PENGARUH PENGALAMAN KERJA
DAN PENDIDIKAN PROFESI AUDITOR INTERNAL TERHADAP KEMAMPUAN MENDETEKSI FRAUD
Oleh :
Mochammad Taufik NIM: 104082002619
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH PENGALAMAN KERJA
DAN PENDIDIKAN PROFESI AUDITOR INTERNAL TERHADAP KEMAMPUAN MENDETEKSI FRAUD
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Mochammad Taufik NIM: 104082002619
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Wiwiek Utami, SE, Ak., MS Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si
NIP. 131 664 643 NIP. 150 377 440
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hari ini Kamis Tanggal 12 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Mochammad Taufik, NIM : 104082002619 dengan judul Skripsi “PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN
PENDIDIKAN PROFESI AUDITOR INTERNAL TERHADAP
KEMAMPUAN MENDETEKSI FRAUD”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Juni 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si Rahmawati, SE, Ak., MM
Ketua Sekretaris
Hari ini Selasa Tanggal 16 Bulan September Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Mochammad Taufik, NIM : 104082002619 dengan judul Skripsi “PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN
PENDIDIKAN PROFESI AUDITOR INTERNAL TERHADAP
KEMAMPUAN MENDETEKSI FRAUD”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 September 2008
Tim Penguji Ujian Skripsi
Pembimbing 1 Pembimbing II
Dr. Wiwik Utami, SE, Ak., M.Si Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si
Ketua Sekretaris
DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ………. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ………….. ii
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .. 67
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ………. 69
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ………….……… 75
A. Kesimpulan ……….. 75
B. Implikasi ……….………. 76
DAFTAR TABEL
No. Tabel Keterangan Hal
Tabel 2.1 Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal ……… 13
Tabel 2.2 Materi Pelatihan QIA ……….. 19
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ………. 45
Tabel 4.1 Distribusi Kuesioner ……… 56
Tabel 4.2 Karakteristik Responden ……… 57
Tabel 4.3 Uji Validitas ……….. 60
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas ……….. 61
Tabel 4.5 Uji Multikolonieritas ……… 62
Tabel 4.6 Uji Koefisien Determinasi (R2) ……… 65
Tabel 4.7 Uji Statistik t ………... 67
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Keterangan Hal
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ……… 41
Gambar 4.1 Grafik Histogram ……… 64
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Keterangan
Lampiran 1 Tabel Matrix Keputusan Responden
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Uji Instrumen Penelitian (Validitas dan Reliabilitas)
Lampiran 4 Uji Asumsi Klasik (Multikolonieritas dan Normalitas)
Lampiran 5 Uji Statistik (Regression)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tuntutan terhadap terwujudnya good governance pada setiap sektor, baik publik maupun swasta kini semakin gencar. Tuntutan tersebut memang sangat
wajar mengingat banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa terjadinya
krisis ekonomi yang berkepanjangan di negeri ini ternyata disebabkan oleh
buruknya pengelolaan (bad governance) pada sebagian besar pelaku ekonomi
baik sektor publik maupun swasta di Indonesia. Indikasi buruknya
pengelolaan tersebut antara lain tercermin dari maraknya birokrasi yang tidak
sehat yang ditunjukkan oleh banyak kasus yang terjadi dari
penelitian-penelitian yang telah dilakukan.
Bukti lain dari buruknya pengelolaan perusahaan adalah tercermin dari
tidak adanya upaya antisipasi dari pihak manajemen organisasi terhadap
aktivitas keuangannya. Yang lebih mengenaskan lagi, ternyata sebagian besar
utang luar negeri yang dimiiliki oleh perusahaan swasta merupakan utang
jangka pendek yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek investasi
jangka panjang. Kondisi inilah yang menyebabkan banyak perusahaan swasta
Sementara kini sedang merebaknya penyakit berdimensi ekonomi,
politik, kultur, moral bahkan agama, yang terus menggerogoti segala aspek
kehidupan masyarakat saat ini, yaitu masalah korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN) atau sering disebut sistem kroni. Ketiga hal tersebut bisa dikategorikan
ke dalam bentuk kecurangan (fraud).
Terhadap merebaknya tuntutan terwujudnya good governance dan good
corporate governance, profesi akuntan (khususnya auditor internal) banyak
mendapat sorotan. Sorotan tersebut terutama terkait dengan tugas auditor
internal di perusahaan, karena tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh audit
internal adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajer) dalam
melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian,
saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Beberapa pihak
merasakan bahwa peran profesi auditor internal belum optimal, walaupun
belum sepenuhnya benar.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal pada Kantor Akuntan Publik (KAP) tujuannya adalah memberikan pendapat atas laporan keuangan
yang disusun manajemen, sedangkan tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh
audit internal adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajer)
dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa,
Profesi audit internal merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan
kecakapan dan kewenangan, sehingga auditor internal dituntut untuk
berkualitas dan kompeten dengan memiliki latar belakang pendidikan formal
dalam bidang akuntansi dan auditing. Audit internal juga dituntut untuk
mengikuti pendidikan lanjutan, menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam
praktek akuntansi dan auditing, serta memiliki pengalaman kerja yang cukup
mengenai profesinya.
Menurut Benardi dalam Priscillia (2004), pengalaman kerja merupakan faktor penting dalam memprediksi dan mendeteksi kinerja auditor, karena
auditor yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian yang tinggi mengenai
kekeliruan dari pada auditor yang kurang atau belum berpengalaman.
Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih.
Seorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki
akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak
mempunyai pengetahuan yang cukup dalam tugasnya. Boner dan Walker
(1994) dalam Herliansyah (2006:3), mengatakan bahwa peningkatan
pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama bagusnya dengan yang
didapat dari pengalaman khusus. Oleh karena itu pengalaman kerja telah
dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan
publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan
dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik (SK Menkeu No.
Sedangkan untuk menambah kemampuannya sebagai auditor internal,
auditor juga dapat mengikuti pelatihan teknis guna menunjang kemampuannya
sebagai auditor internal. Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) adalah
salah satu lembaga yang menyediakan berbagai macam pelatihan yang
dibutuhkan oleh para auditor internal tersebut.
Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional,
auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut berupa
kegiatan-kegiatan, seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri
dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Melalui program pelatihan ini
para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan
dengan perubahan situasi yang akan ditemui di lapangan.
Disiplin ilmu akuntansi yang semakin cepat berkembang dari waktu ke
waktu seiring perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat pula, baik
secara teori akuntansi maupun praktik bisnis. Sebagai contoh, wacana
mengenai Human Resources Accounting (akuntansi sumber daya manusia)
muncul sejalan pesatnya praktik bisnis di bidang jasa. Hal tersebut karena
adanya kepentingan dari lingkungan bisnis yang merasa perlu
mengkapitalisasi sumber daya paling berharga di dalam usahanya yang
B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Penelitian Sodik (2007) yang berjudul pengaruh keahlian dan
independensi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi indikasi
fraud menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan dari
variabel keahlian terhadap pendeteksian indikasi fraud, juga independensi
auditor internal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian
indikasi fraud.
Penelitian yang dilakukan Bawono, dkk (2006) adalah mengukur
persepsi mahasiswa jurusan akuntansi reguler dan non reguler tentang
pendidikan profesi akuntansi. Dalam penelitian ini Bawono menyatakan
bahwa mahasiswa S1 akuntansi mempunyai persepsi yang positif
mengenai Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk). Hanya saja terdapat
perbedaan persepsi mengenai Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk) yang
disebabkan adanya perbedaan karakteristik objek penelitian ini, yaitu
mahasiswa reguler dan non reguler. Pada kelas non reguler sebagian besar
mahasiwanya terdiri dari orang-orang yang telah memiliki pekerjaan,
sehingga orientasi mereka mengikuti pendidikan yakni sebagai penunjang
karier bagi pekerjaan mereka. Sedangkan bagi kelas reguler, di mana
mahasiswanya notabene fresh graduate dari sekolah menengah sehingga
lebih mempunyai orientasi dalam mengikuti pendidikan profesi karena
untuk mengejar karier sebagai akuntan publik. Oleh karena itu, peneliti
dengan mahasiswa S1 non reguler mengenai Pendidikan Profesi Akuntansi
(PPAk), yang disebabkan latar belakang dan orientasi mengikuti
pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk
meneliti pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor
internal dalam mendeteksi fraud. Untuk itu penelitian ini diberi judul:
“Pengaruh Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor Internal
Terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud”
2. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi masalah penelitian agar penelitian ini lebih dalam
dan fokus. Peneliti membatasi masalah hanya mengenai pengaruh
pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap
kemampuan mendeteksi fraud. Ada beberapa persamaan dan perbedan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dan perbedaannya
adalah:
a. Persamaan
Ada persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah variabel dependennya, yaitu pendeteksian indikasi fraud, sama
b. Perbedaan
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah dari variabel-variabel independennya. Penelitian ini mengkaji
tentang pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor
internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud. Kemudian sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah para auditor internal yang
sedang menempuh pendidikan profesi di Yayasan Pendidikan Internal
Audit (YPIA). Peneliti menganggap mereka adalah sampel yang paling
tepat, karena para peserta ini dianggap telah cukup berpengalaman
sebagai auditor internal perusahaan.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan diatas, maka masalah yang diteliti selanjutnya dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Apakah terdapat pengaruh antara pengalaman kerja auditor internal
terhadap kemampuan mendeteksi fraud?
b. Apakah terdapat pengaruh antara pendidikan profesi auditor internal
terhadap kemampuan mendeteksi fraud?
c. Apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama antara pengalaman
kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh
pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap
kemampuan mendeteksi fraud. Penelitian ini meliputi auditor internal yang
sedang mengikuti pendidikan profesi auditor internal di Yayasan
Pendidikan Internal Audit (YPIA). Penelitian ini menggunakan kuesioner
yang berbentuk kasus sebagai instrument penelitian.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Auditor Internal
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai pengaruh
pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap
kemampuan mendeteksi fraud.
b. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat memperoleh banyak
pengetahuan mengenai pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan
profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai salah satu referensi, terutama penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Audit
“Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American
Accounting Association” dalam Boynton (2002:5) memberikan definisi audit
sebagai:
“Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan ”
B. Jenis-Jenis Audit
Tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci
yang tercakup dalam definisi auditing. Jenis-jenis audit tersebut adalah:
1. Audit Laporan Keuangan
Audit Laporan Keuangan (financial statement audit) berkaitan dengan
kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan
entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan
keuangan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, yang
Hasil audit laporan keuangan tersebut didistribusikan kepada para
pengguna laporan keuangan dalam spektrum yang lebih luas, seperti para
pemegang saham, kreditor, kantor pemerintah dan masyarakat umum
melalui laporan auditor atas laporan keuangan. Selain itu, auditor eksternal
juga menyiapkan laporan keuangan kepada dewan direksi tentang
pengendalian intern perusahaan serta temuan-temuan audit lainnya.
2. Audit Kepatuhan
Audit Kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan memperoleh
bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi
suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan dan peraturan
tertentu. Kriteria yang ditetapkan dalam audit ini dapat berasal dari
berbagai sumber.
Laporan audit kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas yang
menerbitkan kriteria tersebut dan dapat terdiri dari: (1) ringkasan temuan
atau (2) pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan dengan kriteria
tersebut.
3. Audit Operasional
Audit Operasional (operational audit) berkaitan dengan kegiatan
memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas
kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan
tertentu. Kriteria atas tujuan yang digunakan untuk mengukur efisiensi dan
berwenang. Pada sisi lain, auditor operasional dapat juga membantu
menyusun kriteria yang akan digunakan.
C. Jenis-Jenis Auditor:
Ada empat jenis auditor yang paling umum dikenal, yaitu:
1. Auditor Eksternal (Akuntan Publik Terdaftar)
Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai auditor independen
bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis dari seluruh
perusahaan publik dan perusahaan besar lainnya.
2. Auditor Pemerintah
Di Indonesia terdapat beberapa lembaga atau badan yang bertanggung
jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau
keuangan negara. Pada tingkatan tertinggi terdapat Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), kemudian terdapat Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal (ItJen) pada
departemen-departemen pemerintah.
Sebagian tugas-tugas BPK tidak terlalu berbeda dengan tugas Kantor
Akuntan Publik (KAP). Sebagian besar informasi keuangan yang dibuat
oleh berbagai badan pemerintah telah diaudit oleh BPKP. Di samping itu
audit atas laporan keuangan, pada masa sekarang BPKP seringkali
melakukan evaluasi efisiensi dan efektivitas operasi berbagai program
3. Auditor Pajak
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada di bawah Departemen
Keuangan RI bertanggung jawab atas penerimaan negara dari sektor
perpajakan dan penegakan hukum. Dalam pelaksanaannya, aparat
pelaksanaan DJP di lapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan
Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karipka). Karipka mempunyai
auditor-auditor khusus. Tanggung jawab Karipka adalah melakukan audit
ketentuan perundangan perpajakan. Audit semacam ini sesungguhnya
adalah audit ketaatan.
4. Auditor Internal
Auditor internal bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit
bagi kepentingan manajemen perusahaan, seperti halnya auditor
pemerintah bagi pemerintah. Tugas auditor internal bermacam-macam,
tergantung pada atasannya.
Untuk menjalankan tugas dengan baik, auditor internal harus berada di
luar fungsi lini suatu organisasi, tetapi tidak terlepas dari hubungan
bawahan-atasan. Auditor internal wajib memberikan informasi yang
berharga bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan
D. Pengertian Audit Internal
Institute of Internal Auditors (IIA) dalam Sawyer (2003), memberikan definisi audit internal sebagai berikut:
“Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekaan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi”
E. Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal
Perbedaan utama antara auditor internal dan auditor eksternal disajikan
pada tabel 2.1 berikut ini. Posisi dan fokus perhatian dari auditor internal
modern dibandingkan dengan auditor eksternal yang berorientasi pada aspek
keuangan:
Tabel 2.1
Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal
Langsung berkaitan dengan pencegahan
F. Ruang Lingkup dan Tanggung Jawab Auditor Internal
Berikut adalah ruang lingkup dan tanggung jawab auditor internal yang luas dan tak terbatas. Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis
dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang
berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah;
1. informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan;
2. risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi;
3. peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa
diterima telah diikuti;
4. kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi;
5. sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan
Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan
manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung
jawabnya secara efektif.
G. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan suatu hal yang menjadikan salah satu
indikator dan ciri seorang auditor internal dapat dilihat kemampuannya dalam
bidang internal audit. Menurut Benardi dalam Priscillia (2004), pengalaman
kerja merupakan faktor penting dalam memprediksi dan mendeteksi kinerja
auditor, karena auditor yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian yang
tinggi mengenai kekeliruan dari pada yang kurang atau belum berpengalaman.
Disiplin ilmu akuntansi semakin cepat berkembang dari waktu ke waktu
seiring perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat pula, baik secara
teori akuntansi maupun praktik bisnis. Sebagai contoh, wacana mengenai
Human Resources Accounting (akuntansi sumber daya manusia) muncul
sejalan pesatnya praktik bisnis di bidang jasa. Hal tersebut karena adanya
kepentingan dari lingkungan bisnis yang merasa perlu mengkapitalisasi
sumber daya paling berharga di dalam usahanya yang notabene adalah
manusia itu sendiri. Dalam hal ini pengalaman kerja sangat menjadi acuan
bagi peningkatan sumber daya manusia akuntansi. Dengan pengalaman kerja
yang cukup diharapkan auditor internal dapat secara lebih cepat dan tepat lagi
Pengalaman kerja adalah salah satu variabel yang banyak digunakan dalam banyak penelitian. Marinus (1997) dalam Herliansyah (2006)
menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang
waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan
pengalaman sebagai variabel penelitian adalah didasarkan pada asumsi bahwa
tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang bagi auditor
untuk belajar melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Berbagai penelitian
auditing menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor
semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang baik dalam tugas-tugas yang
semakin kompleks (Libby 1995 dalam Koroy 2005). Lebih jauh riset-riset
menunjukkan bagaimana pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan
kinerja pengambilan keputusan.
Menurut Jeffrey dalam Herliansyah (2006) memperlihatkan bahwa
seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki
lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan
suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Maka dengan
adanya pengalaman kerja yang semakin lama diharapkan auditor internal
dapat semakin baik dalam mencegah terjadinya fraud di dalam organisasinya.
H. Pendidikan Profesi
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia (Yadianto:2001), profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
dijalankan oleh orang-orang yang telah mendapatkan gelar BAP (Bersertifikat
Akuntan Publik) atau CPA (Certified Public Accountant). Beberapa profesi
akuntansi yang telah mendapat sebutan BAP antara lain: Akuntan Publik (AP),
Akuntan Sektor Publik (ASP), Akuntan Manajemen (AM) dan Akuntan
Pendidik (AP). Mereka yang telah mendapatkan gelar tersebut, dapat
mengajukan ijin untuk membuka praktek akuntan publik. Profesi akuntansi
sebagai pemberi jasa dalam hal informasi keuangan memiliki tiga aspek yang
saling terkait satu sama lain, yakni pendidikan, praktik dan penelitian (Bell
dan Wright 1991 dalam Bawono 2006:247).
Sedangkan untuk profesi auditor internal terdapat pula suatu lembaga
pelatihan untuk menambah kemampuan dan kompetensinya sebagai auditor
internal, yaitu diantaranya adalah Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA).
Di dalamnya terdapat berbagai jenjang pelatihan yang dapat ditempuh oleh
seorang auditor yang ingin mengembangkan kemampuannya.
1. Sertifikasi QIA
Qualified Internal Auditor (QIA) adalah gelar kualifikasi dalam bidang
internal auditing, yang merupakan simbol profesionalisme dari individu yang
menyandang gelar tersebut. Gelar QIA juga merupakan pengakuan bahwa
penyandang gelar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sejajar
QIA diberikan oleh Dewan Sertifikasi yang terdiri dari unsur-unsur
organisasi profesi internal audit terkemuka di Indonesia yaitu unsur Badan
Pengawasan Keuangan & Pembangunan (BPKP), Forum Komunikasi Satuan
Pengawasan Intern BUMN/BUMD, The Institute of Internal Auditor (IIA)
Indonesia Chapter, Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII), YPIA dan
akademisi serta praktisi bisnis yang memiliki kompetensi dan komitmen
terhadap internal auditing. Sampai saat ini, YPIA adalah satu-satunya lembaga
yang diberi wewenang oleh Dewan Sertifikasi untuk menyelenggarakan
pendidikan dan Ujian Sertifikasi QIA.
Gelar QIA hanya dapat diberikan kepada peserta yang telah memiliki
pengalaman kerja dalam bidang internal auditing paling sedikit selama 1 tahun
dan telah lulus dari ± 20 ujian sejenis, yang diselenggarakan dalam lima
jenjang pendidikan sebagai berikut:
a. Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I
b. Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar II
c. Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I
d. Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan II
e. Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial
Untuk menjaga kualitas pelaksanaan tugasnya, penyandang gelar QIA
diwajibkan memenuhi standar dan kode etik yang dikeluarkan oleh Dewan
Sertifikasi, dan mengembangkan dirinya dengan mengikuti pendidikan
profesional berkelanjutan (continuing professional education) minimal 180
Sertifikasi dalam menyiapkan dan memonitor pelaksanaan standar, kode etik
dan program continuing professional education.
Materi pelatihan sertifikasi QIA dikembangkan berdasarkan hasil survei
yang dilakukan oleh The Institute Internal Auditors dalam merumuskan
pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang auditor
sehingga memiliki kualifikasi sebagai internal auditor tingkat dunia.
Tingkat
dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu: pengetahuan mengenai proses internal
auditing, penguasaan atas keterampilan internal auditing, pemahaman atas
management control dan teknologi informasi, serta pemahaman atas lingkungan
audit. Materi-materi dalam tiap kelompok tersebut diberikan secara bertahap
dalam Tingkat Dasar I, Tingkat Dasar II, Tingkat Lanjutan I, Tingkat Lanjutan II
dan Tingkat Manajerial, sesuai dengan sifat keterampilan dan tingkat
kompleksitasnya.
2. Lokakarya dan Workshop Internal Audit
Lingkungan bisnis yang berkembang dengan cepat menyulitkan internal
auditor untuk senantiasa mengikuti perkembangan mutakhir. Di samping
mengadakan pelatihan Qualified Internal Auditor (QIA), YPIA juga mengadakan
pelatihan-pelatihan tambahan berupa lokakarya dan seminar internal audit. Tujuan
menghadapi tantangan tersebut, dengan mengkomunikasikan inovasi dan
perkembangan terbaru dalam konsep maupun teknik internal auditing.
Tujuan lain dari lokakarya adalah untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang lebih spesifik dan praktis. Jika dalam program sertifikasi
tekanannya adalah pada pengetahuan dasar, lokakarya memberikan keterampilan
dan contoh kongkrit mengenai bagaimana cara melakukan sesuatu (how to skill),
misalnya menulis laporan yang efektif atau membuat Kertas Kerja Audit (KKA).
Dengan kedua tujuan tersebut di atas (perkembangan mutakhir dan
keterampilan praktis), maka lokakarya dan seminar sangat bermanfaat baik bagi
pemula di bidang internal auditing maupun bagi para profesional, sebagaimana
pada QIA sebagai sarana untuk mendapatkan continuing professional education
(CPE).
Lokakarya yang diselenggarakan YPIA antara lain;
a. Internal Audit Skill, meliputi:
1) Implementasi Internal Control (COSO-Based)
Konsep pengendalian intern mutakhir menawarkan alternatif cara
pandang dan mekanisme sistem pengendalian yang tidak hanya adaptif dan
akomodatif akan tetapi juga memberikan stimulasi bagi berkembangnya
inisiatif dan kreatifitas pegawai dan manajemen perusahaan.
Dengan konsep pengendalian intern yang mutakhir ini auditor internal
diharapkan dapat lebih meningkatkan peran konsultatif sebagai pelayanan
Dengan mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan dapat:
a) Memahami konsep pengendalian intern yang sesuai dengan kebutuhan
manajemen dan pegawai untuk mengembangkan inisiatif dan kreatifitas
dalam bekerja.
2) Risk Based Internal Audit
Tanpa kesediaan menerima risiko, manajer tidak dapat mencapai tujuan
apapun. Kunci sukses seorang manajer terletak pada kemampuannya dalam
mengelola risiko. Lokakarya ini didesain untuk membantu auditor dan para
manajer dalam mengimplementasikan proses risk assessment guna
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas.
Pemahaman atas risk assessment akan meningkatkan kualitas pelayanan
auditor internal melalui apresiasi yang lebih baik terhadap risiko operasi
manajemen dan alokasi sumberdaya audit yang lebih terfokus sesuai dengan
prioritas risiko yang dihadapi. Auditor dan manajer diharapkan dapat
mengembangkan cara-cara proaktif dalam mengantisipasi risiko yang dapat
mengganggu pencapaian tujuan organisasi.
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan dapat:
a) Memahami pengelolaan risiko dalam proses manajemen.
b) Menguasai hubungan antara internal control, risk assessment dan
pencapaian tujuan organisasi.
c) Menggunakan berbagai pendekatan identifikasi risiko.
e) Menentukan pengukuran dan prioritas risiko.
f) Menerapkan risk assessment dalam proses audit.
g) Pada akhir pelatihan peserta akan mendapatkan formulir dan matrik guna
membantu risk assessment.
3) Fraud Auditing
Tindakan kecurangan (fraud) berdampak banyak merugikan perusahaan
baik dalam bentuk kehilangan harta perusahaan maupun pengrusakan
terhadap sistem dan budaya kerja perusahaan. Fraud biasanya tumbuh subur
pada perusahaan-perusahaan yang sarat dengan praktik kolusi, korupsi dan
nepotisme (KKN).
Efektivitas auditor internal dalam mencegah, mendeteksi dan
mengoreksi fraud di lingkungan perusahaan mempunyai peran sentral dalam
upaya mengikis praktek KKN dan membuat auditor internal menjadi lebih
relevan dengan tuntutan era reformasi.
Tujuan dari pelatihan ini adalah:
a) Menjadikan peserta sebagai seorang auditor internal yang peka terhadap
berbagai kemungkinan terjadinya fraud.
b) Mampu merekonstruksi skenario fraud.
c) Mampu mendeteksi fraud.
d) Mampu memberikan rekomendasi menegenai pencegahan dan
4) Manajemen Fungsi Audit Internal
Dalam lingkungan yang senantiasa berubah, rotasi jabatan dalam
organisasi merupakan suatu keharusan. Lokakarya ini dimaksudkan untuk
mengurangi sebagian besar masalah yang akan dihadapi pegawai yang akan
menjadi pimpinan Sistem Pengawasan Intern (SPI).
Lokakarya ini disusun untuk membekali para calon pimpinan Satuan
Auditor Internal (SAI) dengan overview atas konsep, metode dan teknik
audit intern yang terbaru. Selain itu, lokakarya ini juga dirancang untuk
memberikan pemahaman atas berbagai masalah manajerial dalam mengelola
satuan audit internal.
5) Menulis Laporan Audit Internal yang Efektif
Manajemen membelanjakan dana yang tidak sedikit untuk membiayai
satuan audit internal. Laporan audit adalah satu-satunya balas jasa satuan
audit internal atas dana tersebut. Akan tetapi laporan audit konvensional
pada umumnya hanya sekedar menyajikan temuan-temuan, tidak
menunjukkan prioritas masalah dan tidak mendorong manajemen untuk
membuat respon.
Dalam situasi information overload, laporan yang demikian tidak dapat
berkompetensi dengan laporan atau bacaan lainnya dalam mendapatkan
waktu dan perhatian manajemen yang terbatas. Kerja keras satuan audit
internal dalam melakukan pengujian dan mengembangkan temuan menjadi
Lokakarya ini didesain untuk mengatasi masalah tersebut di atas dan
untuk membekali para auditor internal agar mampu menyusun laporan yang
bermanfaat bagi satuan audit internal maupun manajemen.
Setelah mengikuti lokakarya ini, peserta diharapkan akan mampu:
a) Mengenali opportunity yang dapat diharapkan dari laporan.
b) Memahami kebiasaan jelek yang menghambat penulisan laporan.
c) Menggunakan strategi untuk mengatasi keterbatasan waktu penulisan
laporan audit.
d) Menyusun laporan yang layak dibaca oleh manajemen yang sibuk.
e) Menyusun laporan yang dapat mendorong tindakan atau perubahan.
f) Menyusun laporan dengan style dan format yang profesional.
g) Menyiapkan presentasi yang efektif pada manajer dan dewan audit.
6) Psikologi dan Komunikasi Audit
Dengan semakin berkembangnya peran auditor internal, perlu adanya
hubungan yang harmonis antara auditor dengan auditee. Bahwa sudah
saatnya bagi auditor untuk mengubah tingkah lakunya dari yang bersikap
represif menjadi lebih persuasif. Begitu pula bagi auditee, perlu
mengembangkan wawasannya terhadap peranan fungsi pengawasan ini, dari
Lokakarya ini didesain agar auditor dan auditee mampu untuk secara
psikologis memahami keberadaan masing-masing dan menciptakan
komunikasi yang harmonis di dalam organisasi
Setelah mengikuti pelatihan ini para peserta diharapkan akan mampu:
a) Bagi auditee untuk memperbaiki persepsi yang keliru mengenai auditor.
b) Memanfaatkan peluang bagi auditor dalam peningkatan hubungan yang
lebih harmonis dengan auditee.
c) Bagi auditor, untuk meninggalkan kebiasaaan buruk kepada auditee.
d) Memahami secara psikologis keberadaan masing-masing (auditor dan
auditee) dan manfaatnya untuk pencapaiaan tujuan organisasi.
7) Proses dan Teknik Audit Internal
Lokakarya ini dimaksudkan untuk membekali pada auditor pemula
dengan berbagai konsep, metode dan teknik audit internal terbaru. Selain itu,
lokakarya ini juga dirancang untuk memenuhi kebutuhan para manajer yang
bertanggung jawab untuk mengembangkan dan memonitor sistem kontrol
intern.
Setelah mengikuti lokakarya ini para peserta diharapkan dapat:
a) Menentukan fokus dan bagaimana cara mengaudit.
b) Mengidentifikasikan dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu
organisasi serta perbaikan yang diperlukan.
c) Memahami model audit dan empat tahap dalam audit.
mengevaluasi kontrol intern.
e) Mengidentifikasi elemen pengendalian yang efisien dan efektif.
f) Merumuskan tujuan dan lingkup audit.
g) Mengembangkan temuan-temuan.
Materi lokakarya disampaikan secara sederhana sehingga mudah
dipahami. Pada topik-topik tertentu diadakan exercise dan studi kasus agar
materi yang dibahas dapat dipahami secara lebih mendalam. Peserta
didorong untuk mendiskusikan problema yang dihadapi di organisasi dan
mencari alternatif penyelesaiannya. Pada akhir lokakarya, dengan bimbingan
instruktur, peserta diharuskan membuat action plan agar materi yang
diperoleh selama kursus dapat memberikan sumbangsih yang maksimum
terhadap unit organisasinya.
8) Managing Conflict untuk Internal Auditor
Pelaksanaan tugas audit bukan merupakan pekerjaan yang mudah.
Seorang auditor dituntut bukan saja memiliki keahlian di bidang audit
melainkan juga keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain
(auditee). Hal ini karena sebagian besar waktu audit adalah berkomunikasi
dengan auditee.
Hambatan utama dalam berkomunikasi adalah seringkali terjadi
kesalahpahaman antara apa yang ingin disampaikan dengan informasi yang
diterima sehingga pokok permasalahan yang ingin disampaikan menjadi
antara auditor dan auditee. Konflik yang berkepanjangan tidak hanya
mengakibatkan audit tidak mencapai sasaran, melainkan juga akan
menimbulkan hubungan tidak harmonis antara auditor dan auditee atau
bahkan mengakibatkan timbulnya permusuhan antara auditor dengan
auditee, dan pada akhirnya akan merugikan organisasi secara keseluruhan.
Lokakarya ini dimaksudkan untuk mengajak peserta mengenal apa
konflik itu sebenarnya dan apa yang menjadi penyebab, serta konsekuensi
yang ditimbulkan. Lokakarya ini juga didesain untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik lagi mengenai konflik, khususnya yang terjadi
antara auditor dan auditee. Termasuk didalamnya adalah pembahasan
mengenai konflik yang memang sudah terjadi dan mencegah potensi konflik
yang mungkin dapat timbul.
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan:
a) Mampu mengenali konflik auditor dan auditee dalam hubungannya
dengan penugasan auditor.
b) Mampu memahami dengan baik apa yang menjadi sumber penyebab dari
konflik yang terjadi.
c) Dapat melakukan tindakan preventif mencegah kemungkinan terjadinya
konflik auditor dan auditee.
d) Memiliki keetrampilan menghadapi konflik yang harus terjadi dan
mampu untuk menanganinya dengan berhasil.
e) Menerapkan teknik yang dapat dipakai untuk mencegah konflik dan
f) Mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dalam organisasi sehingga
dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya konflik.
g) Mampu mengenali diri sendiri dan memahami orang lain sehingga
membantu untuk mencegah konflik yang dapat terjadi.
9) Implementasi Praktis Audit Operasional
Lokakarya ini dimaksudkan untuk memberikan pembekalan kepada
para peserta di Satuan Pengawasan Intern (SPI), yaitu agar dapat memahami
dengan baik konsep dasar mengenai audit internal dan bagaimana audit
operasional dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Disamping itu,
dengan pelatihan ini diharapkan para auditor mampu memberikan kontribusi
yang berarti untuk pencapaian tujuan orgainisasi secara keseluruhan.
Melalui pelatihan audit operasional ini para peserta juga akan diajak untuk
mengenal bagaimana peran terkini dan paradigma baru SPI sebagai mitra
manajemen.
Untuk memberikan pemahaman yang baik mengenai pelaksanaan audit
operasional, para peserta akan dipacu untuk mengembangkan suatu diskusi
mengenai bagaimana proses dan teknik pengujian operasional dapat
dilaksanakan dengan efektif, termasuk masalah dokumentasi hasil pengujian
dan arti penting dari pelaporan audit operasional serta monitoring tindak
lanjutnya. Peserta juga akan dikenalkan mengenai pendekatan audit yang
Setelah mengikuti lokakarya ini, peserta diharapkan akan mampu:
a) Memberikan pemahaman yang memadai mengenai kedudukan dan arti
penting unit SPI dalam meningkatkan pencapaian tujuan organisasi
secara keseluruhan.
b) Meningkatkan komunikasi yang efektif antara unit SPI dengan unit-unit
kerja operasional yang ada di lingkungan organisasi.
c) Memberikan pemahaman yang baik atas pelaksanaan penugasan audit
operasional yang efektif & efisien.
b. Best Practice, mencakup:
1) Control Self Assessment
Control Self Assessment (CSA) merupakan proses dimana manajemen
melakukan self-assessment terhadap pengendalian atas kegiatan pada unit
operasinya masing-masing dengan bimbingan dari auditor internal. CSA
pada umumnya berupa workshop antara manajer dan karyawan suatu unit
operasi dengan dipimpin oleh internal auditor.
Dalam proses ini manajemen melakukan identifikasi resiko-resiko
bisnis, mengevaluasi apakah terdapat pengendalian yang dapat mengurangi
resiko tersebut, dan mengembangkan action plan untuk meningkatkan
pengendalian yang ada. Manfaat utama dari self assessment ini adalah untuk
meningkatkan ownership of control. Dewasa ini CSA telah menjadi sarana
yang andal bagi para auditor internal dan manajemen dalam mengevaluasi
organisasi. Lokakarya ini didesain untuk mengenalkan dan memberikan
pemahaman yang lebih lengkap tentang CSA. Lokakarya ini juga mengulas
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil-hasil dari ulasan mengenai
berbagai contoh dari praktik-praktik implementasi CSA.
2) Enterprise Risk Assessment
Dewasa ini, organisasi menghadapi kompleksitas dan perubahan
lingkungan yang cepat. Oleh karenanya, manajemen manajemen perlu
meningkatkan proses pengelolaan risiko dan pengendalian intern agar dapat:
a) memanfaatkan peluang yang terbuka luas,
b) mengambil dan mengelola risiko pada tingkat yang tepat,
c) memastikan adanya pengendalian yang efektif dan efisien,
d) mengelola unitnya, dan mencapai tujuannya secara efisien dan efektif.
Bagi internal auditor, keterampilan manajemen risiko dapat:
a) meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya audit (personel, waktu, dan
dana) sesuai dengan prioritas risiko.
b) meningkatkan sumbangan (kontribusi) internal auditor dalam
menciptakan nilai tambah bagi organisasi.
Pelatihan Enterprise Risk Management ini bertujuan untuk membekali
auditor dengan berbagai keterampilan, teknik dan metode untuk menyusun
merumuskan rekomendasi dengan fokus risiko (risk management). Pelatihan
ini akan membantu auditor dalam menentukan secara efektif berbagai aspek
dari suatu audit, antara lain: unit yang perlu diaudit, siapa yang mengaudit,
berapa lama, kapan dan bagaimana. Pelatihan Enterprise Risk Management
memungkinkan auditor untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki,
memfokuskan diri pada bidang yang menjadi prioritas dan memilih metode
dan prosedur audit yang paling tepat dan efisien.
3) Implementasi Balance Scorecard untuk Fungsi Internal Audit
Perkembangan profesi menuntut perluasan peran internal audit: peran
sabagai konsultan atau bahkan lebih daripada itu, yaitu peran yang
memberikan kontribusi dalam meningkatkan efektivitas manajemen risiko
atau menawarkan konsultasi dalam peningkatan proses bisnis atau penerapan
best practices dalam perusahaan.
Sukses internal audit sebagai agen perubahan dan konsultan intern bagi
manajemen, sangat tergantung pada kemampuannya dalam mengembangkan
diri secara berkelanjutan dan memberi nilai tambah dalam organisasi.
Pelatihan ini disusun untuk mempersiapkan Internal Audit menjadi lebih
efektif dalam memenuhi tantangan tersebut di atas. Secara spesifik pelatihan
ini memberi pemahaman mengenai perkembangan terkini mengenai profesi
Internal Audit. Kemudian pemahaman metode menyelaraskan sumber daya
utama (komite audit dan manajemen/auditee) dengan strategi bisnis
4) Quality Assurance Fungsi Internal Audit
Manajemen modern tidak lagi membutuhkan auditor internal tradisional
yang berorientasi mencari kesalahan. Mereka membutuhkan auditor internal
yang mampu memberikan pelayanan dan menyumbangkan nilai tambah bagi
organisasi. Audit internal masa depan harus menghasilkan kinerja yang
terfokus dan mampu berkomunikasi secara reguler dan lebih baik dengan
customernya.
Lokakarya ini membekali satuan audit internal dengan metode-metode
untuk mengevaluasi efektifitasnya dalam melayani kebutuhan organisasi,
dan mengukur profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kepada
customer tersebut.
5) Audit Committee Training Course
Komite Audit merupakan salah satu pilar utama corporate governance.
Komite Audit yang efektif dan corporate governance yang baik merupakan
solusi yang dapat menghindarkan kita dari terulang kembalinya berbagai
krisis dan kegagalan perusahaan.
Peran penting Komite Audit ini telah diakui oleh otoritas yang terkait
dengan pengelolaan perusahaan. UU 19 tahun 2003 mewajibkan BUMN
untuk memiliki komite audit, sedangkan SK Ketua BAPEPAM Nomor
KEP-41/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 mewajibkan hal yang sama bagi
perusahaan publik. Dalam upaya sosialisasi dan standarisasi kualitas komite
Audit. Pelatihan ini bertujuan untuk mensosialisasikan komite audit sebagai
salah satu instrumen dalam penciptaan corporate governance yang
akuntabel.
Dalam upaya sosialisasi dan standarisasi kualitas komite audit tersebut,
Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) menyelenggarakan pelatihan dan
lokakarya Komite Audit bagi BUMN, BUMD, dan Swasta. Pelatihan komite
audit bertujuan untuk mensosialisasikan komite audit sebagai salah satu
instrument dalam penciptaan corporate governance yang akuntabel. Peserta
pelatihan diharapkan dapat memahami konsep, fungsi dan peran komite
audit dalam meningkatkan efektifitas struktur pengendalian kegiatan
perusahaan. Peserta juga diharapkan akan memahami
persyaratan-persyaratan dan kondisi yang perlu ada agar komite audit dapat berfungsi
secara efektif.
6) Sarbanes Oxley - PCAOB and Internal Audit Roles
Sarbanes Oxley Act (SOA) ini mendefinisikan roles and responsibility
dari para pemain kunci dalam corporate governance process. Di dalam SOA
ini diatur responsibilities dari Board of Director, Audit Committee, CEO,
CFO, auditor (internal dan eksternal) dan anggota manajemen lainnya yang
diharapkan komitmen dan keterlibatannya yang tinggi dalam corporate
7) Leadership untuk Auditor Internal
Dalam setiap pekerjaan audit, ketua tim pengawas, maupun
penanggung jawab audit dituntut untuk selalu melakukan koordinasi
pekerjaan dengan baik agar audit bisa berlangsung sukses. Keadaan ini
mengharuskan auditor agar mampu menguasai dan memimpin tim audit
secara efektif.
Lokakarya ini dimaksudkan untuk memperoleh dan membina kekuatan
secara tim, serta meningkatkan apresiasi bagi para auditor yang terlibat
dalam penugasan. Maka dapat diambil suatu kesimpulan sementara bahwa
profesi audit internal adalah suatu profesi yang memerlukan kecakapan dan
kewenangan, sehingga auditor internal dituntut untuk berkualitas dan
kompeten dengan memiliki latar belakang pendidikan formal dalam bidang
akuntansi dan auditing. Audit internal juga dituntut untuk mengikuti
pendidikan lanjutan, menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam praktek
akuntansi dan auditing, serta memiliki pengalaman kerja yang cukup
mengenai profesinya. Oleh karena itu dengan adanya pendidikan profesi
auditor internal yang diselenggarakan oleh YPIA yang berkelanjutan
diharapkan dapat membantu auditor internal dalam mengembangkan
I. Pengertian dan Jenis-Jenis Fraud
Dalam Kamus Inggris-Indonesia (Echols dkk:2003), fraud berarti (1)
penipuan, (2) seorang penipu atau gadungan (3) kecurangan, (4) penggelapan.
Definisi-definisi kecurangan menurut Tunggal dan Tunggal (2000) dalam
Sulistiyowati (2003:14), antara lain:
1. Kecurangan sebagai tindak kejahatan
Hukum Kejahatan Michigan menyatakan bahwa kecurangan adalah
tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mendapatkan keuntungan
dari orang lain dengan gambaran yang salah. Tidak ada peraturan yang pas
dan mutlak yang dapat diletakkan sebagai suatu dalil umum dalam
menjabarkan kecurangan, karena mencakup kejutan, tipuan, kelicikan dan
cara-cara tidak adil yang menipu orang lain.
2. Kecurangan sebagai suatu kesalahan
Pengadilan tertinggi Amerika Serikat memberikan definisi kecurangan
dalam arti sipil sebagai:
a. Terdakwa telah membuat suatu gambaran tentang fakta material.
b. Gambaran tersebut salah.
c. Gambaran tersebut tidak benar-benar dipercaya oleh terdakwa, dalam
dasar-dasar yang masuk akal untuk dianggap benar.
d. Gambaran itu dibuat dengan maksud bahwa hal itu harus dilakukan
seperti itu.
f. Dalam mempraktikannya, pendakwa tidak mengetahui kesalahan
gambaran itu dan secara beralasan percaya bahwa gambaran itu benar.
3. Kecurangan perusahaan adalah semua kecurangan yang dilakukan oleh,
untuk, atau terhadap suatu perusahaan bisnis.
4. Kecurangan manajemen adalah kesalahan pengertian tentang tingkatan
prestasi unit yang disengaja yang dilakukan oleh para karyawan yang
berperan dalam manajemen yang mencari keuntungan dari kecurangan
tersebut dalam bentuk promosi, bonus, atau insentif ekonomi lainnya dan
simbol-simbol status.
5. Kecurangan menurut orang awam adalah ketidakjujuran dalam bentuk
penipuan disengaja atau salah pengertian yang disengaja tentang fakta
material. Bohong adalah pemberitahuan disengaja tentang suatu
ketidakbenaran, penipuan, pencapaian suatu keuntungan tidak adil atau
wajar terhadap orang lain.
A Jones dan Bates (1990) dalam Sulistiyowati (2003:15) Public Sector
Auditing menyatakan yang dimaksud fraud dalam Theft Act adalah
penggelapan yang meliputi berbagai kecurangan, antara lain penipuan yang
disengaja (intentional deceit), pemalsuan rekening (falcification of account),
praktik jahat (corrupt practices), penggelapan atau pencurian (embezzlement),
korupsi (corruption) dan sebagainya. Fraud terjadi dimana seseorang
memperoleh kekayaan atau keuntungan keuangan melalui kecurangan atau
disengaja dan tidak termasuk ketidaktahuan. Sedangkan menurut Ramsay
(2000) dalam Sulitiyowati (2003), fraud merupakan kesalahan disengaja yang
dikelompokkan ke dalam dua tipe, yaitu:
1. fraudulent financial reporting, yang meliputi: manipulasi, pemalsuan, atau
pengubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukung dan laporan
keuangan yang disusun, tidak menyajikan dalam atau sengaja
menghilangkan kejadian, transaksi, dan infomasi penting dan laporan
keuangan, dan sengaja menerapkan prinsip akuntansi yang salah.
2. missapropriation of assets, yang meliputi: penggelapan penerimaan kas,
pencurian aktiva, dan hal-hal yang menyebabkan suatu entitas membayar
untuk barang atau jasa yang tidak diterimanya.
Beberapa aktivitas yang mendorong terjadinya kecurangan antara lain:
1. Aktivitas yang berhubungan dengan pengeluaran, yang meliputi: klaim
terhadap keuntungan dan bantuan, pembayaran kontrak, saham dan
persediaan yang bernilai, penyewaan karyawan, mobil, bonus dan
pembayaran lembur, biaya tempat tinggal, penjara, pasien rumah sakit,
biaya kas kecil, dana tidak resmi untuk persaudaraan atau kelompok, serta
karyawan yang dibayar berdasarkan jam kerja.
2. Aktivitas yang berhubungan dengan pendapatan, meliputi: kas yang
diperoleh dari penyewaan, parkir mobil, biaya lisensi, hadiah untuk travel,
pembayaran pinjaman hipotik, pinjaman pengembangan industri, cek yang
Indikasi kemungkinan terjadinya kecurangan antara lain:
1. Ketidakmampuan mengatur pertemuan dengan staf klien kunci.
2. Ketidakmampuan mencari dokumen.
3. Dokumen diubah atau di “Tipp-Ex“ atau mengubah tanda tangan yang sah.
4. Saldo dalam buku yang tidak dapat dijelaskan.
5. Keengganan karyawan untuk meninggalkan posnya.
6. Gaya hidup yang tidak masuk akal.
7. Sering mendapat kunjungan atau mengunjungi kontraktor.
8. Tidak senang jika orang lain hadir saat mengecek tugas.
9. Komputer sering “down“ saat dikunjungi oleh auditor atau saat auditor
akan menggunakannya.
10.Sering mengkambinghitamkan orang lain saat diperiksa oleh auditor.
J. Pencegahan Fraud
Pencegahan fraud terdiri atas berbagai tindakan yang dilakukan untuk memperkecil kemungkinan yang timbul bila terjadi kecurangan, memperkecil
atau membatasi kerugian yang mungkin timbul bila terjadi kecurangan.
Pencegahan kecurangan merupakan tanggung jawab manajemen. Mekanisme
pencegahan yang utama adalah mengembangkan sistem pengawasan yang
andal (Maryam 2007).
Statements on Internal Auditing Standards (SIAS) no.3 Detection,
Investigation and Reporting Fraud menyatakan bahwa internal audit
menguji dan mengevaluasi kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian
internal sesuai dengan tingkat kerugian atau resiko yang potensial dalam
berbagai segmen kegiatan organisasi.
Menurut Steve Albrecht dalam Maryam (2007), fraud dapat dikurangi
dan seringkali dapat dicegah dengan:
1. By create a culture of honesty, oppeness and assistance:
a. hire honest people and provide fraud awareness training.
b. create a positive work environtment.
c. develop a company codeof ethics.
2. By eliminating opportunities to commit fraud:
a. install good internal controls.
b. monitor employees.
c. create an expectation of punishment.
Dilihat dari kerangka teori dan penelitian-penelitian sebelumnya, maka
hipotesis dari penelitian ini adalah:
H1: Terdapat pengaruh antara pengalaman kerja auditor internal terhadap
kemampuan mendeteksi fraud.
H2: Terdapat pengaruh antara pendidikan profesi auditor internal terhadap
kemampuan mendeteksi fraud.
H3: Secara bersama-sama terdapat pengaruh antara pengalaman kerja dan
pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi
K. Kerangka Pemikiran
Untuk memperjelas gambaran dari penelitian ini, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini digambarkan dalam gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1
Pengalaman Kerja
(X1)
Pendidikan Profesi Auditor Internal
(X2)
Kemampuan Mendeteksi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh auditor internal yang mengikuti pelatihan audit internal di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) yang
beralamat di Jalan Raya Pasar Minggu Kavling 34 Jakarta Selatan 12780
(Gedung Graha Sucofindo Lantai 3). Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi
auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud. Objek atau sampel
penelitian ini adalah para peserta (auditor internal perusahaan) yang mengikuti
pelatihan di YPIA pada bulan Mei tahun 2008.
B. Metode Penarikan Sampel
Metode penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara
Convinience Sampling dan Purposive Sampling sebagai penentuan responden.
Hal ini dimaksudkan agar sampel sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian
(Nur Indriantoro, 2002), dengan berdasarkan pada daftar pertanyaan yang
akan dibagikan kepada responden dan kemudian dianalisa dengan analisa
linier. Dalam mengambil jumlah sampel dari populasi, pertimbangan yang
1. Para peserta yang mengikuti pelatihan audit internal di Yayasan
Pendidikan Internal Audit (YPIA) yang beralamat di Jalan Raya Pasar
Minggu Kavling 34 Jakarta Selatan 12780 (Gedung Graha Sucofindo
Lantai 3).
2. Peserta yang mengikuti pelatihan di bulan Mei 2008.
Adapun metode pengumpulan data-data dan informasi, penulis
melakukan penyebaran kuesioner terhadap objek yang diteliti untuk
memperoleh data yang akurat. Dalam kaitannya dengan sumber data dan
cara mendapatkannya, dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen.
Variabel dependen diwakili oleh “kemampuan medeteksi fraud”. Di
dalam kemampuan mendeteksi fraud ini ada dua hal yang mendasari
peneliti dalam membuat pertanyaan ini, yaitu:
a) Seberapa penting para auditor memandang kecurangan (fraud) sebagai
suatu kesalahan.
b) Sejauh mana pengetahuan atau wawasan para auditor dalam mencegah
suatu kecurangan (fraud) itu sendiri.
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu “pengalaman kerja”
dan “pendidikan profesi auditor internal”. Variabel pengalaman kerja ini
akan diukur berdasarkan lama bekerja sebagai auditor paling tidak satu
internal, sedangkan untuk variabel pendidikan profesi auditor internal
diukur dengan didasarkan pada program pelatihan yang diadakan oleh
YPIA. Variabel pendidikan profesi didasarkan atas:
a) Responden telah mengikuti pelatihan pendidikan profesi sedikitnya satu
kali atau lebih dalam rangka mendapatkan sertifikat Qualified Internal
Audit (QIA) di YPIA.
Pengukuran variabel dependen dan independen menggunakan skala
likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat
setuju). Untuk masing-masing pertanyaan menggunakan lima skala likert.
C. Sumber Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data
penelitian terdiri atas:
1. Data Primer (Primary Data)
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer secara
khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual maupun
kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian, kegiatan
dan hasil pengujian. Peneliti dengan data primer dapat mengumpulkan
data sesuai dengan yang diinginkan, karena data yang tidak relevan dengan
metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu: (1)
metode survei dan (2) metode observasi (Nur Indriantoro 2002:147). Pada
penelitian kali ini peneliti menggunakan metode survei yaitu dengan cara
penyebaran kuesioner.
2. Data Sekunder (Secondary Data)
Data sekunder merupakan sumber data peneltian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan,
atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.
D. Operasional Variabel
Operasional variabel dari penelitian ini akan disajikan pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Independen Pengalaman Kerja (X1)
Skala
Skala Rasio, skor:
Pendidikan Profesi (X2)
Variabel Dependen Kemampuan Mendeteksi Fraud (Y)
Skala Interval (likert), skor:
Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I = skala 1
Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar II = skala 2
Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I = skala 3
Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan II = skala 4
Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial = skala 5
Skala Interval (likert) Skor:
1 = Tidak ada indikasi fraud, sampai 5 = Ada indikasi fraud
E. Metode Analisis
Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya ialah
menganalisis data berdasarkan metode penelitian yang sesuai untuk
digunakan. Kegiatan analisis dan pengolahan data dengan melakukan tabulasi
terhadap kuesioner dengan memberikan dan menjumlahkan bobot jawaban
Analisa data-data tersebut menggunakan metode regresi berganda
(multiple regression) yang dimaksudkan untuk menguji pengaruh
variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen. Secara umum, analisis
regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel
dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan
tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata populasi atau nilai
rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.
Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing
variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai
variabel dependen dengan suatu persamaan. Koefisien regresi dihitung dengan
dua tujuan sekaligus, yaitu; meminimumkan penyimpangan antara nilai aktual,
dan nilai estimasi variabel dependen berdasarkan data yang ada. Dalam
penelitian ini persamaan regresi yang digunakan adalah :
Y= a + b
1X
1+ b
2X
2+ e
Keterangan:
Y = Kemampuan Mendeteksi Fraud
b1,b2, = Koefisien Regresi
X1 = Pengalaman Kerja
X2 = Pendidikan Profesi Auditor Internal (Pelatihan dalam
rangka mendapatkan sertifikat Qualified Internal Audit (QIA) dari YPIA)
a = Konstanta / Intersep
F. Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang
ada di dalam kuesioner mampu mengukur apa yang ingin didapatkan
dalam penelitian ini. Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi
antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel.
Setelah itu tentukan hipotesis H0: skor butir pertanyaan berkorelasi
positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak
berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Kemudian uji dilakukan
dengan membandingkan r hitung dengan r tabel untuk degree of reedom
(df) = n-2. Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka suatu
instrumen dapat dinyatakan valid dan sebaliknya apabila nilai r hitung
lebih kecil dari nilai r tabel, maka instrumen dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Hasil dari pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui
apakah instrumen penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali
pada waktu yang berbeda. Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau