yang tidak memakai jilbab. Padahal mereka pasti telah mengerti tentang bagaimana hukum jilbab dalam Islam. Ada yang berkata belum siap, malas, tetapi ada pula yang memang dilarang memakai jilbab, mungkin itu oleh orang tua, suami, atau tuntutan pekerjaan mereka. Alasannya bermacam-macam, ada juga karena sayang kalau rambutnya yang indah itu ditutupi dengan jilbab.

(46)

5.1.2 Assalamu’alaikum

”Thanks. Pulang dulu, ya. Pamitin Kak Dara. Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam.” (DSA:10)

Analisis :

Assalamu alaikum berarti damai atau selamat atasmu biasanya diucapkan pada

awal dan akhir pidato, saat bertemu dngan seseorang dan sebagainya (KBBI, 2007:83). Assalamu alaikum merupakan salam dalam Bahasa Arab, dan digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Salam ini adalah sunnah Nabi Muhammad, yang dapat merekatkan Ukhuwah Islamiyah umat Islam di seluruh dunia. Untuk yang mengucapkan salam, hukumnya adalah sunnah.Sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya.

Salam juga digunakan oleh budaya Kristen di Timur Tengah yang mempunyai arti kedamaian dan kesejahteraan bagi yang mengucapkan salam dan penerima

salam tersebut. Salam ini sama dengan salam shalom aleichem dalam bahasa Ibrani. Sudah menjadi semacam budaya dan etika seseorang ketika berjumpa dengan orang lain yang ia kenal lalu ia mengucapkan salam. Salam juga menunjukan identitas dari seseorang yang mengucapkannya. Contohnya saja apabila ada seseorang yang mengucapkan salam dengan kata horas! Maka sudah dapat dipastikan orang tersebut berasal dari daerah Batak, begitupun dengan ucapan salah yahobu yang menjadi identitas ucapan salam yang dipakai oleh orang Nias.

Ucapan salam dalam ajaran agama Islam yang berupa Assalamu’alaikum dan Wa’alaikum salam sebagai jawabanya merupakan simbol identitas yang dipakai oleh

(47)

seiman yaitu Islam. Sama halnya dengan ucapan syaloom yang dipakai oleh umat Kristiani.

5.1.3 Mengaji

Mungkin tidak ada masalah kalau site-nya tidak menggusur sebuah kampung kecil dipinggir sungai. Hanya sebuah kampung kecil, tapi disitulah anak-anak mengaji setiap sore. (DSA:11)

Analisis :

Mengaji merujuk pada aktivitas membaca Al Qur'an oleh penganut agama Islam. Aktivitas ini dalam agama Islam termasuk ibadah dan orang yang melakukannya akan mendapatkan ganjaran dari Allah SWT (http://id.wikipedia.org/wiki/Mengaji).

Membaca Al-Quran pun tidak bisa dilakukan sembarangan, ada ketentuan-ketentuan yang berlaku. Misalnya tentang hukum-hukum bacaannya dan lain-lain. Wanita yang sedang haid atau nifas pun tidak diperkenankan untuk menyentuh Al-Quran. Membaca Al-Quran sendiri merupakan Sangat dianjurkan oleh Allah SWT.

(48)

5.1.4 Santri

Hanya sebuah kampung kecil, tapi disitulah anak-anak mengaji setiap sore. Sebuah kampung santri. (DSA:11)

Analisis :

Simbol yang terdapat dalam data di atas adalah santri. Ini adalah simbol dikarenakan santri merupakan gambaran generasi muda Islam yang menuntut ilmu agama, khususnya agama Islam sebagai penerus tegaknya agama Allah SWT ini.

Santri adalah orang yg mendalami agama Islam; orang yg beribadat dengan sungguh-sungguh; orang yg saleh (KBBI, 2007:761). Santri adalah sebutan bagi murid yang mengikuti pendidikan di pondok pesantren. Pondok Pesantren adalah sekolah pendidikan umum yang persentasi ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam (http://id.wikipedia.org/wiki/Santri).

Hampir seluruh masyarakat di kawasan nusantara ini tidak asing lagi

mendengar kata santri. Umumnya kata santri diidentikkan bagi seseorang yang tinggal di pondok pesantren yang kesehariannya mengkaji kitab-kitab salafi atau kitab

kuning, dengan menggunakan sarung, peci, serta pakaian koko menjadi pelengkap atau menambah ciri khas tersendiri bagi mereka.

(49)

5.1.5 Baju Koko

Ada seseorang duduk dibawahnya.... Seorang pemuda... berbaju koko, memakai peci layaknya ikhwan... sedang membaca Al-Quran. Pemuda itu menghentikan bacaannya ketika ia sampai di tempat itu. Berdiri perlahan dan mengucapkan salam kepadanya. (DSA:12)

Analisis :

Simbol religius yang terdapat dalam data di atas adalah baju koko, peci, ikhwan, dan Al-Quran. Berbaju koko merupakan simbol dari seorang lelaki muslim

yang taat beragama. Baju koko identik dipakai dalam peribadatan dan acara-acara keagamaan lainya.

Baju koko merupakan modifikasi baju sehari-hari lelaki Tionghoa pada abad ke-19 yang disebut tui-khim. Masyarakat Tionghoa biasa mengenakannya dengan celana komprang. Karena nyaman dan sopan, baju ini kemudian populer sebagai baju santai untuk semua orang.

Lebih dari sekadar gaya pakaian, baju koko mencerminkan perjuangan Muslim Tionghoa dalam membentuk identitasnya sebagai Tionghoa sekaligus pemeluk Islam di Indonesia. Saat itu, Belanda mencegah mereka memeluk Islam karena tak ingin ada kedekatan antara Tionghoa dan Muslim pribumi. Kedekatan ini dikhawatirkan bisa memicu perlawanan.

(50)

5.1.6 Peci

Dahulu peci merupakan simbol dalam Islam, peci dipakai di kepala sebagai pelambang jati diri. Tetapi belakangan ini pemaknaan peci sedikit bergeser menjadi lambang bernegara karena sekarang bukan cuma orang Islam saja yang memakai peci.

Dewasa ini sering kita melihat orang menggunakan peci untuk melakukan aktivitasnya. Kupluk merupakan istilah di sebagian orang Jawa untuk nama lain peci, kopiah, songkok dan lain-lain. Tradisi di beberapa daerah memakai peci merupakan identitas untuk menandakan sebagai bagian masyarakat santri. Walau kenyataannya peci sudah dipakai diberbagai kegiatan.

Definisi Peci sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007: 651) yaitu penutup kepala terbuat dari kain dsb, berbentuk meruncing kedua ujungnya; kopiah; songkok atau tudung kepala untunk pria (terbuat dari beludru). Peci atau kopiah merupakan sejenis topi tradisional bagi orang Melayu. Di Indonesia, songkok yang juga dikenal dengan nama peci ini kemudian menjadi bagian dari pakaian nasional, dan dipakai tidak hanya oleh orang Islam. Songkok juga dipakai oleh tentara dan polisi Malaysia dan Brunei pada upacara-upacara tertentu (http://id.wikipedia.org/wiki/Peci).

Peci atau istilah lain yang menunjukkan penutup kepala yang sering dipakai ketika shalat dan dianggap identitas muslim. Di mata umat, kedudukan peci amatlah mulia. Ia menjadi simbol kesalehan seseorang.

(51)

muslim, pembeda dengan penjajah, simbol kekuasaan, ataupun simbol nasionalisme. Politisi,calon bupati atau Presiden pun dipastikan mengenakan kopiah.

5.1.7 Ikhwan

Ikhwan merupakan simbol karena ikhwan melambangkan seorang pemuda

atau lelaki yang beragama Islam dan dikhususkan untuk lelaki yang taat beragama. Sedangkan sebutan untuk perempuan merupakan akhwat.

Secara etimologi (bahasa) kata ikhwan adalah bentuk jamak dari akhun, yang artinya saudara. Sedangkan akhwat adalah bentuk jamak dari ukhtun dengan arti yang sama. Saudara di sini bisa bermakna denotatif, yang berarti saudara kandung atau saudara se-pertalian darah, ataupun bermakna konotatif, yang berarti saudara dalam arti yang lebih luas. Misalnya saudara seiman, saudara seorganisasi.

Dari pemaknaan secara luas itulah mulanya istilah ikhwan dan akhwat dipakai di kalangan aktivis dakwah. Mungkin maksudnya adalah untuk mempertegas dan memperkuat pertalian saudara sesama muslim dan sesama aktivis dakwah.

(52)

5.1.8 Al-Quran

Al-Quran merupakan simbol dari penyempurnaan. Dikarenakan Al-Quran merupakan rangkuman semua kitab suci yang pernah diturunkan sebelumnya dengan tujuan untuk menyempurnakan isinya.

Al-Quran adalah firman (wahyu) Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril yang merupakan mukjizat danmenggunakan bahasa Arab, berisi tentang petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia, dan bila kita membacanya merupakan ibadah (Margiono, 2007:73).

Al-Quran merupakan kitab suci terakhir dan terbesar yang diturunkan Allah SWT kepada manusia setelah Taurat, Zabur, dan Injil yang diturunkan kepada para nabi sebelum Nabi Muhammad. Al-Quran merupakan kitab suci yang istimewa karena tidak hanya mempelajari dan mengamalkan isinya saja yang menjadi keutamaan, tetapi membacanya saja sudah bernilai ibadah.

Kemurnian kitab Al-Quran ini dijamin langsung oleh Allah SWT, yaitu Dzat yang menciptakan dan menurunkan Al-Quran itu sendiri dan pada kenyataannya kita bisa melihat bahwa satu-satunya kitab suci yang mudah dipelajari bahkan sampai dapat dihafal oleh beribu-ribu umat Islam.

5.1.9 Surga

“Kau mau ke surga?” Rani mengangguk. “Bagaimana kalau kita jalan bersama-sama?” Pemuda itu meraih tangan Rani, menggandengnya. (DSA:12)

Analisis :

(53)

manusia yang semasa hidup di dunia berbuat kebajikan sesuai ajaran agamanya.Istilah ini berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu svarga (http://id.wikipedia.org/wiki/Surga).

Surga atau surgaloka adalah kayangan, kediaman Batara Guru; jannah, alam akhirat tempat jiwa manusia mengenyam kebahagiaan sebagai pahala perbuatan baik selama di dunia (KBBI, 2007:835). Dalam ajaran agama Islam, setiap muslim percaya bahwa semua amal ibadah manusia akan mendapatkan balasan yang setimpal oleh Allah SWT dengan diberikan kenikmatan surga. Begitupun juga sebaliknya, amal kejahatan akan mendapatkan balasan yaitu neraka.

Surga merupakan sebuah tempat yang suci yang dikhususkan buat hamba-hambanya yang telah berbuat kebaikan di dunia dan ikhlas semata-mata karna mengharaptkan ridho Allah SWT.

Dalam ajaran agama Kristiani, Surga atau Kerajaan Surga adalah kehidupan kekal yang dijanjikan Yesus kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya. Istilah surga dipakai oleh penulis Alkitab menunjuk pada tempat yang kudus di mana Yesus saat ini berada. Kehidupan kekal, ciptaan yang sempurna, tempat dimana Allah menghendaki untuk tinggal secara permanen dengan hamba-Nya.

Surga merupakan simbol karna surga merupakan lambang dari kesucian dan keabadian, maksudnya adalah tempat suci yang hanya didiami oleh mereka-mereka yang berhati suci dan mulia dan akan abadi selamanya ketika seseorang sudah berada didalamnya.

5.1.10 Alhamdulillah

(54)

Analisis :

Alhamdulillah berarti "Pujian itu hanya untuk Allah", merupakan ungkapan

atas rasa terima kasih seorang muslim atas karunia Allah (http://id.wikipedia.org/wiki/Alhamdulillah). Alhamdulillah ungkapan untuk menyatakan rasa syukur (maknanya 'segala puji bagi Allah') ketika kita telah terhindar dari bahaya (KBBI, 2007:31).

Alhamdulillah adalah simbol terima kasih yang dipakai umat Islam untuk

bersyukur atas rahmat dan karunia yang telah diberikan kepadanya. Banyak orang yang mengatakan alhamdulillah disertai ucapan terima kasih yang Allah SWT.

Dalam keseharian sering kali kita mendengar ungkapan kalimat alhamdulillah, atau disebut hamdalah, diucapkan. Hal ini terutama untuk menyatakan perasaan bersyukur, penyelesaian suatu pekerjaan, kesembuhan dari suatu penyakit, jawaban terhadap pertanyaan tentang kabar, ungkapan terima kasih dan lain-lain.

Arti alhamdulillah pada dasarnya mengembalikan seluruh pujian kepada Allah SWT. Pujian apa pun yang terucap atau tergambarkan di alam ini, semuanya hanyalah milik Allah SWT. Pujian yang sering dialamatkan kepada manusia, keindahan alam, keajaiban suatu kejadian dan sebagainya dalam konsep hamdalah menuju kepada Dzat yang satu yaitu Allah SWT. Ucapan alhamdulillah pada dasarnya merupakan ekspresi untuk memperkuat nilai-nilai ketauhidan dan menumbuhkan sikap kehambaan yang baik.

5.1.11 Istigfar

(55)

Analisis :

Istigfar adalah simbol, dikarenakan istigfar merupakan lambang penyesalan atas apa yang telah ia lakukan dan itu bertentangan dengan ajaran agama Islam. Lalu kemudian diteruskan dengan permohonan maaf kepada Allah SWT atas kesalahan yang telah ia lakukan.

Istigfar permohonan ampu kepada Allah, beristigfar bermohon (memohon) ampun kepada Allah dengan mengucapkan astagfirullahal azim (KBBI, 2007:379). Istighfar dalam Islam, adalah tindakan meminta maaf atau memohon keampunan dari Allah. Hal ini adalah salah satu bagian yang penting dalam Islam. Tindakan ini pada umumnya dilakukan dengan megulangkan perkataan Arab astaghfirullah, yang bermakna "Saya meminta keampunan Allah" (http://id.wikipedia.org/wiki/Istighfar).

Manusia adalah makhluk yang lemah, adakalanya ia sering berbuat khilaf dan dosa tanpa disadarinya, namun sebaik-baiknya orang yang berbuat dosa adalah yang selalu memohon ampunan atas segala dosa yang ia lakukan. Istighfar merupakan salah satu jalan untuk memohon ampunan dari Allah SWT.

Istighfar dalam pengertian bahasa adalah memohon ampunan atas segala dosa yang dilakukan oleh seorang hamba dengan upaya untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Hal ini dapat dilakukan baik dengan perkataan maupun perbuatan.

(56)

5.1.12 Musala dan Masjid

”Anda pikir, Kan Petra sesuai dengan idealisme itu? Dari mana anda bisa tau?” ”terus terang saya tidak tahu, tapi segalanya bisa dicoba. Saya lihat Kan Petra mempunyai musala, sebuah fenomena yang menarik.” (DSA:15)

”Masjid Sultan. Sebuah masjid berkubah emas. Sang minaret menjulang genit mencubit langit. Di puncaknya terdapat garduberatap kubah kecil dengan titisan bagian bawah.” (DSA:205)

Analisis :

Musala adalah tempat salat; langgar; surau (KBBI, 2007:592). Musala atau Musholla adalah tempat atau rumah kecil menyerupai masjid yang digunakan sebagai tempat mengaji dan salat bagi umat Islam. Musala juga sering disebut dengan surau atau langgar (http://id.wikipedia.org/wiki/Musala).

Fungsinya menyerupai masjid, namun ada beberapa hal yang membedakannya dengan masjid, yaitu Tidak dapat dipergunakan untuk shalat Jumat, Tidak dapat digunakan untuk iktikaf, kadangkala musala adalah milik pribadi seseorang, dan umumnya berukuran lebih kecil daripada masjid.

(57)

Sedangkan masjid adalah rumah atau bangunan tempat bersembahyang orang Islam. Masjid merupakan tempat yang dikhususkan untuk shalat saja yang berarti disunnahkan bagi setiap orang yang memasukinya untuk melaksanakan shalat tahiyat masjid dan tidak boleh seorang wanita yang sedang haidh maupun nifas memasuki atau menetap di dalamnya. Termasuk dari masjid adalah bagian-bagian yang bersambung dengan ruangan masjid apabila memang bagian itu juga dipakai khusus untuk shalat.

Musala dan Masjid adalah simbol dari rumah Allah SWT karena musala dan masjid adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat Islam untuk melaksanakan ibadah hanya kepada Allah SWT. Di sanalah aktifitas peribadahan dilakukan. Oleh karena itu musala dan mesjid juga dimaknai sebagai rumah Allah SWT.

5.1.13 Puasa

”Kamu minum apa?” ”Nggak. Aku nemenin aja.” ”Bener nih? Kamu puasa ya? Orang kayak kamu biasanya begitu.” (DSA:17)

Analisis :

Puasa dikatakan sebagai simbol dari berperang. Yang dimaksud disini bukanlah berperang dengan kekerasan, akan tetapi berperang dengan diri sendiri untuk mengalahkan nabsu, baik itu nabsu yang buruk ataupun nabsu yang baik (makan dan minum).

Referensi

Dokumen terkait

konflik batin yang dialami Enrico dalam novel Cerita Cinta Enrico karya Ayu Utami yang akan dikaji dengan menggunakan tinjauan psikologi sastra dan juga

Hasil pengamatan penulis, cerita rekaan (novel) merupakan salah satu karya sastra yang diminati pembaca. Cerita rekaan menawarkan berbagai permasalahan manusia

Berdasarkan berbagai teori sosiologi sastra yang telah dikemukakan tersebut, pokok-pokok ajaran Islam karya Habiburrahman El shirazy dalam novel Ketika Cinta Bertasbih

dengan judul “Aspek Religius dalam Novel Mahabbah Rindu karya Abidah El.. Khalieqy: Tinjauan

dengan berpedoman pada objek penelitian, yaitu aspek budaya yang terdapat dalam novel MDC karya Ayu Utami dengan tinjauan semiotik. Menurut Sutopo (2002: 78), pengumpulan

Bab VI, berisi tentang latar belakang sosial karya sastra, struktur novel Menara Cinta Karya Widuri Al Fath yang meliputi tema, alur, penokohan, dan latar, aspek

Selanjutnya, pembaca menghubungkan kejadian-kejadian tersebut antara yang satu dengan lainnya sampai ia dapat menemukan makna karya sastra pada sistem sastra yang tertinggi,

Berbicara tentang karya sastra sudah tidak asing lagi bagi kehidupan manusia. Hal tersebut dapat dilihat dari karya-karya yang terus lahir dari pikiran kreatif