• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Pendidikan Profes

2. Lokakarya dan Workshop Internal Audit

Lingkungan bisnis yang berkembang dengan cepat menyulitkan internal auditor untuk senantiasa mengikuti perkembangan mutakhir. Di samping mengadakan pelatihan Qualified Internal Auditor (QIA), YPIA juga mengadakan pelatihan-pelatihan tambahan berupa lokakarya dan seminar internal audit. Tujuan utama dari lokakarya dan seminar ini adalah untuk membantu para internal auditor

menghadapi tantangan tersebut, dengan mengkomunikasikan inovasi dan perkembangan terbaru dalam konsep maupun teknik internal auditing.

Tujuan lain dari lokakarya adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang lebih spesifik dan praktis. Jika dalam program sertifikasi tekanannya adalah pada pengetahuan dasar, lokakarya memberikan keterampilan dan contoh kongkrit mengenai bagaimana cara melakukan sesuatu (how to skill), misalnya menulis laporan yang efektif atau membuat Kertas Kerja Audit (KKA).

Dengan kedua tujuan tersebut di atas (perkembangan mutakhir dan keterampilan praktis), maka lokakarya dan seminar sangat bermanfaat baik bagi pemula di bidang internal auditing maupun bagi para profesional, sebagaimana pada QIA sebagai sarana untuk mendapatkan continuing professional education (CPE).

Lokakarya yang diselenggarakan YPIA antara lain; a. Internal Audit Skill, meliputi:

1) Implementasi Internal Control (COSO-Based)

Konsep pengendalian intern mutakhir menawarkan alternatif cara pandang dan mekanisme sistem pengendalian yang tidak hanya adaptif dan akomodatif akan tetapi juga memberikan stimulasi bagi berkembangnya inisiatif dan kreatifitas pegawai dan manajemen perusahaan.

Dengan konsep pengendalian intern yang mutakhir ini auditor internal diharapkan dapat lebih meningkatkan peran konsultatif sebagai pelayanan terhadap kepentingan perusahaan.

Dengan mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan dapat:

a) Memahami konsep pengendalian intern yang sesuai dengan kebutuhan manajemen dan pegawai untuk mengembangkan inisiatif dan kreatifitas dalam bekerja.

2) Risk Based Internal Audit

Tanpa kesediaan menerima risiko, manajer tidak dapat mencapai tujuan apapun. Kunci sukses seorang manajer terletak pada kemampuannya dalam mengelola risiko. Lokakarya ini didesain untuk membantu auditor dan para manajer dalam mengimplementasikan proses risk assessment guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas.

Pemahaman atas risk assessment akan meningkatkan kualitas pelayanan auditor internal melalui apresiasi yang lebih baik terhadap risiko operasi manajemen dan alokasi sumberdaya audit yang lebih terfokus sesuai dengan prioritas risiko yang dihadapi. Auditor dan manajer diharapkan dapat mengembangkan cara-cara proaktif dalam mengantisipasi risiko yang dapat mengganggu pencapaian tujuan organisasi.

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan dapat: a) Memahami pengelolaan risiko dalam proses manajemen.

b) Menguasai hubungan antara internal control, risk assessment dan pencapaian tujuan organisasi.

c) Menggunakan berbagai pendekatan identifikasi risiko. d) Melakukan micro and macro assessment.

e) Menentukan pengukuran dan prioritas risiko. f) Menerapkan risk assessment dalam proses audit.

g) Pada akhir pelatihan peserta akan mendapatkan formulir dan matrik guna membantu risk assessment.

3) Fraud Auditing

Tindakan kecurangan (fraud) berdampak banyak merugikan perusahaan baik dalam bentuk kehilangan harta perusahaan maupun pengrusakan terhadap sistem dan budaya kerja perusahaan. Fraud biasanya tumbuh subur pada perusahaan-perusahaan yang sarat dengan praktik kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).

Efektivitas auditor internal dalam mencegah, mendeteksi dan mengoreksi fraud di lingkungan perusahaan mempunyai peran sentral dalam upaya mengikis praktek KKN dan membuat auditor internal menjadi lebih relevan dengan tuntutan era reformasi.

Tujuan dari pelatihan ini adalah:

a) Menjadikan peserta sebagai seorang auditor internal yang peka terhadap berbagai kemungkinan terjadinya fraud.

b) Mampu merekonstruksi skenario fraud. c) Mampu mendeteksi fraud.

d) Mampu memberikan rekomendasi menegenai pencegahan dan penanggulangan fraud.

4) Manajemen Fungsi Audit Internal

Dalam lingkungan yang senantiasa berubah, rotasi jabatan dalam organisasi merupakan suatu keharusan. Lokakarya ini dimaksudkan untuk mengurangi sebagian besar masalah yang akan dihadapi pegawai yang akan menjadi pimpinan Sistem Pengawasan Intern (SPI).

Lokakarya ini disusun untuk membekali para calon pimpinan Satuan Auditor Internal (SAI) dengan overview atas konsep, metode dan teknik audit intern yang terbaru. Selain itu, lokakarya ini juga dirancang untuk memberikan pemahaman atas berbagai masalah manajerial dalam mengelola satuan audit internal.

5) Menulis Laporan Audit Internal yang Efektif

Manajemen membelanjakan dana yang tidak sedikit untuk membiayai satuan audit internal. Laporan audit adalah satu-satunya balas jasa satuan audit internal atas dana tersebut. Akan tetapi laporan audit konvensional pada umumnya hanya sekedar menyajikan temuan-temuan, tidak menunjukkan prioritas masalah dan tidak mendorong manajemen untuk membuat respon.

Dalam situasi information overload, laporan yang demikian tidak dapat berkompetensi dengan laporan atau bacaan lainnya dalam mendapatkan waktu dan perhatian manajemen yang terbatas. Kerja keras satuan audit internal dalam melakukan pengujian dan mengembangkan temuan menjadi sia-sia hanya karena penulisan laporan yang tidak profesional.

Lokakarya ini didesain untuk mengatasi masalah tersebut di atas dan untuk membekali para auditor internal agar mampu menyusun laporan yang bermanfaat bagi satuan audit internal maupun manajemen.

Setelah mengikuti lokakarya ini, peserta diharapkan akan mampu: a) Mengenali opportunity yang dapat diharapkan dari laporan. b) Memahami kebiasaan jelek yang menghambat penulisan laporan.

c) Menggunakan strategi untuk mengatasi keterbatasan waktu penulisan laporan audit.

d) Menyusun laporan yang layak dibaca oleh manajemen yang sibuk. e) Menyusun laporan yang dapat mendorong tindakan atau perubahan. f) Menyusun laporan dengan style dan format yang profesional. g) Menyiapkan presentasi yang efektif pada manajer dan dewan audit.

6) Psikologi dan Komunikasi Audit

Dengan semakin berkembangnya peran auditor internal, perlu adanya hubungan yang harmonis antara auditor dengan auditee. Bahwa sudah saatnya bagi auditor untuk mengubah tingkah lakunya dari yang bersikap represif menjadi lebih persuasif. Begitu pula bagi auditee, perlu mengembangkan wawasannya terhadap peranan fungsi pengawasan ini, dari yang semula bersikap defensif menjadi sikap yang lebih partisipasif.

Lokakarya ini didesain agar auditor dan auditee mampu untuk secara psikologis memahami keberadaan masing-masing dan menciptakan komunikasi yang harmonis di dalam organisasi

Setelah mengikuti pelatihan ini para peserta diharapkan akan mampu: a) Bagi auditee untuk memperbaiki persepsi yang keliru mengenai auditor. b) Memanfaatkan peluang bagi auditor dalam peningkatan hubungan yang

lebih harmonis dengan auditee.

c) Bagi auditor, untuk meninggalkan kebiasaaan buruk kepada auditee. d) Memahami secara psikologis keberadaan masing-masing (auditor dan

auditee) dan manfaatnya untuk pencapaiaan tujuan organisasi.

7) Proses dan Teknik Audit Internal

Lokakarya ini dimaksudkan untuk membekali pada auditor pemula dengan berbagai konsep, metode dan teknik audit internal terbaru. Selain itu, lokakarya ini juga dirancang untuk memenuhi kebutuhan para manajer yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan memonitor sistem kontrol intern.

Setelah mengikuti lokakarya ini para peserta diharapkan dapat: a) Menentukan fokus dan bagaimana cara mengaudit.

b) Mengidentifikasikan dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu organisasi serta perbaikan yang diperlukan.

c) Memahami model audit dan empat tahap dalam audit.

mengevaluasi kontrol intern.

e) Mengidentifikasi elemen pengendalian yang efisien dan efektif. f) Merumuskan tujuan dan lingkup audit.

g) Mengembangkan temuan-temuan.

Materi lokakarya disampaikan secara sederhana sehingga mudah dipahami. Pada topik-topik tertentu diadakan exercise dan studi kasus agar materi yang dibahas dapat dipahami secara lebih mendalam. Peserta didorong untuk mendiskusikan problema yang dihadapi di organisasi dan mencari alternatif penyelesaiannya. Pada akhir lokakarya, dengan bimbingan instruktur, peserta diharuskan membuat action plan agar materi yang diperoleh selama kursus dapat memberikan sumbangsih yang maksimum terhadap unit organisasinya.

8) Managing Conflict untuk Internal Auditor

Pelaksanaan tugas audit bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Seorang auditor dituntut bukan saja memiliki keahlian di bidang audit melainkan juga keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain (auditee). Hal ini karena sebagian besar waktu audit adalah berkomunikasi dengan auditee.

Hambatan utama dalam berkomunikasi adalah seringkali terjadi kesalahpahaman antara apa yang ingin disampaikan dengan informasi yang diterima sehingga pokok permasalahan yang ingin disampaikan menjadi tidak jelas. Dalam situasi demikian, bukan tidak mungkin timbul konflik

antara auditor dan auditee. Konflik yang berkepanjangan tidak hanya mengakibatkan audit tidak mencapai sasaran, melainkan juga akan menimbulkan hubungan tidak harmonis antara auditor dan auditee atau bahkan mengakibatkan timbulnya permusuhan antara auditor dengan auditee, dan pada akhirnya akan merugikan organisasi secara keseluruhan. Lokakarya ini dimaksudkan untuk mengajak peserta mengenal apa

konflik itu sebenarnya dan apa yang menjadi penyebab, serta konsekuensi yang ditimbulkan. Lokakarya ini juga didesain untuk memberikan pemahaman yang lebih baik lagi mengenai konflik, khususnya yang terjadi antara auditor dan auditee. Termasuk didalamnya adalah pembahasan mengenai konflik yang memang sudah terjadi dan mencegah potensi konflik yang mungkin dapat timbul.

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan:

a) Mampu mengenali konflik auditor dan auditee dalam hubungannya dengan penugasan auditor.

b) Mampu memahami dengan baik apa yang menjadi sumber penyebab dari konflik yang terjadi.

c) Dapat melakukan tindakan preventif mencegah kemungkinan terjadinya konflik auditor dan auditee.

d) Memiliki keetrampilan menghadapi konflik yang harus terjadi dan mampu untuk menanganinya dengan berhasil.

e) Menerapkan teknik yang dapat dipakai untuk mencegah konflik dan membatasi konsekuensi jika konflik pada akhirnya harus terjadi.

f) Mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dalam organisasi sehingga dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya konflik.

g) Mampu mengenali diri sendiri dan memahami orang lain sehingga membantu untuk mencegah konflik yang dapat terjadi.

9) Implementasi Praktis Audit Operasional

Lokakarya ini dimaksudkan untuk memberikan pembekalan kepada para peserta di Satuan Pengawasan Intern (SPI), yaitu agar dapat memahami dengan baik konsep dasar mengenai audit internal dan bagaimana audit operasional dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Disamping itu, dengan pelatihan ini diharapkan para auditor mampu memberikan kontribusi yang berarti untuk pencapaian tujuan orgainisasi secara keseluruhan. Melalui pelatihan audit operasional ini para peserta juga akan diajak untuk mengenal bagaimana peran terkini dan paradigma baru SPI sebagai mitra manajemen.

Untuk memberikan pemahaman yang baik mengenai pelaksanaan audit operasional, para peserta akan dipacu untuk mengembangkan suatu diskusi mengenai bagaimana proses dan teknik pengujian operasional dapat dilaksanakan dengan efektif, termasuk masalah dokumentasi hasil pengujian dan arti penting dari pelaporan audit operasional serta monitoring tindak lanjutnya. Peserta juga akan dikenalkan mengenai pendekatan audit yang terkini, yaitu pendekatan audit berbasis risiko.

Setelah mengikuti lokakarya ini, peserta diharapkan akan mampu:

a) Memberikan pemahaman yang memadai mengenai kedudukan dan arti penting unit SPI dalam meningkatkan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.

b) Meningkatkan komunikasi yang efektif antara unit SPI dengan unit-unit kerja operasional yang ada di lingkungan organisasi.

c) Memberikan pemahaman yang baik atas pelaksanaan penugasan audit operasional yang efektif & efisien.

b. Best Practice, mencakup: 1) Control Self Assessment

Control Self Assessment (CSA) merupakan proses dimana manajemen melakukan self-assessment terhadap pengendalian atas kegiatan pada unit operasinya masing-masing dengan bimbingan dari auditor internal. CSA pada umumnya berupa workshop antara manajer dan karyawan suatu unit operasi dengan dipimpin oleh internal auditor.

Dalam proses ini manajemen melakukan identifikasi resiko-resiko bisnis, mengevaluasi apakah terdapat pengendalian yang dapat mengurangi resiko tersebut, dan mengembangkan action plan untuk meningkatkan pengendalian yang ada. Manfaat utama dari self assessment ini adalah untuk meningkatkan ownership of control. Dewasa ini CSA telah menjadi sarana yang andal bagi para auditor internal dan manajemen dalam mengevaluasi dan memahami proses bisnis dan efektivitas pengendalian di dalam

organisasi. Lokakarya ini didesain untuk mengenalkan dan memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang CSA. Lokakarya ini juga mengulas berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil-hasil dari ulasan mengenai berbagai contoh dari praktik-praktik implementasi CSA.

2) Enterprise Risk Assessment

Dewasa ini, organisasi menghadapi kompleksitas dan perubahan lingkungan yang cepat. Oleh karenanya, manajemen manajemen perlu meningkatkan proses pengelolaan risiko dan pengendalian intern agar dapat: a) memanfaatkan peluang yang terbuka luas,

b) mengambil dan mengelola risiko pada tingkat yang tepat, c) memastikan adanya pengendalian yang efektif dan efisien,

d) mengelola unitnya, dan mencapai tujuannya secara efisien dan efektif.

Bagi internal auditor, keterampilan manajemen risiko dapat:

a) meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya audit (personel, waktu, dan dana) sesuai dengan prioritas risiko.

b) meningkatkan sumbangan (kontribusi) internal auditor dalam menciptakan nilai tambah bagi organisasi.

Pelatihan Enterprise Risk Management ini bertujuan untuk membekali auditor dengan berbagai keterampilan, teknik dan metode untuk menyusun rencana audit, melakukan field work, mengembangkan temuan, dan

merumuskan rekomendasi dengan fokus risiko (risk management). Pelatihan ini akan membantu auditor dalam menentukan secara efektif berbagai aspek dari suatu audit, antara lain: unit yang perlu diaudit, siapa yang mengaudit, berapa lama, kapan dan bagaimana. Pelatihan Enterprise Risk Management memungkinkan auditor untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, memfokuskan diri pada bidang yang menjadi prioritas dan memilih metode dan prosedur audit yang paling tepat dan efisien.

3) Implementasi Balance Scorecard untuk Fungsi Internal Audit

Perkembangan profesi menuntut perluasan peran internal audit: peran sabagai konsultan atau bahkan lebih daripada itu, yaitu peran yang memberikan kontribusi dalam meningkatkan efektivitas manajemen risiko atau menawarkan konsultasi dalam peningkatan proses bisnis atau penerapan best practices dalam perusahaan.

Sukses internal audit sebagai agen perubahan dan konsultan intern bagi manajemen, sangat tergantung pada kemampuannya dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan dan memberi nilai tambah dalam organisasi. Pelatihan ini disusun untuk mempersiapkan Internal Audit menjadi lebih efektif dalam memenuhi tantangan tersebut di atas. Secara spesifik pelatihan ini memberi pemahaman mengenai perkembangan terkini mengenai profesi Internal Audit. Kemudian pemahaman metode menyelaraskan sumber daya utama (komite audit dan manajemen/auditee) dengan strategi bisnis balanced scorecard agar dapat meningkatkan kinerja internal audit.

4) Quality Assurance Fungsi Internal Audit

Manajemen modern tidak lagi membutuhkan auditor internal tradisional yang berorientasi mencari kesalahan. Mereka membutuhkan auditor internal yang mampu memberikan pelayanan dan menyumbangkan nilai tambah bagi organisasi. Audit internal masa depan harus menghasilkan kinerja yang terfokus dan mampu berkomunikasi secara reguler dan lebih baik dengan customernya.

Lokakarya ini membekali satuan audit internal dengan metode-metode untuk mengevaluasi efektifitasnya dalam melayani kebutuhan organisasi, dan mengukur profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kepada customer tersebut.

5) Audit Committee Training Course

Komite Audit merupakan salah satu pilar utama corporate governance. Komite Audit yang efektif dan corporate governance yang baik merupakan solusi yang dapat menghindarkan kita dari terulang kembalinya berbagai krisis dan kegagalan perusahaan.

Peran penting Komite Audit ini telah diakui oleh otoritas yang terkait dengan pengelolaan perusahaan. UU 19 tahun 2003 mewajibkan BUMN untuk memiliki komite audit, sedangkan SK Ketua BAPEPAM Nomor KEP- 41/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 mewajibkan hal yang sama bagi perusahaan publik. Dalam upaya sosialisasi dan standarisasi kualitas komite audit tersebut, YPIA menyelenggarakan pelatihan dan lokakarya Komite

Audit. Pelatihan ini bertujuan untuk mensosialisasikan komite audit sebagai salah satu instrumen dalam penciptaan corporate governance yang akuntabel.

Dalam upaya sosialisasi dan standarisasi kualitas komite audit tersebut, Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) menyelenggarakan pelatihan dan lokakarya Komite Audit bagi BUMN, BUMD, dan Swasta. Pelatihan komite audit bertujuan untuk mensosialisasikan komite audit sebagai salah satu instrument dalam penciptaan corporate governance yang akuntabel. Peserta pelatihan diharapkan dapat memahami konsep, fungsi dan peran komite audit dalam meningkatkan efektifitas struktur pengendalian kegiatan perusahaan. Peserta juga diharapkan akan memahami persyaratan- persyaratan dan kondisi yang perlu ada agar komite audit dapat berfungsi secara efektif.

6) Sarbanes Oxley - PCAOB and Internal Audit Roles

Sarbanes Oxley Act (SOA) ini mendefinisikan roles and responsibility dari para pemain kunci dalam corporate governance process. Di dalam SOA ini diatur responsibilities dari Board of Director, Audit Committee, CEO, CFO, auditor (internal dan eksternal) dan anggota manajemen lainnya yang diharapkan komitmen dan keterlibatannya yang tinggi dalam corporate governance process ini.

7) Leadership untuk Auditor Internal

Dalam setiap pekerjaan audit, ketua tim pengawas, maupun penanggung jawab audit dituntut untuk selalu melakukan koordinasi pekerjaan dengan baik agar audit bisa berlangsung sukses. Keadaan ini mengharuskan auditor agar mampu menguasai dan memimpin tim audit secara efektif.

Lokakarya ini dimaksudkan untuk memperoleh dan membina kekuatan secara tim, serta meningkatkan apresiasi bagi para auditor yang terlibat dalam penugasan. Maka dapat diambil suatu kesimpulan sementara bahwa profesi audit internal adalah suatu profesi yang memerlukan kecakapan dan kewenangan, sehingga auditor internal dituntut untuk berkualitas dan kompeten dengan memiliki latar belakang pendidikan formal dalam bidang akuntansi dan auditing. Audit internal juga dituntut untuk mengikuti pendidikan lanjutan, menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam praktek akuntansi dan auditing, serta memiliki pengalaman kerja yang cukup mengenai profesinya. Oleh karena itu dengan adanya pendidikan profesi auditor internal yang diselenggarakan oleh YPIA yang berkelanjutan diharapkan dapat membantu auditor internal dalam mengembangkan kemampuannya, khususnya dalam upaya mendeteksi fraud.

Dokumen terkait