• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAPARAN DATA

V.1. Geologi Daerah Penelitian

V.1.2. Litologi Daerah Penelitian

Penentuan litologi pada daerah penelitian dilakukan dengan metode pemetaan geologi yang sistematik dan detail. Pemetaan geologi yang dilakukan dibagi menjadi dua tahap, yaitu pemetaan geologi pada daerah perbukitan Jiwo Barat dan pemetaan geologi pada daerah Desa Pagerjurang dengan skala yang lebih besar dan dengan areal yang lebih sempit. Pelaksanaan pemetaan geologi sebanyak dua tahap ini dilakukan dengan tujuan unutk mendapatkan hasil pemetaan dan identifikasi litologi yang lebih spesifik khususnya pada daerah Desa Pagerjurang.

Pada pemetaan geologi daerah perbukitan Jiwo Barat, peneliti mengacu pada peta geologi daerah Jiwo yang telah dibuat oleh Wijanarko (2008) pada penelitian tugas akhir sebelumnya dengan beberapa perubahan berdasarkan data-data yang diperoleh peneliti di lapangan secara langsung. Berdasarkan Gambar 5.4, dapat diketahui bahwa areal pemetaan daerah Desa Pagerjurang berada di dalam areal Jiwo Barat. Pemaparan tentang litologi daerah penelitian akan dibagi menjadi dua.

53 G am bar 5.4 . Pet a g eol og i Ji w o B ar at ( m eng ac u pada W ij anar k o, 2008 deng an m odi fi k as i) ( k ir i) d an pet a z ona si u baha n sk ar n D es a Pag er jur ang ( k ana n)

54

V.1.2.1. Litologi Daerah Jiwo Barat

Dari peta geologi Jiwo Barat yang ditunjukkan pada Gambar 5.4, diketahui bahwa satuan litologi yang menyusun daerah penelitian berdasarkan pengamatan langsung di lapangan yaitu satuan endapan aluvial, satuan intrusi mikrodiorit, satuan batugamping, satuan batulanau, satuan intrusi gabro dan serpentinit, dan satuan filit.

A. Satuan Endapan Aluvial

Satuan ini melampar cukup luas pada bagian barat, barat daya, dan selatan Perbukitan Jiwo Barat pada daerah penelitian. Satuan ini berada pada lokasi dengan ketinggian rendah serta membentuk pola morfologi dataran. Karakteristik satuan endapan aluvial yang dijumapai pada daerah penelitian berupa endapan lepas berwarna abu-abu kecoklatan, berukuran lempung hingga pasir. Satuan endapan ini merupakan hasil dari limpahan endapan Sungai Dengkeng dan juga berasal dari pelapukan batuan yang tersusun pada daerah penelitian dan membentuk tanah hasil pelapukan berupa lempung pasiran yang bersifat rapuh dan mudah tererosi.

Gambar 5.5. Profil sayatan geologi Jiwo Barat (atas) dan profil sayatan zonasi ubahan batuan skarn Desa Pagerjurang (bawah)

55 B. Satuan Intrusi Mikrodiorit

Satuan intrusi batuan beku mikrodiorit dijumpai pada Gunung Merak, Gunung Kebo, dan lereng Gunung Cakaran. Satuan ini banyak ditemukan pada puncak gunung dalam bentuk bongkah-bongkah berukuran 50-100 cm serta dalam bentuk tubuh intrusi dalam skala kecil. Kondisi satuan batuan ini (Gambar 5.6) mengalami pelapukan dengan tingkat lemah hingga sedang. Pada beberapa lokasi, singkapan mikrodiorit ditemukan dalam keadaan telah mengalami pelapukan membola. Deskripsi megaskopis satuan ini yaitu berwarma abu-abu, tekstur interlocking, masif, porfiroafanitik, holokristalin, inequigranular, porfiritik lemah hingga sedang, tidak dijumpai gelas, ukuran fenokris 0,2-0,5 cm terdiri dari plagoklas, hornblende, dan piroksen, ukuran masa dasar <0,1 cm yang tersusun oleh mineral-mineral basa dan mempunyai sifat magnetik lemah.

Gambar 5.6. Kenampakan megaskopis mikrodiorit

C. Satuan Batugamping

Satuan ini dijumpai dalam keadaan telah termetamorfisme menjadi marmer dan diinterpretasikan berasal dari batugamping Formasi Wungkal-Gamping. Satuan ini dijumpai di lereng sisi barat daya Gunung Jabalkat yaitu pada Desa Pagerjurang. Pelamparan dari satuan ini tidak luas, dengan dimensi singkapan

56 yang dijumpai yaitu 10x5 meter. Kondisi satuan ini (Gambar 5.7) relatif segar dengan tingkat pelapukan lemah. Deskripsi megaskopis pada satuan batuan ini yaitu berwarna abu-abu, tidak mempunyai foliasi, memperlihatkan struktur granulose dan bertekstur granoblastik. Komposisi satuan tersebut berupa kalsit dan dijumpai adanya urat kuarsa yang tidak begitu intensif dengan dimensi lebar urat kurang dari 0,5 cm. Sataun marmer ini merupakan hasil dari proses metamorfisme kontak.

D. Satuan Batulanau

Satuan ini dijumpai dalam keadaan telah termetamorfisme menjadi hornfels dan diinterpretasikan berasal dari batulanau Formasi Wungkal-Gamping. Satuan batuan ini dijumpai di lereng sisi barat daya Gunung Jabalkat yaitu pada Desa Pagerjurang. Pelamparan satuan ini tidak begitu luas, dengan dimensi singkapan yang dijumpai yaitu 50x8 meter. Kondisi satuan ini (Gambar 5.7) mengalami pelapukan dengan tingkat lemah hingga sedang. Deskripsi megaskopis pada satuan batuan ini yaitu berwarna coklat kekuningan, tidak mempunyai foliasi, memperlihatkan stuktur horfelsik, tekstur granoblastik, dan terkadang memperlihatkan tekstur sisa (relict texture) dari batuan sebelumnya yaitu berupa perlapisan dan laminasi. Komposisi yang menyusun satuan batuan ini adalah kuarsa, feldspar, dan mineral opaq. Satuan batuan ini terbentuk sebagai akibat proses metamorfisme kontak.

Gambar 5.7. Kenampakan megaskopis marmer (kiri) dan hornfels (kanan)

E. Satuan Intrusi Gabro dan Serpentinit

Satuan intrusi batuan beku gabro dijumpai di lereng sisi tenggara Gunung Jabalkat. Kondisi batuan yang dijumpai (Gambar 5.8) relatif segar dengan tingkat pelapukan yang lemah. Deskripsi megaskopis satuan batuan ini yaitu

57 berwarna abu-abu cerah, tekstur interlocking, masif, holokristalin, equigranular, porfiritik kuat, tidak dijumpai gelas, ukuran kristal relatif seragam 0,5-1 cm didominasi tersusun oleh mineral plagioklas dan piroksen, dan mineral lain seperti hornblende, olivin, dan mineral opaq. Kemudian, pada sebagian tubuh intrusi gabro tersebut diantaranya telah mengalami metamorfisme sehingga terubah menjadi serpentinit. Serpentinit ini dijumpai di lereng sisi barat laut Gunung Jabalkat. Dimensi singkapan yang dijumpai adalah 15x7 meter. Pelamparan serpentinit ini tidak begitu luas. Kondisi batuan telah mengalami pelapukan dengan tingkat lemah hingga sedang. Deskripsi megaskopisnya yaitu berwarna hijau keabuan, memiliki kilap lemak, tidak memiliki foliasi, dan memperlihatkan struktur liniasi. Komposisi batuan berupa serpentin, olivin, dan talk.

Gambar 5.8. Kenampakan megaskopis gabro (kiri) dan serpentinit (kanan)

F. Satuan Filit

Satuan batuan metamorf filit merupakan satuan batuan yang paling banyak dijumpai pada daerah penelitian dan pelamparannya paling luas. Kondisi batuan yang dijumpai (Gambar 5.9) pada daerah penelitian sebagian besar telah mengalami pelapukan dengan tingkat sedang hingga kuat yang merupakan batuan tertua pada daerah penelitian. Pada satuan batuan metamorf ini sering menunjukkan foliasi yang baik. Pada beberapa lokasi dapat dijumpai urat kuarsa baik dalam kondisi sejajar maupun memotong bidang foliasi yang merupakan produk alterasi hidrotermal yang disebabkan oleh aktivitas magmatisme terobosan batuan beku. Deskripsi megaskopis satuan batuan ini yaitu berwarna coklat muda, mempunyai foliasi, ukuran butir halus, memperlihatkan struktur philitic dan bertekstur lepidoblastik yang didominasi oleh mineral-mineral

58 tabular. Batuan telah terjadi pemisahan mineral granular (segregasi) namun belum sempurna. Komposisi berupa kuarsa dan mika. Batuan ini merupakan hasil dari proses metamorfisme regional.

Gambar 5.9. Kenampakan megaskopis filit

V.1.2.2. Litologi Daerah Desa Pagerjurang

Pada lereng sisi barat daya Gunung Jabalkat (Desa Pagerjurang), dapat dijumpai ubahan batuan yang bertipe skarn yang menjadi fokus penelitian (Gambar 5.10). Pada daerah ini, dilakukan pengamatan litologi dan pembuatan peta yang lebih detail dengan menggunakan skala peta yang lebih besar. Karena skala yang digunakan cukup besar, maka litologi dapat dipisahkan menjadi zonasi-zonasi litologi. Pada peta zonasi ubahan batuan skarn daerah Desa Pagerjurang, dapat diketahui bahwa zonasi tersebut antara lain zona marmer, zona hornfels, zona retrograde eksoskarn, zona distal prograde eksoskarn, dan zona proksimal prograde eksoskarn yang akan dibahas lebih lanjut pada pembahsan bab selanjutnya mengenai karakter dan genesanya.

59 Gambar 5.10. Singkapan skarn pada Desa Pagerjurang

A. Zona Marmer

Pelamparan dari zona ini tidak luas, dengan dimensi singkapan yang dijumpai yaitu 10x5 meter. Kondisi zona ini relatif segar dengan tingkat pelapukan lemah. Deskripsi megaskopis pada zona ini yaitu berwarna abu-abu, tidak mempunyai foliasi, memperlihatkan struktur granulose dan bertekstur granoblastik. Komposisi zona tersebut berupa kalsit dan dijumpai adanya urat kuarsa yang tidak begitu intensif dengan dimensi lebar urat kurang dari 0,5 cm. Zona marmer ini merupakan hasil dari proses metamorfisme kontak.

B. Zona Hornfels

Pelamparan zona hornfels ini tidak begitu luas, dengan dimensi singkapan yang dijumpai yaitu 50x8 meter. Kondisi zona ini mengalami pelapukan dengan tingkat lemah hingga sedang. Deskripsi megaskopis pada zona ini yaitu berwarna coklat kekuningan, tidak mempunyai foliasi, memperlihatkan stuktur horfelsik, tekstur granoblastik, dan terkadang memperlihatkan tekstur sisa (relict texture) dari batuan sebelumnya yaitu berupa perlapisan dan laminasi. Komposisi yang menyusun satuan batuan ini adalah kuarsa, feldspar, dan mineral opaq. Zona ini terbentuk sebagai akibat proses metamorfisme kontak. C. Zona Retrograde Eksoskarn

Zona ini melampar kurang lebih 2 meter pada singkapan Desa Pagerjurang. Kondisi zona ini mengalami pelapukan dengan tingkat kuat (Gambar 5.11). Kenampakan lapangan pada zona ini sebagian besar telah berwujud material lempung pasiran. Zona ini dicirikan mineral epidot, klorit dalam jumlah yang banyak. Kehadiran mineral epidot dan klorit dalam jumlah banyak seringkali

60 Gambar 5.11. Kenampakan zona retrograde eksoskarn (kiri atas), zona distal prograde

eksoskarn (kanan atas), dan proksimal prograde eksoskarn (bawah)

dinamakan dengan skarn epidot-klorit yang merupakan mineral hasil penggantian mineral-mineral skarn prograde yang telah terbentuk sebelumnya. D. Zona Distal Prograde Eksoskarn

Zona ini melampar kurang lebih 2-3 meter pada singkapan. Kondisi zona ini mengalami pelapukan tingkat rendah hingga sedang (Gambar 5.11). Deskripsi megaskopis zona ini yaitu berwarna hitam, sebagian besar komposisinya berupa klinopiroksen yang sangat melimpah. Zona distal prograde eksoskarn ditandai dengan kehadiran klinopiroksen relatif banyak dan kehadiran garnet menurun. Mineral lain yang hadir adalah antara lain epidot, kalsit, kuarsa, serta mineral sulfida seperti pirit, kalkopirit, terkadang galena dan sfalerit.

E. Zona Proksimal Prograde Eksoskarn

Zona ini melampar kurang lebih 1,5-2 meter pada singkapan. Kondisi zona ini mengalami tingkat pelapukan rendah hingga sedang. Zona ini berbatasan dengan marmer dan dicirikan oleh dominasi kehadiran mineral garnet terhadap mineral klinopiroksen berdasarkan pengamatan megaskopis dan mikroskopis. Disamping garnet dan klinopiroksen, mineral lain yang hadir adalah epidot, kuarsa, serta mineral sulfida. Garnet zona proksimal berukuran kristal lebih besar (2-10 mm). Mineral sulfida terutama pirit dan kalkopirit umumnya hadir dan terkadang sfalerit berasosiasi dengan zona proksimal prograde eksoskarn ini.

61

Dokumen terkait