• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Pemahaman Tauhid Yang Berkaitan Dengan Kejujuran 1. Pengertian Tauhid

1. Pengertian Kejujuran

Orang yang betul-betul memahami tauhid, tentu akan meningkat keimanannya, ketaqwaannya,. Iman dan taqwa adalah modal utama dan bekal yang sangat berharga dalam meraih kebahagiaan hidup yang sejati di dunia dan di akherat. Iman dan taqwa tidak cukup diikrarkan dengan kata-kata, tetapi harus diwujudkan dalam amalan nyata. Dan diantaraperbuatan yang merupakan manifestasi iman dan taqwa adalah kejujuran, baik kejujuran dalam perkataan maupun kejujuran dalam perbuatan.

Kejujuran merupakan akhlak mulia yang sangat ditekankan dalam islam. Di dalam Al-Qur’an kata keija ”Shadaqa ” yang berarti jujur dan benar. Kata ini disebutkan sampai 155 kali. Lafal "Shadiq” (orang yang jujur, benar) dalam bentuk mufrad (tunggal) disebutkan sebanyak tiga kali, sedangkan dalam bentuk jamak disebutkan sebanyak 57 kali. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an sangat menekankan pentingnya kejujuran di dalam masyarakat

44

(kolektif). Kejujuran kolektif dibangun melalui kejujuran individu-individu muslim.37

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia susunan W. J. S. Purwadarminta, jujur berarti lurus hati, tidak curang. Kejujuran berarti

orang yang hatinya bersih dari kecurangan-kecurangan atau dusta, baik ucapan maupun perbuatannya. Dia berbuat jujur dengan rela hati, bukan karena paksaan dari siapapun.

Lawan kejujuran adalah kebohongan (kadzaba). Dusta, kebohongan adalah merupakan akhlak yang tercela, buruk, dan hina. Yang oleh masyarakat islam dipandang dapat menjauhkan iman, serta dikategorikan ke dalam tanda-tanda munafik. Rosulullah membenci perangai dusta, baik yang tampak mudlaratnya secara langsung di belakangnya maupun tidak. Apapun alasannya, dusta adalah dusta, yang berarti memberikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Dan ini menyerupai perangai orang munafik, yang senantiasa memperkuat kebohongannya. Allah berfirman di dalam surat Al- Munafiquun ayat 1 :39

Drs. Abdul Murti M. Ed, KhutbahJum ’at, Majalah SM, Yogyakarta, 2004, hal 3

38 W. J. S Poerwadarminti, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1984, h a l1

39 Departemen Agama RI, A l-Q ur’an dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 810 kelurusan hati, ketulusan hati.38 Dengan demikian orang yang jujur adalah

Artinya :

’’Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, ’’Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rosul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (QS Al-M unafiquun(63): 1)

Firman Allah surat An-Nahl ayat 105 i40

’’Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS A n-N ahl(16): 105)

Jika kejujuran merupakan pangkal kesuksesan, maka sebaliknya kebohongan adalah pangkal kehancuran. Di dalam kisah-kisah Al-Qur’an dijelaskan bagaimana bangsa-bangsa yang sangat maju dan besar dapat hancur binasa karena mereka tidak lagi mengikuti ajaran Allah dan Rosul-Nya. Mereka tidak hanya mendustakan ajaran Allah dan Rosul-Nya, tetapi juga melakukan kebohongan publik dan menciptakan kehancuran dalam masyarakat. Akibat perbuatan munafik tersebut masyarakat hancur luluh lantak.

Perbedaan antara kejujuran dengan dusta serta akibat yang ditimbulkannya, kejujuran akan membawa kebahagiaan baik secara pribadi Artinya :

40

46

bagi orang-orang yang melakukan maupun bagi masyarakat. Kebohongan akan mendatangkan malapetaka bagi pelaku dan masyarakat. Itulah sebabnya mengapa Rosulullah sangat menganjurkan agar kaum muslimin senantiasa berlaku jujur dan menghindari dusta. Rosulullah SAW bersabda :41

kebajikan, dan kebajikan akan menuntuk jalan ke surga. Barang siapa yang senantiasa berbuat jujur dan berpegang teguh dengan kejujuran itu, maka Allah akan mencatatnya sebagai orang yang jujur. Jauhilah oleh kalian perbuatan dusta, karena kedustaan akan menyeret kalian kepada kedurhakaan dan kedurhakaan akan menyebabkan kalian masuk neraka. Barang siapa yang senantiasa berdusta dan menanamkan dusta dalam dirinya, maka Allah akan mencatatnya sebagai seorang pendusta.” (H.R Muslim)

41 Ibnu Hajar Al Asqalani, Terjemah Bulughul Maram, Pustaka Amani, Jakarta, 1996, hal 605-606 A rtin y a:

Sayangnya saat ini kejujuran menjadi sesuatu yang sangat langka. Bagi kita bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragaman islam, kenyataan tersebut merupakan masalah sosial keagamaan yang sangat mendasar. Padahal, dalam pemandangan sehari-hari, semangat islam di dalam menjalankan ibadah juga sangat tinggi. Bangsa kita adalah bangsa yang sangat religius, taat beribadah, dan memiliki komitmen keagamaan yang tinggi. Tetapi, angka korupsi di negeri kita justru yang terbesar di Asia Tenggara, nomor dua di Asia, dan nomor lima di dunia.42

Korupsi adalah sebuah perilaku kebohongan, dusta, dan penipuan. Korupsi adalah kebohongan ganda yang dapat menimbulkan kehancuran sistematis, tidak hanya bagi si pelaku, tetapi yang lebih parah adalah merusak tatanan dan merugikan bangsa dan negara. Suka berbohong, termasuk di dalamnya korupsi, merupakan akhlak terceia dan perilaku orang-orang munafik.

Kecintaan kepada keluarga, jabatan, dan harta benda yang berlebihan memang potensial bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Setiap manusia tentu memiliki naluri untuk mencintai orang yang memiliki kedekatan emosi onal atau kekerabatan. Namun kecintaan tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan tindakan yang melanggar tata tertib kehidupan, baik yang berasal dari Allah langsung maupun yang merupakan kesepakatan bersama. Desakan pemenuhan kebutuhan keluarga juga tidak boleh dijadikan alasan untuk melakukan korupsi atau usaha lain yang tidak halal. Rasa iba dan

48

cintanya kepada kerabat dekat pun jangan sampai mendorong untuk melakukan praktek KKN. Sebab praktek KKN itu bukan hanya merugikan orang lain, tetapi juga merugikan diri sendiri dan institusi. Bahkan Allah akan mengancam akan mendatangkan mala petaka bagi mereka yang lebih mendahulukan kepentingan keluarga, kerabat, jabatan, usaha maupun rumah tinggal dibanding dengan Allah, RasulNya, dan jihad di jalanNya. Firman Allah dalam surat At Taubah ayat 24 :43

’’K atakanlah,: ” Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri- istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan RasulNya, serta berjihad dijalanNya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusanNya” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. ”

(QS. At Taubah (9):24)

Dalam laporan PAN yang berdasarkan temuan Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP), ditemukan indikasi bahwa

43 Departemen Agama RI, Al-Qur 'cm dan Terjemahannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2005, hal 257 Artinya :

penyimpangan diseluruh departemen pada tahun 2003 telah menimbulkan kerugian uang negara sebesar 1,3 trilyun rupiah dengan bagian terbesar (Rp.2,08 trilyun) di departemen keuangn. (Haedar Nashir : 2003)

Bila diperhatikan pada tayangan televisi akhir-akhir ini, jelas kasus ketidakjujuran semakin manjadi. Yang dapat kita saksikan dalam tayangan televisi tersebut antara lain :

- Kasus Bank Century, tentang adanya kesalahan dalam pengambilan kebijakan pemberian dana talangan Rp 6,7 trilyun untuk Bank Century. - Kasus dugaan tindak pidana penyuapan dan korupsi terkait kasus Gayus

Tambunan.

- Potensi hilangnya pemasukan negara akibat korupsi sektor perpajakan, dinilai lebih dari Rp. 10 trilyun pertahun.

Fakta tersebut menunjukkan betapa gawat penyakit korupsi ditubuh bangsa ini. Penyakit tersebut tidak dapat disembuhkan dengan segera, dan tentu memerlukan usaha-usaha preventif dan tindakan yang serius, berkelanjutan, dan meluas diseluruh tubuh bangsa dan negara.

Korupsi di negeri ini tumbuh pesat dalam berbagai bentuknya yang semakin canggih. Kita dapat menyebut sederet tindakan korupsi antar lain : meminta atau menerima suap secara suka rela, maupun paksa, pemberian proteksi atas kepentingan individu atau kelompok tertentu, hubugan kekerabatan atau kronisme, pencurian atau manipulasi barang-barang publik untuk kepentingan pribadi. Manipulasi hak milik publik dapat dilakukan swastanisasi BUMN secara tidak transparan, penggunaan peralatan atau

50

sumber daya keuangan publik untuk kepentingan individu, pemilik dana perusahaan daerah yang tidak terkontrol, memperoleh kredit tanpa mau mengembalikan.

Esensi korupsi ialah penyalahgunaan uang dan kekuasaan yang mengandung unsur penipuan, penyimpangan, dan bahkan pencurian secara sistematik maupun terang-terangan, yang merugikan uang dan kepentingan

publik untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok yang

menyelewengkannya.

Di negara kita, yang namanya KKN memang sudah menggurita, sehingga tidak mudah untuk memberantasnya. Namun bukan berarti dapat dibiarkan berkembang dengan tanpa ada upaya penghentian. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang signifikan dan serius, baik dengan pendekatan legal formal maupun dengan pendekatan moral agama.

Agaknya memberantas KKN dengan pendekatan moral agama atau lebih tepatnya dengan memperkokoh tauhid, merupakan alternatif yang tidak dapat dipandang enteng. Survei membuktikan bahwa para sahabat nabi dan tokoh-tokoh islam kita, baik yang terkini maupun terdahulu yang aqidah tauhidnya kokoh, tidak pernah tergoda untuk berKKN, meskipun ada peluang untuk melakukannya. Mereka adalah pribadi-pribadi yang tidak ambisi jabatan, tetapi sangat amanat ketika dipercaya.

Pilihan pada orang yang tauhid atau aqidahnya kokoh merupakan kriteria yang dapat menjamin sukses. Sebab kehidupan orang yang demikian,

dari krisis. Bahkan, bangsa kita bukannya bangkit tetapi semakin bangkrut. Adzab Allah mulai terjadi silih berganti. Mulai dari banjir, tanah longsor, badai, dan musibah lainnya. Semua itu bukan peristiwa alam biasa, tetapi peringatan dari Allah agar kita senantiasa insaf, sadar dan bertaubat atas segala bentuk kebohongan, dusta dan korupsi. Dan kembali kepada kejujuran. Karena kejujuran akan membawa kesuksesan.

Dikemukakan oleh Imam Ghozali dalam kitab ihyanya, bahwa kejujuran meliputi :44

a. Jujur pada perkataan

b. Jujur pada niat dan kehendak

c. Jujur pada cita-cita yang telah diputuskan d. Jujur dalam menjalankan keputusan e. Jujur pada amal perbuatan

f. Jujur dalam mencapai tingkatan keagamaan

Agar kita sennatiasa menjadi orang yang jujur, dan mampu menghindari kebiasaan berdusta, maka ada dua hal yang perlu kita lakukan;

Pertama, menyadari bahwa segala hal yang kita lakukan diketahui oleh Allah dan para malaikat-Nya. Allah mengetahui yang rahasia dan tersembunyi, bahkan dalam getar hatipun Allah mengetahui. Seseorang mungkin bisa

52

membohongi sesama tanpa pemah diketahui, tetapi siapapun tidak mampu membohongi Allah dan terlepas dari penglihatan-Nya. Kedua, kita menyadari bahwa setiap tugas adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada sesama manusia dan kepada Allah. Apa yang diterima dan menyangkut hak publik, maka harus dilaporkan secara transparan dan apa adanya. Pertanggungjawaban kepada Allah dapat diterima apabila urusan yang berkaitan dengan masyarakat dan hukum sudah dilakukan secara jujur dan terbuka.

Jadi jelas sekali kejujuran merupakan sikap perbuatan mulia yang sangat dicintai Allah. Kejujuran adalah modal utama bangsa kita dalam memperbaiki nasib dan masa depan. Sebaliknya dusta, korupsi, kolusi, dan nepotisme merupakan perbuatan yang sangat dilarang oleh Allah.

Kejujuran yang merupakan modal dalam memperbaiki nasib dan masa depan bangsa, demikian juga generasi muda adalah modal utama memperbaiki nasib dan masa depan bangsa, maka generasi muda harus dibiasakan bersikap jujur. Terutama para siswa yang merupakan generasi penerus yang terdidik. Maka setiap siswa harus betul-betul memahami pelajaran yang disampaikan oleh pendidik. Karena dengan memahami apa yang disampaikan pendidik, siswa akan menguasai materi dan akan lebih paham mengamalkannya. Oleh karena itu selain para siswa memiliki kemampuan masing-masing, para pendidik harus betul-betul menguasai didaktik metodiknya. Para pendidik yang menguasai didaktik metodik, mereka akan tahu betul bagaimana cara menghadapi anak didik yang memiliki

bermacam-macam karakter. Sehingga anak didik akan lebih mudah menerima pelajaran yang diberikan.

Inti beragama adalah masalah sikap. Di dalam islam, sikap beragama itu intinya adalah tauhid. Jadi yang dimaksud beragama pada intinya ialah memahami tauhid. Jika kita membicarakan bagaimana cara mengajarkan agama islam, maka inti pembicaraan kita adalah bagaimana menjadikan anak didik kita menjadi anak yang betul-betul memahami tauhid dengan benar.

Manusia itu terdiri dari tiga unsur, yaitu jasmani, akal, dan ruhani. Berdasarkan ketiga unsur manusia tersebut, pembinaan pendidikan harus mencangkup ketiga unsur itu secara seimbang. Pembinaan keberagamaan harus mempertimbangkan keharmonisan ketiga unsur tersebut. Menurut Bloom, ranah pembinaan pendidikan ada tiga macam, yaitu ranah kognitif, a fektif dan psikomotorik. Pembagian ini masih digunakan acuan dalam membagi daerah binaan pendidikan agama islam, walaupun kenyataan di lapangan pendidikan agama islam di sekolah-sekolah pada umumnya masih menekankan aspek kognitif sedangkan aspek afektif dan psikomotorik masih kurang diperhatikan. Sehingga siswa-siswa hanya memiliki pengetahuan (dalam hal ini pengetahuan tauhid) saja. Sedangkan praktek sehari-hari belum bisa mencerminkan pengetahuan yang dimilikinya. Kenyataannya masih banyak siswa-siswa, masyarakat, pejabat, bahkan wakil-wakil rakyat yang muslim, sikap mereka belum juga mencerminkan pengetahuan yang dimilikinya. Terutama sikap jujur.

54

Pendidik yang baik, tentu dapat mendorong minat anak, dan anak akan menerima dan memahami pengajaran dengan senang. Hal ini sangat penting dalam pembelajaran tauhid, karena yang dimaksud beragama pada intinya adalah memahami tauhid. Dan tauhid yang kuat, akan membimbing siswa menjadi anak yang jujur.

Setelah peneliti uraikan panjang lebar tentang kejujuran dan dusta, perlu pula di sini kami sampaikan beberapa hal yang diperbolehkan dalam berdusta. Dari Ummu Kultsum binti Uqbah, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda.45

A rtin y a:

’’Tidaklah dikatakan sebagai pendusta orang yang mendamaikan orang yang berselisih dengan menanamkan kebaikan diantara orang yang berselisih dan dengan bertutur kata yang baik.” (HR Bukhori Muslim)

Dalam riwayat Muslim dari Ummu Kultsum, Beliau berkata; ’’Tidak pernah ku dengar Rosulullah memberikan keringanan (untuk berdusta) dalam perkataan seseorang kecuali dalam tiga hal. Ketiga hal tersebut sebagaimana yang diriwayatkan oleh Yunus dari Ibnu Syihab.”46

Perlu diketahui bahwa riwayat Ibnu Syihab adalah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Syihab, Beliau mengatakan; ”Aku belum pernah mendengar Rosulullah memberikan keringanan untuk berdusta dalam pembicaraan kecuali dalam tiga hal, yakni dalam perang, mendamaikan

45 H. Salim Bahreisy, Terjemah Riadhus Shalihin II, PT. Al M a’arif, Bandung, 1987, hal.426 46 Eko Haryono, Aris Munandar, Bahaya Lidah, Media Hidayah, 2003, hal.72

orang yang berselisih dan ucapan suami untuk menenangkan istrinya atau sebaliknya.47

Imam Nawawi berkata; ’’Hadis ini sangat gamblang menunjukkan adanya beberapa jenis dusta yang diperbolehkan karena suatu pertimbangan tertentu. Ulama telah membuat kaidah dalam permasalahan dusta yang diperbolehkan. Menurut Imam Abu Hamid Al Ghozali yaitu : Perkataan adalah sarana untuk menyampaikan suatu maksud. Setiap maksud yang bisa disampaikan dengan berkata jujur maupun dusta, maka berbicara dusta dalam hal ini hukumnya haram, karena tidak ada kebutuhan untuk berdusta. Jika penyampaiannya hanya bisa dilakukan dengan berdusta saja dan tidak bisa dilakukan dengan mengatakan yang sebenarnya, maka berdusta pada kondisi seperti ini hukumnya diperbolehkan selama maksud yang dituju adalah perkara mubah bahkan menjadi wajib jika maksud yang dituju adalah perkara yang wajib.

Jadi Rosulullah sangat tegas melarang umatnya melakukan dusta atau berbuat bohong kecuali pada tiga hal, karena alasan untuk mencapai kebaikan dan menegakkan kebenaran, yaitu :

a. Berdusta dalam perang sebagai siasat pertempuran.

b. Dusta yang dilakukan sebagai taktik untuk mendamaikan dua orang muslim yang berselisih.

56

c. Suami berbohong kepada istri (atau sebaliknya), misalnya menjanjikan sesuatu yang patut dijanjikan, sekedar untuk menghibur dan menyenangkan hatinya.

Bahkan untuk keadaan tersebut berdusta itu bisa menjadi wajib, yaitu bila dalam keadaan darurat atau posisinya terdesak, seperti untuk menyelamatkan diri dari tindak kezaliman dan kekejaman. Tapi meskipun demikian harus dipahami, bahwa apabila suatu tujuan yang baik dan benar itu sudah bisa dicapai tanpa harus berdusta maka janganlah berdusta, sebab bagaimanapun juga bohong atau dusta itu tetap haram hukumnya.

Marilah kita senantiasa meningkatkan kadar ketauhidan kita, karena tauhid itulah yang membuat kita mengetahui mana perintah Allah yang harus kita laksanakan dan mana larangan yang harus kita hindari. Kita harus mengarahkan ketauhidan atau keimanan untuk mencapai ketaqwaan yang sebenar-benarnya taqwa. Karena ketaqwaan yang simbolis hanya akan menjerumuskan kita, baik sebagai individu maupun kolektif dalam jurang kenistaan. Salah satu contoh dari kenistaan itu adalah dusta, kebohongan, korupsi.

Dokumen terkait