• Tidak ada hasil yang ditemukan

LIVE ONCE AGAIN

Dalam dokumen To Live Deli’S Wonder-Land (Halaman 91-111)

LIVE ONCE AGAIN

Suatu kawasan maupun bangunan pada akhirnya adalah mengenai bagaimana dapat berhasil dan berguna bagi pemakainya. Ketika memutuskan bahwa apartemen yang dirancang merupakan apartemen tipe keluarga, maka perancang merasa penting untuk memikirkan karakter penggunanya.

Gambar 6.1. Zoning bangunan apartemen.

Perancangan dimulai dari peletakan zona ruang dalam bangunan dan akses utama bangunan. Zona dibagi atas zona publik, semi publik, puskesmas, pengelola, servis, penghuni dan tangga darurat. Publik dan privat dipisah oleh area semi publik. Kawasan untu tamu, penghuni dan puskesmas dipisah secara jelas (gambar 6.1).

Gambar 6.2. Denah lantai ground.

Sirkulasi pejalan kaki yang datang hanya dengan jalan kaki dapat di akses melalui bagian barat apartemen (gambar 6.2.). Sepanjang samping jalan Yos Sudarso didesain ramah bagi pejalan kaki yaitu pedestrian yang luas dan pepohonan yang rindang supaya terhindar dari terik matahari. Untuk yang datang melalui stasiun. Berdasarkan hasil revisi, bangunan harus memiliki 1 pintu masuk utama, walaupun dapat diakses melalui kedua pintu tersebut tetapi harus ada satu yang utama.

Akses horizontal bangunan mulai dari akses lantai paling bawah yaitu ground plan. Zoning dibagi berdasarkan tingkat keamanannya dimana bagian atas merupakan ruang khusus puskesmas. Puskesmas dapat diakses melalui 3 pintu masuk yaitu bagian barat untuk pejalan kaki, bagian timur laut untuk pintu masuk gawat darurat dan yang terakhir adalah pintu untuk yang datang dengan kendaraan pribadi yang berada di bagian barat tepat berdekatan dengan area parkir outdoor (gambar 6.3).

Beberapa ruang yang merupakan ruang publik di puskesmas yaitu ruang tunggu, dan apotik. Luas ruang ini tergantung pada jumlah tempat duduk keluarga pasien yang akan disediakan. Satu tempat duduk beserta sirkulasinya membutuhkan luas + 2 m2.

Pengelola atau pegawai puskesmas sebelum bekerja di ruang masing- masing perlu ruang loker untuk mengganti pakaian kerjanya yang setiap hari di bersihkan kembali di laundry yang merupakan salah satu fasilitas pokok di puskesmas rawat inap. Ruang loker dipisah antara petugas pria dengan petugas wanita. Masing-masing ruang loker dilengkapi dengan toilet. Luas masing-masing ruang loker + 20 m2.

Perawatan di puskesmas terbagi menjadi dua yaitu perawatan yang umum (KIA, KB, poli umum, instalasi gizi, dan lain-lain) dan yang darurat. Area emergency yang diposisikan di bagian utara dan tidak menggangu kegiatan puskesmas yang di bagian perawatan umum sehingga benar-benar terpisah dan tidak mengganggu satu sama lain (gambar 6.4).

Gambar 6.4. Sirkulasi untuk perawatan umum di puskesmas.

Gambar 6.5. Aksonometri sirkulasi vertikal.

Akses penghuni setelah masuk ke dalam bangunan akan melalui lobby dan langsung naik ke lantai 2 unit hunian. Penghuni dan tamu sebelum masuk ke area yang lebih privasi di lantai satu yaitu area servis dan pengelola bangunan apartemen, penghuni dan tamu melewati bagian semi publik yaitu ruang bersama. Dari ruang bersama penghuni dapat mengakses langsung ke warung makan dan kolam renang. Di lantai atas adalah area khusus penghuni dan tamu dari penghuni, pertemuan antara penghuni dan tamu dapat di ruang bersama maupun di ruang tamu unit hunian mereka. Untuk akses pengelola dan servis masing-masing

memiliki akses tersendiri dari luar bangunan sehingga tidak mengganggu aktifitas lain yang ada dalam bangunan (gambar 6.5).

Apartemen tipe keluarga berarti tidak terbatas usia pengguna setiap unit hunian di bangunan tersebut. Penghuni disable yang menggunakan kereta dorong maupun kereta bayi maka tentunya akses vertikal di mudahkan dengan penambahan lift. Walaupun bangunan tidak terlalu tinggi (mid-rise apartemen), hanya 5 lantai. Lift yang di pakai merupakan lift yang berukuran cukup luas setara lift barang. Walaupun lebih diharapkan penghuni menggunakan tangga, lift disediakan ada 2 sehingga ketika salah satu sedang terjadi kerusakan dan dalam perbaikan maka satu lagi dapat digunakan.

Gambar 6.6. Ruang luar hijau apartemen.

Dilantai 1 di area kolam renang juga terdapat ruang luar hijau yang disediakan pondok bernuansa tropis yang dapat digunakan area bersantai penghuni dan area bertemunya penghuni dan tamu (gambar 6.6).

Berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor: 272/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, untuk perhitungan luasan efektif area parkir Apartemen dengan unit hunian yang luasanya kurang dari 70 m2 adalah 1 SRP untuk5 unit.

Unit hunian apartemen yang hanya 36m² dan 45 m² sehingga perancang memutuskan jumlah untuk total parkiran mobil 5 unit/mobil dan 1 kereta/unit. Kawasan yang didesain berprinsip TOD sehingga penghuni apartemen yang bekerja di luar kecamatan dapat menggunakan fasilitas kereta api sehingga tidak memerlukan terlalu banyak jumlah parkir kendaraan pada apartemen.

Gambar 6.7. Lebar sirkulasi dan panjang gang parkir.

Lebar minimum jalur sirkulasi untuk jalan satu arah adalah 3,5 meter dan yang untuk jalan dua arah adalah 6,5 meter. Sirkulasi parkir di area apartemen panjang gang tidak lebih dari 100 meter dan lebar sirkulasi adalah 6 meter untuk 1 arah (gambar 6.7). Parkir dikhususkan untuk pemilik unit hunian, tamu pemilik unit hunian, dan puskesmas maka untuk pengorganisasiannya tidak terkena biaya parkir.

Gambar 6.8. Perspektif area parkir di bagian timur bangunan.

Peletakan parkir tidak di jalan Yos Sudarso melalui di jalan yang lebih kecil yaitu seruwai mencegah macet di jalan Yos Sudarso (gambar 6.8).

Gambar 6.10. Tampak timur apartemen.

Gambar 6.12. Tampak utara apartemen.

Gambar 6.13.Tampak selatan apartemen.

Tampak depan dan belakang hampir menyerupai satu sama lain karena perancang ingin bangunan tidak bersifat membelakangi bagianmanapun yaitu yang menghadap jalan Yos Sudarso (timur) dan yang menghadap ke jalan Seruwai (barat) (gambar 6.10 dan 6.11), begitu juga dengan tampak samping (gambar 6.12 dan 6.13).

Gambar 6.14. Detail bahan fasad bangunan.

Bahan bangunan yang digunakan adalah bahan bangunan yang umum pada bangunan rumah, yaitu finishing cat. Pemilihan warna beras, warna merah dan kuning, dan bahan kayu pada bangunan dimaksudkan untuk menambah nilai historis pada kawasan (gambar 6.14).

Air pada bangunan bersumber dari PDAM yang kemudian dipompa ke ground water-tank kemudian dipompa ke water tank di lantai atap. Untuk pengolahan air hujan, air ditampung ke water-tank khusus kemudian dialirkan ke filter tank dan selanjutnya air menuju GWT. Untuk air kotor dari setiap hunian dan pembuangan akhir yaitu riol kota (gambar 6.15).

Gambar 6.16. Aksonometri plumbing.

Semua air limbah Puskesmas dialirkan ke IPAL, dan untuk air limbah dari ruang laboratorium, laundry dan instalasi gizi/dapur dilakukan pengolahan pendahuluan (pre-treatment) terlebih dahulu sebelum dialirkan ke IPAL(gambar 6.16).

Sumber elektrikal bangunan berasal dari PLN kemudian melalui genset, MCB dan genset, kemudian dialirkan ke MDF listrik dan panel induk. Dari panel induk, listrik didistribusikan ke seluruh bangunan, sistem elektrikal unit hunian diberi panel tersendiri sehingga pemakaian listrik masing-masing unit lebih tertata (gambar 6.17).

Gambar 6.18. Aksonometri firesafety apartemen.

Setiap ruangan di bangunan dilengkapi dengan alat pencegah kebakaran seperti smoke detector, sprinkler dan APAR. Terkecuali di luar bangunan terdapat hidrant. Tangga kebakaran diletakkan di bagian paling utara dan selatan dan pintu keluar yang langsung mengarah keluar bangunan (gambar 6.18).

Pengertian dilatasi adalah sebuah sambungan atau pemisahan pada bangunan karena sesuatu hal memiliki sistem struktur berbeda. Hal ini dilakukan agar pada saat terjadinya beban (gaya vertikal dan horizontal, seperti pergeseran tanah atau gempa bumi) pada bangunan tidak menimbulkan keretakan atau putusnya sistim struktur bangunan tersebut. Dilatasi di perlukan pada bangunan apartemen karena bentuk apartemen yang berbentuk seperti "Z" (gambar 6.19).

Gambar 6.20. Dilatasi pada bangunan apartemen.

Sistem dilatasi yang dipakai pada bangunan adalah dilatasi dengan 2 kolom biasanya digunakan untuk bangunan yang bentuknya memanjang (gambar 6.20).

Atap diposisikan terpisah yaitu di kiri dan kanan bangunan. Kedua atap berada di atas bagian unit hunian sedangkan atap cor dak beton di bagian tengah untuk bagian servis yaitu peletakan water-tank dan lain-lain (gambar 6.21 dan 6.22).

Gambar 6.21. Potongan A-A Bangunan apartemen.

Gambar 6.22. Potongan B-B bangunan apartemen.

Gambar 6.24. Interior lobby 2.

Gambar 6.25. Interior lobby 3.

Begitu masuk ke dalam sebuah bangunan, ruang pertama yang menyambut penghuni dan tamu adalah lobby. Interior lobby cukup berpengaruh pada kualitas keseluruhan ruang dalam secara estetis. Suasana di dalam apartemen terutama lobby didesain dengan memberi bahan kayu pada perabot dan plafon. Sekilas tampak seperti back-in-time ketika masih zaman ketika kawasan tersebut sedang berjaya sehingga dapat menimbulkan suatu kesan berupa nostalgia (gambar 6.23, 6.24, dan 6.25). Luar dan dalam bangunan terkoneksi dengan desain yang low- profile tapi memberi kesan yang tidak murahan.

Gambar 6.26 Potongan prinsip bangunan apartemen.

Gambar 6.27. Unit hunian tipe 36.

Tipe hunian ditentukan berdasarkan kelas apartemen yang merupakan mid- class apartemen. Sehingga ruang tiap unit hunian tidak terlalu luas maupun sempit (gambar 6.26, 6.25 dan 6.28).

Kegiatan penghuni yang dapat dilakukan di dalam apartemen dapat berupa membeli makan di warung, bermain tenis meja, catur ataupun permainan papa lainnya di ruang bersama di lantai 1. Dan juga fasilitas lainnya yang juga dapat digunakan oleh penghuni adalah jogging track, kolam renang dan pondok yang dikelilingi pohon yang rindang untuk berbincang-bincang ketika pagi maupun sore hari.

Peletakan ruang luar hijau di bagian barat memudahkan penghuni apartemen yang sedang beraktifitas di ruang luar hijau tersebut langsung ke kawasan ruko lama. Dari ruang luar apartemen dapat dengan mudah mengakses ke kawasan apartemen melalui penyeberangan zebra cross yang disediakan di kawasan (gambar 6.29).

Pengembangan komersil merupakan salah satu yang dapat meningkatkan ekonomi bagi warga setempat. Yang berjualan di area tersebut pastinya adalah warga yang tinggal dekat dengan kawasan dan dapat juga merupakan warga yang tinggal di apartemen.

Gambar 6.30. Site plan ruko lama.

Peletakan lapak di ruko lama tersebut berada di sekeliling bangunan ruko, sehingga tidak ada bagian yang tidak terpakai yang akhirnya malah menjadi kumuh. Pengelolaan sampah dilakukan sehari 2 kali yaitu siang ketika pasar pagi sudah tutup dan subuh sebelum pasar pagi mulai aktif. Sehingga kebersihan kawasan tetap terjaga (gambar 6.30).

Nilai historis pada kawasan menjadi salah satu alasan pengunjung datang untuk berkunjung. Dalam budaya Chinese, terdapat beberapa waktu ketika diadakannya cara festival. Acara tersebut dapat menarik pengunjung untuk datang ke kawasan China-Town juga. Berhubung letak China-Town juga sangat dekat dengan vihara, maka dalam event tertentu akan sangat ramai dikunjungi etnis Chinese dan tidak hanya etnis Chinese, etnis lain juga biasanya turut bersuka cita

saat liburan Imlek dan untuk acara festival lain, etnis lain dapat mempelajari kebudayaan Chinese, maka terciptalah keharmonisan yang luar biasa dalam perbedaan suku dan agama di kawasan tersebut.

Penanggalan lunar Festival Kegiatan

Hari terakhir Malam sebelum imlek Makan bersama, bermain petasan

Hari pertama Hari raya imlek Pembagian angpao, acara pentas seni.

Bulan 1 tanggal 15 Festival lampion Parade barongsai dan lampion.

Bulan 4 tgl 4-5 Ziarah kuburan

Keluarga yang sudah pindah keluar kota biasanya kembali ke kampung

halaman untuk beberapa hari.

Bulan 7 tanggal 15 Festival hantu Acara pentas seni.

Bulan 8 tanggal 15 Festival musim gugur Memakan kue bulan.

Tabel 6.1. Acara festival yang populer bagi budaya Chinese dalam penanggalan lunar.

Acara yang diadakan di suatu kawasan terutama acara yang memiliki nilai budaya dapat banyak menarik siapapun baik dari dalam kota maupun dari luar Kota Medan untuk datang dan ikut meramaikan acara tersebut. Kawasan akan makin aktif dengan adanya acara yang menarik (lihat tabel 6.1).

Tidak lupa China-Town tersebut juga memiliki budaya Melayu, sehingga kegiatan dan khas Melayu juga ditonjolkan seperti beberapa bangunan ruko yang dijadikan untuk sanggar kerajinan tangan khas Melayu Indonesia.

Gambar 6.31. Pedestrian pada rumah toko.

Akses pejalan kaki diutamakan di kawasan berprinsip TOD, maka sepanjang jalan yang berada di antara kedua deret ruko. Pengunjung dapat dengan senantiasa berbelanja dan berjalan-jalan di sepanjang jalan tersebut (gambar 6.25).

Fasad yang sudah "layu" memberi efek terhadap kualitas kawasan. Itu sebabnya perancang merasa perawatan fasad pada bangunan lama sangat penting. Jendela yang sudah lepas dipasang yang baru. Bangunan ruko yang tidak memiliki nilai sejarah digantikan dengan ruko baru yang memiliki fasad yang mengadopsi fasad ruko sekitarnya

Dalam dokumen To Live Deli’S Wonder-Land (Halaman 91-111)

Dokumen terkait