• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEEING AND KNOWING

Dalam dokumen To Live Deli’S Wonder-Land (Halaman 44-55)

SEEING AND KNOWING

Setelah melalui beberapa pertimbangan salah satunya adalah berdasarkan hasil survei ekonomi masyarakat di kawasan, perancang memutuskan kelas apartemen yang paling cocok adalah kelas menengah. Untuk desain apartemen kelas menengah tentunya tidak boleh melupakan pemakai yang disable, Social house di Nϋremberg Germany memiliki konsep dimana orang tua, muda,

disabled, dan non-disabled bisa hidup bersama satu sama lain (gambar 3.1).

Gambar 3.1. Social House di Nϋremberg Germany.

Gambar 3.2. Potongan melintang apartemen Social House.

Potongan melintang apartemen menunjukkan kegiatan sosial di ruang luar apartemen tersebut (gambar 3.2). Ruang luar di tata sebagai taman untuk tempat bermain ataupun berjalan jalan atau hanya sekedar duduk duduk bersama melakukan interaksi antar penghuni apartemen tersebut.

Gambar 3.3. Teras apartemen Social House.

Pihak apartemen Social House menyediakan lahan khusus bagi vegetasi berupa pohon berukuran sedang dan rumput yang terletak di ground. Di area lantai 2 dan 3 juga disediakan space khusus untuk dimanfaatkan sebagai tempat jemuran, merawat tanaman, atau hanya sekedar dimanfaatkan menjadi jadi balkon oleh penghuni apartemen tersebut. Apartemen Social House Neuremberg menggunakan shading horizontal louvre (gambar 3.3).

Fasilitas apartemen lainnya yang menjadi pertimbangan salah satunya adalah kolam renang. Sebuah fungsi kolam renang di dalam suatu apartemen kecil dapat menampung kegiatan bersosialisasi para penghuni, tidak hanya berenang tetapi juga sekedar bersantai dan mengobrol contohnya kolam renang di film berjudul Melrose Place (gambar 3.4).

Gambar 3.4. Kolam renang di apartemen Melrose Place.

Untuk merancang open space, perlu diperhatikan juga kegiatan yang ada didalamnya, selain fungsi untuk berenang dan bersosialisasi juga sebagai tempat untuk berolahraga yaitu dengan merancang jogging track dan untuk menambah keasrian open space dapat ditambahkan elemen ruang luar hijau seperti tanaman yang rendah maupun pohon dan kolam ikan buatan untuk memberi kesan tropis.

Gambar 3.5. Ruko lama di George-Town.

Bangunan eksisting terutama yang bernilai sejarah seharusnya mendapatkan perhatian khusus salah satunya adalah rumah toko yang ada di George-Town karena dilakukan pemugaran (gambar 3.5).

Pengecatan warna cerah pada bangunan sangat berpengaruh pada suasana di sekitar bangunan. Pemberian warna yang beraneka ragam membuat bangunan lama tampak jauh lebih hidup. Selain di Melaka di Singapore juga terdapat bangunan rumah toko yang juga memiliki kemiripan bentuk dan arsitektur yaitu di Duxton Hill (gambar 3.6).

Gambar 3.6. Rumah toko di Duxton Hill.

Warna-warni cerah dapat menarik perhatian dari pengunjung, keunikkan warna tersebut selain dapat membuat pengunjung bertanya-tanya juga dapat menjadi objek foto yang menarik (gambar 3.7).

Selain pengecatan warna-warna cerah, warna yang terang dan sederhana juga memiliki daya tariknya sendiri. Yang menarik dari kawasan komersil ini yaitu bangunan ini memiliki ciri khas tersendiri, walaupun pengunjung yang datang tidak memiliki niat untuk membeli, pengunjung dapat menikmati tampilan bangunan yang merupakan bagian dari sejarah Medan.

Bangunan rumah toko tersebut merupakan inti dari perkembangan ekonomi kawasan tersebut. Sebagian area komersil dijadikan untuk wisata kuliner, cafe merupakan salah satu fungsi komersil yang banyak dikunjungi dari kalangan anak muda hingga bapak-bapak yang ingin bersantai menikmati kopi, dapat juga berupa rumah makan bertema zaman dulu yang dapat dijadikan tempat makan keluarga maupun ibu-ibu arisan. Sebagian lagi dijadikan tempat untuk penjualan buah tangan khas dari kawasan tersebut berupa pakaian, aksesoris, dan lain-lain. Kawasan dapat memunculkan keunikan dan keunggulan melalui fungsi komersil.

Pada bagian depan rumah toko yang sekarang merupakan pasar pagi dapat dilakukan pengelolaan kebersihan dan setelah pasar pagi tersebut dibersihkan maka dapat digunakan untuk kawasan kuliner berupa stand makanan khas Melayu, China, Indonesia, dan lain-lain.

Selain di Asia, di benua lain seperti Australia dan Eropa juga terdapat China-Town yang suasananya sangat jauh berbeda dengan negara-negara tersebut bahkan secara sekilas sulit dibedakan kalau China-Town tersebut berada di Eropa (lihat 3.8). Tentunya China-Town yang baik tetap harus ramah terhadap pejalan kaki.

Mengenai arsitektur bangunan eksisting berupa rumah toko yang berjejer di jalan Pasar Lama merupakan gaya arsitektur gabungan antara Arsitektur China dan Arsitektur Belanda sehingga tercipta suatu bentuk yang Eklektik. Selain itu juga terdapat bangunan mesjid dengan campuran gaya arsitektur Melayu dan Timur Tengah, bangunan stasiun dengan Arsitektur Belanda dan bangunan vihara dengan Arsitektur China. Pemilihan konsep rancangan bertujuan untuk menghidupkan kembali tetapi tidak terlepas dari nilai arsitektur dan sejarah setempat, maka diperlukan tema yang memiliki makna sesuai.

Gambar 3.8. China-Town di London.

Post-Modern merupakan arsitektur yang memiliki unsur historis dan

pluralism sebagai salah satu ciri penting. Ciri-ciri Post-Modern (Ir. Wahya Prastowo), yaitu pluralistik yang berarti banyak ragam pandangan, memiliki variasi atau keragaman bentuk, tempat dan sejarah yaitu arsitektur yang berakar pada tempat dan sejarah, komunikatif yaitu sebagai alat komunikasi, arsitek dan masyarakat, waktu (dulu, sekarang dan yang akan datang).

Arsitektur Kawasan Labuhan Deli yang beraneka ragam yaitu China, Belanda, dan Melayu maka jelas bahwa adanya pluralisme dan nilai sejarah pada arsitektur kawasan tersebut (gambar 3.9).

Gambar 3.9. Sketsa peletakan gaya arsitektur berbeda pada kawasan.

Pluralisme yang dimaksud pada Post-Modern juga merupakan gabungan antara yang lama dengan yang baru, modern dengan non-modern, tradisional dengan non-tradisional. Arsitektur Post-Modern mengandung gaya arsitektur yang berasal dari perpaduan dua unsur (hybrid).

Pendekatan tema yang digunakan adalah tema Arsitektur Eklektik yang merupakan salah satu aliran/gaya dari Arsitektur Post-Modern.

" Eclectic: a. & n. (Ancient philosopher) selecting from each school of thought such doctrines as pleases him; (person, doctrine) borrowing freely from various sources; not exclusive in opinion, taste, etc." (Concise Oxford Dictionary).

Kolonial Belanda dan China-Melayu Oriental (China)

China, Melayu dan Timur tengah Kolonial Belanda

Eklektik / ek-lek-tik/Eklektik/ memiliki arti bersifat memilih yang terbaik dari berbagai sumber (tt orang, gaya, metode) (kbbi.web.id).

Arsitektur Eklektik adalah hasil karya arsitektur yang mempergunakan metode merancang secara Eklektik (Prabo Hindarto, 2009).

Eklektisme yaitu sebuah pergerakan arsitektur dengan metode menggabungkan (kombinasi) berbagai aspek, ide, teori maupun yang ditujukan untuk membuat arsitektur terbaik dengan kombinasi yang ada (Prabo Hindarto, 2009). Sebagai contoh untuk menghubungkan Arsitektur Eropa dengan arsitektur tradisional Indonesia dapat di selesaikan menggunakan Arsitektur Eklektik.

Desain secara Eklektik kini dapat dimaknai sebagai penggabungan dari gaya modern dengan ciri khas tradisional. Di Indonesia, gaya ini banyak digemari karena Indonesia memiliki kekayaan budaya, seni dan tradisi, bisa dipadukan. Salah satu cara untuk menerapkan desain Eklektik yaitu dengan memadukan gaya arsitektur tradisional Indonesia. Tidak hanya penggabungan saja tetapi juga dapat menerapkan hanya satu saja gaya arsitektur tetapi dalam bentuk sistem konstruksi, fungsi, dan sisi konseptual.

Mesjid Al-Oesmani mendapatkan inspirasi lengkungan dan ornamen pada kolom yang bergaya Timur Tengah juga merupakan bangunan yang berarsitektur Islam di Eropa sehingga terlihat cukup berbeda dengan kebanyakan dan indah (gambar 4.10).

Selain bangunan berarsitektur Eropa dan Timur Tengah, kawasan juga memiliki bangunan bergaya China-Melayu. George-Town merupakan sebuah kota tua yang menjadi saksi sejarah selama 200 tahun di Penang. Kota tersebut kaya akan bangunan tua dengan Arsitektur Eklektik yang memiliki berbagai gaya dari dari Art-Deco sampai China Klasik, dari Masjid sampai kuil Buddha, vila Kolonial Inggris, Malaysia, Thailand dan Indonesia.

Arsitektur eklektik dapat diaplikasikan pada interior dan eksterior bangunan tampak pada bangunan salah satu contohnya adalah bangunan Baba Nyonya di George-Town.

Gambar 3.11. Fasad bangunan Baba Nyonya.

The peranakan atau biasa dijuluki sebagai Babas and Nyonyas dibangun pada abad ke-19 merupakan salah satu bangunan yang berArsitektur Eklektik di

George Town, Penang (gambar 4.11). Arsitektur Eklektik pada eksterior bangunan terlihat dari ukiran-ukiran khas China peranakan pada panel kayu sedangkan dari interior bangunan dapat dilihat dari motif lantai khas Inggris dan keunggulan hasil kerajinan besi khas Scotlandia. Bangunan yang dulunya milik Kapitan Chung Keng Kwee (Hai Kee Chan) sekarang telah beralih fungsi menjadi museum peranakan.

Gambar 3.12. Courtyard pada bangunan peranakan baba nyonya.

Courtyard pada bangunan peranakan ini merupakan adaptasi dari arsitektur China (gambar 3.12). Unsur Eklektik pada interior bangunan yaitu Bahan lantai yang bergaya Inggris, Perabot dari Eropa dan pegangan tangga menggunakan bahan dari lokal dan import yaitu kerajinan besi dari Glasglow Skotlandia (gambar 3.13).

Perabot yang bergaya Eropa dengan figur keramik Victorian dan gelas Epergnes. Bangunan ini memiliki ruang khusus bergaya barat yang bertujuan untuk hiburan dan tamu dari Eropa. Perak, gelas dan lain-lain semuanya di import dari Eropa.

Setelah melakukan studi banding, selanjutnya adalah pemograman dimana menurut perancang dapat juga dikatakan sebagai sebuah resep dalam membangun bangunan.

Dalam dokumen To Live Deli’S Wonder-Land (Halaman 44-55)

Dokumen terkait