• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Pemahaman Tauhid Yang Berkaitan Dengan Kejujuran 1. Pengertian Tauhid

2. Ruang Lingkup Pembahasan Tauhid

Sistematika yang penulis gunakan dalam pembahasan ini adalah yang pokok-pokok saja yaitu mengikuti sistematika arkanul iman. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Raslullah SAW tatkala berdialog dengan malaikat Jibril tentang iman. Disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim.12

’’Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, dan kepada Hari Akhir, serta engkau beriman kepada Taqdir-Nya yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim)

11 KH. Abdullah Zakiy Al Kaaf, Memperkokoh Aqidah Islamiyah, Pustaka Setia, Bandung, 1999, h all9 12 KH. Adib Bisri Musthofa, Teijemah Shahih Muslim, CV. A sy Syifa, Semarang, 1992, hal 2

20

a. Iman Kepada Allah

Beriman kepada Allah merupakan keimanan yang paling pokok dan mendasar, karena merupakan dasar keimanan selanjutnya. Iman kepada Allah akan menandai perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, maha mengetahui, maha mendengar, dan maha melihat, maka dalam perilakunya akan lahir sikap hati-hati dan waspada. Selama iman ada pada dirinya, maka tidak mungkin akan berbuat yang tidak sesuai dengan perintah Allah. Iman kepada Allah adalah meyakini sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah.

Esensi imankepada Allah adalah tauhid. Yaitu meng-esakan-Nya baik dzat, asma’ dan sifat, maupun perbuatan-Nya. Al-Asma’ artinya nama-nama, dan As-Sifat artinya sifat-sifat. Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang menunjukkan ke-Maha Sempumaan-Nya. Diantaranya sifat-sifat Allah itu misalnya Allah Maha Mengetahui, Allah Maha Melihat, Allah Maha Mendengar dan sebagainya. Sedangkan nama-nama Allah disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Bukhori Muslim sebagai b erik u t:13

s s s ' 'C/J. s s '

$ 1 ''W

A rtinya:

’’Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu. Tiadalah seseorang menghafalnya kecuali dia akan masuk surga. Dia itu Tunggal dan menyukai yang tunggal.” (H.R Bukhori Muslim)

Kata ’’menghafal” dalam hadis di atas janganlah diartikan secara sempit dengan sekedar menghafal di lisan, tapi lebih dari itu yaitu mengimani dan mengamalkan dalam kehidupan. Misalnya dengan meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui, maka seseorang akan sadar bahwa apa yang dilakukan di mana dan kapan saja, baik tampak maupun tidak tampak Allah tetap mengetahuinya.

Dengan meyakini ketiga contoh sifat Allah di atas, yaitu Allah Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan Allah Maha Mendengar, jelaslah bahwa Allah Maha Mampu mengontrol segala sikap dan tingkah laku umat manusia. Firman Allah dalam Surat Al-Hadid ayat 4 sebagai berikut:14

^

£ j * - i

^3 fU-U'

(J* £ j£ -~

(j ^

o J z S u * t i i i j ^ u J > j * Artinya :

”Dia yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari tertentu. Kemudian Dia bersemayam di ’Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa-apa yang turun dari 14 Departemen Agama RI, Al-Qur ’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 785

2 2

langit dan apa-apa yang naik kepada-Nya. Dia bersamamu, di mana saja kamu berada. Allah maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

(QS A l-H adid(57): 4)

Firman Allah dalam surat Al-Mujadilah ayat 7 :15

A rtin y a:

’’Tiadalah engaku ketahui bahwa Allah Mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi? Tiadalah berbisik tiga orang, melainkan Dia yang keempatnya, dan tidak pula lima orang, melainkan Dia yang keenamnya, dan tiada kurang daripada itu dan tidak pula lebih, melainkan Dia bersama mereka, di mana saja mereka berada. Kemudian Dia kabarkan kepada mereka apa-apa yang mereka kerjakan pada hari kiamat. Sungguh Allah maha mengetahui tiap-tiap sesuatu.”

(QS Al-M ujadilah(58): 7)

Fungsi Iman Kepada Allah, antara lain : - Menumbuhkan sikap j uj ur

- Menumbuhkan sikap disiplin dalam segala kegiatan - Meningkatkan semangat keija dan beribadah

15

- Meningkatkan rasa percaya diri - Memperkuat keimanan

- Memberikan ketenangan, ketentraman dan kedamaian - Menyadarkan manusia agar selalu ingat kepada Allah b. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah

Keyakinan terhadap malaikat adalah salah satu dari keyakinan yang harus diyakini dan tidak sedikitpun bercampur keraguan. Kita yakin bahwa malaikat adalah makhluk yang selalu taat kepada Allah, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka. Jumlah malaikat sangat banyak. Mereka memiliki tugas yang berbeda-beda. Sebagian dari malaikat disebutkan nama-nama mereka dan sebagian lagi hanya dijelaskan tugas- tugasnya saja. Diantara malaikat-malaikat itu ada yang mendapat tugas mencatat amal perbuatan manusia, yaitu malaikat Raqib dan ’Atid. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Q af ayat 17-18, sebagai berikut:16

A rtin y a:

’’Ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu kata yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat Raqib dan ’Atid.”

(QS Q af (50): 17-18)

16

24

Berdasarkan kedua ayat tersebut, jelaslah bahwa setiap manusia selalu diawasi malaikat Raqib dan ’Atid untuk dicatat amal perbuatannya. Dengan demikian keyakinan terhadap malaikat, tidak hanya dihafal nama- nama dan tugasnya saja, melainkan harus dihayati keyakinan tersebut dalam kehidupan nyata. Sehingga manusia akan selalu berhati-hati. Sebab apapun perbuatannya akan dicatat oleh malaikat Raqib dan ’Atid.

Jadi salah satu fungsi beriman kepada malaikat Allah adalah berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala kemaksiatan serta ingat senantiasa kepada Allah SWT, sebab malaikat Raqib dan ’Atid selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia,

c. Iman Kepada KitabAllah

Seorang muslim wajib mengimani semua kitab-kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada para nabi dan rosul-Nya. Akan tetapi tentu ada perbedaan konsekuensi keimanan antara iman kepada Al- Qur’an dan iman kepada kitab suci sebelumnya. Kalau terhadap kitab suci sebelumnya seorang muslim hanyalah mempunyai kewajiban mengimani

keberadaan dan kebenarannya tanpa kewajiban mempelajari,

mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya. Karena kitab-kitab suci tersebut berlaku untuk umat dan masa tertentu yang telah berakhir dengan kedatangan kitab suci yang terakhir yaitu Al-Qur’an. Sedangkan iman kepada Al-Qur’an membawa konsekuensi yang lebih luas. Seperti mempelajarinya, mengamalkan dan mendakwahkannya serta membelanya dari serangan musuh-musuh Islam.

1) Mengimani bahwa A-Qur’an adalah kitab Allah yang terakhir yang berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin, dan Mushaddiq bagi kitab-kitab suci sebelumnya.

2) Mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam seluruh kehidupannya, baik kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, bernegara, maupun kehidupan internasional.

3) Mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain sehingga mereka dapat membaca, memahami dan mengamalkannya.

Adapun fungsi iman kepada kitab-kitab Allah, antara la in :

- Untuk mengenal Tuhan, karena dengan menggunakan akal, manusia tidak dapat mengenal Tuhannya dengan baik dan benar.

- Sebagai pedoman hidup bagi dirinya, keluarganya, masyarakat dan negara.

- Sebagai tolok ukur kebenaran hakiki, d. Iman Kepada Rosul-Rosul Allah

Rosul diutus kepada manusia, agar manusia dapat memahami apa yang dikehendaki dan direncanakn oleh Allah, karena manusia tidak dapat berhubungan langsung dengan Allah. Rosul adalah manusia yang dipilih Allah dan diberi kuasa untuk menerangkan segala sesuatu yang ditanggung Allah. 17

Jadi kewajiban seorang muslim terhadap Al-Qur’an, antara lain :17

26

Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh nabi dan rosul yang telah diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan. Bagi yang tidak disebutkan namanya kita wajib beriman secara ijmal tafshil. Seorang muslim wajib membenarkan semua rosul dengan sifat-sifatnya. Salah satu diantara sifat rosul adalah As-Shidqu.

As-Shidqu (benar) artinya selalu berkata benar, tidak pernah dusta dalam keadaan bagaimana pun. Apapun yang dikatakan oleh seorang rosul, baik berupa berita, janji, ramalan masa depan dan lain-lain selalu mengandung kebenaran. Pendek kata seorang rosul selalu jujur atau benar, baik niat, keinginan, perkataan maupu perbuatan.18

Oleh karena itu seorang muslim wajib menjadikan Rosulullah SAW sebagai uswatun hasanah dalam seluruh aspek kehidupannya. Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21 sebagai b erik u t:19

ajjl <U)! 0 ^ "

A rtin y a:

” Sesungguhnya telah ada pada diri rosulullah uswatun hasanah bagimu, yaitu bagi omg-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” (QS A-Ahzab(33):21)

18 Ibid, hal 140

- Untuk mengetahui segala tujuan Allah dalam menciptakan manusia, melalui rosul-rosul-Nya.

- Untuk mendapatkan keteladanan tingkah laku yang baik dan mulia bagi kemanusiaan, memberikan contoh akhlak terpuji dan ibadah yang benar.

e. Iman Kepada Hari Akhir

Seorang muslim wajib beriman kepada Hari Akhir dengan segala proses, peristiwa dan keadaan yang terjadi pada hari itu sesuai dengan apa-apa yang telah diberitakan di dalam Al-Qur’an dan Sunah Rosulullah SAW tanpa mengurangi dan menambah-nambahnya. Dan untuk hal-hal yang sifatnya teknis (kaifiyah) segala sesuatu yang menyangkut masalah ghaib hanyalah bisa diketahui sepanjang diberitahukan oleh Allah dan Rosul-Nya. Misalnya tentang timbangan (mizan) bagaimana bentuknya, bagaimaa menimbang amal perbuatan manusia, begitu pula tentang jembatan (shirat) bagaimana bentuknya dan bagaimana melaluinya serta hal-hal semacam itu tidak perlu dipikirkan dan diselidiki, cukup diimani saja.

Fungsi iman kepada Hari Akhir, antara lain :

- Seseorang akan disiplin dan berusaha maksimal untuk mematuhi ajaran Allah, sebab dia tahu bahwa tidak satupun amal perbuatannya, baik lahir maupun batin, yang luput dari pencatatan dan perhitungan

28

kelak di Akherat. Firman Allah dalam Surat Al-Qori’ah ayat 6-9 sebagai berikut :20

Artinya :

”Dan adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (surga). Dan adapun orang-orang yang ringan timbangannya, maka tempat kembalinya dalah neraka hawiyah. (QS Al-Qori’a h (lO l): 6-9)

Seseorang akan terdorong untuk merasakan kenikmatan itu, dan takut untuk merasakan siksaan. Hal tersebut tentu akan membuatnya selalu ingin melaksanakan kebaikan dan tidak mau melaksanakan kemaksiatan.

f. Iman Kepada Takdir Allah

Iman kepada takdir adalah meyakini bahwa segala perbuatan, perkataan, termasuk segala hal yang tidak dilakukan manusia, diketahui, dituliskan, dikehendaki dan diciptakan oleh Allah SWT. Seorang muslim wajib beriman kepada takdir sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Allah SWT dan Rosul-Nya di dalam Al-Qur’an dan Sunah Rosul.

Memahami takdir harus secara benar, karena kesalahan memahami takdir akan melahirkan pemahaman dan sikap yang salah pula dalam menempuh kehidupan di dunia ini.

- Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh- sungguh untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat, mengikuti hukum sebab akibat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. - Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah

SWT yang memiliki kekuasaan dan kehendak yang mutlak.

- Menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia, karena menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.

Dokumen terkait