• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkup Pekerjaan Pengendalian Proyek 1. Pengendalian mutu

Gambar IV. 209 Instalasi valve diameter lebih dari 50 mm (Denta, 2020)

Gambar IV. 210 Pelubangan dinding (Denta, 2020)

104 Pengendalian mutu merupakan tindakan yang bersifat aktif, dalam arti apabila dalam pelaksanaan ditemukan kesalahan maka langsung diadakan perbaikan. Pengendalian mutu dilakukan sebelum, selama dan setelah pekerjaan dilaksanakan. Pengendalian mutu dibagi menjadi dua yaitu:

a. Pengendalian mutu alat dan material bangunan

Pengawasan mutu alat dan bahan yang akan dipakai dimulai sejak dari lokasi sumber untuk memberi kepastian dapat tidaknya dipakai untuk pelaksanaan. Hal yang perlu diperhatikan terkait pengadaan alat dan material yaitu:

1) Jaminan keseragaman mutu

2) Kuantitas bahan/material yang tersedia

3) Jarak akses ke lokasi alat dan sumber bahan/material

Untuk menjaga antara penerimaan dan pemakaian alat dan bahan, maka diadakan pengaturan sebagai berikut:

1) Menjaga agar bahan yang tersedia diproyek tidak berlebihan.

2) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang sedang dilakukan supaya tidak terjadi kesalahan pemakaian alat dan bahan.

3) Melakukan pengamanan yang cukup agar tidak terjadi kehilangan alat dan bahan yang ada di proyek.

Berikut beberapa permasalahan/kendala terkait pengendalian mutu alat dan material bangunan beserta solusi yang dilakukan untuk mengatasinya:

1) Mobilisasi pengadaan material bangunan

Mobilisasi yang dimaksud adalah transportasi peralatan konstruksi yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana material akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan. Permasalahan terkait mobilisasi proyek yaitu pengadaan material yang terkadang mengganggu arus lalu lintas kendaraan terutama bis Trans Semarang karena letak halte yang berada tepat di depan proyek.

Solusi terkait pengadaan material yaitu dengan tidak mendatangkan pada waktu bersamaan sehingga membuat antrian panjang truk pengangkut yang dapat menutup halte bis Trans Semarang.

Gambar IV. 211 Mobilisasi material proyek (Denta, 2020)

105 2) Penepatan material

Bahan-bahan material seharusnya ditempatkan pada tempat yang tidak mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi/akses pekerja. Bahan material disusun dengan metoda yang baik dengan cara FIFO (first in first out), sehingga tidak ada bahan material yang tersimpan terlalu lama dalam gudang/stock material. Pada proyek Rumah Sakit Mata JEC Candi Semarang tidak terdapat gudang sehingga material diletakkan sembarangan dan bahkan tidak terlindung. Material yang datang juga tidak disusun urut berdasarkan cara FIFO.

3) Efisiensi penggunaan bahan

Pada proyek banyak ditemukan material yang terbuang sia-sia, hal ini terbukti dari sisa campuran untuk mortar yang telah mengeras, kemudian sisa semen di dalam sak yang terbengkalai terkena hujan. Beberapa besi tulangan yang tidak terpakai di lapangan juga tidak dikembalikan ke tempat fabrikasi, akan tetapi dibiarkan begitu saja oleh pekerja. Selain itu beberapa kesalahan seperti pemotongan, pembengkokan besi maupun pipa juga dapat menyebabkan pemborosan material.

Resiko dari ketidak efisiennya penggunaan material yaitu proyek bisa mengalami kerugian karena material yang dibeli menjadi lebih banyak dari perencanaan awal.

Hal karena kurang ketatnya pengawasan terhadap penggunaan dan pemanfaatan material yang tidak terpakai. Dampak yang ditimbulkan adalah proyek akan mengalami kerugian dan terjadi slow down.

Gambar IV. 214 Besi yang tidak digunakan (Denta, 2020)

Gambar IV. 215 Rangka kolom yang tidak digunakan (Denta, 2020)

Gambar IV. 212 Material yang kurang terlindungi (Denta, 2020)

Gambar IV. 213 Material yang kurang terlindungi (Denta, 2020)

106 Solusi terkait penggunaan bahan yaitu pihak logistik harus lebih ketat dengan senantiasa mengawasi dan mencatat setiap bahan yang dipakai oleh pekerja di lapangan. Selain itu pengawasan dalam pekerjaan juga lebih ditingkatkan agar tidak terdapat kesalahan pelaksanaan yang membuat material terbuang sia-sia.

4) Material dan alat yang berserakan

Terdapat material dan peralatan sisa pekerjaan yang tidak diletakkan pada tempat yang telah disediakan, sebagai contoh sisa pembongkaran bekisting pelat yang berserakan di mana-mana dan tidak dirapihkan serta terdapat sampah yang berserakan. Solusi untuk masalah ini yaitu pihak kontraktor mengambil sikap tegas kepada para pekerja yang lalai dalam pekerjaannya berupa teguran kepada para pekerjanya. Dan menghimbau kepada para pekerja dalam penggunaan sisa peralatan dan meterial dikumpulkan dan diletakkan pada tempat yang disediakan agar sampah dan peralatan bekas pakai tidak berserakan di mana-mana.

Solusi terkait material yang berserakan yaitu dengan menjual hasil pembuangan kepihak yang membutuhkan, melakukan daur ulang dan mencari tempat pembuangan sampah akhir (TPA).

Gambar IV. 217 Material yang berserakan (Denta, 2020)

Gambar IV. 216 Pengangkutan sampah menuju TPA (Denta, 2020)

Gambar IV. 218 Material yang berserakan (Denta, 2020)

Gambar IV. 219 Material yang berserakan (Denta, 2020)

107 b. Pengendalian mutu pekerjaan

Pengendalian tiap-tiap proses pelaksanaan pekerjaan dimaksudkan untuk menjamin mutu pekerjaan yang diperoleh sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan.

Masalah terkait pengendalian mutu pekerjaan selain karena faktor teknis pengerjaan yaitu terjadinya tanah longsor.Tanah yang longsor terjadi pada area retaining wall sebelum dilakukan pengecoran STP. Hal ini disebabkan karena faktor cuaca yang ekstrim sehingga menyebabkan terjadinya longsor dan menghambat pekerjaan lainnya.

Solusi permasalahan ini yaitu melakukan pengecoran pada sisi tepi di sekeliling tanah bangunan proyek. Selanjutnya dilakukan metode strating pada sisi tepi tanah yang telah dicor. Strating yaitu proses penahan tanah dengan menggunakan baja.

2. Pengendalian waktu

Agar proses pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lancar dan efisien, alokasi waktu yang disediakan untuk masing-masing pekerjaan harus direncanakan sesuai dengan jangka waktu yang disediakan. Berikut beberapa permasalahan/kendala terkait pengendalian waktu beserta solusi yang dilakukan untuk mengatasinya:

a. Cuaca

Masalah cuaca dapat mempengaruhi pekerjaan pelaksanaan. Masalah ini sulit diatasi dikarenakan cuaca yang ada sulit diprediksi. Terkadang cuaca bisa berubah setiap saat.

Jika pada pelaksanaan turun hujan lebat maka hal ini dapat menghambat perkembangan pekerjaan proyek. Hambatan itu karena tidak dapat teraksananya pekerjaan proyek yang berada di ruang terbuka seperti pemasangan bekesting, penulangan, dan pekerjaan diruang terbuka lainnya. Seperti halnya pengecoran beton yang dilakukan pada malam hari juga dapat terhambat dikarenakan masalah cuaca yang hujan. Air hujan juga dapat mengakibatkan terjadinya genangan pada galian dan memperlambat pekerjaan lainnya, misalnya pengecoran.

Gambar IV. 220 Tanah yang longsor (Denta, 2020)

Gambar IV. 221 Penanganan tanah yang longsor (Denta, 2020)

108 Masalah hujan dapat diatasi dengan mendirikan tenda sementara sebagai pelindung konstruksi atau melakukan penutupan pada pekerjaan pengecoran beton yang belum mengeras sehingga tidak terjadi pemisahan air semen dari adukan yang dapat mengurangi mutu beton. Selain itu, pemberian zat additive untuk mempercepat pengerasan beton juga ikut menjadi bagian dari solusi atas cuaca yang kurang mendukung.

Untuk mengatasi jam kerja yang berkurang akibat turunnya hujan, maka jam kerja yang terpotong dialihkan hingga sore hari (pemberlakuan jam lembur) namun perlu diperhatikan, pemberlakuan jam lembur tidak boleh terlalu sering dilakukan karena dikhawatirkan akan mengurangi kualitas dari hasil pekerjaan akibat keterbatasan pengawasan maupun kemampuan tenaga kerja. Selain itu jika cuaca buruk terus terjadi maka pihak kontraktor dapat meminta toleransi untuk mengajukan perubahan rencana pekerjaan. Dimana nanti ketika cuaca sudah membaik akan dilakukan penambahan pekerja dan pekerjaan atau lembur. Agar rencana pekerjaan dapat kembali berjalan dengan baik dan ketertinggalan pekerjaan dapat kembali dikejar sesuai rencana.

b. Masyarakat setempat

Berjalannya pelaksanaan proyek pembangunan suatu gedung tidak lepas dari campur tangan masyarakat sekitar pembangunan proyek. Untuk itu proyek pembangunan suatu gedung harns sepengetahuan masyarakat setempat dan juga mendapat ijin agar proses pembangunan dapat berjalan lancer. Hal ini tercantum di dalam pasal 42 ayat (1) UU No.28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang berbunyi:

"Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung dapat:

Gambar IV. 223 Genangan air akibat hujan (Denta, 2020)

Gambar IV. 222 Genangan air akibat hujan (Denta, 2020)

Gambar IV. 224 Genangan air akibat hujan (Denta, 2020)

109 1) Memantau dan menjaga ketertiban penyelenggaraan;

2) Memberi masukan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam penyempumaan peraturan, pedoman, dan standar teknis dibidang bangunan gedung;

3) Menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenang terhadap penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan, rencana teknis bangunan gedung tertentu, dan kegiatan penyelenggaraan yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan;

4) Melaksanakan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang mengganggu, meruglkan, dan/atau membahayakan kepentingan umum."

Sebelum proyek terlaksana masyarakat setempat memberikan izin pekerjaan tidak boleh dilaksanakan hingga malam hari karena kebisingan yang mengganggu. Namun pada saat proyek pembangunan berjalan terkadang pelaksanaan sampai malam hari terutama saat proses pengecoran. Hal itu mengakibatkan pihak pengelola proyek ditegur oleh perwakilan masyarakat setempat.

Solusi terkait masalah ini yaitu pihak pelaksana melakukan negosiasi untuk tahapan pengerjaan khusus seperti pengecoran boleh dilakukan sampai malam hari.

3. Pengendalian biaya

Pengendalian biaya dilakukan untuk menekan biaya pelaksanaan agar tidak melebihi biaya rencana yang dianggarkan. Tujuan dari pengendalian biaya adalah agar pengaturan dana dapat lebih efisien dan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan atas berbagai alternatif penyelesaian teknis yang berkaitan dengan biaya. Pengendalian biaya dibuat dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB). RAB menggambarkan besarnya biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek.

Permasalahan/kendala terkait pengendalian biaya yaitu beberapa material dilakukan penggantian karena ketidaktersediaan dan penambahan material karena alasan tertentu sehingga mengubah RAB awal.

Solusi terkait masalah pengendalian biaya yaitu memastikan agar material yang diganti tetap memiliki spek dan harga yang sama. Selain itu pengawasan ditingkatkan agar material tidak bertambah (boros).

4. Pengendalian tenaga kerja

Pengawasan dan pengendalian tenaga kerja sangat penting, hal ini berkaitan dengan mutu pekerjaan yang dihasilkan dan waktu pelaksanaan pekerjaan. Berikut permasalahan/kendala terkait pengendalian tenaga kerja beserta solusi yang dilakukan untuk mengatasinya:

1) Kedisiplinan pekerja dalam hal K3

110 Pada saat proses pekerjaan konstruksi berlangsung, banyak pekerja tidak memperhatikan K3, seperti tidak menggunakan APD (Alat Perlindungan Diri). Pekerja tidak menggunakan safety belt, helm, tidak menggunakan sepatu melainkan menggunakan sandal, dan tidak menggunakan sarung tangan saat melakukan pekerjaan.

Hal ini dapat mengakibatkan luka robek, keinjak material tajam, cedera fatal bahkan resiko kematian jika pekerja mengalami kecelakaan kerja. Kesadaran dan kedisiplinan para pekerja menjadi penyebab beberapa pelanggaran penggunaan K3.

Solusi terkait kedisiplinan dalam hal K3 yaitu pihak kontraktor khususnya divisi K3 mengadakan penyuluhan mengenai pentingnya menggunakan APD serta mematuhi peraturan yang dibuat K3 dan kerugian yang ditimbulkan akibat tidak menggunakan APD ataupun tidak mematuhi peraturan yang dibuat oleh K3. Selain itu divisi K3 melakukan safety health and environment patrol secara rutin untuk mengontrol para pekerja dan menindak tegas dengan memberi sanksi bagi pekerja yang tidak memakai APD.

2) Jumlah tenaga kerja

Permasalahan/kendala yang dihadapi adalah berkurangnya jumlah pekerja karena sedang pulang ke tempat asal untuk urusan lain. Hal ini berdampak terhadap waktu pekerjaan.

Solusi terkait permasalahan tentang jumlah tenaga kerja maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor mencari tambahan pekerja apabila kekurangan pekerja dan mecari pengganti sementara apabila banyak pekerja pulang ke tempat asal untuk sementara waktu.

Gambar IV. 226 Pekerja yang tidak mengenakan K3 (Denta, 2020)

Gambar IV. 225 Pekerja yang tidak mengenakan K3 (Denta, 2020)

Gambar IV. 228 Jumlah pekerja yang sedikit (Denta, 2020)

Gambar IV. 227 Penambahan jumlah pekerja (Denta, 2020)

Dokumen terkait