• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV LAPORAN KEGIATAN KERJA PRAKTIK PROFESI ARSITEKTUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV LAPORAN KEGIATAN KERJA PRAKTIK PROFESI ARSITEKTUR"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

32 BAB IV

LAPORAN KEGIATAN KERJA PRAKTIK PROFESI ARSITEKTUR

Pelaksanaan proyek adalah bentuk realisasi perencanaan proyek yang terdiri dari seluruh kegiatan fisik di lokasi pekerjaan mulai dari persiapan, struktur, arsitektur, MEP sampai bangunan siap beroperasi. Dalam pelaksanaan kegiatan proyek, pengawasan yang ketat sangat dibutuhkan untuk memastikan kesesuaian perencanaan dengan realisasi proyek di lapangan.

A. Pelaksanaan Pekerjaan Selama Kerja Praktek

Pengamatan pelaksanaan pekerjaan dan partisipasi aktif pada proyek Rumah Sakit Mata JEC Candi, Semarang selama masa kerja praktik pada tanggal 1 Januari s.d 29 Februari 2020 yaitu:

1. Minggu 1 kerja praktik

No. Tanggal Kegiatan Mahasiswa

1. 2-1-2020 Mengamati kondisi lapangan

2. 3-1-2020 Mengamati pekerjaan marking kolom Menghitung volume bata semi basement 3. 4-1-2020 Menghitung volume bata lantai dasar

Mengamati pekerjaan pemasangan tulangan kolom Mengamati pekerjaan pembuatan bekisting kolom Mengamati pekerjaan pengukuran balok dan plat lantai

2. Minggu 2 kerja praktik

No. Tanggal Kegiatan Mahasiswa

1. 8-1-2020 Mengamati pekerjaan pemasangan scaffolding balok dan plat lantai 2. 9-1-2020 Mengamati pekerjaan pembuatan bekisting balok

Mengamati pekerjaan pembuatan bekisting plat 3. 10-1-2020 Mengamati pekerjaan pemasangan tulangan balok

Mengamati pekerjaan pemasangan tulangan plat Mengamati marking dinding lantai 3

Menghitung volume bata lantai 2 4. 11-1-2020 Mengamati pekerjaan pengecoran kolom

Mengamati pekerjaan pengecoran balok dan plat

3. Minggu 3 kerja praktik

No. Tanggal Kegiatan Mahasiswa

Tabel IV. 2 Minggu 2 kerja praktik

Tabel IV. 3 Minggu 3 kerja praktik Tabel IV. 1 Minggu 1 kerja praktik

Sumber: Denta, 2020

Sumber: Denta, 2020

(2)

33 1. 13-1-2020 Mengamati pekerjaan pemasangan bata ringan

2. 14-1-2020 Mengamati pekerjaan plester dinding ringan Mengamati pekerjaan acian dinding ringan

3. 15-1-2020 Mengamati pekerjaan plumbing pemasangan instalasi pipa air bersih indoor Mengamati pekerjaan plumbing pemasangan instalasi pipa air kotor, air bekas, dan pipa vent indoor

4. 16-1-2020 Mengamati pekerjaan plumbing pemasangan instalasi pipa air bersih, air kotor, air bekas, dan pipa vent outdoor

5. 17-1-2020 Mengamati pekerjaan plumbing pemasangan instalasi valve berdiameter sampai dengan 50 mm

Mengamati pekerjaan plumbing pemasangan instalasi valve berdiameter lebih dari 50 mm

6. 18-1-2020 Mengamati pekerjaan pembuatan STP Menghitung volume bata lantai 3

4. Minggu 4 kerja praktik

No. Tanggal Kegiatan Mahasiswa

1. 20-1-2020 Menyerahkan 3d dinding semi basement, lantai dasar, lantai 2, dan lantai 3 Mengamati marking dinding lantai 4

Mengamati pengecoran rumah lift

2. 21-1-2020 Mengamati pekerjaan mekanikal pemasangan pipa refrigrant instalasi HVAC 3. 22-1-2020 Mengamati pekerjaan mekanikal pemasangan ducting instalasi HVAC 4. 23-1-2020 Mengamati pekerjaan mekanikal pemasangan instalasi pipa sprinkler 5. 24-1-2020 Mengamati pekerjaan mekanikal pemasangan instalasi pipa hydrant

Mengamati pekerjaan mekanikal pemasangan box hydrant

5. Minggu 5 kerja praktik

No. Tanggal Kegiatan Mahasiswa

1. 27-1-2020 Mengamati pekerjaan persiapan pembuatan tangga 2. 28-1-2020 Mengamati pekerjaan pembuatan bekisting tangga 3. 29-1-2020 Mengamati pekerjaan pemasangan tulangan tangga 4. 30-1-2020 Mengamati pekerjaan pengecoran tangga

5. 31-1-2020 Mengamati pekerjaan pembongkaran bekisting tangga 6. 1-2-2020 Menghitung volume bata lantai 4

Menghitung CCO

Menghitung volume plafond

Tabel IV. 4 Minggu 4 kerja praktik

Tabel IV. 5 Minggu 5 kerja praktik Sumber: Denta, 2020

Sumber: Denta, 2020

Sumber: Denta, 2020

(3)

34 6. Minggu 6 kerja praktik

No. Tanggal Kegiatan Mahasiswa

1. 3-2-2020 Mengamati pekerjaan elektrikal pemasangan conduit instalasi penyaluran listrik pada plat beton

2. 4-2-2020 Mengamati pekerjaan elektrikal pemasangan conduit instalasi penyaluran listrik pada dinding bata ringan

3. 5-2-2020 Mengamati pekerjaan elektrikal pemasangan kabel tray instalasi penyaluran listrik

4. 6-2-2020 Mengamati marking dinding lantai 5 5. 7-2-2020 Menghitung volume dinding semi basement 6. 8-2-2020 Menghitung volume dinding lantai dasar

7. Minggu 7 kerja praktik

No. Tanggal Kegiatan Mahasiswa

1. 10-2-2020 Mengamati pekerjaan pelepasan bekisting kolom Mengamati pekerjaan pelepasan bekisting balok dan plat 2. 11-2-2020 Mengamati pekerjaan perawatan beton kolom

Mengamati pekerjaan perawatan beton balok dan plat 3. 12-2-2020 Menghitung volume dinding lantai 2

4. 13-2-2020 Mengamati pekerjaan pembuatan bekisting ramp 5. 14-2-2020 Mengamati persiapan penambahan balkon lantai 4 6. 15-2-2020 Mengamati pekerjaan pemasangan tulangan ramp

8. Minggu 8 kerja praktik

No. Tanggal Kegiatan Mahasiswa

1. 17-2-2020 Mengamati pekerjaan pengecoran ramp

2. 18-2-2020 Mengamati pekerjaan pemasangan kerangka plafond 3. 19-2-2020 Menghitung volume bata lantai 5

4. 20-2-2020 Mengamati marking dinding lantai 6

5. 21-2-2020 Menyerahkan 3d dinding lantai 4 dan lantai 5 6. 22-2-2020 Menghitung volume dinding lantai 3

9. Minggu 9 kerja praktik

No. Tanggal Kegiatan Mahasiswa

Tabel IV. 6 Minggu 6 kerja praktik

Tabel IV. 7 Minggu 7 kerja praktik

Tabel IV. 8 Minggu 8 kerja praktik

Tabel IV. 9 Minggu 9 kerja praktik Sumber: Denta, 2020

Sumber: Denta, 2020

Sumber: Denta, 2020

(4)

35 1. 24-2-2020 Menghitung volume dinding lantai 4

2. 25-2-2020 Mengamati marking interior lantai 2 3. 26-2-2020 Menghitung volume dinding lantai 5 4. 27-2-2020 Menghitung volume bata lantai 6 5. 28-2-2020 Menghitung volume dinding lantai 6

6. 29-2-2020 Merekap volume bata dan dinding keseluruhan

B. Lingkup Pekerjaan Struktur 1. Bahan/material

a. Beton mutu tinggi

Beton mutu tinggi merupakan alternatif untuk digunakan pada komponen struktur yang mengalami pembebanan besar. Berikut material pembuatan beton mutu tinggi:

1) Air

Air sebagai bahan pembantu konstruksi bangunan dan untuk membersihkan dilokasi proyek. Air yang digunakan harus memenuhi syarat yaitu tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau serta tidak mengandung kadar organik lebih dari 5%.

2) Semen

Semen adalah campuran bahan bangunan untuk mengikat agregat pada konstruksi beton bertulang.

3) Agregat halus

Agregat halus merupakan salah satu isian adukan campuran beton. Menurut PBI 1971, agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai desintegrasi dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu.

Agregat halus harus memenuhi syarat-syarat yaitu terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, tidak mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, dan tidak mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak.

4) Agregat kasar

Menurut PBI 1971, agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Besar butiran maksimal yang diijinkan tergantung maksud pemakaiannya. Syarat-syarat agregat kasar untuk betony aitu terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori, tidak mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, dan tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton.

5) Bahan tambah

Bahan tambah adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan yang ditambahkan ke adukan beton selama pengadukan agar beton mengeras lebih cepat.

Sumber: Denta, 2020

(5)

36 Sebelum digunakan, beton dilakukan pengujian test slump untuk mengetahui kadar air. Jika terlalu kental akan merusak concrete pump dan susah masuk ke celah-celah tulangan, jika terlalu encer maka akan menurunkan kualitas mutu beton yang dihasilkan.

b. Tulangan baja

Tulangan baja untuk penulangan beton dibuat dari baja dengan penampang bundar.

Dalam pembuatan tulangan baja terdapat tiga proses yaitu pemotongan, pembengkokan, dan pemutusan tulangan. Syarat-syarat agar baja tulangan dapat digunakan adalah:

1) Bebas karat, minyak dan lainnya yang dapat mengurangi lekatan pada beton.

2) Pengadaan baja harus disesuaikan dengan pelaksanaan pekerjaan sehingga tidak terjadi penyimpanan terlalu lama yang dapat berakibat korosi.

3) Besi pengikat menggunakan baja lunak berdiameter 1 mm.

c. Bekisting

Bekisting berfungsi sebagai struktur sementara yang bisa memikul berat sendiri, beton basah selama beton itu belum kuat menahan berat sendiri, beban hidup dan beban peralatan kerja selama pekerjaan pengecoran berlangsung. Bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton telah mencapai kekuatan yang cukup.

Persyaratan bekisting antara lain:

a. Mempunyai volume stabil sehingga dimensi beton akurat dan tidak berubah bentuk.

b. Dapat digunakan berulang kali dan mudah dibongkar pasang dan dipindahkan.

c. Rapat air, sehingga tidak memungkinkan air agregat akan keluar dari cetakan.

d. Mempunyai daya lekat rendah dengan beton sehingga mudah dipindahkan.

Gambar IV. 2 Slump test (Denta, 2020)

Gambar IV. 1 Cetakan silinder benda uji (Denta, 2020)

Gambar IV. 3 Baja tulangan (Denta, 2020)

(6)

37 d. Besi hollow

Besi hollow merupakan besi berbentuk pipa kotak dan terbuat dari besi galvanis, stainless, atau baja. Besi hollow berfungsi sebagai penyangga dan alas scaffolding.

e. Kawat bendrat

Kawat bendrat digunakan dalam pemasangan tulangan untuk mengikat antar besi tulangan agar bisa membentuk suatu bentuk struktur yang dikehendaki.

f. Paku

Paku adalah batang logam berujung runcing untuk melekatkan bahan-bahan bangunan dalam pembuatan bekisting kolom, balok, plat, dan tangga.

Gambar IV. 4 Bekisting kolom (Denta, 2020) Gambar IV. 5 Bekisting plat

(Denta, 2020)

Gambar IV. 6 Besi hollow (Denta, 2020)

Gambar IV. 7 Besi hollow (Denta, 2020)

Gambar IV. 9 Paku (Denta, 2020) Gambar IV. 8 Kawat bendrat

(Denta, 2020)

(7)

38 g. Pipa

Pipa berfungsi untuk memberi tanda perletakan plumbing sebelum pengecoran.

h. Lem angkur

Lem angkur berfungsi untuk merekatkan angkur ke beton.

i. Beton decking

Beton decking adalah spesi yang dibentuk kotak atau silinder untuk menjaga tulangan agar sesuai posisi yang diinginkan saat pengecoran. Dalam SNI 03-2847-2002, tebal selimut beton balok dan kolom minimum adalah antara 15 mm sampai 40 mm.

2. Peralatan

a. Peralatan angkutan vertikal

Peralatan angkutan vertikal sangat penting adanya dalam sebuah proyek bangunan tingkat tinggi untuk menghemat waktu mengantar barang dan para pekerja. Tower crane digunakan sebagai alat bantu pemindahan material secara vertikal dan horizontal.

Gambar IV. 10 Pipa (Denta, 2020)

Gambar IV. 12 Lem angkur (Denta, 2020)

Gambar IV. 11 Penggunaan lem angkur (Denta, 2020)

Gambar IV. 13 Beton decking (Denta, 2020)

(8)

39 Passanger hoist merupakan alat yang membantu para pekerja untuk naik ke lantai atas dan untuk mengangkut bahan/material kebutuhan lapangan. Tangga naik digunakan oleh pekerja untuk mengerjakan pekerjaan yang ada di tiap lantai.

b. Truck mixer

Truck mixer adalah alat untuk mengangkut adukan beton dan batching plant ke lokasi proyek. Selama pengangkutan tangki pengaduk terus berputar searah jarum jam, sedangkan saat penuangan berputar berlawanan arah jarum jam.

c. Concrete pump

Concrete pump merupakan alat untuk memompa adukan beton dari truck mixer kebagian pengecoran yang sulit dijangkau dengan cara menyambung pipa secara vertikal hingga mencapai ketinggian yang diinginkan.

Gambar IV. 14 Tower crane (Denta, 2020)

Gambar IV. 19 Concrete pump (Denta, 2020)

Gambar IV. 20 Concrete pump (Denta, 2020) Gambar IV. 15 Tangga naik

(Denta, 2020)

Gambar IV. 16 Passanger hoist (Denta, 2020)

Gambar IV. 17 Truck mixer (Denta, 2020)

Gambar IV. 18 Truck mixer (Denta, 2020)

(9)

40 d. Concrete bucket

Concrete bucket merupakan alat untuk mengangkut adukan cor beton dari truck mixer concrete ke tempat pengecoran.

e. Scaffolding

Fungsi scaffolding yaitu sebagai penyangga bekisting agar balok dan plat lantai diatasnya tetap pada posisi dan tidak melendut serta menahan berat balok, pelat lantai serta beban pada waktu pengecoran.

f. Concrete vibrator

Concrete vibrator merupakan alat penggetar untuk meratakan adukan beton yang dituang kedalam bekisting sehingga didapat adukan beton yang padat dan dapat masuk diantara sela-sela besi beton sehingga tidak akan menimbulkan rongga pada beton.

Gambar IV. 23 Concrete vibrator (Denta, 2020)

Gambar IV. 21 Bucket cor (Denta, 2020)

Gambar IV. 24 Concrete vibrator (Denta, 2020) Gambar IV. 22 Scaffolding

(Denta, 2020)

(10)

41 g. Bar cutter

Bar cutter adalah alat untuk memotong baja tulangan dengan cepat dan rapi sesuai ukuran yang nantinya dipasang pada plat lantai, kolom dan balok.

h. Bar bender

Bar bender adalah alat untuk membengkokkan baja tulangan dalam berbagai sudut.

i. Mesin gerinda

Mesin gerinda adalah mesin dengan mata potong jamak untuk memotong besi.

j. Mesin las

Mesin las digunakan untuk menyambung logam atau besi-besi.

Gambar IV. 25 Bar cutter (Denta, 2020)

Gambar IV. 26 Bar bender (Denta, 2020)

Gambar IV. 28 Mesin las (Denta, 2020) Gambar IV. 27 Mesin gerinda

(Denta, 2020)

(11)

42 k. Mesin bor beton

Mesin bor beton berfungsi untuk melubangi beton atau tembok.

l. Cangkul dan sekup

Sekup dan cangkul digunakan untuk meratakan dan mengangkat adukan pengecoran.

m. Air compressor

Air compressor merupakan alat yang menghasilkan udara tekanan tinggi untuk membersihkan bekisting dari kotoran-kotoran sebelum dilakukan pengecoran.

n. Trowel power/mesin trowel

Mesin trowel berfungsi untuk menghaluskan permukaan beton yang belum mengeras.

Gambar IV. 32 Air compressor (Denta, 2020)

Gambar IV. 31 Air compressor (Denta, 2020) Gambar IV. 29 Mesin bor beton

(Denta, 2020)

Gambar IV. 30 Cangkul dan sekup (Denta, 2020)

Gambar IV. 33 Mesin trowel (Denta, 2020)

(12)

43 o. Theodolite

Theodolite merupakan alat ukur tanah untuk menentukan ketegakan kolom, menentukan as kolom, dan mengetahui kontur tanah pada lokasi bangunan.

p. Safety net roll

Safety net roll dipasang di pinggir tiap lantai bangunan supaya para orang yang berjalan tidak mendekati area ini terlalu dekat supaya tidak jatuh.

q. Safety net

Safety net dipasang di daerah lubang seperti void lift, atau tangga, dsb. supaya jika ada barang yang terjatuh dari lantai atas bisa tertahan.

r. Lampu penerangan

Gambar IV. 34 Theodolite (Denta, 2020)

Gambar IV. 35 Safety net roll (Denta, 2020)

Gambar IV. 36 Safety net (Denta, 2020)

(13)

44 Digunakan untuk menerangi lokasi pekerjaan proyek ketika malam hari atau saat gelap.

s. Perkakas

Perkakas adalah alat-alat untuk memudahkan pengerjaan pemotongan, pembengkokan atau pembelahan, seperti: meteran, waterpass, tang, gergaji, palu, dan unting-unting

t. Alat-alat lain seperti: tie road, roskam, ember, terpal plastik, timbangan paku, dan lain- lain.

3. Pelaksanaan

a. Pekerjaan kolom lantai 6

Kolom adalah komponen struktur bangunan untuk menahan beban aksial tekan vertikal yang diteruskan ke pondasi. Perencanaan serta pelaksanaan pembuatan kolom yang baik dapat mempengaruhi kekuatan bangunan. Apabila perencanaan serta pelaksanaan pembuatan kolom terdapat kegagalan maka akan berakibat fatal, bahkan bisa meruntuhkan bangunan. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton yang merupakan gabungan material tahan tarikan dan tekanan, sehingga disebut sebagai beton bertulang. Fungsi utama beton adalah untuk menahan gaya tekan dan menutup besi tulangan agar tidak berkarat, sedangkan fungsi besi tulangan adalah untuk menahan gaya tarik serta mencegah retak beton agar tidak melebar. Syarat ukuran kolom yang baik yaitu tegak atau tidak miring, berada pada titik rencana, tidak bergeser, maupun meleset, serta ketinggian sesuai elevasi. Berikut tahapan pekerjaan kolom:

1) Marking kolom

a) Menyiapkan semua peralatan ke lokasi kolom yang akan diukur.

b) Membaca shop drawing untuk melihat posisi kolom, bentuk, dan ukurannya.

Gambar IV. 37 Lampu penerangan (Denta, 2020)

Gambar IV. 38 Perkakas (Denta, 2020)

(14)

45 c) Memasang theoodolit di atas garis pinjaman tegak lurus dengan lantai di bawahnya, menyetel alat hingga benar-benar tegak, datar, dan siku dari garis pinjaman bangunan.

d) Membidik theodolit pada area kolom yang akan diukur, surveyor lainnya memegang spidol untuk diarahkan ke posisi titik yang sesuai hasil bidikan sehingga ditemukan dua titik rencana as grid.

e) Menyipat dua titik as grid dengan alat sipatan sehingga membentuk garis pada lantai beton.

f) Mengukur posisi kolom berdasarkan as grid, jika as grid satu meter maka posisi as kolom sejauh satu meter dari as grid.

2) Pemasangan tulangan kolom

Pemotongan dan pembengkokan tulangan kolom dilakukan di tempat tersendiri, sedangkan pengukuran panjang menggunakan daftar bending list yang dibuat pelaksana. Pemasangan tulangan utama kolom mulai dirangkai dari pondasi.

Berikut tahapan dalam pemasangan tulangan kolom:

a) Tulangan dibawa ke lokasi kolom menggunakan tower crane kemudian dibawa ke lokasi kolom yang akan dirakit sesuai dengan gambar kerja.

b) Baja tulangan dipotong dan dibengkokkan dengan bar cutter dan bar bender sesuai gambar rencana.

c) Agar jarak tiap sengkang dapat dilaksanakan, maka pada tulangan pokok diberi tanda dengan cat untuk tiap jarak sengkang sebagai bantuan.

d) Pemasangan sengkang yang sudah dibentuk, dirakit dan diletakkan pada posisi jarak yang di tentukan, dan diikat ke tulangan pokok dengan kawat bendrat.

e) Sengkang bagian stek ujung-ujung kolom dipasang lebih merapat karena ujung kolom dan bagian tumpuan menerima gaya geser.

f) Setelah besi terpasang pada posisinya dan cukup kaku, lalu dipasang beton decking sesuai ketentuan. Beton decking ini berfungsi sebagai selimut beton.

Gambar IV. 39 Proses marking kolom (Denta, 2020)

(15)

46 3) Pembuatan bekisting kolom

Bekisting (acuan) adalah alat yang dibuat untuk mencetak beton dalam proyek, bekisting bisa dipakai berulang kali untuk efisiensi kerja dan penghematan biaya tanpa ada penurunan mutu. Pemasangan bekisting kolom dilaksanakan apabila pelaksanaan pembesian tulangan telah selesai dilaksanakan dan pekerjaan pengecoran telah dijadwalkan akan dilaksanakan. Berikut tahapan pembuatan bekisting kolom:

a) Persiapan bahan diantaranya papan bekisting, sabuk bekisting, besi holo, paku, palu, dan scaffolding.

b) Pembersihan bekisting sebelum dipasang karena kotoran dapat menimbulkan hasil cor tidak rapi bahkan retak.

c) Pemberian pelumas atau mould oil pada bekisting agar saat pengecoran beton tidak menempel pada bekisting sehingga hasil cor rapi.

d) Pemasangan sepatu kolom pada dasar kolom atau lantai dengan cara dipaku.

e) Pemasangan papan bekisting sesuai marking.

f) Pemasangan support berupa besi holo di sisi-sisi bekisting yang sudah berdiri agar tegak dan saat pengecoran tidak roboh.

g) Pengecekan ketegakan bekisting dengan alat unting-unting atau benang. Unting- unting ditempatkan pada kedua sisi bekisting.

h) Pemasangan sabuk bekisting untuk penguncian.

Gambar IV. 41 Pemasangan bekisting kolom (Denta, 2020)

(16)

47 4) Pengecoran kolom

Pengecoran dilakukan langsung dengan bantuan ready mix concrete pump digunakan untuk mengalirkan adukan beton dari ready mix concrete mixer ke kolom yang sedang dilakukan pengecoran. Penulangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang dapat mengurangi mutu beton. Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan beton menggunakan tongkat/ alat manual. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara serta untuk mencapai pemadatan yang maksimal. Berikut tahapan pengecoran kolom:

a) Campuran beton ready mix mutubeton K350 di tes dahulu.

b) Tulangan dan bekisting disiram air supaya tidak ada kotoran yang menempel pada bekisting dan bekisting tidak menyerap air dari adukan beton.

c) Beton dari ready mix dituangkan ke concrete bucket untuk diangakat beserta operator bucket menggunakan tower crane menuju lokasi kolom yang dituju, beton disalurkan dari concrete bucket menggunakan pipa penyalur.

d) Pipa penyalur dari concrete pump masuk ke dalam kolom. Dibutuhkan 2 orang pekerja untuk merojok beton yang dimasukkan ke dalam kolom. Perojokan beton dilakukan agar beton masuk semua ke bagian bekisting terutama bagian bawah sehingga dapat menghasilkan kolom dengan beton yang padat. Penuangan beton dilakukan bertahap dan tinggi jatuh beton segar tidak boleh lebih dari 1,5 meter.

Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan antara batu pecah dengan pasta beton yang dapat mengurangi mutu beton.

e) Beton dipadatkan dengan memasukkan vibrator ke dalam bekisting agar udara yang masih di dalam beton keluar sehingga tidak menimbulkan rongga atau lubang. Jarum penggetar dimasukkan secara vertikal atau jika terpaksa boleh miring 45o dan selama penggetaran tidak boleh digerakkan secara horizontal karena akan mengakibatkan segregasi. Lama pemadatan kurang lebih 30 detik.

f) Proses penuangan dan pemadatan dilakukan berulang-ulang hingga bekisting penuh agar hasil kolom padat, tidak keropos, dan kuat.

(17)

48 5) Pelepasan bekisting kolom

PBI 1971 dan SNI 02-2847-2002 menyebutkan bahwa pembongkaran cetakan dan acuan hanya boleh dilakukan apabila bagian konstruksi telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul beban sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Beton mengalami pengerasan secara sempurna setelah 28 hari yang dapat ditunjukkan dengan nilai kuat tekannya. Tahapan pelepasan bekisting kolom yaitu:

a) Bekisting dapat dibongkar setelah beton berumur 24-48 jam.

b) Papan bekisting dipukul-pukul dengan menggunakan palu agar lekatan beton pada papan bekisting dapat terlepas.

c) Push pull (penyangga bekisting) dikendorkan kemudian dilepas.

d) Baut-baut pada bekisting dikendorkan sehingga panel bekisting terlepas.

e) Pelepasan papan bekisting dilakukan oleh 2-3 orang pekerja dengan hati-hati agar tidak merusak beton pada kolom.

6) Perawatan beton kolom

Perawatan beton kolom setelah pengecoran adalah dengan sistem kompon, yaitu dengan disiram 3 kali sehari selama 3 hari.

Permasalahan/kendala yang terjadi saat pelaksanaan pekerjaan kolom yaitu terdapat kesalahan gambar kerja pada kolom lantai 6. Dalam pelaksanaan pembuatan atap rumah lift ternyata ketinggian kolom ternyata kurang sesuai dengan ketentuan padahal sudah

Gambar IV. 43 Perawatan beton kolom (Denta, 2020)

(18)

49 sesuai dengan gambar kerja yang ada. Kesalahan tersebut terjadi karena dari pihak pengawas lift tidak datang saat akan dilakukan pelaksanaan pembuatan rumah lift.

Solusi yang dilakukan yaitu dengan membongkar plat lantai penutup rumah lift dan menaikkan ketinggian kolom. Dari kejadian ini dapat diambil pembelajaran bahwa pemeriksaan ulang sebelum pelaksanaan sangat diperlukan. Selain itu, seharusnya gambar kerja lebih diperhatikan lagi agar tidak terjadi kesalahan fatal di lapangan yang dapat mengakibatkan kerugian.

b. Pekerjaan balok dan plat lantai 5 dan 6

Balok merupakan bagian dari sebuah struktur yang menahan beban yang ditransfer dari plat ke balok lalu ke kolom dan akhirnya ke pondasi. Balok juga sebagai penguat rangka horizontal bangunan terhadap beban yang dipikul. Balok mempunyai karakteristik utama yaitu lentur sehingga dapat diandalkan untuk menangani gaya geser dan momen lentur. Pendirian konstruksi balok pada bangunan umumnya mengadopsi konstruksi balok beton bertulang.

Plat lantai merupakan lantai yang tidak terletak di atas tanah secara langsung dan merupakan pembatas tingkat satu dengan selanjutnya. Plat lantai dipikul oleh balok, yang bertumpu pada kolom struktur. Plat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh besar lendutan yang diinginkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung, dan bahan konstruksi dan plat lantai. Proyek pembangunan gedung biasanya menggunakan plat lantai tebal 120 mm.

Pelaksanaan pembuatan balok dan plat lantai yang baik dapat memepengaruhi kekuatan dari bangunan sehingga perlu tahapan yang benar dan sesuai. Apabila dalam pelaksanaan pembuatan plat lantai terdapat kegagalan maka akan berakibat fatal, bahkan bisa meruntuhkan seluruh bangunan. Berikut tahapan pekerjaan balok dan plat lantai:

1) Pekerjaan pengukuran

Pekerjaan pengerjaan dimaksudkan untuk memudahkan proses pemasangan perancah (scaffolding). Pekerjaan pengukuran ini dilakukan dengan cara memberi

Gambar IV. 44 Kesalahan tinggi rumah lift (Denta, 2020)

(19)

50 tanda as bangunan yang biasanya ditempatkan pada kolom-kolom, setelah proses pengukuran selesai dilakukan, maka pemasangan perancah dapat dilakukan.

2) Pemasangan scaffolding

Hal yang diperhatikan dalam memasang scaffolding pekerjaan balok dan plat lantai yaitu ketinggian penyangga, jarak antar penyangga, stabilitas penyangga dan kekuatan penyangga.

3) Pembuatan bekisting balok

a) Memasang scaffolding bagian tumpuan pada posisi tegak lurus.

b) Sebelum pemasangan untuk bekisting balok, dilakukan pengukuran ketinggian papan dasar bekisting dengan menggunakan auto level sehingga elevasi sama.

c) Memasang bracing pada frame dan kemudian memasang head jack bagian atas sebagai tumpuan kayu balok girder memanjang.

d) Setalah balok girder panjang terpasang, pasang balok girder melintang.

e) Memasang cetakan side form dan bottom form yang terbuat dari multiplek sesuai dengan dimensi balok yang ditentukan.

f) Pasang klem pada siku untuk menjaga balok agar tetap siku

g) Pembuatan bekisting balok dan plat lantai bersamaan karena monolit, plat lantai dihimpit ke empat sisi balok secara langsung.

4) Pembuatan bekisting plat

Bekisting pelat berfungsi sebagai landasan sementara dari campuran beton yang kemudian dituangkan pada pelat ketika campuran beton masih basah. Hingga

Gambar IV. 45 Pemasangan scaffolding balok dan plat lantai (Denta, 2020)

Gambar IV. 46 Bekisting balok (Denta, 2020)

(20)

51 campuran tersebut telah mengalami kekerasan, maka bekisting pelat dapat dibongkar.

Berikut tahapan pembuatan bekisting plat:

a) Memasang scaffolding tegak lurus sebagai tumpuan.

b) Bekisting plat lantai diletakkan diatas balok kayu yang menumpu pada scaffolding.

c) Untuk memeriksa apakah bekisting sudah benar-benar horizontal, dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat auto level.

d) Memasang balok girder (hollow) secara melintang dan memanjang.

e) Memasang cetakan side form dan bottom form multiplek sesuai dimensi plat yang ditentukan.

f) Pembuatan bekisting balok dan plat lantai secara bersamaan karena monolit, plat lantai dihimpit ke empat sisi balok secara langsung.

5) Pemasangan tulangan balok

Penulangan balok dapat dilaksanakan setelah pekerjaan pemasangan bekisting selesai. Balok berfungsi untuk mendukung beban vertikal yang meliputi berat sendiri balok, dan beton-beton lain yang mendukungnya (diantaranya termasuk beban pelat dan dinding). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan tulangan balok adalah sebagai berikut:

a) Pemasangan tulangan utama secara terus menerus sesuai dengan shop drawing.

b) Untuk tulangan yang disambung maka penyambungan harus sesuai dengan syarat sambungan lewatan yang tertera pada PBBI 1971.

c) Panjang penyaluran tegangan harus sesuai dengan syarat penyaluran tegangan yang tertera pada PBBI 1971.

Gambar IV. 48 Bekisting plat (Denta, 2020)

Gambar IV. 47 Bekisting plat (Denta, 2020)

(21)

52 d) Tulangan pokok yang dipakai berupa tulangan ulir dengan diameter yang bervariasi sesuai shop drawing. Sedangkan tulangan sengkangnya menggunakan tulangan polos.

e) Pemasangan tulangan sengkang harus sesuai shop drawing.

f) Pemasangan beton decking untuk memenuhi syarat tebal selimut beton.

Pada pelaksanaan pemasangan tulangan balok, perakitan tulangan balok dapat dilakukan sebelum bekisting terpasang. Berikut tahapan pemasangan tulangan balok:

a) Papan bekisting bagian bawah dibersihkan dari sisa kotoran proyek.

b) Memasang tulangan bawah di atas beton decking setebal 2,5 cm.

c) Ujung tulangan bawah dimasukkan ke tulangan kolom sebagai penjangkaran.

d) Sambungan pada penulangan dilakukan overlapping.

e) Memasangan tulangan sengkang dan pengikatan dengan kawat bendrat.

f) Jarak sengkang tidak boleh diambil lebih dari 30 cm, sedangkan di bagian-bagian balok dimana sengkang-sengkang bekerja sebagai tulangan geser, jarak sengkang tidak boleh diambil lebih dari 2/3 tinggi balok. Diameter batang sengkang minimal 6 mm pada baja lunak dan sedang, dan minimal 5mm untuk baja keras.

6) Pemasangan tulangan plat

Pelat lantai berfungsi untuk menahan beban mati, serta beban hidup diatasnya, kemudian menyalurkan beban-beban tersebut ke balok dibawahnya.

Pemasangan tulangan plat dilakukan setelah bekisting plat lantai selesai dikerjakan, untuk penulangan plat dipakai tulangan pokok ∅ 10. Cara perakitan tulangannya sama dengan cara perakitan tulangan balok. Untuk menghindari lendutan tulangan bagian atas maka perlu dipasang tulangan cakar ayam. Pemasangan tulangan cakar ayam juga berfungsi untuk memenuhi jarak antara tulangan bagian atas dan bawah sesuai dengan shop drawing. Setelah pemasangan dan perakitan tulangan plat selesai, maka pada tulangan plat bagian bawah perlu dipasang beton decking untuk memenuhi

Gambar IV. 49 Tulangan balok (Denta, 2020) Gambar IV. 50 Tulangan balok

(Denta, 2020)

(22)

53 ketebalan selimut beton yang direncanakan. Pekerjaan ini sesuai shop drawing yang telah dibuat oleh pelaksana. Berikut tahapan pemasangan tulangan plat:

a) Pembersihan bekisting dasar plat lantai.

b) Pembesian plat dilakukan di atas bekisting plat yang sudah terpasang. Tulangan plat lantai menggunakan tulangan berdiameter 10 dan 8 mm. Besi dianyam seperti gambar perencanaan lalu diikat dengan kawat bendrat.

c) Pemasangan beton decking tebal 25 mm di antara tulangan bawah pelat dan bekisting alas pelat. Pada pelat-pelat yang dicor setempat, diameter batang-batang tulangan pokok dari jenis baja lunak dan sedang diambil minimum 8 mm dan dari tulangan pembagi minimum 6 mm.

d) Diadakan pemeriksaan tulangan antara lain diameter dan jumlah tulangan utama, jarak dan jumlah sengkang, ikatan kawat, beton decking, dan kebersihan.

7) Pengecoran balok dan plat secara bersamaan

a) Campuran beton ready mix dengan mutu beton K300 dites dulu nilai slumpnya.

b) Tulangan dan bekisting disiram air supaya tidak ada kotoran yang menempel pada bekisting dan bekisting tidak menyerap air dari adukan beton.

c) Beton dari ready mix dituangkan ke concrete bucket untuk diangakat beserta operator bucket menggunakan tower crane menuju lokasi balok yang dituju.

d) Beton segar yang dituang segera diratakan ke seluruh bagian balok dan pelat untuk menghindari penumpukan beton di satu tempat. Apabila beton menumpuk pada satu tempat, akan menyebabkan kerusakan bekisting karena scaffolding tidak mampu menahan beban beton segar.

e) Beton dipadatkan dengan vibrator untuk mengeluarkan gelembung udara yang terdapat pada beton sehingga beton tidak keropos.

f) Perataan permukaan plat menggunakan ruskam agar rata dan licin.

Gambar IV. 54 Pengecoran balok dan plat (Denta, 2020)

Gambar IV. 53 Vibrating beton (Denta, 2020) Gambar IV. 52 Proses penulangan plat

(Denta, 2020) Gambar IV. 51 Tulangan plat

(Denta, 2020)

(23)

54 8) Pelepasan bekisting balok dan plat

PBI 1971 dan SNI 02-2847-2002 menyebutkan bahwa pembongkaran cetakan dan acuan hanya boleh dilakukan apabila bagian konstruksi telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul beban sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Beton akan mengalami pengerasan secara sempurna setelah 28 hari yang dapat ditunjukkan dengan nilai kuat tekannya. Beberapa hal yang diperhatikan dalam pelepasan bekisting balok dan plat yaitu:

a) Pembongkaran bekisting dilakukan secara bertahap mulai dari pinggir bentang kearah tengah agar balok dan lantai tidak secara mendadak memikul berat sendiri yang dapat mengakibatkan keretakan pada struktur.

b) Bekisting harus dibongkar menggunakan peralatan manual dengan tenaga statis, tanpa goncangan, getaran atau kerusakan pada beton.

c) Jangka waktu minimum pelepasan bekisting balok dan pelat adalah 2 minggu.

d) Pada bagian bawah balok diberi scaffolding untuk menumpu beban dari balok agar tidak terjadi momen lentur. Scaffolding menopang sampai beton mencapai umur 28 hari atau mencapai kuat tekan 100%.

9) Perawatan beton balok dan plat

Gambar IV. 55 Pemerataan beton (Denta, 2020)

Gambar IV. 56 Pelepasan bekisting balok dan plat (Denta, 2020)

(24)

55 Perawatan beton balok dan plat setelah pengecoran adalah dengan sistem kompon, pemeliharaan balok dan pelat (curing). Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap terjaga dilakukan perawatan beton.

Perawatan beton dilakukan dengan membasahi beton 2 kali sehari selama 1 minggu.

Permasalahan/kendala yang terjadi saat pelaksanaan pekerjaan balok dan plat lantai berserta solusi yang dilakukan sebagai berikut:

1) Gambar kerja struktur pembalokan yang tidak sesuai dengan gambar arsitektur Terdapat perbedaan gambar arsitektur dan struktur pada lantai 3, dimana terdapat balok pada bagian depan bangunan yang mengurangi estetika bangunan. Hal itu dikarenakan keteledoran dari pihak pengawas. Seharusnya gambar struktur dan arsitektur disamakan terlebih dahulu.

Solusi yang diambil oleh pihak pelaksana yaitu dengan membongkar balok pada bagian depan gedung namun dengan memperhitungkan kekuatan kolom terlebih dahulu dan melakukan beberapa perkuatan struktur.

2) Gambar kerja struktur plat lantai yang tidak sesuai dengan gambar arsitektur dan MEP

Setelah pengecoran plat lantai 4 selesai ternyata ada gambar arsitektur yang tidak masuk di gambar struktur berupa kantilever di bagian belakang. Selain itu pada

Gambar IV. 57 Perawatan beton plat (Denta, 2020)

Gambar IV. 58 Kesalahan pembalokan (Denta, 2020)

(25)

56 beberapa lantai terdapat gambar lubang MEP yang tidak tercantum pada gambar struktur.

Solusi yang diambil oleh pihak pelaksana terkait kantilever yaitu dengan melakukan penambahan. Cara penambahan struktur kantilever adalah dengan mengebor balok terdekat dan mengaitkan besi-besi tulangan ke balok tersebut, lalu memasang bekisting dan dilakukan pengecoran. Untuk masalah shaft, solusi yang diambil yaitu dengan mengebor plat lantai yang seharusnya terdapat lubang MEP.

3) Terjadi momen pada balok

Momen (lendutan) terjadi pada balok yang berada di tengah bentang karena kondisi balok belum cukup kuat saat dilakukan pembongkaran bekisting meskipun waktu pembongkaran telah sesuai persyaratan.

Solusi yang dilakukan yaitu balok ditopang kembali dengan scaffolding di tengah agar momen yang terjadi tidak terlalu parah. Penopangan kembali dilakukan sampai balok benar-benar kuat untuk menyalurkan beban ke kolom.

4) Bekisting yang menempel

Bekisting menempel terjadi karena papan venol film terjepit oleh cor beton karena kelalaian pekerja dalam pemasangan bekisting.

Gambar IV. 59 Persiapan penambahan kantilever (Denta, 2020)

Gambar IV. 60 Momen pada balok (Denta, 2020)

Gambar IV. 61 Bekisting balok yang menempel (Denta, 2020)

(26)

57 Solusi yang dilakukan yaitu dengan melakukan pelepasan bekisting menggunakan linggis. Untuk serat kayu yang menempel cara penyelesaiannya yaitu dengan membobok sedikit beton yang tertempel serat kayu lalu ditambal lagi menggunakan beton instan.

5) Beton bunting

Beton bunting adalah istilah lain dari beton yang mengembang tidak sesuai dengan bekisting yang dibuat. Penggembungan beton balok disebabkan karena bekisting tidak mampu menahan berat beton basah saat pengecoran akibat penggunaan material kayu bekisting yang kualitasnya sudah tidak bagus lagi karena telah digunakan berulang kali. Penggembungan beton plat lantai disebabkan karena pemasangan bekisting plat lantai mengalami penurunan pada salah satu sisi. Pada saat pengecoran bekisting terdesak oleh beton cor sehingga terjadi penggembungan.

Beton yang menggembung dapat diperbaiki dengan tahapan sebagai berikut:

a) Area beton yang menggembung diberi tanda supaya lebih jelas saat perbaikan.

b) Beton yang terjadi penggembungan diratakan menggunakan gerinda.

c) Permukaan beton bekas perataan ditambal menggunakan Sika Monotop 613

Namun pada proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Mata JEC Candi ini tidak dilakukan perbaikan karena balok tidak terekspos atau tertutup oleh plafond.

6) Beton mengalami keropos

Balok dan plat lantai yang mengalami keropos dikarenakan oleh penggunaan vibrator yang tidak benar sehingga terjadinya pemisahan agregat.

Gambar IV. 63 Beton balok keropos (Denta, 2020)

Gambar IV. 64 Beton plat lantai keropos (Denta, 2020)

Gambar IV. 62 Beton balok bunting (Denta, 2020)

(27)

58 Solusi yang dilakukan yaitu dengan melakukan penambalan. Proses penambalannya yaitu dengan mencampurkan semen dan air serta menggunakan zat aditif megulin pada balok dan plat lantai yang keropos sesuai mutu beton yang telah direncanakan.

c. Pekerjaan tangga lantai 2, 3, 4, dan 5

Tangga adalah sebuah sarana penghubung antar lantai dalam suatu gedung.

Pelaksanaan pembuatan tangga yang baik dapat memepengaruhi keselamatan manusia yang ada dalam sebuah gedung, karena apabila tejadi kecelakaan (kebakaran) atau hal-hal yang tidak diinginkan maka tangga menjadi akses utama terpenting untuk menyelamatkan diri. Untuk menghasilkan tangga yang baik serta kuat perlu tahapan yang benar dan sesuai. Berikut tahapan pekerjaan tangga:

1) Pekerjaan persiapan

a) Dilakukan pengukuran menggunakan pesawat ukur waterpass bertujuan untuk mengatur/memastikan kerataan ketinggian plat.

b) Dilakukan pemasangan tulangan bordes dan badan tangga, kemudian dipasang dinding tangga pada sisi yang lainnya dan dinding bordes diatas badan tangga.

Bekisting dinding tangga dipaku dengan bekisting badan tangga.

c) Pembesian plat lantai dilakukan diatas bekisting yang sudah jadi. Untuk tangga, pemotongan besi dilakukan sesuai kebutuhan dengan bar cutter.

2) Pembuatan bekisting

a) Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk balok. Karena posisi pelat lebih tinggi dari balok maka scaffolding pelat lebih tinggi dari balok dan diperlukan main frame tambahan menggunakan Joint pin. Perhitungkan ketinggian scaffolding pelat dengan mengatur base jack dan U-head jack nya.

Gambar IV. 65 Persiapan pekerjaan tangga (Denta, 2020)

(28)

59 b) Pada U-head dipasang balok kayu (girder) 6/12 sejajar dengan arah cross brace

dan diatas girder dipasang suri-suri dengan arah melintangnya.

c) Dipasang plywood sebagai alas pelat. Pasang juga dinding untuk tepi pada pelat dan dijepit menggunakan siku. Plywood dipasang serapat mungkin, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat menyebabkan kebocoran saat pengecoran.

d) Dipasang bekisting tangga menggunakan multiplek 15 mm yang dibentuk dan ditandai membentuk cetakan anak tangga.

e) Semua bekisting diolesi solar sebagai pelumas agar beton tidak menempel pada bekisting, sehingga mempermudah pekerjaan pembongkaran dan bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan berikutnya.

3) Pemasangan tulangan

Tulangan tangga terdiri dari tulangan atas dan tulangan bawah. Langkah- langkah pemasangan tulangan tangga adalah:

a) Pembersihan bekisting dasar plat tangga

b) Memasang tulangan bawah diletakkan diatas beton decking tebal 2,5cm.

c) Memasang bar decker (cakar ayam) yang diikat dengan kawat bendrat, yang dipasang diantara tulangan atas dan bawah untuk mendapat jarak tertentu.

d) Untuk anak tangga tidak diberikan tulangan atau hebel

e) Anak tangga nantinya hanya berisi beton saja,hal ini untuk mengurangi keborosan dalam penggunaan tulangan.

Gambar IV. 66 Bekisting tangga (Denta, 2020)

Gambar IV. 67 Tulangan tangga (Denta, 2020)

(29)

60 4) Pengecoran tangga

a) Campuran beton ready mix mutu beton K300, tes dahulu nilai slumpnya.

b) Tulangan dan bekisting disiram air supaya tidak ada kotoran yang menempel pada bekisting, dan bekisting tidak menyerap air dari adukan beton.

c) Beton dari ready mix dituangkan ke concrete bucket untuk diangakat beserta operator bucket menggunakan tower crane menuju lokasi tangga yang dituju.

d) Beton yang sudah dibawa menuju lokasi tangga yang dituju dituang dari bucket menggunakan tower crane dengan diberi alat tambahan yaitu pipa tremi.

e) Pipa tremi digunakan saat posisi tangga berada jauh dari pinggir bangunan.

f) Beton segar diratakan ke bagian balok dahulu selanjutnya untuk plat diratakan oleh scrub secara manual lalu check level tinggi tangga dengan waterpass.

g) Selama proses pengecoran vibrator dimasukan ke plat kurang lebih 5-10 menit di setiap bagian yang dicor untuk memadatkan hasil pengecoran sehingga mencegah terjadinya rongga udara pada beton yang mengurangi kualitas beton.

h) Beton segar diratakan ke bagian balok selanjutnya untuk plat diratakan oleh scrub secara manual lalu check level tinggi tangga dengan waterpass.

i) Setelah dipastikan balok dan pelat telah terisi beton semua, permukaan beton segar diratakan menggunakan balok kayu panjang dengan memperhatikan batas ketebalan pelat yang telah ditentukan sebelumnya. Pekerjaan ini dilakukan berulang sampai beton memenuhi area cor yang telah ditentukan.

j) Untuk pengecoran tangga bordes yang dicor terlebih dahulu. Setelah bordes dicor maka bisa dilakukan pengecoran plat lalu anak tangga.

5) Pekerjaan pembongkaran bekisting

Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum mencapai kekuatan tertentu untuk memikul 2 kali berat sendiri atau selama 7 hari, jika ada bagian konstruksi yang

Gambar IV. 68 Pengecoran tangga (Denta, 2020)

Gambar IV. 69 Perataan dan vibrating beton (Denta, 2020)

(30)

61 bekerja pada beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana, maka pada keadaan tersebut plat lantai tidak dapat di bongkar.

Permasalahan/kendala yang terjadi saat pelaksanaan pekerjaan tangga yaitu terdapat kesalahan pada gambar kerja. Pada proses pembuatan tulangan tangga pada lantai 5 dilakukan pengulangan karena gambar kerja tidak sesuai dengan kondisi di lapangan dimana ternyata jumlah anak tangga kurang dikarenakan ketinggian pada lantai 5 berbeda dari lantai 2, 3, 4, dan 6.

Solusi yang dilakukan yaitu surveyor menghitung ulang lalu membongkar bekisting yang terpasang dan diubah agar tangga dapat menjangkau lantai 6. Selain itu pengawas harus lebih teliti lagi dalam memeriksa gambar kerja agar tidak ada kesalahan di lapangan.

d. Pekerjaan ramp

Ramp adalah sebuah akses berupa jalan dengan kemiringan yang telah direncanakan, berfungsi sebagai jalur perpindahan antar lantai. Pada proyek ini, jenis ramp yang digunakan yaitu jenis dengan satu arah dan jenis spiral dengan kemiringan untuk ramp jenis satu arah yaitu 12 derajat.Tebal ramp adalah 17 cm dengan penulangan dua lapis.

Pengecoran ramp mengunakan sistem cor ditempat, proses pekerjaaan ramp terlebih dahulu adalah dengan membuat bekisting ramp yang bawahnya sudah diberi scaffolding untuk menyangga bekisting, kemudian proses penulangan ramp yang disesuaikan dengan Shop drawing dan selanjutnya proses pengecoran.

Gambar IV. 71 Pemasangan ulang bekisting (Denta, 2020)

(31)

62 Berikut tahapan pekerjaan ramp:

1) Pembuatan bekisting

a) Pemasangan scaffolding (jack base, main frame, serta Uhead). Scaffolding dibuat berbeda ketinggiannya secara berurutan agar menjadi miring.

b) Pemasangan besi girder arah memanjang dan besi hollow arah melintang di bagian atasnya. Besi ini berfungsi sebagai penahan bekisting ramp maupun balok yang akan dicor agak tidak melendut.

c) Setelah itu dipasangkan lembaran plywood yang disusun seefisien mungkin agar tidak terlalu banyak lembaran plywood yang terpotong. Plywood bekas bekisting pelat yang masih bagus dapat dipakai beberapa kali lagi untuk keperluan lainnya.

2) Pemasangan tulangan

a) Pemasangan tulangan dengan meletakan tulangan pada arah memendek terlebih dahulu dengan jarak yang sudah ditentukan. Kemudian arah memanjang diletakan di lapis atas tulangan arah memendek dengan jarak tertentu sehingga tulangan lapis pertama dan kedua membentuk kotak-kotak kecil.

b) Ikat beberapa titik-titik pertemuan antara tulangan arah memendek dengan tulangan arah memanjang.

c) Pasang beton decking pada tulangan bawah dan selipkan diantara bekisting dan tulangan bawah, pada bagian atas tebal selimut beton 5 cm karena akan dicutter.

d) Tulangan bagian atas dan bawah dihubungkan dengan tulangan cakar ayam yang berfungsi sebagai penjaga jarak antara tulangan atas dan bawah agar tetap sama walaupun terinjakinjak selama proses penulangan maupun pengecoran.

Gambar IV. 72 Bekisting ramp (Denta, 2020)

(32)

63 3) Pengecoran

a) Pembersihan bekisting ramp dari sisa-sisa potongan kawat pengikat tulangan, serbuk kayu, dan kotoran lain menggunakan air compressor.

b) Pengecekan elevasi ramp dengan waterpass dan mistar. Alat waterpass didirikan di tengah area ramp yang akan dicor, kemudian mistar didirikan pada titik-titik yang hendak dicek elevasinya.

c) Sesampainya mixer truck dari batching plant, dilakukan pengecekan slump.

Pengecoran menggunakan bucket yang dibantu seorang operator dan diangkat tower crane.

d) Concrete vibrator digunakan untuk menggetarkan beton agar tidak ada udara terperangkap di dalam beton. Concrete vibrator diusahakan tidak digunakan terlalu lama dan tidak sampai menyentuh tulangan.

e) Saat beton sudah tertuang di lantai kerja, maka ada beberapa pekerja yang meratakan beton agar tidak jadi penumpukan di lantai kerja.

f) Permukaan ramp diratakan dengan menggunakan roskam kayu.

g) Pengecekan ketebalan ramp dengan menggunakan waterpass dan mistar.

h) Beton di curing menggunakan karung goni atau dengan disiram. Beton akan di curing saja ketika beton kering sentuh, sebelum curing, terlebih dahulu diaplikasikan floor hardener dengan penggunakan roskam atau bantuan mesin trowel. Setelah ramp selesai diratakan dengan floor hardener maka selanjutnya ramp akan dicutter untuk memudahkan air turun ke sisi samping kiri kanan ramp.

Gambar IV. 74 Pengecoran ramp (Denta, 2020)

(33)

64 Selama pengerjaan ramp tidak terdapat permasalahan/kendala yang terjadi di lapangan. Antara pihak struktur dan MEP saling berkoordinasi dengan baik sehingga tidak ada pekerjaan yang mengganggu satu dengan yang lain.

C. Lingkup Pekerjaan Arsitektur 1. Bahan/material

a. Air

Air sebagai bahan pembantu konstruksi bangunan dan untuk melakukan pembersihan dilokasi proyek. Air yang digunakan harus memenuhi syarat yang ditentukan yaitu tidak berwarna, berasa, berbau serta mengandung kadar organik lebih dari 5%.

b. Semen

Semen adalah bahan campuran bahan bangunan untuk mengikat agregat pada konstruksi beton bertulang.

Berikut jenis-jenis semen dalam pekerjaan arsitektur:

1) Semen portland

Semen portland berfungsi sebagai pengikat untuk merekatkan butir-butir agregat kasar dan halus agar terbentuk suatu massa yang kompak pada adukan beton.

Adukan tersebut digunakan untuk mengecor kolom praktis dinding bata ringan.

2) Semen instan

Penggunaan semen instan lebih sering dijumpai pada proyek bangunan gedung. Kelebihan menggunakan semen instan yaitu:

a) Jaminan kualitas bahan baku.

b) Proses pelaksanaan lebih praktid daan cepat dibandingkan adukan konvensional.

c) Penggunaan semen utama lebih efisien sehingga dapat menghemat biaya.

d) Memiliki daya rekat sesuai dengan kebutuhan.

Gambar IV. 75 Air (Denta, 2020)

Gambar IV. 76 Semen (Denta, 2020) Gambar IV. 77 Semen

(Denta, 2020)

(34)

65 c. Agregat halus

Agregat halus merupakan salah satu isian adukan campuran beton. Menurut PBI 1971, agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai desintegrasi dari batuan- batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat halus harus memenuhi syarat-syarat yaitu terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, tidak mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, dan tidak mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak.

d. Agregat kasar

Menurut PBI 1971, agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Besar butiran maksimal yang diijinkan tergantung maksud pemakaiannya. Syarat-syarat agregat kasar untuk betony aitu terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori, tidak mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, dan tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton.

e. Tulangan baja

Tulangan baja yang digunakan untuk penulangan beton dibuat dari baja dengan bentuk batang penampang bundar. Dalam pembuatan tulangan baja terdapat tiga proses

Gambar IV. 78 Agregat halus (Denta, 2020)

Gambar IV. 79 Agregat kasar (Denta, 2020)

(35)

66 yaitu pemotongan, pembengkokan, dan pemutusan tulangan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar baja tulangan dapat digunakan adalah:

1) Bebas karat, minyak dan lainnya yang dapat mengurangi lekatan pada beton.

2) Pengadaan baja harus disesuaikan dengan pelaksanaan pekerjaan sehingga tidak terjadi penyimpanan terlalu lama yang dapat berakibat korosi.

3) Besi pengikat menggunakan baja lunak berdiameter 1 mm.

f. Bekisting

Bekisting berfungsi sebagai struktur sementara yang bisa memikul berat sendiri, beton basah selama beton itu belum kuat menahan berat sendiri, beban hidup dan beban peralatan kerja selama pekerjaan pengecoran berlangsung.

Persyaratan bekisting antara lain:

1) Mempunyai volume stabil sehingga dimensi beton akurat dan tidak berubah bentuk.

2) Dapat digunakan berulang kali.

3) Mudah dibongkar pasang dan dipindahkan.

4) Rapat air, sehingga tidak memungkinkan air agregat akan keluar dari cetakan.

5) Mempunyai daya lekat rendah dengan beton sehingga mudah dipindahkan.

g. Bata ringan

Bata ringan adalah material yang menyerupai beton dan memiliki sifat kedap suara.

Gambar IV. 82 Bekisting (Denta, 2020) Gambar IV. 80 Baja tulangan

(Denta, 2020)

Gambar IV. 81 Bekisting (Denta, 2020)

(36)

67 h. Kawat bendrat

Kawat bendrat digunakan dalam pemasangan tulangan untuk mengikat antar besi tulangan agar bisa membentuk suatu bentuk struktur yang dikehendaki.

i. Paku

Paku adalah batang logam berujung runcing yang digunakan untuk melekatkan bahan-bahan bangunan dalam pembuatan bekisting dinding bata ringan.

j. Besi hollow

Besi hollow adalah besi batangan berongga berbentuk kotak yang digunakan dalam konstruksi, baik sebagai rangka plafon maupun rangka dinding partisi.

2. Peralatan

Gambar IV. 85 Paku (Denta, 2020) Gambar IV. 84 Kawat bendrat

(Denta, 2020)

Gambar IV. 86 Besi hollow (Denta, 2020)

(37)

68 a. Peralatan angkutan vertikal

Peralatan angkutan vertikal sangat penting adanya dalam sebuah proyek bangunan tingkat tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk percepatan proses pekerjaan agar menghemat waktu mengantar barang dan para pekerja. Tower crane digunakan sebagai alat bantu pemindahan material secara vertikal dan horizontal. Passanger hoist merupakan alat yang membantu pekerja naik ke lantai atas dan untuk mengangkut material kebutuhan lapangan. Tangga naik digunakan pekerja untuk mengerjakan pekerjaan di tiap lantai.

b. Concrete mixer

Concrete mixer adalah alat pengaduk material beton dengan volume kecil.

c. Scaffolding

Fungsi scaffolding adalah sebagai penyangga bekisting agar balok dan pelat lantai diatasnya tetap pada posisi dan tidak melendut serta menahan berat balok, pelat lantai serta beban sementara pada waktu pengecoran.

Gambar IV. 88 Tower crane (Denta, 2020)

Gambar IV. 87 Tangga naik (Denta, 2020) Gambar IV. 89 Passanger hoist

(Denta, 2020)

Gambar IV. 91 Scaffolding (Denta, 2020)

Gambar IV. 90 Concrete mixer (Denta, 2020)

(38)

69 d. Kereta dorong

Kereta dorong digunakan untuk mengangkut adukan beton ke lokasi pengecoran.

e. Hand pallet manual

Hand pallet manual merupakan alat untuk memindahkan beban material.

f. Theodolite

Theodolite merupakan alat ukur tanah untuk untuk menentukan ketegakan kolom, untuk menentukan as kolom sebelum pengecoran, mengetahui kontur tanah pada lokasi bangunan dan menghitung volume galian dan urugan apabila tanah lokasi ingin diratakan.

g. Bar cutter

Bar cutter adalah alat untuk memotong baja tulangan.

Gambar IV. 95 Bar cutter (Denta, 2020) Gambar IV. 92 Kereta dorong

(Denta, 2020)

Gambar IV. 93 Hand pallet manual (Denta, 2020)

Gambar IV. 94 Theodolite (Denta, 2020)

(39)

70 h. Bar bender

Bar bender adalah alat untuk membengkokkan baja tulangan dalam berbagai sudut.

i. Mesin bor beton

Mesin bor beton berfungsi untuk melubangi beton atau tembok.

j. Mesin gerinda

Mesin gerinda adalah perkakas dengan mata potong jamak untuk memotong besi.

k. Mesin las

Mesin las digunakan untuk menyambungkan logam atau besi-besi.

l. Cangkul dan sekup

Sekup dan cangkul digunakan untuk meratakan dan mengangkat adukan pengecoran.

Gambar IV. 96 Bar bender (Denta, 2020)

Gambar IV. 99 Mesin las (Denta, 2020) Gambar IV. 97 Mesin bor beton

(Denta, 2020)

Gambar IV. 100 Cangkul dan sekup (Denta, 2020)

Gambar IV. 98 Mesin gerinda (Denta, 2020)

(40)

71 m. Lampu penerangan

Lampu penerangan digunakan untuk menerangi di lokasi pekerjaan suatu proyek ketika malam hari atau saat gelap.

n. Roskam

Alat untuk meratakan adukan plesteran yang terbuat dari kayu atau aluminium.

o. Perkakas

Perkakas adalah alat-alat untuk memudahkan pemotongan, pembengkokan atau pembelahan, seperti: meteran, waterpass, tang, gergaji, palu, unting-unting, dan gerinda.

p. Alat-alat lain seperti: tie road, ember, terpal plastik, timbangan paku, dan lain-lain.

3. Pelaksanaan

a. Pekerjaan dinding bata ringan semi basement, lantai dasar, 2, 3, 4, 5, dan 6

Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi suatu area. Dinding berfungsi untuk menyokong atap dan langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca. Berikut tahapan pekerjaan dinding bata ringan:

1) Pekerjaan persiapan

Pekerjaan persiapan diawali dengan pekerjaan shopdrawing serta pengadaan seluruh material dan bahan. Setelah semua siap, dilakukan marking lokasi yang akan dipasangi bata lalu pasang acuan dan tarikan benang dengan lurus.

Gambar IV. 101 Lampu penerangan (Denta, 2020)

Gambar IV. 102 Roskam (Denta, 2020)

Gambar IV. 103 Perkakas (Denta, 2020)

(41)

72 2) Pemasangan bata ringan

a) Bata ringan terlebih dahulu dipotong menggunakan gergaji mesin sehingga menghasilkan sisi-sisi ujung yang rata, tajam dan bersih.

b) Pemasangan bata ringan diawali dengan bata awal sebagai acuan lalu dilanjutkan pemasangannya keatas hingga ketinggian 1 meter.

c) Setelah itu pasang kolom praktis sebagai pengikat dinding bata ringan. Kolom praktis perlu dipasang sebagai penguat pasangan bata ringan agar tetap tegak.

Pada lokasi yang akan dibuat kolom dipasang baja tulangan yang sudah dirangkai.

Gambar IV. 105 Pemotongan bata ringan (Denta, 2020)

Gambar IV. 106 Pemasangan awal bata ringan (Denta, 2020)

(42)

73 d) Membuat bekisting atau cetakan dari kayu, kemudian dipasang di sisi-sisi kolom

untuk menahan saat proses pengecoran.

'

e) Dilakukan pengecoran kolom praktis secara manual dengan menggunakan sekop.

f) Setelah kolom praktis dirasa cukup kuat maka bekisting dilepas.

Gambar IV. 108 Pemasangan bekisting (Denta, 2020)

Gambar IV. 109 Pengecoran kolom praktis (Denta, 2020)

(43)

74 g) Kemudian lanjutkan pemasangan bata sampai ketinggian yang sesuai rancangan.

Dalam pemasangan dinding bata ringan dihindari penggunaan unit kurang dari setengah pada sudut-sudut dan tempat yang memungkinkan pembuatan spasi.

3) Pekerjaan plester

Pengerjaan plesteran dilakukan setelah dinding kering yaitu dua sampai tiga hari.

Berikut tahap pekerjaan plester:

a) Membasahi permukaan dinding dengan air guna membuat plesteran terikat lebih kuat pada dinding dan mencegahnya cepat kering.

b) Buat kepalasan plesteran berdasarkan cetakan yang sudah ada.

Gambar IV. 111 Pemasangan bata ringan lanjutan (Denta, 2020)

Gambar IV. 112 Pembasahan dinding bata ringan (Denta, 2020)

(44)

75 c) Melakukan pekerjaan plesteran berdasarkan kepalasan yang sudah terpasang.

4) Pekerjaan acian

Pekerjaan acian dilakukan setelah plesteran berumur kurang lebih dua minggu ketika plesteran sudah benar-benar kering. Berikut tahapan pekerjaan acian:

a) Basahi kembali dinding yang akan diaci sampai basah agar dinding tidak banyak menyerap air semen.

b) Acian diaplikasikan dengan gerakan searah, kemudian digosok dengan kertas semen agar acian halus.

Gambar IV. 115 Pembasahan plesteran (Denta, 2020)

Gambar IV. 114 Pemlesteran (Denta, 2020)

(45)

76 c) Setalah semua tahap dilaksanakan maka basahi kembali dinding yang telah diaci guna mengurangi kecepatan proses pengeringan acian yang kemungkinan akan menimbulkan keretakan halus.

Permasalahan/kendala pada pekerjaan dinding bata ringan beserta solusi yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

1) Gambar kerja yang tidak segera pasti

Saat akan melakukan marking dinding pada lantai 5 tidak bisa segera dilaksanakan karena gambar kerja yang mengalami perbaikan belum jadi sehingga surveyor harus menunggu satu hari dan pekerjaan menjadi terhambat.

Solusi terkait kendala ini yaitu harusnya pihak pelaksana memastikan seluruh gambar kerja tidak ada lagi perubahan sebelum pelaksanaan dimulai.

2) Ketidakpastian penggunaan material

Sempat terjadi perubahan dari pihak pelaksana yang akan mengganti penggunaan bata ringan menjadi partisi di beberapa bagian dinding dalam bangunan.

Namun kemudian pihak pemilik menolak sehingga tetap menggunakan bata ringan.

Ketidakpastian tersebut membuat pihak surveyor bingung dalam melakukan proses marking dan menghambat pekerjaan yang seharusnya dapat segera dilakukan.

Solusi terkait kendala ini yaitu harusnya pihak pelaksana tidak melakukan penggantian material secara mendadak saat akan dilaksanakannya pekerjaan maupun saat pelaksanaan pekerjaan.

Gambar IV. 117 Pembasahan acian (Denta, 2020)

(46)

77 3) Identifikasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tidak tersusun dengan

baik

Identifikasi aktivitas proyek merupakan tahap awal dari penyusunan jadwal proyek. Identifikasi yang tidak lengkap akan mempengaruhi durasi proyek secara keseluruhan dan mengganggu urutan kerja. Saat pelaksanaan pengerjaan dinding bata ringan karena tidak ada jadwal yang jelas maka pekerja mengerjakan sesuka mereka.

Tidak adanya urutan kerja juga membuat pekerjaan dinding dikerjakan secara acak.

Akibatnya pekerjaan MEP menjadi terganggu karena masih adanya barang berserakan dan pekerjaan arsitektur yang terkadang berbenturan dengan pekerjaan MEP. Selain pekerjaan MEP hal itu juga mengganggu proses marking interior karena seharusnya menurut jadwal, pelaksanaan arsitektur di lantai bawah sudah selesai.

Solusi untuk permasalahan ini seharusnya jadwal pengerjaan arsitektur jelas dan diselesaikan sesuai jadwal agar tidak terjadi benturan dengan pengerjaan MEP maupun interior. Pengawas lapangan juga seharusnya lebih mengarahkan mengenai pengerjaan dinding agar berurutan dan diselesaikan perlantai terlebih dahulu.

4) Hasil pekerjaan dinding salah

Pada beberapa dinding harus dibongkar karena kesalahan dimana lubang untuk ventilasi terlalu kecil maupun yang awalnya tidak terdapat ventilasi dibuat menjadi ada ventilasi. Hal itu dikarenakan tidak jelasnya pengarahan gambar yang jelas kepada tukang. Akibat kesalahan ini waktu pengerjaan menjadi bertambah karena harus melubangi serta memplester dan mengaci ulang dinding yang sudah jadi. Selain itu juga mengakibatkan adanya penggunaan material yang mubazir dan penambahan material untuk melakukan perbaikan.

Solusi untuk permasalahan ini seharusnya pengawas lapangan lebih jelas dalam memberikan arahan dan lebih teliti dalam mengawasi setiap pekerjaan dinding yang dilakukan oleh tukang.

5) Bata ringan berlubang

Gambar IV. 118 Pembongkaran pekerjaan dinding yang salah (Denta, 2020)

(47)

78 Kesalahan saat melakukan memotongan bata ringan terkadang membuat berlubang. Hal itu mengakibatkan dinding menjadi tidak rata seluruhnya.

Solusi yang dilakukan yaitu menembel pasangan bata ringan yang berlubang dengan plesteran sehingga dinding menjadi rata.

6) Acian yang retak

Terdapat plesteran yang belum mengering sempurna tetapi sudah diberi acian. Hal itu mengakibatkan terjadinya sedikit retakan pada acian. Retakan-retakan kecil di beberapa bagian acian tidak begitu terlihat sehingga acian tidak perlu dibongkar.

Solusi yang dilakukan untuk memanipulasi retakan-retakan tersebut yaitu dengan menggunakan plamir sebelum dilakukan proses pengecatan.

b. Pekerjaan plafon semi basement, dan lantai dasar

Plafon juga sering disebut langit-langit merupakan komponen bangunan yang berfungsi sebagai lapisan yang membatasi tinggi suatu ruangan dan dapat berfungsi sebagai keamanan, kenyamanan, serta keindahan ruangan tersebut. Plafon adalah suatu elemen non struktur yang terdapat dalam sebuah ruangan yang berada tepat dibatas atap dan dinding pada sebuah bangunan. Dan selain itu juga plafon sebagai pemberi kesan estetika khususnya pada interior ruangan. Batas terendah pasangan plafon adalah 2,5 m dari lantai. Bila pemasangan plafon terlalu rendah maka ruangan akan terasa pengap dan sesak serta sirkulasi udara kurang baik. Sebaliknya bila plafon dipasang terlalu tinggi, keindahan kurang baik walaupun sirkulasi udara akan lancar dan ruangan terasa dingin.

Pekerjaan plafon saat kerja praktik belum sepenuhnya selesai baru dipasang kerangka saja. Berikut tahapan pelaksanaan pemasangan kerangka plafond:

Gambar IV. 119 Bata ringan yang berlubang (Denta, 2020)

Gambar IV. 120 Retak rambut

(Denta, 2020) Gambar IV. 121 Plamir pada dinding yang retak (Denta, 2020)

Gambar

Gambar IV. 19 Concrete pump  (Denta, 2020)
Gambar IV. 44 Kesalahan tinggi rumah lift  (Denta, 2020)
Gambar IV. 48 Bekisting plat  (Denta, 2020)
Gambar IV. 54 Pengecoran balok dan plat  (Denta, 2020)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel bebas pada penelitian ini adalah beban kerja fisik(X1), beban kerja mental(X2) dan kelelahan(X3) serta variabel terikat yaitu jumlah pengangkutan box

Tingkat pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan, salah satunya melalui pendidikan gizi sehingga akan memperbaiki kebiasaan konsumsi pangan dirinya dan

Pada siklus III guru telah menerapkan belajar dengan Pembelajaran model Problem Based Larning dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar

DKK (2007: 5.22) metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (5) telah terpenuhi, Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya menerbitkan Izin

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Berdasarkan tanggapan dari 20 responden yang telah memberikan jawabannya, dapat dilihat frekuensi dari indicator-indikator variabel ditinjau dari tingkat kepentingan

Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh lebih dari 38 o C per rektal atau 37,8 o C per axila yang disebabkan oleh proses