• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PEMAHAMAN TAUHID DENGAN TINGKAT KEJUJURAN (STUDI KASUS SISWA MTs ASSALAFI SUSUKAN TAHUN 2010) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PEMAHAMAN TAUHID DENGAN TINGKAT KEJUJURAN (STUDI KASUS SISWA MTs ASSALAFI SUSUKAN TAHUN 2010) - Test Repository"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah

diterbitkan. Demikian juga skirpsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain,

kecuali informasiyang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain '

di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka penelliti sanggup

empertanggungjawabkan keaslian skripsi ini dihadapan siding munaqasah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneiti untuk dapat dimaklumi

Salatiga, 15 Juli 2010

Penulis

N I Jazuli

08196

(2)

KEMENTRIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 fax. 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E -m ail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

Drs. A. Bahruddin, M.Ag

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami

kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Nur Ahmad Jazuli

NIM : 11408196

Jurusan/Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PEM AHAM AN TAUHID

DENGAN TINGKAT KEJUJURAN (STUDI KASUS SISWA MTs ASSALAFI SUSUKAN TAHUN 2010)

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan.

(3)

PENGESAHAN

Skripsi Saudara : Nur Ahmad Jazuli dengan Nomor Induk Mahasiswa :

11408196 yang beijudul : “HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PEMAHAMAN TAUHID DENGAN TINGKAT KEJUJURAN (STUDI KASUS SISWA MTs ASSALAFI SUSUKAN TAHUN 2010)”. Telah dimunaqosahkan dalam sidang panitia ujian jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Sabtu, 28 Agustus 2010 M yang bertepatan dengan tanggal 18 Ramadhan 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam ilmu tarbiyah.

Salatiga, 28 Agustus 2010 M 18 Ramadhan 1431 H

Panitia Ujian

(4)

MOTTO

Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang mampu

menyesatkannya.

Barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang mampu

(5)

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Istri dan anak-anak tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi

2. Teman-teman mahasiswa dan almamater

(6)

ABSTRAK

Nur Ahmad Jazuli, NIM : 11408196 : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PEMAHAMAN TAUHID DENGAN TINGKAT KEJUJURAN (STUDI KASUS SISWA MTs ASSALAFI SUSUKAN TAHUN 2010).

Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan metode wawancara, dokumentasi, dan angket.

Hasil analisis akhir, sebagai kesimpulan penelitian ini sebagai berikut : Hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,8 16. Hasil ini diuji dengan teknik statistic dengan mengkonsultasikan antara nilai hasil perhitungan dengan nilai yang terdapat pada table. Bila nilai hitung sama atau lebih besar dan nilai table, maka hasil nilai hitung dikatakan signifikan.

Ternyata nilai hitung 0,8 16 lebih besar dan pada nilai table 0,339 maupun 0,436. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan, Tahun 2010, dapat diterima.

Kata K u n ci:

Pemahaman Tauhid Jujur

: Mengetahui dengan yakin. : Pengesaan.

(7)

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmatNya yang tidak terhingga

kepada seluruh makhluk, khususnya manusia. Allah SWT te,pat bergantung dan

memohon segala hal dalam kehidupan. Sholawat serta salam kita sanjungkan kepada

beliau Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang telah

menghantarkan manusia pada jalan yang benar sesuai dengan perintah dan petunjuk

Allah SWT.

Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada

bantuan, dorongan serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait. Naun,

kebahagiaan tentu tidak dapat disembunyikan dari terselenggarannya penulisan

skripsi ini.

Tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya dan

setulusnya atas semua bantuan, bimbingan dan partisipasinya, khususnya kepada :

1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik.

3. Bapak Drs. Joko Sutopo selaku Ketua Progdi Tarbiyah Ekstensi.

4. Bapak Drs. A. Bahrudin, M.Ag selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini,

yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya

dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.

6. Ibu Dra. Dwi Astuti selaku Kepala MTs Assalft, beserta guru, karyawan dan para

siswa, yang telah membantu memberikan data-data untuk penyusunan skripsi ini.

7. Istri dan anak-anak yang telah memberikan dorongan moril sehingga dapat

menyelesakan skripsi ini.

8. Teman-teman sekelasku dan semua pihak yang telah membentu dan memberikan

dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(8)

Akhirnya penulis hanya dapat berdoa kepada Allah SWT, semoga semua amal

baik dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat balasan

yang berlipat ganda dan selalu mendapatkan hidayah serta risho dari Allah SWT.

Dengan berbagai keterbatasan pengetahuan dan lainnya yang dimiliki penulis,

tentunya dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu

kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga

skripsi ini dapat membawa manfaat, barokah bagi penulis khususnya dan segenap

pembaca pada umumnya, serta bermanfaat bagi nusa, bangsa dan begara.

Amin-amin ya rabbal ‘alamin.

Salatiga, 15 Juli 2010

Penulis

Nur Ahmad Jazuli

N IM : 11408196

(9)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN DEKLARASI ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv A. Pemahaman Tauhid yang Berkaitan dengan K ejujuran... 14

1. Pengertian T a u h id ... 14

2. Ruang Lingkup T a u h id ... 19

3. Peranan Tauhid dalam A g a m a ... 29

a. Fondasi Ib a d a h ... 30

b. Fondasi A k h la k ... 36

4. Peranan Tauhid dalam K ejujuran... 39

a. Fondasi Ucapan yang B e n a r ... 39

b. Fondasi Perbuatan yang B e n a r... 41

(10)
(11)

TABEL I Struktur Organisasi MTs Assalafi ... 65

TABEL II Jumlah Siswa Menurut Kelas dan Jenis Kelamin Tahun Ajaran 2009/2010 ... 67

TABEL III Keadaan Pegawai Tata Usaha/Administrasi MTs Assalafi Tahun Ajaran 2009/2010 ... 67

TABEL IV Keadaan Gedung dan Sarana Sekolah MTs Assalafi S u su k an ... 68

TABEL V Keadaan Guru MTs Assalafi Susukan Tahun Ajaran 2009/2010 ... 69

TABEL VI Daftar Nama Responden Hasil Angket Pemahaman T a u h id ... 71

TABEL VII Daftar Nama Responden Hasil Angket Tentang Tingkat Kejujuran TABEL VIIIDaftar Nilai Hasil Angket Tentang Pemahaman T a u h id ... 73

TABEL IX Daftar Nilai Tentang Distribusi Frekuensi Pemahaman T au h id ... 77

TABEL X Presentase Distribusi Frekuensi Tingkat Pemahaman T au h id ... 80

TABEL XI Daftar Nilai Hasil Angket Tentang Tingkat K ejujuran... 80

TABEL XII Daftar Nilai Tentang Distribusi Frekuensi Tingkat K eju ju ran ... 82

TABEL XHIPresentasi Distribusi Frekuensi Tingakt K ejujuran... 84

TABEL XlVPersiapan Mencari Hubungan Dua V ariabel... 85

(12)

2

Dengan memahami tauhid yang benar, seseorang akan memiliki akhlak

yang mulia. Hal ini jelas sekali, karena seseorang yang memahami tauhid

dengan benar, dia tidak hanya menghafal secara urut tentang sifat-sifat wajib

bagi Allah. Tetapi memahami betul maksud kandungannya. Misalnya Allah

SWT Maha Mengetahui. Dengan memahami bahwa Allah adalah Al-‘Alim

(Yang Maha Mengetahui), kita harus mengaplikasikan keyakinan tersebut

dalam kehidupan nyata, dengan berusaha optimal melaksanakan perintah-Nya

dan meninggalkan larangan-Nya, di manapun, kapanpun, baik di tempat ramai,

maupun di tempat sunyi. Kita tidak lagi terpengaruh dengan “diketahui” atau

“tidak diketahui” oleh orang lain untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu,

karena kita menyadari sepenuhnya bahwa Allah SWT yang Maha Mengetahui

pasti selalu melihat, mendengar, dan memperhatikan apa yang kita lakukan di

mana saja dan kapan saja.2

Firman Alah SWT dalam Surat Al-Hajj ayat 7 0 :3

Artinya :

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa

saja yang ada di langit dan di b u m i...”

2 Ibid, hal. 59

(13)

Firman Allah SWT Surat Az-Zalzalah ayat 7-8 : 4

C i L

<,<

-7

7

/V "/T

A rtin y a:

“Barang siapa yang beramal walau sebesar dzarrah (atom) dari kebajikan

pastilah akan dilihat-Nya. Dan barang siapa yang beramal walaupun sebesar

dzarrah dari kejahatan, akan dilihat-Nya pula.”

Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Abdullah

bin Umar, diceritakan bahwa pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah

SAW, yang ternyata orang itu adalah Malaikat Jibril, menanyakan tentang iman,

islam, dan ihsan. Dalam dialog antara Rasulullah SAW dengan Malaikat Jibril,

diantaranya menjelaskan bahwa pengertian ihsan adalah engkau menyembah

Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya,

yakinlah bahwa Ia selalu melihat engkau.5

Berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits di atas, dapat kita petik

pelajaran, bahwa seseorang yang memahami tauhidnya dengan benar, dia akan

memiliki akhlak mulia. Salah satu wujud lahiriyah yang tampak pada akhlak

mulia adalah sikap jujur.

Tingkat kejujuran siswa dapat diwujudkan lewat ucapan maupun

perbuatannya. Ucapan siswa yang jujur, tentu akan mengatakan apa saja yang

sesuai dengan kenyataan yang ada. Perbuatan siswa yang jujur, bila ulangan

(14)

4

tentu tidak akan menyontek, bila mendapat amanat akan menyampaikan dan

menjaganya, bila dipercaya tidak akan menghianati. Bahkan dalam beribadah

pun mereka tetap melaksanakan dengan sadar, tanpa menunggu perintah orang

lain. Hal ini dilakukan, karena mereka yakin akan adanya kekuatan gaib yang

mengawasinya yaitu Allah. Dan ini dilakukan karena memang kejujuran adalah

perintah agama. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam

Muslim : 6

if

J * J ' 01 j jjl Jl

JiSdl OU «piHj

LS^’- li-CaJl

(3-W2J

Jljj

iSdi Jl

«jc-tf v^isdl Oli 4-idt j

j iLjy. 4 J l

C &

ou ^

J i

Jjl lup 4 ^ ' ^

A rtin y a:

“Kalian harus jujur karena kejujuran akan menghantarkan kebaikan dan

kebaikan akan menghantarkan kepada surga. Sungguh seseorang yang

senantiasa berlaku jujur dan menjaga kejujuran akan dinilai di sisi Allah sebagai

orang yang jujur. Hati-hatilah kalian terhadap sifat dusta karena kedustaan akan

menghantarkan kepada kemaksiatan dan kemaksiatan akan menghantarkan

kepada neraka. Sungguh seseorang yang senantiasa berdusta dan berupaya

untuk selalu berdusta akan dianggap di sisi Allah sebagai pendusta.

(15)

Hadis yang diriwayatkan Imam M uslim .7

Artinya:

’’Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara berdusta, jika berjanji

mengingkari dan jika diberi amanat khianat” (HR. Muslim)

Dengan demikian, menurut hemat peneliti bahwa siswa yang jujur, pasti

dapat dipercaya dan apabila berjanji akan selalu menepati. Hal ini karena

tingkat pemahaman tauhidnya tinggi. Jadi, memahami tauhid bagi para siswa

sangat penting. Karena dengan betul-betul memahami pelajaran tauhid sejak

dini, generasi mendatang akan tercipta generasi yang jujur, bersih, berwibawa,

tidak suka”ngobral” janji yang tidak pemah ditepati, dan betul-betul amanah.

Untuk mencapai tujuan ini, program yang disajikan dalam lembaga

pendidikan di sekolah harus meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif,

dan psikom otorik. Sebab kenyataan di lapangan, pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah, pada umumnya masih menekankan pada aspek ko g n itif

Sedangkan aspek a fe k tif dan psikom otorik masih kurang mendapat perhatian. Selain itu pendidik (guru) harus betul-betul berusaha menguasai ilmu mendidik.

Karena kenyataan di lapangan juga, bahwa sebagian besar pendidik khususnya

di tingkat dasar, masih berprinsip bekeija untuk mendapatkan upah belaka.

Dengan adanya penyajian dalam pendidikan Islam yang hanya terfokus

pada aspek kognitif saja dan guru yang tidak menguasai ilmu mendidik, maka

(16)

6

hasil pendidikan yang diperoleh sebatas menghasilkan siswa-siswa yang

berpengetahuan (dalam hal ini pengetahuan tauhid) saja. Sedangkan praktek

sehari-hari belum bisa mencerminkan tauhid yang dimiliki. Kenyataannya

masih banyak siswa-siswa yang menyontek waktu ulangan. Bahkan masyarakat,

pejabat, wakil-wakil rakyat yang muslim, sikap mereka belum mencerminkan

tauhid yang dimilikinya. Terutama sikap kejujuran.

Seharusnya bila tauhid betul-betul dipahami, dan tertanam dalam hati,

tentu kejujuran mereka akan tercermin dalam sikap sehari-hari. Berdasarkan

latar belakang inilah peneliti mencoba mengadakan penelitian di MTs Assalafi

Susukan. Apakah siswa MTs Assalafi Susukan memiliki pemahaman tauhid

yang cukup dan memiliki tingkat kejujuran yang baik. Oleh karena itu, peneliti

memilih judul HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PEMAHAMAN TAUHID

DENGAN TINGKAT KEJUJURAN (STUDI KASUS SISWA MTs

ASSALAFI SUSUKAN TAHUN 2010).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat pemahaman tauhid yang berkaitan dengan sifat Allah SWT

seperti Maha Mengetahui, Maha Melihat dan Maha Mendengar di kalangan

siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010?

2. Bagaimana tingkat kejujuran dengan pemahaman tauhid seperti itu, dapat

mewujudkan kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010?

3. Adakah hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat kejujuran

(17)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian ini

ad alah :

1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman tauhid yang berkaitan dengan sifat

Allah SWT seperti Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan Maha Mendengar

di kalangan siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010.

2. Untuk mengetahui tingkat kejujuran dengan pemahaman tauhid seperti itu,

dapat mewujudkan kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010.

3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pemahaman tauhid dengan tingkat

kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010.

D. Hipotesis Penelitian

1. Semakin tinggi pemahaman tauhid, semakin tinggi pula tingkat kejujuran

siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010.

2. Semakin rendah tingkat pemahaman tauhid, semakin rendah pula tingkat

kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan tahun 2010.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Demi pembangunan Sumber Daya Mnusia terutama generasi muda muslim,

agar sejak dini terbentuk muslim yang berkualitas. Yaitu generasi muslim

(18)

8

2. menjadi salah satu sumbangan berharga bagi khasanah keilmuan islam di

lingkungan MTs Assalafi Susukan khususnya dan seluruh umat muslim pada

umumnya.

Menurut hemat kami, penelitian ini sangat penting, k a re n a :

1. Sampai saat ini, perilaku benar, jujur dan menepati janji yang merupakan

akhlak mulia, semakin banyak dilecehkan orang.

2. Begitu mudahnya orang-orang di kalangan kita (muslim) saling membohongi

dan mengingkari janji. Padahal kepercayaan merupakan modal utama dalam

kehidupan bermasyarakat.

3. Seseorang yang memahami tauhid atau aqidah dengan benar, pasti akan

memiliki akhlak yang mulia, dan akan melaksanakan ibadah dengan tertib.

Seseorang tidak akan dinamakan berakhlak mulia bila tidak memiliki tauhid

atau aqidah. Dan ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah SWT, kalau

tidak dilandasi aqidah yang benar.

Dengan penelitian ini, harapan k a m i:

1. Semoga pemahaman tauhid siswa-siswa MTs Assalafi Susukan semakin

meningkat, dan semakin meningkat pula kejujuran mereka.

2. semoga Lembaga Pendidikan MTs Assalafi Susukan dapat menginstruksikan

pembiasaan jujur bagi siswa-siswanya. Dan memasyarakatkan budaya rasa

bangga dan penghormatan terhadap siswa-siswa yang memiliki sifat benar,

(19)

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah-istilah yang terdapat

dalam judul penelitian ini, perlu kami memberi batasan-batasan yang

berhubungan dengan konsep pokok pada judul ini.

1. Hubungan

Yang dimaksud hubungan dalam penelitian ini adalah hubungan antara

dua variabel, yaitu tingkat pemahaman tauhid sebagai variabel bebas, dan

tingkat kejujuran sebagai variabel terikat. Adapun hubungan dalam penilitian

ini adalah hubungan yang searah. Artinya hubungan antara dua variabel

tersebut menunjukkan arah yang sama.

2. Pemahaman tauhid

Yang dimaksud pemahaman tauhid dalam penelitian ini adalah

memahami dengan benar atau yakin, bahwa Allah SWT Yang Maha Esa itu

mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi. Walaupun kita tidak

melihat-Nya, namun kita yakin bahwa Allah selalu melihat kita. Bahkan amal

perbuatan kita yang baik maupun yang jahat, walau hanya seberat atom pun,

Allah SWT tetap mengetahui.

3. Kejujuran

Yang dimaksud kejujuran dalam penelitian ini adalah takut berbuat

dusta atau bohong dimanapun, kapanpun, baik di tempat ramai, maupun di

tempat sunyi. Tidak lagi terpengaruh dengan ’’diketahui” atau ’’tidak

diketahui” oleh orang lain untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu,

(20)

10

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Dalam memahami subyek dan obyek penelitian, peneliti menggunakan

pendekatan:

a. Metode wawancara

b. Metode dokumentasi

c. Metode angket

2. Lokasi dan waktu

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Assalafi Susukan, mulai tanggal 9

Nopember sampai dengan 9 Desember 2009.

3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa MTs Assalafi

Susukan yang beijumlah 121 siswa . Sedangkan yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini adalah semua siswa kelas VII MTs Assalafi Susukan yang

berjumlah 34 sisw a .

4. Pengumpulan Data

a. Metode wawancara

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data dengan

menggunakan pertanyaan yang ada hubungan dengan sejarah berdirinya

sekolah dan keadaan siswa.

Adapun responden yang diwawancarai adalah kepala sekolah ,

wali kelas VII, guru Bimbingan Konseling, dan kepala tata usaha MTs

(21)

b. Metode Dokomentsi

Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui gambaran umum

sekolah, guru, sarana prasarana MTs Assalafi Susukan.

c. Metode Angket

Metode ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pemahaman

tauhid dan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan

5. Analisis Data

a. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, digunakan analisa statistik

dengan rumus prosentase.

P = — xl0 0 % N

Keterangan :

P = Angka prosentase yang dicari

F = Frekuensi dari jawaban

N = Jumlah responden

b. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pemahaman

tauhid dengan tingkat kejujuran siswa MTs Assalafi Susukan, digunakan

rumus korelasi product moment.

r

Nl/xy-(Lx)(Ly)

Keterangan :

% : Koefisien korelasi variable x dan variable y

xy : perkalian antara x dan y

(22)

12

y 2 Variabel terpengaruh

N : Jumlah Sampel yang diselidiki

£ : Sigma (jumlah)

H. Sistem atika Penulisan Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini akan membahas masalah-masalah sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sebelumnya. Adapun

sistematika ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang b e ris i:

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode

penelitian, sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Landasan teori yang b e ris i:

A. Pemahaman tauhid yang berkaitan dengan kejujuran

1. Pengertian tauhid

2. Ruang lingkup tauhid

3. Peranan tauhid dalam agama

a. fondasi ibadah

b. fondasi akhlak

4. Peranan tauhid dalam kejujuran

a. fondasi ucapan yang benar

(23)

BAB III

BAB IV

BAB V

B. Kejujuran

1. Pengertian kejujuran

2. Peranan kejujuran

3. Pelaksanaan kejujuran

: Laporan Hasil Penelitian, yang b e ris i:

Sejarah berdirinya MTs Assalafi, struktur organisasi MTs Assalafi,

keadaan siswa MTs Assalafi, keadaan karyawan MTs Assalafi,

sarana prasarana MTs Assalafi, keadaan guru MTs Assalafi, visi dan

misi MTs Assalafi, data responden .

: Analisis data, yang b e ris i:

A. Analisis pertama

B. Analisis kedua

C. Analisis ketiga

D. Hasil analisis data

: Penutup, yang b e ris i:

1. Kesimpulan

2. Saran-saran

(24)

B A B U

LANDASAN TEORI

A. Pemahaman Tauhid Yang Berkaitan Dengan Kejujuran 1. Pengertian Tauhid

Ilmu Tauhid dalam makna etimologis ialah : ilmu artinya pengetahuan,

tauhid artinya menunggalkan, mengesakan atau menganggap satu.

Ilmu Tauhid dalam makna terminologis ialah : suatu ilmu yang

menerangkan tentang sifat-sifit Allah yang wajib dipercayai dan dimakrifati

(M. Hamdani B.Dz, 2001, 03).

Pengertian ilmu tauhid menurut Syeh Muhammad Abduh, asal makna

ilmu tauhid ialah mengiktikadkan bahwa Allah adalah Esa, tidak ada sekutu

bagi-Nya. Ilmu ini menetapkan sifat Esa bagi Allah dalam Dzat-Nya dan

perbuatan-Nya. Ilmu tauhid yang juga disebut ilmu kalam ialah ilmu yang

membahas tentang wujud Allah, tentang sifa-sifat Allah, dan tentang rasul-

rasul N ya.1 2

Menurut ulama-ulama ahli sunnah, tauhid ialah bahwa Allah itu Esa

dalam Dzat-Nya, tidak terbagi-bagi, Esa dalam sifat-sifat-Nya, Esa dalam

(25)

Iman semakna dengan tauhid. Iman adalah keyakinan yang terhujam

di dalam hati dengan penuh yakin, tak ada perasaan syak dan ragu-ragu, serta

mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan aktivitas keseharian. Jadi tidak

bisa dikatakan iman jika hanya sekedar hafal secara urut tentang sifat-sifat

Allah, maupun hafal secara urut tentang rukun iman.

Iman bukan hanya sekedar ucapan lisan seseorang bahwa dirinya

adalah orang beriman, sebab orang-orang munafik pun dengan lisannya

menyatakan hal yang sama, namun hatinya mengingkari apa yang dikatakan

itu. Demikian juga iman bukan sekedar pengetahuan akan makna dan hakikat

iman, sebab tidak sedikit orang yang mengetahui hakikat iman akan tetapi

mereka tetap ingkar. Dengan demikian iman atau tauhid memerlukan

penerimaan akal hingga mencapai keyakinan yang benar-benar teguh, tidak

lentur dengan perasaan bimbang dan keraguan. Firman Allah dalam Surat Al

Hujurat ayat 15.4

1 * ' ' ' i \ i \ * I ' -U ** l’f , .

^ A J aUD 1 f- (JiJU! ^ j I L*j!

A rtin y a:

’’Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang

beriman kepada Allah dan Rasulullah, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan

mereka beijihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah

orang-orang yang benar.” (QS. Al Hujurat (49): 15)

(26)

16

Memahami tauhid merupakan kewajiban pertama kali bagi manusia

yang hidup di dunia ini, karena tauhid atau aqidah adalah dasar, pondasi yang

paling utama dari semua agama. Menurut Sayyid Afandi Aljisr At Tarabulise,

ilmu tauhid adalah pokok yang paling utama dari semua ilmu agama, karena

bertalian erat dengan Dzat Allah serta Rasul-Nya. Ilmu tauhid dibawa oleh

sekalian rasul sejak nabi Adam a.s. hingga nabi Muhammad SAW.5

Menurut Prof . Hasby Ash Shidieq dalam buah karyanya ’’Sejarah

Dan Pengantar Ilmu Tauhid” menyatakan : ” Pokok pembicaraan ilmu tauhid

ialah aqidah. Dan yang dimaksud aqidah ialah pendapat dan pikiran atau

anutan yang mempengaruhi jiw a manusia, kemudian dibela dan dipertahankan

dan diiktikadkan bahwa hal itu adalah benar, harus dipertahankan dan

diperkembangkan. Juga dikatakan bahwa aqidah menurut bahasa ialah sesuatu

yang dipegang teguh dan terhujam kuat didalam lubuk jiw a dan tidak dapat

beralih dari padanya.6

Berdasarkan pengertian dan istilah-istilah tauhid diatas manusia hidup

harus memahami tauhid dengan benar yaitu mengiktikadkan dengan yakin dan

tidak ragu bahwa Allah adalah Maha Esa. Esa dalam Dzat-Nya, sifat-sifat-

Nya perbutan-Nya, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

Tauhid atau aqidah merupakan dasar, pondasi untuk mendirikan

bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin

kokoh pondasi yang harus dibuat. Kalau pondasinya lemah, bangunan itu akan

cepat roboh. Seseorang yang memiliki tauhid atau aqidah yang kuat, pasti

(27)

akan melaksanakan ibadah dengan tertib, mamiliki akhlak mulia dan

bermuamalah dengan baik. Seseorang tidaklah dinamai berakhlak mulia bila

tidak memiliki tauhid yang benar.7

Jadi jelas, untuk mendasari tingkah laku seseorang agar terwujud

akhlaknya yang mulia, terutama sikap jujur, seseorang tersebut harus betul-

betul memahami tauhid dengan benar tentang sifat-sifat wajib bagi Allah,

terutama sifat Ilm u, S am a’ dan Bashar. Karena dengan meyakini dan mengaplikasikan ketiga sifat Allah tersebut dalam kehidupan nyata, seseorang

akan melaksanakan perintah-Nya dan menghentikan larangan-Nya, tanpa

diawasi oleh orang lain. Kita tidak lagi terpengaruh dengan "diketahui" atau

”tidak diketahui ” oleh orang lain untuk melakukan atau meniggalkan sesuatu, karena kita menyadari sepenuhnya bahwa Allah SWT. Yang Maha

Mengetahui pasti selalu melihat, mendengar dan memperhatikan apa yang kita

lakukan dimana dan kapan saja. Firman Allah dalam surat Al-Hajj ayat 70 :8

Artinya:

...

r u -u i j c;

ST

j&S jJ!

’’Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah

mengetahui apa saja yang ada dilangit dan di b u m i.. . ”

(Qs. Al-Hajj(22) :70)

(28)

18

Firman Allah SWT dalam surat Az-Zalzalah ayat 7-8 :9

j i (_y>j j -*-9

Artinya :

’’Barang siapa yang beramal walau seberat dzarrrah (atom) dari kebajikan

pasti akan dilihatnya. Dan barang siapa beramal walaupun seberat dzarrah dari

kejahatan, akan dilihatnya pula. (Qs. Az-Zalzalah (99): 7-8)

Menurut hadist yang di riwayatkan oleh muslim, dari Abdullah bin

Umar, diceritakan bahwa pernah datang seorag laki-laki kepada Rasulullah

SAW., yang ternyata orang itu adalah malaikat Jibril yang menanyakan

tantang Iman, Islam, dan Ihsan. Dalam dialog antara Rasulullah SAW. dengan

malaikat Jibril, diantaranya menjelaskan bahwa pengertian Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya, tetapi jika engkau

tidak melihatnya, yakinlah bahwa Dia selalu melihat engkau.10

Menurut Sayyid Husain Afandi Aljisr At Tarabulise dalam bukunya

“Memperkokoh Aqidah Islamiyah” yang diteijemahkan oleh KH. Abdullah

Zaky Al-Kaaf, arti iman kepada Allah SWT. Yaitu hendaknya seorang hamba

Allah itu mengiktikadkan dengan keteguhan hatinya akan sifat-sifat Allah

SWT. Baik yang wajib, mustahil serta yang jaiz. Secara keseluruhan ia harus

beriktikad dengan seteguh hati, bahwa Allah itu wajib mempunyai sifat

kesempurnaan yang sesuai dengan keadaan ketuhanan-Nya, dan mustahil

bersifat dengan segala macam kekurangan, serta jaiz bagi Allah untuk

melakukan setiap yang mungkin atau meninggalkannya. Seorang hamba itu

9 Ibid, hal 909

(29)

wajib mengiktikadkan secara terperinci sifat-sifat Allah yang menunjukkan

kesempumaanNya yang berjumlah tiga belas.11

Ketiga belas sifat ini diantarnya adalah : Ilmu (Allah Maha

Mengetahui), Sama’ (Allah Maha Mendengar), Bashar (Allah Maha Melihat).

Dengan sifat ilmu inilah, Allah dapat mengetahui apa yang ada di alam

semesta ini, baik apa-apa yang termasuk hal-hal yang wajib maupun yang jaiz

dan yang mustahil. Dengan sifat sama’, Allah dapat mendengar suara yang

jelas, samar, bahkan suara dalam hati pun Allah dapat mendengarNya.

Demikian pula dengan sifat Bashar, Allah dapat melihat seluruh isi alam

semesta ini baik yang dapat dilihat manusia maupun yang tidak dapat dilihat

oleh manusia.

2. Ruang Lingkup Pembahasan Tauhid

Sistematika yang penulis gunakan dalam pembahasan ini adalah yang

pokok-pokok saja yaitu mengikuti sistematika arkanul iman. Sebagaimana

yang dijelaskan oleh Raslullah SAW tatkala berdialog dengan malaikat Jibril

tentang iman. Disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim.12

’’Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya,

Rosul-Rosul-Nya, dan kepada Hari Akhir, serta engkau beriman kepada

Taqdir-Nya yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim)

(30)

20

a. Iman Kepada Allah

Beriman kepada Allah merupakan keimanan yang paling pokok

dan mendasar, karena merupakan dasar keimanan selanjutnya. Iman

kepada Allah akan menandai perilaku seorang muslim, sebab keyakinan

yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika

seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, maha mengetahui, maha

mendengar, dan maha melihat, maka dalam perilakunya akan lahir sikap

hati-hati dan waspada. Selama iman ada pada dirinya, maka tidak

mungkin akan berbuat yang tidak sesuai dengan perintah Allah. Iman

kepada Allah adalah meyakini sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah.

Esensi imankepada Allah adalah tauhid. Yaitu meng-esakan-Nya

baik dzat, asma’ dan sifat, maupun perbuatan-Nya. Al-Asma’ artinya

nama-nama, dan As-Sifat artinya sifat-sifat. Allah memiliki nama-nama

dan sifat-sifat yang menunjukkan ke-Maha Sempumaan-Nya. Diantaranya

sifat-sifat Allah itu misalnya Allah Maha Mengetahui, Allah Maha

Melihat, Allah Maha Mendengar dan sebagainya. Sedangkan nama-nama

Allah disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Bukhori Muslim sebagai

b erik u t:13

s s s ' 'C

/J. s s '

$ 1 ''W

(31)

A rtinya:

’’Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu. Tiadalah

seseorang menghafalnya kecuali dia akan masuk surga. Dia itu Tunggal

dan menyukai yang tunggal.” (H.R Bukhori Muslim)

Kata ’’menghafal” dalam hadis di atas janganlah diartikan secara

sempit dengan sekedar menghafal di lisan, tapi lebih dari itu yaitu

mengimani dan mengamalkan dalam kehidupan. Misalnya dengan

meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui, maka seseorang akan sadar

bahwa apa yang dilakukan di mana dan kapan saja, baik tampak maupun

tidak tampak Allah tetap mengetahuinya.

Dengan meyakini ketiga contoh sifat Allah di atas, yaitu Allah

Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan Allah Maha Mendengar, jelaslah

bahwa Allah Maha Mampu mengontrol segala sikap dan tingkah laku

umat manusia. Firman Allah dalam Surat Al-Hadid ayat 4 sebagai

berikut:14

^

£ j * - i

^3 fU-U'

(J* £ j£ -~

(j

^

o J z S u * t i i i j ^ u J > j * Artinya :

”Dia yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari tertentu.

Kemudian Dia bersemayam di ’Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke

dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa-apa yang turun dari

(32)

2 2

langit dan apa-apa yang naik kepada-Nya. Dia bersamamu, di mana saja

kamu berada. Allah maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

(QS A l-H adid(57): 4)

Firman Allah dalam surat Al-Mujadilah ayat 7 :15

A rtin y a:

’’Tiadalah engaku ketahui bahwa Allah Mengetahui apa-apa yang ada di

langit dan apa-apa yang ada di bumi? Tiadalah berbisik tiga orang,

melainkan Dia yang keempatnya, dan tidak pula lima orang, melainkan

Dia yang keenamnya, dan tiada kurang daripada itu dan tidak pula lebih,

melainkan Dia bersama mereka, di mana saja mereka berada. Kemudian

Dia kabarkan kepada mereka apa-apa yang mereka kerjakan pada hari

kiamat. Sungguh Allah maha mengetahui tiap-tiap sesuatu.”

(QS Al-M ujadilah(58): 7)

Fungsi Iman Kepada Allah, antara lain :

- Menumbuhkan sikap j uj ur

- Menumbuhkan sikap disiplin dalam segala kegiatan

- Meningkatkan semangat keija dan beribadah

15

(33)

- Meningkatkan rasa percaya diri

- Memperkuat keimanan

- Memberikan ketenangan, ketentraman dan kedamaian

- Menyadarkan manusia agar selalu ingat kepada Allah

b. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah

Keyakinan terhadap malaikat adalah salah satu dari keyakinan

yang harus diyakini dan tidak sedikitpun bercampur keraguan. Kita yakin

bahwa malaikat adalah makhluk yang selalu taat kepada Allah, serta tidak

pernah berbuat maksiat dan durhaka. Jumlah malaikat sangat banyak.

Mereka memiliki tugas yang berbeda-beda. Sebagian dari malaikat

disebutkan nama-nama mereka dan sebagian lagi hanya dijelaskan tugas-

tugasnya saja. Diantara malaikat-malaikat itu ada yang mendapat tugas

mencatat amal perbuatan manusia, yaitu malaikat Raqib dan ’Atid.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Q af ayat 17-18, sebagai

berikut:16

A rtin y a:

’’Ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di

sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu kata yang

diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat Raqib dan ’Atid.”

(QS Q af (50): 17-18)

16

(34)

24

Berdasarkan kedua ayat tersebut, jelaslah bahwa setiap manusia

selalu diawasi malaikat Raqib dan ’Atid untuk dicatat amal perbuatannya.

Dengan demikian keyakinan terhadap malaikat, tidak hanya dihafal nama-

nama dan tugasnya saja, melainkan harus dihayati keyakinan tersebut

dalam kehidupan nyata. Sehingga manusia akan selalu berhati-hati. Sebab

apapun perbuatannya akan dicatat oleh malaikat Raqib dan ’Atid.

Jadi salah satu fungsi beriman kepada malaikat Allah adalah

berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala kemaksiatan serta

ingat senantiasa kepada Allah SWT, sebab malaikat Raqib dan ’Atid

selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia,

c. Iman Kepada KitabAllah

Seorang muslim wajib mengimani semua kitab-kitab suci yang

telah diturunkan oleh Allah SWT kepada para nabi dan rosul-Nya. Akan

tetapi tentu ada perbedaan konsekuensi keimanan antara iman kepada Al-

Qur’an dan iman kepada kitab suci sebelumnya. Kalau terhadap kitab suci

sebelumnya seorang muslim hanyalah mempunyai kewajiban mengimani

keberadaan dan kebenarannya tanpa kewajiban mempelajari,

mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya. Karena kitab-kitab suci

tersebut berlaku untuk umat dan masa tertentu yang telah berakhir dengan

kedatangan kitab suci yang terakhir yaitu Al-Qur’an. Sedangkan iman

kepada Al-Qur’an membawa konsekuensi yang lebih luas. Seperti

mempelajarinya, mengamalkan dan mendakwahkannya serta membelanya

(35)

1) Mengimani bahwa A-Qur’an adalah kitab Allah yang terakhir yang

berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin, dan Mushaddiq bagi kitab-kitab suci sebelumnya.

2) Mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam seluruh kehidupannya, baik

kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, bernegara, maupun

kehidupan internasional.

3) Mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain sehingga mereka dapat

membaca, memahami dan mengamalkannya.

Adapun fungsi iman kepada kitab-kitab Allah, antara la in :

- Untuk mengenal Tuhan, karena dengan menggunakan akal, manusia

tidak dapat mengenal Tuhannya dengan baik dan benar.

- Sebagai pedoman hidup bagi dirinya, keluarganya, masyarakat dan

negara.

- Sebagai tolok ukur kebenaran hakiki,

d. Iman Kepada Rosul-Rosul Allah

Rosul diutus kepada manusia, agar manusia dapat memahami apa

yang dikehendaki dan direncanakn oleh Allah, karena manusia tidak dapat

berhubungan langsung dengan Allah. Rosul adalah manusia yang dipilih

Allah dan diberi kuasa untuk menerangkan segala sesuatu yang

ditanggung Allah. 17

Jadi kewajiban seorang muslim terhadap Al-Qur’an, antara lain :17

(36)

26

Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh nabi dan rosul yang

telah diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang

tidak disebutkan. Bagi yang tidak disebutkan namanya kita wajib beriman

secara ijmal tafshil. Seorang muslim wajib membenarkan semua rosul dengan sifat-sifatnya. Salah satu diantara sifat rosul adalah As-Shidqu.

As-Shidqu (benar) artinya selalu berkata benar, tidak pernah dusta

dalam keadaan bagaimana pun. Apapun yang dikatakan oleh seorang

rosul, baik berupa berita, janji, ramalan masa depan dan lain-lain selalu

mengandung kebenaran. Pendek kata seorang rosul selalu jujur atau benar,

baik niat, keinginan, perkataan maupu perbuatan.18

Oleh karena itu seorang muslim wajib menjadikan Rosulullah

SAW sebagai uswatun hasanah dalam seluruh aspek kehidupannya. Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21 sebagai b erik u t:19

ajjl <U)! 0 ^ "

A rtin y a:

” Sesungguhnya telah ada pada diri rosulullah uswatun hasanah bagimu,

yaitu bagi omg-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” (QS A-Ahzab(33):21)

18 Ibid, hal 140

(37)

- Untuk mengetahui segala tujuan Allah dalam menciptakan manusia,

melalui rosul-rosul-Nya.

- Untuk mendapatkan keteladanan tingkah laku yang baik dan mulia

bagi kemanusiaan, memberikan contoh akhlak terpuji dan ibadah yang

benar.

e. Iman Kepada Hari Akhir

Seorang muslim wajib beriman kepada Hari Akhir dengan segala

proses, peristiwa dan keadaan yang terjadi pada hari itu sesuai dengan

apa-apa yang telah diberitakan di dalam Al-Qur’an dan Sunah Rosulullah

SAW tanpa mengurangi dan menambah-nambahnya. Dan untuk hal-hal

yang sifatnya teknis (kaifiyah) segala sesuatu yang menyangkut masalah

ghaib hanyalah bisa diketahui sepanjang diberitahukan oleh Allah dan

Rosul-Nya. Misalnya tentang timbangan (mizan) bagaimana bentuknya,

bagaimaa menimbang amal perbuatan manusia, begitu pula tentang

jembatan (shirat) bagaimana bentuknya dan bagaimana melaluinya serta

hal-hal semacam itu tidak perlu dipikirkan dan diselidiki, cukup diimani

saja.

Fungsi iman kepada Hari Akhir, antara lain :

- Seseorang akan disiplin dan berusaha maksimal untuk mematuhi

ajaran Allah, sebab dia tahu bahwa tidak satupun amal perbuatannya,

(38)

28

kelak di Akherat. Firman Allah dalam Surat Al-Qori’ah ayat 6-9

sebagai berikut :20

Artinya :

”Dan adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya, maka

dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (surga). Dan adapun

orang-orang yang ringan timbangannya, maka tempat kembalinya

dalah neraka hawiyah. (QS Al-Qori’a h (lO l): 6-9)

Seseorang akan terdorong untuk merasakan kenikmatan itu, dan takut

untuk merasakan siksaan. Hal tersebut tentu akan membuatnya selalu

ingin melaksanakan kebaikan dan tidak mau melaksanakan

kemaksiatan.

f. Iman Kepada Takdir Allah

Iman kepada takdir adalah meyakini bahwa segala perbuatan,

perkataan, termasuk segala hal yang tidak dilakukan manusia, diketahui,

dituliskan, dikehendaki dan diciptakan oleh Allah SWT. Seorang muslim

wajib beriman kepada takdir sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh

Allah SWT dan Rosul-Nya di dalam Al-Qur’an dan Sunah Rosul.

Memahami takdir harus secara benar, karena kesalahan memahami

takdir akan melahirkan pemahaman dan sikap yang salah pula dalam

menempuh kehidupan di dunia ini.

(39)

- Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-

sungguh untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat,

mengikuti hukum sebab akibat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

- Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah

SWT yang memiliki kekuasaan dan kehendak yang mutlak.

- Menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia, karena menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan hasilnya

diserahkan kepada Allah SWT.

3. Peranan Tauhid Dalam Agama

Dalam agama Islam, tauhid atau aqidah adalah dasar, fondasi untuk

mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus

semakin kokoh fondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah, bangunan itu

akan cepat roboh. Seseorang yang memiliki tauhid kuat, pasti akan

melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia. Seseorang

tidak akan dinamakan berakhlak mulia bila tidak memiliki tauhid atau aqidah.

Dan ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah, kalau tidak dilandasi

dengan tauhid atau aqidah yang benar. Jadi peranan tauhid dalam agama

antara lain sebagi fondasi ibadah dan fondasi akhlak. Fungsi iman kepada takdir, antara lain :21

(40)

30

a. Fondasi Ibadah

1) Pengertian Ibadah

Ibadah adalah penghambaan seorang manusia kepada Allah

sebagai pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk yang diciptakan

Allah. Dari pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa ibadah

adalah penghambaan seseorang kepada Allah selaku pencipta.

Manusia dengan menghambakan diri kepada-Nya dengan sepenuh hati

dan memusatkan jiw a dan raga kepada Allah.

Orang yang telah sempurna keimanannya akan mencapai suatu

keadaan dimana ia dapat melakukan ibadah kepada Allah seakan-akan

melihat Allah, dan bila tidak dapat melihat, ia akan selalu merasa

diawasi oleh Allah. Perasaan melihat Allah atau diawasi Allah

menyebabkan ibadah yang dilakukan seorang hamba dapat

berlangsung dengan baik dan khusuk. Dalam pada itu, perasaan

tersebut besar pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Ia

mempunyai perasaan selalu terkontrol oleh Allah dan tidak pernah

lepas dari kontrol tersebut walau sedikit pun. Orang yang punya

perasaan demikian, tingkah lakunya akan selalu baik, ia tidak berani

melanggar aturan-aturan agama. Dengan demikian puncak kesadaran

tauhid atau aqiaah atau iman dan ibadah dapat menimbulkan amal

(41)

2) Macam-Macam Ibadah

Macam-macam ibadah ditentukan oleh dasar pembagiannya

yaitu ada dua macam (iabadah khusus dan ibadah umum).

Ibadah khusus adalah ibadah langsung kepada Allah yang telah

ditentukan macamnya tata cara dan syarat rukunnya oleh Allah dalam

Al-Qur’an atau melalui sunah rosul dalam hadisnya.

Ibadah umum adalah ibadah yang jenis dan macamnya tidak

ditentukan baik oleh Allah maupun sunah rosul, karena perbuatan ini

menyangkut perbuatan apa saja yang dilakukan oeh seorang muslim.

Dalam hal ini akan dibahas tentang ibadah khusus, antara lain .

a) Syahadatain

Mengucapkan kalimat syahadatain ialah mengucapkan

kalimat tauhid yaitu ”Laa ilaaha illallah”, Tiada Tuhan yang

sebenarnya disembah melainkan Allah, dan mengucapkan kalimat

risalah "Muhammadan Rosulullah”, Muhammad adalah rosul

Allah.

Mengakui dan meyakini ke-esaan Allah dengan

mengucapkan secara lisan, itulah permulaan yang diwajibkan.

Tauhidlah yang harus diketahui lebih dahulu sebelum segala fardlu

yang lain. Maka apabila seseorang berikrar "Tiada Tuhan yang aku

sembah selain Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah”

(42)

32

b) Shalat

Shalat dalam pengertian bahasa arab ialah ”do’a” memohon

beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan

takbir dan diakhiri dengan salam, yang telah ditentukan23

Dari uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa shalat

adalah menghadapkan dan menghadirkan hati dan raga kepada

Allah yang mendatangkan rasa takut atau patuh serta

menumbuhkan rasa kebesaran Allah dan kekuasaan-nya dengan

penuh khusuk dan ikhlas dalam beberapa perkataan dan perbuatan

yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dan dengan

syarat-syarat tertentu.

Menurut bahasa, zakat berasal dari kata zakaa yang artinya

pensucian, sebab itu menunaikan zakat berarti mensucikan harta

suatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu,

menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu

yang berhak menerima zakat.25 Zakat ialah memberikan suatu

bagian dari harta benda yang sudah sampai nishobnya

22 Hasbi Ash Shiddieqy, Pedomcm Shalat, Bulan Bintang, Jakarta, 1989, hal 62 23 Ibid, hal 62

24 Proyek Pembinaan Sarana Prasarana Perguruan Tinggi, Ilmu Fikih, Jakarta, 1983, hal 229 25 Ibid, hal 2 2 °

kebajikan dan pujian.22 Sedang menurut istilah, shalat yaitu

c) Zakat

(43)

kepada orang fakir dan lain-lainnya tanpa halangan syar’i yang

melarang kita melakukannya.26

Menurut pengertian di atas, kita disuruh untuk mengambil

zakat dari harta kekayaan orang-orang mukmin yang sudah

mencapai nishob guna membersihkan mereka dari penyakit kikir

dan serakah, sifat-sifat rendah dan kejam terhadap fakir miskin dan

orang-orang yang tidak punya dan sifat-sifat hina lainnya. Juga

untuk mensucikan jiw a mereka, membersihkan dan mengangkat

derajat baik segi moral maupun amal, sehingga ia akan

mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akherat.

Allah SWT memerintahkan kaum muslimin yang telah

sampai umur serta sanggup, baik laki-laki maupun perempuan,

baik tua maupun muda, mengeijakan puasa di bulan Romadlon

yang dipandang sebgai bulan latihan jiw a manusia. Firman Allah

dalam surat Al-Baqarah ayat 183:27 d) Puasa

26 Ibid, hal 230

(44)

34

A rtinya:

”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar

kamu bertaqwa.” (QS A l-Baqarah(2): 183)

Banyak pelajaran dan nilai-nilai pendidikan yang kita

dapatkan dari ibadah puasa romadlon, sekaligus mampu kita

praktikkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai kepribadian

bangsa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. nilai-nilai

pendidikan dalam ibadah puasa tersebut, antara lain pendidikan

kejujuran. Bahwa pengalaman seseorang selama berpuasa

romadlon merupakan fondasi yang sangat kuat untuk

mengantarkan seseorang memiliki kepribadian yang jujur.

Salah satu bukti keberhasilan orang yang meningkat amal

sholehnya setelah sebulan lamanya berpuasa, adalah orang yang

semakin jujur dan disiplin apapun profesi dan pekerjaannya.

Sebagai seorang pelajar, maka ia akan jadi pelajar yang tekun,

jujur, dan disiplin. Meskipun tanpa diawasi bapak-ibu guru

ataupun diperintah oleh orang tua, maka ia akan belajar dengan

sungguh-sungguh, mengerjakan tugas dan ujian dengan jujur alias

tidak menyontek, kelak akan menjadi pemimpin bangsa yang jujur,

(45)

e) Haji

Sebagaimana Allah memfardlukan shalat, supaya para

hamba dapat menghubungi Allah yaitu dengan mengaku

kehambaan dan supaya hamba menghubungkan rahmat dan belas

kasihan dengan sesamanya, sebagaimana Allah memfardlukan

zakat untuk mensucikan harta dan untuk memberi pertolongan

kepada orang-orang fakir. Sebagaimana Allah memfardlukan

shalat jamaah, supaya penduduk satu kampung dapat berkenal-

kenalan, begitu pulalah Allah memfardlukan haji supaya terjalin

perkenalan antara penduduk suatu negra dengan negara lain.

Dengan demikian sempurnalah rumah kemanusiaan. Bagi yang

mampu wajiblah menunaikan ibadah haji ke Baitullah,

sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 97.28

A rtin y a:

”Dan (diantara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah

melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang

yang mampu.” (QS A l-Im ran(3): 97)

Ketentuan haji di tempat yang tertentu dan di masa yang

tertentu pula, adalah untuk memudahkan umat islam mewujudkan

pertemuan besarnya bagi seluruh alam islam. Dengan bersama-

sama mereka datang ke tempat yang tertentu, di masa yang telah

(46)

36

ditentukan pula, sukseslah pertemuan yang merupakan ’’Konggres

Alam Islami” yang dihadiri oleh umat islam dari seluruh penjuru

dunia.

Dari kelima pelaksanaan ibadah tersebut di atas, tidak

mungkin akan terlaksana dengan khusuk, tanpa didasari oleh

tauhid atau aqidah yang kuat. Jadi salah satu peranan tauhid dalam

agama adalah sebagai fondasi ibadah,

b. Fondasi Akhlak

Akhlak dilihat dari sudut bahasa, adalah bentuk jamak dari kata

”khulk” . Khulk di dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangi

tingkah laku atau tabiat.29

Dalam D a’irotul M a’arif dikatakan, ’’Akhlak adalah sifat-sifat

manusia yang terdidik”.30

Prof. Dr. Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah

kebiasaan kehendak.31

Imam Ghozali dalam kitabnya ”Ihya” menyatakan, Akhlak ialah

sifat yang tertanam dalam jiw a yang menimbulkan macam-macam

perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.32

Berdasarkan pengertian dan pendapat-pendapat tersebut di atas,

akhlak adalah sifat baik atau buruk yang mudah muncul tanpa

29 Dr. Asmaran As,M .A, Pengantar Studi Akhlaq, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 1 30 Ibid, hal 1

(47)

membutuhkan pemikiran dan pertimbangan atau spontan dan mudah tanpa

dibuat-buat, hal ini karena telah menjadi kebiasaan.

Akhlak tidak akan ada gunanya tanpa dilandasi oleh tauhid atau

aqidah yang benar, karena tauhid atau aqidah adalah dasar, fondasi sebuah

bangunan. Akhlak sebagai bangunan, tauhid sebagai fondasinya.

Bangunan akan mudah roboh bila fondasinya lemah, dan bangunan akan

tegak kokoh apabila fondasinya kuat. Bagaimanakah akhlak seseorang

yang tidak dilandasi tauhid atau aqidah yang kuat? Dia hanya akan

berputar-putar di sekitar nafsunya, memperturutkan hawa nafsunya,

mengejar kesenangan sesaat dan berjalan sesuai dengan tuntutan nafsu,

terhanyut dalam temperamen diri.33

Kalau temperamennya termasuk kelompok binatang, maka ia akan

bertingkah laku dengan memperturutkan syahwat dan kepuasan nafsunya,

melanggar batas-batas akhlak, melanggar batas-bata hukum dan peraturan.

Ditempuhnya segala jalan, tiada peduli halal dan haram, tiada rasa malu

dan sopan yang dapat menegurnya, tidak ada rasa kemanusiaan yang dapat

mencegahnya dari berbuat salah dan tidak ada akal dan pikiran sehat yang

akan membatasinya. Maka beijalanlah dia menurut kemauan nafsunya

semata-mata.

Kalau temperamennya haus kekuasaan, maka cita-citanya ingin

menguasai bumi, berpengaruh di tengah masyarakat, berbuat sekehendak

hati. Dia berkata dan bertingkah laku dengan penuh kesombongan, dan

(48)

38

demi meluluskan keinginannya maka segala jalan dia tempuh tak peduli

benar atau salah. Dibangunnya istana kebesaran di atas tengkorak manusia

dan genangan darah orang-orang yang tidak bersalah.

Kalau temperamennya termasuk golongan setan, maka usahanya

tiada lain adalah menimbulkan kekacauan dan pertentangan, memecah

belah persatuan, meracuni sungai untuk membunuh orang dan

mengeruhkan air untuk mempermudah menangkap ikan. Kerjanya

menebarkan dosa dan maksiat, memuja dan menganjurkan segala

perbuatan keji, agar tumbuh berkembang di tengah masyarakat.

Bagaimana akhir kesudahan orang-orang semacam ini? Allah SWT

menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 25 sebagai berikut :34

A rtin y a:

”Dan orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan

teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya

dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang

memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk

(jahannam).” (QS Ar-Ra’d (1 3 ): 25)

Jadi, berdasar penjelasan di atas, jelas peranan tauhid dalam agama

diantaranya adalah sebagai fondasi akhlak.

(49)

4. Peranan Tauhid dalam Kejujuran

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, bahwa salah satu peranan

tauhid dalam agama adalah sebagai fondasi akhlak. Dan salah satu diantara

akhlak itu adalah kejujuran.

Kejujuran seseorang dapat terlihat dari ucapannya maupun

perbuatannya. Ucapan seseorang yang jujur, tentu akan mengatakan apa saja

yang sesuai dengan kenyataan. Sedangkan perbuatan seseorang yang jujur,

bila menyelesaikan tugas dari pimpinan, walaupun pimpinan tidak

mengawasi, dia tetap menyelesaikan tugas dengan baik. Hal ini dilakukan,

karena seseorang tadi betul-betul memahami tauhid atau aqidah dengan benar.

Dengan demikian jelaslah bahwa peranan tauhid dalam kejujuran adalah

sebagai fondasi kebenaran. Baik sebagai fondasi ucapan yang benar maupun

fondasi perbuatan yang benar,

a. Fondasi Ucapan yang Benar

Tidak diragukan lagi bahwa Allah SWT telah memberi nikmat

yang besar kepada manusia. Diantara nikmat-nikmat yang terbesar setelah

nikmat hidayah memeluk islam, adalah kenikmatan berupa kemampuan

berbicara dengan menggunakan lisan. Lisan adalah laksana sebuah pedang

bermata dua. Lisan bisa dipergunakan untuk bertakwa kepada Allah,

seperti membaca Al-Qur’an, mengajak untuk menjalankan kebaikan dan

mencegah perbuatan mungkar, serta untuk berkata yang benar. Hal ini

karena ucapan-ucapan yang keluar telah didasari atau dikendalikan oleh

(50)

40

Lisan juga bisa dipergunakan untuk mengikuti kehendak setan,

seperti digunakan untuk memecah belah kaum muslimin, berdusta,

bersaksi palsu, menggunjing, memfitnah, serta melanggar kehormatan

orang lain. Hal ini dilakukan karena ucapan-ucapan yang keluar tidak

dikendalikan oleh pemahaman tauhid yang benar.

Orang yang tidak menggunakan lisannya untuk mengungkapkan

kebenaran, sama dengan setan yang bisu, orang yang durhaka kepada

Allah, orang yang suka pamer, pendusta dan orang-orang yang bermuka

dua. Julukan itu bisa dikenakan baginya jika ia tidak mempergunakan

lisannya untuk mengungkapkan kebenaran.

Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 70.35

< I * -V-*» t s * ?-< i t ,

IJU I j Sj 4i)l Iy u \

A rtin y a:

’’Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan

katakanlah perkataan yang benar.” (Qs Al-Ahzab(33):70)

Dalam buku ’’Bahaya Lidah” yang disusun oleh Eko Haryono dan

Aris munandar, halaman 70 dituliskan sebuah hadis yang diriwayatkan

Imam Muslim, dalam terjemah shahih Muslim, halaman 72 sebagai

(51)

Artinya :

’’Tanda orang munafik ada tiga. Jika berbicara berdusta, jika berjanji

mengingkari dan jika diberi amanat khianat”,

b. Fondasi Perbuatan yang Benar

Telah disebutkan di atas, bahwa peranan tauhid adalah sebagai

fondasi ucapan yang benar. Ucapan yang didasari oleh tauhid, pasti akan

diwujudkan pada perbuatan yang benar pula (amanah). Seseorang yang

ucapannya jujur, bila mendapat titipan, tugas, dan jabatan pasti selalu

menjaga dan melaksanakan amanahnya.

Sifat amanah itu biasanya hanya dikaitkan dengan bidang materi.

Misalnya jujur karena tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya, baik

dengan mencuri, korupsi, manipulasi bisnis ataupun tindakan lain yang

intinya sama, yaitu mengambil yang bukan haknya. Padahal sebenarnya

perbuatan tidak jujur di bidang materi itu hanya salah satu segi dari

ketidakjujuran. Kejujuran pada hakekatnya meliputi semua bidang

kehidupan, yang di dalamnya termasuk bidang ilmu pengetahuan,

pemikiran, kekayaan, dan sebagainya.

Firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 58. 36

(52)

42

’’Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya ...” (QS An-Nisa ( 4 ) : 58) Artinya :

Dalam buku ’’Teijemah Riyadhus Shalihin” oleh Imam Nawawi

halaman 80 disebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhori Muslim

dari Ibnu Mas’ud, sebagai b erik u t:

A rtin y a:

’’Dari Ibnu M as’ud r.a dari nabi SAW, beliau bersabda : ’’Sesungguhnya

kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke

surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi

Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa

kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan

selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.”

(53)

Sifat jujur, konsisten pada janji dan amanah, apabila benar-benar

telah diamalkan oleh kaum muslimin, citra islam pasti akan lebih harum

daripada kenyataan selama ini. Sebaliknya citra islam akan pudar apabila

lawan dari sifat-sifat tersebut, yaitu bohong, ingkar janji, KKN, dan

khianat, semakin mambudaya. Kesemuanya itu tergantung bagaimana

fondasi tauhidnya.

B. Kejujuran

1. Pengertian Kejujuran

Orang yang betul-betul memahami tauhid, tentu akan meningkat

keimanannya, ketaqwaannya,. Iman dan taqwa adalah modal utama dan bekal

yang sangat berharga dalam meraih kebahagiaan hidup yang sejati di dunia

dan di akherat. Iman dan taqwa tidak cukup diikrarkan dengan kata-kata,

tetapi harus diwujudkan dalam amalan nyata. Dan diantaraperbuatan yang

merupakan manifestasi iman dan taqwa adalah kejujuran, baik kejujuran dalam perkataan maupun kejujuran dalam perbuatan.

Kejujuran merupakan akhlak mulia yang sangat ditekankan dalam

islam. Di dalam Al-Qur’an kata keija ”Shadaqa ” yang berarti jujur dan benar. Kata ini disebutkan sampai 155 kali. Lafal "Shadiq” (orang yang jujur, benar) dalam bentuk mufrad (tunggal) disebutkan sebanyak tiga kali, sedangkan

dalam bentuk jamak disebutkan sebanyak 57 kali. Hal ini menunjukkan bahwa

(54)

44

(kolektif). Kejujuran kolektif dibangun melalui kejujuran individu-individu muslim.37

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia susunan W. J. S.

Purwadarminta, jujur berarti lurus hati, tidak curang. Kejujuran berarti

orang yang hatinya bersih dari kecurangan-kecurangan atau dusta, baik

ucapan maupun perbuatannya. Dia berbuat jujur dengan rela hati, bukan

karena paksaan dari siapapun.

Lawan kejujuran adalah kebohongan (kadzaba). Dusta, kebohongan

adalah merupakan akhlak yang tercela, buruk, dan hina. Yang oleh

masyarakat islam dipandang dapat menjauhkan iman, serta dikategorikan ke

dalam tanda-tanda munafik. Rosulullah membenci perangai dusta, baik yang

tampak mudlaratnya secara langsung di belakangnya maupun tidak. Apapun

alasannya, dusta adalah dusta, yang berarti memberikan sesuatu yang tidak

sesuai dengan kenyataan. Dan ini menyerupai perangai orang munafik, yang

senantiasa memperkuat kebohongannya. Allah berfirman di dalam surat Al-

Munafiquun ayat 1 :39

Drs. Abdul Murti M. Ed, KhutbahJum ’at, Majalah SM, Yogyakarta, 2004, hal 3

38 W. J. S Poerwadarminti, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1984, h a l1

(55)

Artinya :

’’Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, ’’Kami

mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rosul Allah”. Dan Allah

mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang

pendusta.” (QS Al-M unafiquun(63): 1)

Firman Allah surat An-Nahl ayat 105 i40

’’Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang

yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang

pendusta.” (QS A n-N ahl(16): 105)

Jika kejujuran merupakan pangkal kesuksesan, maka sebaliknya

kebohongan adalah pangkal kehancuran. Di dalam kisah-kisah Al-Qur’an

dijelaskan bagaimana bangsa-bangsa yang sangat maju dan besar dapat hancur

binasa karena mereka tidak lagi mengikuti ajaran Allah dan Rosul-Nya.

Mereka tidak hanya mendustakan ajaran Allah dan Rosul-Nya, tetapi juga

melakukan kebohongan publik dan menciptakan kehancuran dalam

masyarakat. Akibat perbuatan munafik tersebut masyarakat hancur luluh

lantak.

Perbedaan antara kejujuran dengan dusta serta akibat yang

ditimbulkannya, kejujuran akan membawa kebahagiaan baik secara pribadi Artinya :

40

(56)

46

bagi orang-orang yang melakukan maupun bagi masyarakat. Kebohongan

akan mendatangkan malapetaka bagi pelaku dan masyarakat. Itulah sebabnya

mengapa Rosulullah sangat menganjurkan agar kaum muslimin senantiasa

berlaku jujur dan menghindari dusta. Rosulullah SAW bersabda :41

kebajikan, dan kebajikan akan menuntuk jalan ke surga. Barang siapa yang

senantiasa berbuat jujur dan berpegang teguh dengan kejujuran itu, maka

Allah akan mencatatnya sebagai orang yang jujur. Jauhilah oleh kalian

perbuatan dusta, karena kedustaan akan menyeret kalian kepada kedurhakaan

dan kedurhakaan akan menyebabkan kalian masuk neraka. Barang siapa yang

senantiasa berdusta dan menanamkan dusta dalam dirinya, maka Allah akan

mencatatnya sebagai seorang pendusta.” (H.R Muslim)

41 Ibnu Hajar Al Asqalani, Terjemah Bulughul Maram, Pustaka Amani, Jakarta, 1996, hal 605-606 A rtin y a:

(57)

Sayangnya saat ini kejujuran menjadi sesuatu yang sangat langka.

Bagi kita bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragaman islam,

kenyataan tersebut merupakan masalah sosial keagamaan yang sangat

mendasar. Padahal, dalam pemandangan sehari-hari, semangat islam di dalam

menjalankan ibadah juga sangat tinggi. Bangsa kita adalah bangsa yang sangat

religius, taat beribadah, dan memiliki komitmen keagamaan yang tinggi.

Tetapi, angka korupsi di negeri kita justru yang terbesar di Asia Tenggara,

nomor dua di Asia, dan nomor lima di dunia.42

Korupsi adalah sebuah perilaku kebohongan, dusta, dan penipuan.

Korupsi adalah kebohongan ganda yang dapat menimbulkan kehancuran

sistematis, tidak hanya bagi si pelaku, tetapi yang lebih parah adalah merusak

tatanan dan merugikan bangsa dan negara. Suka berbohong, termasuk di

dalamnya korupsi, merupakan akhlak terceia dan perilaku orang-orang

munafik.

Kecintaan kepada keluarga, jabatan, dan harta benda yang berlebihan

memang potensial bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Setiap manusia

tentu memiliki naluri untuk mencintai orang yang memiliki kedekatan emosi

onal atau kekerabatan. Namun kecintaan tersebut tidak dapat dijadikan alasan

untuk melakukan tindakan yang melanggar tata tertib kehidupan, baik yang

berasal dari Allah langsung maupun yang merupakan kesepakatan bersama.

Desakan pemenuhan kebutuhan keluarga juga tidak boleh dijadikan alasan

untuk melakukan korupsi atau usaha lain yang tidak halal. Rasa iba dan

Gambar

TABEL 1STRUKTUR ORGANISASI MTs ASSALAFI
JUMLAH SISWA MENURUT KELAS DAN JENIS KELAMINTABEL H
KEADAAN GEDUNGDAN SARANA SEKOLAHTABEL IV
KEADAAN GURU MTs ASSALAFI SUSUKANTABEL IV
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pemberian imunisasi pada bayi dan anak dapat dilakukan dengan.. beberapa imunisasi yang

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat perlindungan, bimbingan serta karuniaNya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dari TIM delegasi Universitas Halu Oleo dapat kembali dari kegiatan

Bagian call center bertugas membuat WO pada bagian terkait sesuai dengan jenis pengaduan yang diterima, variasi ini menuju ke aktivitas menerima WO oleh 3

merupakan salah satu komoditas pangan penting yang perlu dikonsumsi manusia dalam rangka memenuhi pola makan yang seimbang. Kabupaten Karo berada pada dataran tinggi maka

Dari hasil penilaian tingkat kelayakan lokasi budi daya laut (ikan, rumput laut, dan tiram mutiara) di perairan Kepulauan Togean menunjukkan bahwa sumber daya lahan perikanan

Apakah Perusahaan tempat Saudara bekerja melakukan usaha untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan melalui motivasi positif dan motivasi negatif. - Iya , Perusahaan

Dalam form ini, saya ingin mengetahui bagaimana keadaan dan perasaan ibu saat masih hamil, jadi berilah nilai pada masing masing pernyataan dibawah ini menurut keadaan ibu dan