• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surrounding

Dalam dokumen To Live Deli’S Wonder-Land (Halaman 27-41)

BAB II OBSERVING

2.2. Surrounding

Kondisi eksisting sebagian masih memiliki nilai sejarah yang tinggi, ada bangunan bersejarah yang telah tiada ada juga yang masih berdiri kokoh hingga

saat ini. Beberapa bangunan bersejarah yang pernah didirikan di kawasan salah satunya adalah Istana Kerajaan Melayu Deli (gambar 2.2). Istana kerajaan itu dibangun ketika Tuanku Panglima Pasutan memindahkan pusat kerajaan dari Padang Datar, sebutan Kota Medan waktu itu, ke Kampung Alai, sebutan untuk Labuhan Deli.

Gambar 2.2. Istana Sultan Deli di Labuhan pada tahun 1870.

Pemindahan itu dilakukan setelah Tuanku Panglima Padrab Muhammad Fadli (Raja Deli III) memecah daerah kekuasaannya menjadi empat bagian untuk empat putranya.

Sekarang, istana tersebut sudah tidak ada lagi digantikan dengan bangunan sekolah ( gambar 2.3).

Gambar 2.4. Rumah toko di Labuhan Deli zaman dulu.

Salah satu warisan berupa bangunan yang masih berdiri kokoh di kawasan adalah bangunan rumah toko yang memiliki gaya arsitektur China-Melayu (gambar 2.4). Berdasarkan penemuan arkeolog ini Labuhan Deli pernah menjadi pusat perdagangan antar bangsa. Menurut sejarah, Labuhan Deli adalah bekas Kota China, ibukota Kerajaan Haru yang dihancurkan Kerajaan Majapahit pada abad ke 14. Pada masa itu Gajah Mada, Kerajaan Majapahit ekspansi ke Labuhan Deli.

Gambar 2.5. Vihara Siu Sian Kiong.

Bangunan vihara menandai bahwa adanya masyarakat dari China yang datang untuk berdagang dan bahkan ada yang menetap salah satunya adalah Tjong

Afie, vihara tersebut dibangun berdasarkan kebudayaan masyarakat China (gambar 2.5).

Selain itu juga terdapat bangunan keagamaan yang merupakan mesjid tertua di Medan yaitu Bangunan mesjid Al-Oesmani yang awalnya dibangun pada 1854 oleh Raja Deli ketujuh yaitu Sultan Osman Perkasa Alam. Pada awal pembangunan bahan utama merupakan bangunan dengan bahan kayu. Pada tahun 1870, Sultan Deli VIII Mahmud Al Rasyid melakukan pemugaran terhadap mesjid dan arsitek berasal dari Jerman GD Langeries, bangunan selesai pada tahun 1872. Pemugaran yang dilakukan adalah perluasan pada bangunan menjadi 26 x 26 meter dan dibangun secara permanen dengan bahan dari Eropa dan Persia.

A. B.

Gambar 2.6. Mesjid Al-Oesmani dulu dan the Mosque-cathedral di Córdoba.

Bangunan mesjid Al-Oesmani yang berArsitektur Eklektik. Arsitektur dari India tampak dari ukiran dan kubah segi delapan pada bangunan, pintu berornamen China, dominasi warna kuning yang dipadu dengan hijau yang menunjukkan kemegahan dan kemuliaan dan filosofi keislaman, dan ornamen dan ukiran interior bernuansa Timur Tengah. Selain itu nuansa Timur Tengah juga tampak dari kolom arsitektur mesjid dari Cordoba (gambar 2.6 bagian B).

Pola dan bentukan kolom pada bagian luar bangunan Al-Oesmani sebelum dilakukan pemugaran dengan pengecatan warna (gambar 2.6 bagian A).

Gambar 2.7. Mesjid Al-Oesmani.

Sedangkan fasad bangunan mesjid Al-Oesmani sekarang mengalami sedikit perubahan pada warna bangunan (gambar 2.7). Bangunan vihara dan mesjid merupakan warisan dari sejarah kawasan yang masih berdiri kokoh hingga saat ini begitu juga dengan stasiun kereta api dan ruko lama.

Gambar 2.8. Stasiun kereta api Medan Labuhan.

Pada zaman masuknya bangsa Belanda, ketika hasil perkebunan berkembang sangat pesat, pengangkutan menjadi masalah sehingga dilakukan

pembangunan kereta api yang berada di Labuhan Deli (gambar 2.8). Barang yang diangkut dari Belawan menuju Labuhan Deli kemudian ke Kota Medan.

Gambar 2.9. Deretan rumah toko di jalan pasar lama saat sore hari.

Masa penjajahan Belanda di Indonesia termasuk di Medan juga memberi pengaruh kuat terhadap arsitektur bangunan pada masa itu, termasuk deretan rumah toko dan stasiun di kawasan Pekan Labuhan (gambar 2.9). Menurut Handinoto (1996) arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya barat dan timur, yang memiliki ciri-ciri spesifik sebagai hasil kompromi dari arsitektur modern yang berkembang di Belanda dengan arsitektur Indonesia karena budaya dan kondisi iklim yang berbeda jauh dari kedua negara tersebut.

Bangunan rumah toko tersebut sekarang ini sudah sangat tidak terawat walaupun sebagian masih menjadi tempat tingggal bagi warga setempat tetapi kegiatan jual beli hanya terjadi di depan rumah toko yang berupa pasar pagi yang aktif hingga pukul 1 siang dan dibiarkan kotor begitu saja. Rumah toko yang memiliki nilai sejarah dengan arsitektur yang begitu bagus dan dapat dijadikan bangunan dengan fungsi komersil (gambar 2.10).

Selain fungsi komersil, bangunan tersebut juga memiliki nilai sosial budaya masyarakat China-Melayu dan Kolonial Belanda yang tentunya memberi nilai tambah bagi pengembangan ekonomi kawasan. Untuk mewujudkan

sustainable dalam segi ekonomi dan untuk keberlangsungan nilai historis pada bangunan maka bentuk asli bangunan tetap dipertahankan sebagaimana mestinya dan memperbaiki beberapa fasad yang sudah kehilangan keasliannya.

Secara keseluruhan bangunan rumah toko pada jalan pasar lama ini berarsitektur Kolonial Belanda yang tampak dari detail kolom, dinding dan juga ventilasi dan China-Melayu yang tampak dari bentukan jendela.

Salah satu bangunan rumah toko yang masih memiliki keaslian bentuk fasad walaupun sudah tidak terawat, kotor oleh spanduk yang rusak dan dibiarkan begitu saja (gambar 2.11). Selain itu cat bangunan rumah toko yang berwarna putih juga sudah lepas dan terkesan sangat kusam.

Gambar 2.12. Fasad bangunan rumah toko.

Ketiga bangunan rumah toko tersebut sudah memakai jendela kaca yang tidak sama dengan bentuk dulunya walaupun detail kolom dan ventilasi masih terlihat memiliki arsitektur Kolonial Belanda (gambar 2.12).

Gambar 2.13. Fasad bangunan rumah toko.

Beberapa bangunan yang sudah tidak terawat tampak dari bagian jendela yang sudah hilang dan kaca jendela yang sudah pecah. Dari fasad tersebut jelas bahwa beberapa dari bangunan tersebut tidak dipakai lagi (gambar 2.13).

Gambar 2.14. Pasar di depan rumah toko jalan pasar lama.

Pada pagi hari sepanjang jalan pasar lama di depan jejeran rumah toko dipadati oleh pedagang buah-buahan, sayur-sayuran, pakaian, mainan dan lain-lain dan hanya aktif sampai siang hari. Jalan tersebut hanya dilewati kendaraan roda 2 dan pejalan kaki karena kepadatan jalan tersebut. Selain itu jalanan juga kotor oleh sampah yang bersumber dari kegiatan pasar tersebut (gambar 2.14).

Gambar 2.15. Akses jalan di antara rumah toko dan samping vihara.

Kawasan ruko berada tepat di depan jalan pasar lama sedangkan di bagian belakang bangunan penduduk terdapat pemukiman penduduk. Salah satunya akses menuju pemukiman penduduk adalah melalui jalan kecil yang terletak di antara

rumah toko, samping vihara dan samping sekolah yang dulunya lahan tersebut merupakan milik Kerajaan Sultan (gambar 2.15).

Gambar 2.16. Sungai Deli di kawasan Pekan Labuhan.

Lingkungan sekitar termasuk Sungai Deli sudah mulai "mati" dan tidak aktif lagi seperti dulu, Kebersihan merupakan hal yang sangat penting untuk melestrasikan area terbuka hijau dan sungai. Sungai di bagian barat kawasan ini mulai tampak kumuh dengan adanya sampah berserakan dan pinggiran sungai sama sekali tidak tertata (gambar 2.16).

A. B.

Akses menuju pinggiran sungai hanya berupa ram sederhana dari tanah dan tangga sederhana yang terbuat dari semen (gambar 2.17 bagian A). Lebar tangga yang sempit dibiarkan tanpa adanya pegangan tangga (gambar 2.17 bagian B). Perancang sendiri hanya bergantung pada tanaman di samping tangga untuk menjaga keseimbangan badan ketika menaiki tangga.

Gambar 2.18. Batasan Sungai Deli.

Bebatuan yang berfungsi untuk membatasi sungai dan tanah di samping rumah penduduk yang ditinggikan sebanyak 2 meter lebih bertujuan untuk menahan air dari sungai masuk ke area penduduk ketika pasang naik sehingga tidak terjadi banjir (gambar 2.18). Bebatuan tersebut sudah ada sejak dulu, tetapi seberang Sungai Deli hanya bergantung pada kekuatan akar tanaman yang ada pada pinggir sungai yang juga lebih tinggi 2 meter dari tanah dasar (gambar 2.19).

Gambar 2.19. Seberang sungai.

Beberapa kali kunjungan ke kawasan, perancang menemukan bahwa masyarakat yang sering berada di pinggiran sungai selain dari yang berkepentingan di sungai yaitu mandi dan untuk berlabuhnya sampan kecil, juga terdapat anak-anak sekolah (gambar 2.20 bagian B).

A. B.

Gambar 2.20. Aktifitas di pinggir sungai.

air masih sebatas pinggang orang dewasa (gambar 2.20 bagian A). Salah satu penyebab Sungai Deli yang sekarang tidak dilalui oleh kapal-kapal karena Sungai Deli mengalami endapan lumpur. Sungai Deli yang sekarang juga tampak kotor, disebabkan oleh masyarakat yang sembarang membuang sampah sembarangan.

Gambar 2.21. Kondisi jalan pada area pemukiman warga.

Sebagian jalan masih berupa jalanan berbahan tanah dan sebagian berupa jalanan yang berbahankan semen sehingga tampak tidak teratur(gambar 2.21). Kawasan Medan Labuhan yang sudah "redup" padahal dulunya merupakan kawasan paling berkembang. Salah satu tujuan pengembangan kawasan salah adalah untuk masyarakat yang tinggal di daerah tersebut dan sekitarnya, maka sebelumnya perancang mencoba menganalisa keadaan ekonomi, dan sosial masyarakat tersebut.

Warga memiliki nilai sosial yang tinggi dimana teras rumah dijadikan tempat warga berkumpul dan bersantai antar tetangga (gambar 2.22). Berdasarkan hasil survei, rata-rata kondisi ekonomi masyarakat di kawasan tersebut adalah menengah dan menengah kebawah, dengan revitalisasi pada bangunan sejarah dan pembangunan dengan konsep yang sustainability akan memberi dampak yang positif bagi ekonomi kawasan.

Gambar 2.22. Teras warga tempat warga bersantai.

Rata-rata rumah penduduk yang terletak di belakang bangunan rumah toko dan vihara memiliki teras yang fungsinya selain untuk warga duduk bersantai dan bersosialisasi, juga ada yang dipakai untuk berjualan. Secara keseluruhan kondisi disaat siang pada area pemukiman tampak cukup sepi.

Gambar 2.23. Jemuran warga di pinggir jalan.

Salah satu perilaku masyarakat yang salah atau dikarenakan kesalahan desain bangunan sehingga masyarakat memutuskan untuk menjemur pakaian di antara rumah dan jalan (gambar 2.23). Tentunya harus disediakan tempat khusus yang tertutup di bagian rumah sehingga lebih tertata.

Dalam dokumen To Live Deli’S Wonder-Land (Halaman 27-41)

Dokumen terkait