PENGARUH PEMBERIAN SERTIFIKASI QUALIFIED INTERNAL AUDITOR (QIA) DAN
PENGALAMAN KERJA AUDITOR INTERNAL TERHADAP KEMAMPUAN DALAM MENDETEKSI FRAUD
(Studi Empiris pada Perusahaan di Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
SYAHRONI ROMADHONI NIM: 1 0 6 0 8 2 0 0 2 6 8 4
JURUSAN AKUN TANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Syahroni Romadhoni NIM : 106082002684
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat, maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 21 Februari 2011
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Curriculum Vitae
I. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Syahroni Romadhoni Nama Panggilan : Roni
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/05 Mei 1988
Alamat : Gg. Sarmili Rt.001 Rw.07 No.30
Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan 12240
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Hobi : Membaca, Mendengarkan Musik
e-mail : syahroni13@yahoo.com
Telepon : 021-7155 2119 / 0819 0895 3253
II. PENDIDIKAN FORMAL
SDN 17 Jakarta, Lulus Tahun 2000
SMP Al-Fajar Jakarta Lulus Tahun 2003
SMK Al-Fajar Jakarta, Jurusan Akuntansi, Lulus Tahun 2006
ii III. PENDIDIKAN NON FORMAL
- Kursus Komputer di SMK Al-Fajar Jakarta, Ms. Word, Excel, Power
Point, Lulus Tahun 2006
- Pelatihan Perakitan Komputer di Kelurahan Kebayoran Lama Utara,
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Tahun 2007
- Pelatihan Kewirausahaan dan Internet, Le mbaga Pengkajian
Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Madani, Tahun 2009
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
- Wakil Ketua Rohis SMK Al-Fajar Jakarta, Tahun 2005
- Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMK Al-Fajar, Departemen
Beladiri, Tahun 2004
- Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Departemen Sosial dan
Agama (SOSAG), Periode 2008-2009
- Sekretariat Orang Tua Bimbingan Terpadu (ORBIT), Periode 2009-2010
- Sekretariat Rukun Tetangga (RT) 001 Rw.07, Periode 2009-2012
- Petugas Sensus Penduduk Tahun 2010
V. PENGALAMAN KERJA
- Magang di PT. Asuransi Jiwa CAR, Dept. Underwriting 2004
- Editor di Penerbit Zikrul Hakim Rawamangun 2006
- Tutor Bimbingan Belajar di Lembaga Pendidikan Universal 2007
iii
EFFECT OF CERTIFICATION QUALIFIED INTERNAL AUDITOR (QIA) AND WORK EXPERIENCE OF INTERNAL AUDITORS
THE ABILITY TO DETECT FRAUD (Empirical Study of Companies In Jakarta)
ABSTRACT
The main purpose of this study is to examine the certification effect of Qualified Internal Auditors (QIA) and work experience on the ability of internal auditors to detecting fraud. The method which is used in this resereach is convenience sampling (collection of data based on convenience). The sample in this study is the team leader, supervisor, and members of the internal audit firm located in Jakarta by 43 respondens. The data used primary data that taken directly from the respondents to the questionnaire technique. The quality test of data which used in this study is validity test of using the Pearson Correlation and reliability test used Cronbach Alpha and hypothesis test that used the coefficient of determination (R2), F test, t test.
The results of this study indicate that the variables of QIA certification and work experience of internal auditors have a significant effect to the ability to detect fraud with a significance value of 0.000 < 0.05.
iv
PENGARUH PEMBERIAN SERTIFIKASI QUALIFIED INTERNAL AUDITOR (QIA) DAN PENGALAMAN KERJA AUDITOR INTERNAL
TERHADAP KEMAMPUAN DALAM MENDETEKSI FRAUD (Studi Empiris pada Perusahaan di Jakarta)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pemberian sertifikasi qualified internal auditor (QIA) dan pengalaman kerja auditor internal terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling (pengambilan data berdasarkan kemudahan). Sampel dalam penelitian ini adalah para ketua tim, supervisor, dan anggota audit internal perusahaan yang berada di wilayah DKI Jakarta sebanyak 43 responden. Pengumpulan data menggunakan data primer yaitu data yang diambil langsung dari responden dengan teknik kuesioner. Uji kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas dengan menggunakan Pearson Correlation dan uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha serta uji hipotesis dengan menggunakan koefisien determinasi (R2), uji F, uji t.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pemberian sertifikasi QIA dan pengalaman kerja auditor internal berpengaruh signifikan terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05
v
KATA PENGAN TAR
مي حر لا نمحر لا ها مس ب
Segala puji hanya milik Allah SWT yang tidak membutuhkan siapapun,
dengan kuasa-Nya seluruh alam semesta ini berada dalam keseimbangan.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
sahabat, serta para pengikutnya hingga akhir zaman yang setia membawa risalah
kebenaran di muka bumi ini.
Sekian tahun menempuh perkuliahan, akhirnya dengan terselesaikannya
skripsi ini penulis berada pada gerbang akhir proses pendidikan Sarjana pada
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dan penulis ingin memberikan skripsi ini sebagai suatu penghormatan dan
tanda bakti khusus kepada pejuang-pejuang - ku yaitu kedua orangtua-ku tercinta, Ibunda Isnaeni dan Ayahanda Suhaimi, yang telah mendidik, membesarkan dan senantiasa menyertaiku dengan segala pengorbanan materi dan
sokongan motivasi yang tiada henti kepada penulis serta mendo’akan penulis
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Ucapan terima kasih juga penulis
ucapkan kepada Adik-adik ku tersayang, Anfal Raya dan Annisa(alm) yang takkan pernah berakhir meski kau telah tiada, namun engkau tetap di benak ku....
tunggulah syahid ku tiba menyambangi untuk bertemu bersama kembali. Kepada
vi
dengan penuh kesabaran, pengertian, serta dukungan yang sangat berharga dan tak
ternilai. Kau isteriku yang terbaik. Satu lagi, Buah Hati ku yang memberikan motivasi yang tak ternilai, Ayah dan Bunda sangat rindu dan mena nti akan
kelahiran-mu untuk mempersiapkan engkau menjadi pribadi muslim(ah) yang
tangguh.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada seluruh pihak yang telah
memberikan dukungan, moril maupun materil, yang secara langsung maupun
tidak langsung dari awal perkuliahan hingga tersusunnya skripsi ini, antara lain
kepada :
1. Bpk. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bpk. DR. Amilin, SE., Ak., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya kepada penulis.
3. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Ibu Rahmawati, SE.,MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh staf pengajar yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya di
Jurusan Akuntansi. (Yaa Allah muliakanlah guru-guru kami dan muliakanlah
vii
7. Seluruh karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan segenap ilmu dan bantuan serta pengalaman
berharga kepada penulis selama ini, khusunya Ibu Siska, Ibu Dewi, Bpk.
Rahmat, Bpk Sugeng, dll.
8. Ibu Yus, Ibu dr. Anna Uyainah Zn, Sp.PD, Drs. H. Ali Hamzah, M.Pd,
Dra. Hj. Maryam, Dra. Hj. Ubaidah, yang tela h mendonaturkan dana kepada
penulis. Semoga amal Bapak dan Ibu mendapatkan ganjaran dari Allah SWT,
mudah-mudahan penulis dapat mengikuti jejak Bapak dan Ibu sekalian.
9. Drs. Sunarto, S.Pd, Cing Edi, Cing Tatah yang telah membantu dalam proses
perkuliahan hingga selesai.
10.Teman-teman Akuntansi E UIN SyaHid Jakarta ‘06 : Tompra, Alul, JheJhe,
Zezen, Intan, Ifah, Tami, Silvi, Weni, Filla, Astri, Chici, Youra, Izul, Tofan, Ajat, Tomy Riyadi, serta seluruh teman Jurusan Akuntansi angkatan ‘06 yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas kebersamaan dalam suka, duka
perkuliahan, keceriaan, kebersamaan, kekompakan, persahabatan, cerita dan
pengalaman yang indah selama ini serta membantu penyelesaian studi penulis.
Akhir kata, besar harapan penulis akan kritik dan saran yang konstruktif
demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat menambah
khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Wassalamu’alaikum wr. Wb
Jakarta, Februari 2011
Peneliti
viii DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... i
ABSTRACT ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGAN TAR ... v
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 14
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Ruang Lingkup Audit Internal ... 17
1. Pengertian Audit ... 17
2. Pengertian Audit Internal ... 19
3. Pengertian Auditor Internal ... 23
4. Perbedaan Antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal ... 28
5. Peran Auditor Internal ... 32
ix
2.3 Pengalaman Kerja Auditor Internal ... 45
2.4 Penelitian Terdahulu ... 47
2.5 Lingkup Pendeteksian Fraud ... 49
2.6 Keterkaitan Antarvariabel dan Perumusan Hipotesis ... 52
2.7 Kerangka Pemikiran ... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 56
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 56
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 57
3.4 Metode Analisis ... 57
1. Uji Kualitas Data ... 58
2. Uji Asumsi Klasik ... 59
3. Uji Asumsi Hipotesis ... 61
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 64
BAB IV PEN EMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 68
1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 68
2. Karakteristik Profil Responden ... 69
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 72
x
2. Hasil Uji Kualitas Data ... 73
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 75
4. Hasil Uji Hipotesis ... 78
C. Pembahasan ... 82
BAB V PEN UTUP A. Kesimpulan ... 85
B. Implikasi ... 86
C. Keterbatasan ... 87
D. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Kasus Kecurangan di Indonesia dan Luar Negeri ... 2
2.1 Perbedaan Auditor Internal dan Eksternal ... 29
2.2 Penelitian Terdahulu ... 50
3.1 Kriteria Korelasi ... 59
3.2 Operasional Variabel Penelitan ... 66
4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 68
4.2 Data Sampel Penelitian ... 69
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 70
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan dalam Penugasan Audit ... 71
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 72
4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 73
4.8 Hasil Uji Validitas ... 73
4.9 Hasil Uji Reliabilitas ... 75
4.10 Hasil Uji Multikolonieritas ... 76
4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 79
4.12 Hasil Uji Statisitik t ... 80
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ... 55
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 77
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1. Surat Izin Penelitian ... 92
2. Lembar Kuesioner Penelitian ... 95
3. Skor Jawaban Responden ...100
4. Hasil Uji Regresi Berganda ...105
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, akan mengakibatkan
persaingan yang semakin meningkat dan kompleks. Hal tersebut
mengakibatkan semakin rumitnya masalah-masalah yang dihadapi oleh
manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsi pengendalian dan
pengawasan terhadap kegiatan perusahaan. Agar tercapai pelaksanaan
pengawasan yang efektif, diperlukan suatu struktur pengawasan yang baik,
sehingga dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan.
Dalam perkembangan yang terjadi adalah suatu perubahan yang tidak
dapat dihindari setiap zaman, perubahan yang terus-menerus terjadi yang
merupakan fenomena dalam kehidupan makhluk hidup di dunia. Dengan
kondisi tersebut negara menghadapi tantangan yang makin lama makin sulit
untuk dapat terselesaikan. Sementara bangsa Indonesia kini sedang
merebaknya penyakit berdimensi ekonomi, politik, kultur, moral, agama
bahkan sampai pada berbagai macam jenis penyakit yang terus menggrogoti
segala aspek kehidupan masyarakat pada saat ini, yaitu masalah korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN). Ketiga hal tersebut dapat dikategorikan ke
dalam bentuk kecurangan.
Berikut ini beberapa skandal yang menjadi fenomena dan dapat kita
2 Tabel 1.1
Kasus Kecurangan di Indonesia dan Luar Negeri
Tahun Kasus Kecurangan
2001 Eksekutif Enron (Perusahaan Energi) melakukan manipulasi pembukuan melalui Arthur Anderson yang menyebabkan mark-up laba Enron terdongkrak US$ 1 milyar untuk menyesatkan para investornya, yang sesungguhnya adalah bangkrut.
2002 Adam Rustam pengelola investasi PT. Larasindo Jaya Agritama yang didalamnya terdapat nama Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) menghanguskan dana Rp 500 miliar atas 6.000 invesornya.
2002 WorldCom yang dipimpin oleh Bernard L. Madoff telah melakukan penggelembungan keuntungan sebesar US$ 3,85 milyar antara periode Juni 2001 sampai dengan Maret 2002, dengan memasukkan angka tersebut ke dalam pos investasi yang seharusnya menjadi biaya operasi normal. Kasus ini menjadi satu tragedi terbesar dalam sejarah kehancuran finansial.
2004 Skandal Bank Global, membuat malu regulator dan menyengsarakan nasabahnya. Hal ini diakibatkan ulah pemiliknya yang membobol banknya sendiri, per September 2004 bank ini tampak kokoh dengan rasio CAR 44,84% dan tidak sampai sebulan rasio CAR- nya minus 39%. Aset senilai Rp 1,8 triliun, sebanyak Rp 1,123 trilin berupa surat berharga dan setelah diperiksa hanya ada Rp200 miliar. Akibatnya nasabah kehilangan uang tidak kurang dari Rp500 juta/nasabah dan sebanyak 411 rekening dengan nilai Rp434,27 miliar tak dijamin pemerintah. 2008 Kerugian atas 5.000 nasabah atas penggelapan dana oleh
PT Antaboga Delta Sekuritas (ADS) dan Bank Century, yang masing Rp1,378 triliun dan Rp1,12 triliun. Dana ini menurut pihak kepolisian yang bekerjasama dengan PPATK, sebesar Rp 276,7 triliun mengalir ke Robert Tantular, Rp 248,144 miliar ke Anton Tantular, dan Rp853,971 miliar mengalir ke Hartawan Alwi.
3 Kecurangan dapat dilakukan oleh karyawan, biasanya didesain secara
langsung merubah kas atau aset lainnya demi keuntungan pribadi karyawan
tersebut. Kemudian kecurangan juga dapat dilakukan oleh pihak manajemen
yang lebih tidak tampak kecurangannya daripada kecurangan yang dilakukan
oleh karyawan, karena sering kali kecurangan semacam ini tidak terdeteksi
sampai terjadinya kerusakan atau kerugian besar yang menyulitkan
perusahaan. Maka dari itu setiap perusahaan dituntut untuk mewujudkan
pengelolaan yang baik (Good Governance) juga pengendalian intern bagi
setiap perusahaan. Pengendalian intern bagi suatu perusahaan (terutama yang
sudah go public) merupakan suatu keharusan untuk menciptakan manajemen
yang baik.
Untuk menjaga dan memelihara keefektifan pengendalian, maka
perusahaan biasanya memerlukan suatu bagian khusus yang disebut audit
internal. Bagian audit internal dalam pelaksanaannya memerlukan sumber
daya manusia yang telah dipilih secara objektif dan mempunya i kualifikasi
sesuai dengan kompetensinya, terampil, cakap dan yang lebih penting lagi
memiliki integritas dan kejujuran. Bagian ini bertugas mengawasi dan
mengevaluasi keefektifan setiap aktivitas pengendalian yang ada dalam
perusahaan dan menjaga agar seluruh prosedur dan ketentuan yang berlaku di
perusahaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Tujuan audit internal menurut Tugiman (2004) adalah membantu semua
anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara
4 mengenai kegiatan mereka. Audit internal berhubungan dengan semua tahap
kegiatan perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada pemeriksaan terhadap
catatan-catatan akuntansinya saja, tetapi juga harus memahami
permasalahan-permasalahan dan kebijakan manajemen.
Auditor internal berbeda dengan auditor eksternal atau akuntan publik.
Hal ini berkaitan dengan klien yang dihadapi oleh masing- masing auditor
tersebut. Akuntan publik yang profesional dapat menarik diri dari suatu
perjanjian ketika merasa meragukan integritas dan independensi terhadap
manajemen. Namun auditor internal yang profesional menghadapi berbagai
dilema dan kasus yang rumit. Auditor internal memiliki satu klien yakni
manajemen dari perusahaan yang dinaunginya. Sehingga tidak salah apabila
auditor internal dikatakan suatu profesi yang unik, karena auditor internal
sering dikatakan mata telinga dari pimpinan dimana auditor tersebut berada.
Untuk itu, auditor internal perlu meningkatkan kualitas kinerjanya agar dapat
menghasilkan informasi pengawasan yang dapat digunakan untuk mendeteksi
terjadinya risiko bisnis dikemudian hari.
Globalisasi yang membawa liberalisasi pada segala bidang, termasuk
liberalisasi ekonomi hendaknya memacu profesi internal audit untuk lebih
responsif terhadap kebutuhan manajemen dalam rangka tetap kompetitif di
pasar bisnis. Tidak hanya dalam teknis dan standar profesi saja, tetapi juga
dalam pengaruh kegiatannya terhadap bidang ekonomi dan sosial secara
keseluruhan. Mereka semestinya harus bersiap-siap menghadapi lingkungan
5 internal maupun eksternal. Di era globalisasi, auditor internal akan
menghadapi tantangan yang lebih berat sehingga adaptasi yang inovatif perlu
dilakukan terhadap kultur, struktur, dan sistem.
Harapan manajemen bahwa profesi internal audit dapat membantu
terciptanya siklus akuntansi, pengendalian manajemen dan kinerja operasional
perusahaan yang tertata serta terlaksana dengan baik, sehingga pihak
manajemen maupun audittee dapat melaksanakan dampak positif dari peran
audit internal. Berbagai penilaian dan persepsi negatif sering ditujukan
terhadap fungsi internal audit. Audittee sering kali merasa bahwa keberadaan
divisi internal audit hanya akan mendatangkan cost yang lebih besar dibanding
benefit yang akan diterima. Auditor internal dianggap masih jauh peranannya
untuk dapat menjadi seorang konsultan internal (yang merupakan ekpresi
tertinggi dalam peran pengawas internal).
Sering kali usulan perubahan atau rekomendasi dari audit internal masih
dianggap menyulitkan dan merugikan audittee, bahkan terkesan formalitas dan
cenderung mengabaikan tingkat kesulitan atau kendala yang akan dihadapi
oleh audittee nantinya atas pelaksanaan saran dari bagian audit internal
tersebut dengan kata lain, usulan yang diberikan auditor internal kepada
audittee sering kali lebih banyak konsepnya dibanding penerapannya.
Formalitas peran auditor internal lebih disebabkan karena internal audit saat
ini masih belum memiliki rencana induk pengawasan (master plan of
controlling) yang baik dan perencanaan audit yang masih belum terintegrasi,
6 akhirnya banyak sekali dijumpai sikap tidak optimis dari audittee akan peran
dan tanggung jawab bagian audit internal.
Chamber’s (2004), mengungkapkan aspek perilaku dalam pemeriksaan
(behavioral aspects of auditing), yaitu bahwa konflik peran secara psikologis
yang dialami pemeriksa intern kemungkinannya adala h melekat dalam peran
(fungsi) pemeriksa intern itu sendiri. Di satu pihak ia berusaha memberikan
nasihat, tetapi di pihak lain ia sebagai polisi (“policeman”). Hal ini pada
gilirannya akan menimbulkan krisis identitas tersendiri bagi si pengawas
internal. Bahkan menurut Courtemanche, banyak dijumpai individu yang
merasa kurang senang dalam melaksanakan perannya sebagai auditor internal.
Auditor internal merupakan suatu profesi yang memerlukan dukungan
dari pihak manajemen maupun audittee, yang perlu ditunjang oleh ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Dengan adanya perubahan di berbagai bidang
serta tuntutan yang lebih tinggi dari pemakai jasa auditor internal, maka
profesi audit internal perlu mengidentifikasi, mengembangkan,
mempertahankan, serta menyempurnakan pengetahuan dan keterampilan yang
akan dijadikan modal untuk menjalankan peran dan tanggung jawabnya
sebagai seorang konsultan manajemen. Berbagai usaha perbaikan dan
peningkatan mutu serta untuk mengembalikan kepercayaan pemakai (user)
akan profesi internal audit telah dilakukan, diantaranya melalui pengadaan
seminar-seminar tentang peran dan tanggung jawab internal audit bagi
7 Internal Audit (YPIA) oleh Hiro Tugiman yang tidak lain untuk “mencetak”
para auditor internal yang berkualitas dan diakui secara profesional.
Di samping permasalahan yang telah dikemukan di atas, masalah yang
juga tidak jarang dihadapi auditor internal adalah menyangkut persoalan tidak
adanya dukungan pihak top executive perusahaan terhadap orientasi hasil
pekerjaan audit internal. Sering kali timbul selisih pendapat antara top
executive dengan auditor internal akan sesuatu hal yang sifatnya sangat teknis
menyangkut operasional perusahaan. Untuk mengantisipasi kejadiaan ini,
maka perlu adanya suatu penyamaan persepsi terlebih dahulu mengenai
“objek” yang akan diaudit atau yang akan dicarikan jalan pemecahannya.
Persepsi top executive terhadap fungsi internal audit sangat penting untuk
mengurangi kesenjangan (gap) antara keinginan/kepentingan top executive
dengan auditor internal. Harus ada suatu kerjasama yang baik dan harmonis
antara top executive dengan auditor internal. Fungsi auditor internal akan
dapat berjalan dengan efektif apabila memperoleh dukungan ya ng positif dari
top executive selaku pengelola kegiatan operasional perusahaan sehari- hari.
Dalam mencapai profesionalisme, auditor internal harus memenuhi
spesifikasi dan kualitas yang menjadi tolak ukur dari profesi tersebut. Auditor
internal yang memenuhi spesifikasi dan kualifikasi yang telah ditetapkan akan
mendapat sertifikasi. Sertifikasi ini merupakan suatu pengakuan atas
kemampuan yang dimilikinya, sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan
8 Dalam tulisannya Hery (2009), dalam bidang profesi audit internal,
khususnya di Indonesia, ada 2 (dua) jenis sertifikasi yang relatif diakui, yaitu
sertifikasi yang bersifat lokal dan internasional. Yang bersifat lokal adalah apa
yang disebut dengan Qualified Internal Auditor, dengan gelar QIA.
Sedangkan yang bersifat internasional adalah apa yang disebut dengan
Certified Internal Auditor, dengan gelar CIA.
Sertifikasi auditor internal dapat diperoleh setelah auditor internal
melalui serangkaian pendidikan yang ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan dan profesionalisme auditor internal. Di Amerika, auditor internal
yang telah menjalani pendidikan tersebut mendapatkan Certified Internal
Auditor (CIA), sedangkan di Indonesia adalah Qualified Internal Auditor
Internal (QIA).
Proses untuk memperoleh sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA)
ini berbeda dengan proses sertifikasi akuntan publik. Auditor internal harus
melalui beberapa tahap pendidikan dan lulus dalam serangkaian ujian. Hal ini
perlu dilakukan melihat latar belakang pendidikan dan pengetahuan dari
auditor internal ini beragam.
Pentingnya sertifikasi QIA dinyatakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(2001) dalam Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 300 tentang Standar
Pekerjaan Lapangan, secara khusus diketengahka n pada Seksi 322 (PSA
Nomor 33) yang mengatur tentang Pertimbangan Auditor atas Fungsi Audit
Intern dalam Audit Laporan Keuangan pada paragraf 9 (Kompetensi Auditor
9 memperoleh atau memutakhirkan informasi dari audit tahun sebelumnya
mengenai faktor- faktor berikut:
a. Tingkat pendidikan, dan pengalaman profesional auditor internal.
b. Ijazah profesional dan pendidikan profesional berkelanjutan.
c. Kebijakan, program, dan prosedur audit.
d. Praktik yang bersangkutan dengan penugasan auditor internal.
e. Supervice dan review terhadap aktivitas auditor internal.
f. Mutu dokumentasi dalam kertas kerja, laporan dan rekomendasi.
g. Penilaian atas kinerja auditor internal.
Sertifikasi QIA merupakan sertifikasi untuk auditor internal di Indonesia
dalam melakasanakan pekerjaannya. Para pemegang sertifikat QIA, seperti
halnya pemegang sertifikasi internasional (Certification in Control Self
Assessment, Certified Information System Auditor) dan sertifikasi lain yang
diberikan oleh institusi dari 36 negara di dunia, dinyatakan telah lulus
(disetarakan) part IV Certified Internal Auditor.
Audit dikatakan berhasil apabila auditor internal memiliki kemampuan
profesional dalam melakukan audit yaitu dapat menilai semua kegiatan
perusahaan guna membantu manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan.
Kemampuan profesional auditor internal tidak hanya memiliki pengetahuan
yang cukup tetapi harus didukung dengan kesesuaian sikap yang positif
dengan standar yang ditetapkan dalam melakasanakan pekerjaannya.
Dalam Standar Profesional Audit Internal (2004), disebutkan ciri-ciri
10 a. Ketaatan pada kode etik,
b. Pengetahuan dan kecakapan,
c. Hubungan antarmanusia dan komunikasi,
d. Pendidikan berkelanjutan, dan
e. Ketelitian profesional.
Apabila kelima syarat tersebut dipenuhi maka kemampuan profesional
akan semakin tinggi. Hal ini akan memberikan kontribusi yang besar guna
membantu manajemen dalam pengendalian intern.
Melaporkan hasil audit kepada manajemen merupakan bagian yang
terpenting dan menantang dari pekerjaan seorang auditor internal. Manajemen
membelanjakan dana yang tidak sedikit untuk membiayai satuan audit
internal.
YPIA (2001:1), menyatakan bahwa laporan audit internal merupakan
satu-satunya produk audit internal, sehingga sering dikaitkan dengan kinerja,
kompetensi, dan profesionalisme audit. Di mata auditor internal, laporan
merupakan suatu gangguan, karena mengkonsumsi terlalu banyak waktu dari
kelompok audit untuk menulisnya, mengedit dan menerbitkannya.
Kejelasan suatu laporan audit berawal dari pikiran penulisnya dan
berakhir pada pikiran pembacanya. Tanggapan pembacalah yang pada
akhirnya menjadi ukuran bagi kualitas sebuah laporan. Laporan audit internal
bukan memberikan uraian tentang auditor internal, proses pemeriksaan atau
11 Paradigma baru internal audit mengharuskan terjadinya perubahan
pandangan keahlian auditor internal yang tidak hanya terbatas pada akuntansi
dan keuangan yang sempurna tetapi juga mulai menguasai manajemen secara
umum. Hal ini membawa perubahan secara perlahan- lahan di Indonesia. Di
mana beberapa departemen audit internal baik perusahaa n negara, daerah dan
swasta meminta anggotanya memiliki sertifikasi QIA.
Sertifikasi QIA merupakan elemen dari profesionalisme seorang auditor
internal, sertifikasi QIA akan meningkatkan kemampuan profesionalnya.
Dalam hal ini kemampuan profesional merupakan kriteria untuk mengukur
keberhasilan auditor internal untuk melaksanakan tanggung jawab audit.
Semakin tinggi kemampuan profesional auditor internal akan semakin baik
hasil audit yang dilakukan, maka semakin berkualitas laporan audit internal
yang dihasilkannya.
Pengalaman dan pemahaman seorang auditor akan jenis dan karakteristik
kecurangan akan sangat membantu dalam hal penyusunan dan pelaksanaan
prosedur pemeriksaan. Ada kecenderungan pihak penyaji laporan keuangan
akan menyembunyikan kecurangan yang terjadi, untuk itu diperlukan auditor
internal yang benar-benar berpengalaman sesuai dengan bidang pemeriksaan
yang menjadi tugasnya.
Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih.
Boner dan Walker (1994) dalam Herliansyah dan Ilyas (2006), mengatakan
bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama
12 pengalaman kerja telah dipandang segai suatu faktor penting bagi auditor
internal dalam mendeteksi fraud. Auditor yang rendah akan pengalaman
auditnya, memungkinkan mengabaikan informasi yang tidak relevan dan akan
kesulitan dalam mendeteksi fraud, terutama yang nilainya kecil, padahal
auditor harus memiliki kemampuan untuk mendeteksi fraud walaupun hanya
berjumlah kecil.
Dengan kata lain, kompleksitas tugas yang dihadapi sebelumnya oleh
seorang auditor internal akan menambah pengalaman serta pengetahuannya.
Sehingga akan menjadikan auditor internal itu sendiri handal dalam
mendeteksi fraud.
Akuntan memiliki hubungan yang unik dengan pengguna jasanya jika
dibandingkan dengan profesi lainnya. Profesi lain mendapatkan penugasan
dari pengguna jasa dan bertanggung jawab juga kepadanya, sementara akuntan
mendapat penugasan dan memperoleh fee dari perusahaan yang menerbitkan
laporan keuangan, namun bertanggung jawab kepada pengguna laporan
keuangan. Hubungan yang unik ini sering kali menempatkan akuntan pada
situasi-situasi dilematis, oleh sebab itu sangat penting bagi akuntan untuk
melaksanakan audit dengan kompeten dan tidak bias (Arens dan Loebbecke,
2000) dalam Purnamasari, (2006:3).
Penelitian mengenai pengalaman auditor pernah dilakukan oleh
Herliansyah dan Ilyas (2006), untuk menguji pengalaman auditor terhadap
13 pengalaman auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penggunaan
bukti dalam audit judgement.
Penelitian berikutnya yaitu Edy Herman (2009), meneliti pengalaman
dan skeptisme profesional auditor untuk mendeteksi kecurangan. Dalam hal
ini kemampuan mendeteksi kecurangan, dibutuhkan pengalaman dan
skeptisme profesional auditor.
Dari kedua peneliti tersebut, baik dari penelitian Herliansyah dan Ilyas
(2006), dan penelitian Edy Herman (2009), dengan melak ukan pembedaan
sebagai berikut:
1. Sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) yang juga berperan dalam
kemampuan mendeteksi fraud.
2. Penelitian saat ini melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan
yang ada di Jakarta, yang sebelumnya dilakukan pada Kantor Akuntan
Publik (KAP).
Sedangkan persamaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah pada variabel independen yaitu, pengalaman auditor. Berdasarkan
uraian tesebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengalaman kerja
auditor internal dan pemberian sertifikasi QIA pada kemampuan dalam
mendeteksi fraud. Untuk itu penelitian ini diberi judul “Pengaruh Pemberian
14 B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka permasalahan yang
akan diangkat adalah:
1. Apakah sertifikasi QIA berpengaruh terhadap kemampuan dalam
mendeteksi fraud?
2. Apakah pengalaman kerja Auditor Internal berpengaruh terhadap
kemampuan dalam mendeteksi fraud?
3. Apakah Sertifikasi QIA dan pengalaman kerja Auditor Internal
berpengaruh secara simultan terhadap kemampuan dalam mendeteksi
fraud?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
memiliki tujuan. Adapun tujuan penelitan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui sejauh mana pengaruh
pemberian sertifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) dan pengalaman
kerja terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud.
2. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,
15 a. Bagi Profesi Auditor Internal
Menambah referensi guna meningkatkan profesionalisme dan
kemampuan dalam mendeteksi kecurangan (fraud) yang terjadi dalam
melaksanakan tugasnya sebagai auditor internal.
b. Bagi Perusahaan
Memberikan gambaran terhadap kemampuan auditor internal yang ada
atas kontribusi yang diberikan dalam meningkatkan profitabilitas
perusahaan. Sehingga dapat selektif dalam merekrut auditor internal
atau mengikut sertakan auditor internal yang ada.
c. Bagi Asosiasi Organisasi Profesi
Sebagai referensi tambahan guna meningkatkan pengetahuan secara
up-todate yang dikomunikasikan kepada auditor internal, agar
senantiasa mengeksplorasi pengetahuan dan kemampuannya.
d. Bagi Penelitian Selanjutnya
Menambah referensi dengan memberikan gambaran dan bukti empiris
mengenai kemampuan deteksi kecurangan yang mungkin terjadi dan
faktor- faktor yang mempengaruhinya.
e. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta
pemahaman tentang perbandingan antara teori dengan aplikasi yang
sebenarnya mengenai audit internal. Selain itu, penelitian ini untuk
16 Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi Akuntansi pada
17 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Audit Internal 1. Pengertian Audit
Menurut Agoes (2007:3), audit adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen,
terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajeme n, beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Tujuan audit
adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.
Definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari
ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) yang mendefinisikan
auditing sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang
berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat
kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang
berkepentingan (Halim, 2003:1).
Menurut STAN (2007), secara umum audit dapat diartikan sebagai
aktivitas pengumpulan dan pengujian data, yang dilakukan oleh pihak
18 informasi yang diaudit dengan standar/kriteria yang telah ditetapkan, untuk
disampaikan kepada para pihak yang membutuhkan/berkepentingan.
Dari definisi tersebut, dapat diuraikan 7 elemen yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu:
a. Proses yang sistematik
Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat
logis, terstruktur dan terorganisir.
b. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif.
Proses sistematik yang dilakukan tersebut, merupakan proses untuk
menghimpun bukti yang mendasari asersi yang dibuat oleh individu
maupun entitas.
c. Asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi.
Asersi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaia n pernyataan
secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas
pernyataan tersebut.
d. Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence).
Hal ini berarti menghimpun dan mengevaluasi bukti dimaksudkan
untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
e. Kriteria yang ditentukan.
Kriteria yang ditentukan merupakan standar pengukur untuk
19 f. Menyampaikan hasil- hasilnya
Hal ini berarti hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis
yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi dan kriteria
yang telah ditentukan.
g. Para pemakai yang berkepentingan
Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil
keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan yang
diinformasikan melalui laporan audit, dan laporan lainnya.
Dari definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa audit merupakan
suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau
peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil dari proses
tersebut kemudian dilaporkan kepada pihak yang membutuhkan, dimana
audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten di bidangnya.
2. Pengertian Audit Inte rnal
Menurut Amrizal (2004), audit internal adalah suatu penilaian, yang
dilakukan oleh pegawai perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian,
dapat dipercayainya, efisiensi, dan kegunaan catatan-catatan (akuntansi)
perusahaan, serta pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan.
Tujuannya adalah untuk membantu pimpinan perusahaan (manajemen)
dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa,
20 Definisi audit internal menurut Konsorsium Organisai Profesi
Auditor Internal (2004), adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang
independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah
dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu
organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang
sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance.
Kegiatan-kegiatan tersebut membantu organisasi yang bersangkutan mencapai
tujuan-tujuannya dengan mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas
proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola (governance)
melalui pendekatan yang teratur dan sistematik.
Kegiatan assurance meliputi kegiatan penilaian bukti-bukti oleh
seorang auditor internal secara objektif sebagai dasar pemberian opini atau
kesimpulan yang independen mengenai suatu proses, sistem, dan
sebagainya. Sifat dan lingkup kegiatan assurance ditentukan oleh auditor
internal. Namun di samping auditor internal sebagai penilai, terdapat pihak
lain yang terlibat dalam kegiatan assurance, yaitu pemilik proses yang
dinilai (process owner) dan pengguna hasil penilaian (the user). Dengan
demikian terdapat tiga pihak yang terlibat dalam penugasan.
Kegiatan konsultasi pada dasarnya adalah kegiatan pemberian
saran/advis, dan biasanya dilakukan berdasarkan permintaan khusus dari
klien. Sifat dan lingkup kegiatan konsultasi tergantung pada kesepakatan
21 dua pihak yang terlibat, yaitu auditor internal sebagai pihak yang
memberikan advis dan klien yang meminta/menerima advis. Dalam
melakukan kegiatan konsultasi ini, auditor internal tetap dituntut untuk
memelihara objektivitas dan tidak menerima limpahan tanggung jawab
fungsi manajerial dari klien.
Audit internal ini dilakukan oleh seseorang yang berasal dari dalam
organisasi yang bersangkutan yang disebut sebagai auditor internal. Untuk
menjamin kelancaran tugas guna memperoleh suatu hasil yang
memuaskan secara independen dan objektif, auditor internal diberi
wewenang yang jelas dalam menjalankan tugasnya serta menempati
kedudukan khusus dalam struktur organisasi. Hal ini menekankan bahwa
auditor internal bertanggung jawab kepada pimpinan organisasi secara
langsung.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa:
a. Auditor internal merupakan suatu aktivitas penilaian yang dilakukan
oleh pegawai organisasi itu sendiri.
b. Walaupun penilaian dilakukan oleh organisasi, namun sifat penilaian
yang dilakukan haruslah independen dan objektif.
c. Auditor internal bertanggung jawab kepada manajemen oganisasi
Sedangkan definisi audit internal yang dikemukakan oleh Sawyer
(2005) adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
22 dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan
operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) resiko yang dihadapi
perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal
serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4)
Kriteria operasi yang memuaskan telah terpenuhi; (5) sumber daya telah
digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah
dicapai secara efektif – semua dilakukan dengan tujuan untuk
dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi
dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
Dari penjelasan tersebut secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa audit internal merupakan suatu rangkaian proses dan teknis dimana
karyawan suatu perusahaan mencari kepastian atas keakuratan informasi
keuangan dan jalannya operasi sesuai dengan yang ditetapkan. Di samping
meningkatkan keandalan informasi dan memastikan dipatuhinya kebijakan
manajemen, lingkup pekerjaan audit internal yang meliputi perlindungan
terhadap harta perusahaan dan penilaian terhadap apakah penggunaan
sumber daya telah dilakukan secara eko nomis dan efisien. Dengan
demikian sangatlah jelas bahwa audit internal telah menjadi suatu alat
yang dominan bagi pimpinan perusahaan untuk memantau dan mengawasi
jalannya kegiatan operasional perusahaan.
3. Pengertian Auditor Inte rnal
Pada mulanya, audit hanya terbatas pada kegiatan menguji,
23 suatu perusahaan. Dalam tahap ini, audit lebih banyak berperan pada
bidang finansial dimana bertujuan menemukan dan mencegah kecurangan
serta menemukan dan mencegah kesalahan. Auditor internal seluruh dunia
melakukan pekerjaan mereka secara berbeda, tergantung pada lingkup
audit yang diinginkan manajemen senior. Akibatnya, sulit mendefinisikan
berbagai aktivitas yang dilakukan auditor.
Menurut Mulyadi (2008:29), auditor internal adalah auditor yang
bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan
swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipenuhi,
menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi,
menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta
menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai organisasi.
Menurut Tunggal (2008:2), konsorsium organisasi profesi auditor internal
di indonesia mendefinisikan internal audit adalah kegiatan assurance dan
konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk
memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi.
Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui
suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses
governance.
Institute of Internal Auditors dalam Boynton and Kell (2003), telah
anggota-24 anggotanya, yang meliputi masalah independensi, keahlian profesional,
ruang lingkup pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan audit, dan pengelolaan
departemen auditing internal. Norma pemeriksaan tersebut merupakan
indikator yang menentukkan kualitas jasa auditor internal dalam
melaksanakan praktik pemeriksaan. Kalau dikaitkan dengan tugas auditor
internal yang melakukan penilaian atas efektivitas pengendalian intern
perusahaan, semakin lengkap indikator tersebut dipatuhi oleh auditor
internal, semakin berkualitaslah hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
auditor internal dan semakin meningkatkan pengendalian intern yang
berlaku dalam perusahaan.
Institute of Internal Auditors (2001), mendefinisikan audit internal
sebagai fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan
untuk mempelajari dan mengevaluasi berbagai aktivitasnya sebagai
layanan bagi perusahaan. Audit internal adalah kegiatan penilaiaan yang
bebas dalam organisasi dan dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi,
keuangan, dan kegiatan operasional lainnya, dengan tujuan untuk
membantu semua anggota manajemen dan melaksanakan tanggung jawab
mereka dengan cara menyajikan, analisis, penilaian rekomendasi,
bimbingan, dan komentar-komentar penting mengenai kegiatan-kegiatan
tersebut Audit internal merupakan suatu alat bantu manajemen dalam
meningkatkan efektivitas intern perusahaan yang memberikan analisis,
rekomendasi, bimbingan serta informasi yang berhubungan dengan
25 kebijakan, penggunaan sumber-sumber, serta riview program yang telah
dilaksanakan.
Definisi diatas jika diartikan sebagai berikut, auditor internal adalah
suatu aktivitas yang independen, objektif, memberikan jaminan dan
konsultasi yang dibuat untuk memberikan nilai serta meningka tkan operasi
suatu organisasi. Auditor internal membantu suatu organisasi untuk
mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan
disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan sistem
informasi akuntansi. auditor internal adalah profesi yang dinamis dan
berkembang yang mengantisipasi perubahan di dalam struktur organisasi,
profesi dan teknologi. Profesionalisme dan komitmen yang unggul
dilakukan di dalam kerangka kerja pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh
The Institute of Internal Auditors.
Definisi terbaru tersebut bisa diketahui betapa auditor internal sudah
berkembang dan berubah dari hanya proses reperforming controls menjadi
suatu aktivitas yang memberikan nilai bagi perusahaan. Auditor internal
membentuk perusahaan dengan memeriksa sistem informasi akuntansi
tersebut Auditor internal diharapkan mampu membantu mengantisipasi
perubahan di dalam lingkungan usahanya dan melalui peran mereka,
perusahaan mampu menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan yang
berubah. Tidak hanya itu saja, auditor yang dulunya hanya melakukan
pemeriksaan terhadap laporan keuangan historis, sekarang auditor
26 untuk masa sekarang dan juga yang akan datang. Auditor diharapkan
mampu memberikan saran dan kontribusi bagi manajemen perusahaan atas
keputusan yang akan diambilnya dimasa yang akan datang juga dilibatkan
dalam perencanaan keputusan strategis perusahaan.
Pengertian tersebut mengandung beberapa hal, yaitu:
a. Internal menunjukkan bahwa auditing adalah dikerjakan dalam suatu
organisasi oleh para internal auditor.
b. Fungsi penilaian independen membuat auditing menjadi jelas bahwa
tidak ada keterbatasan atau rintangan pada pertimbangan auditor.
c. Ditetapkan menyatakan bahwa entitas secara khusus memberikan
kewenangan terhadap fungsi internal audit.
d. Menguji dan mangevaluasi menjelaskan sifat internal auditing pertama
mencari fakta dan evaluasi hasil.
e. Aktivitas menunjukan bahwa seluruh aktivitas organisasi berada dalam
lingkup internal audit, dan
f. Jasa kepada organisasi mengindikasikan bahwa internal auditing ada
untuk membantu atau memberi manfaat kepada organisasi.
Sistem pengendalian intern merupakan faktor yang menentukan
dapat dipercaya atau tidaknya laporan yang dihasilkan perusahaan. Dengan
demikian perlu adanya konsep-konsep yang mendasarinya, yaitu tanggung
jawab manajemen, jaminan yang memadai, metode pengolahan data dan
keterbatasan pengendalian. Auditor internal adalah proses pemeriksaan
27 keuangan perusahaan dan pelaksanaan kebijakan perusahaan sehingga
dapat dipercaya (Irawati, Yuke, dan Thio Anastaia Petrolina Mukhlasin
2008:6).
Dari beberapa ciri penting di atas, dapat disimpulkan bahwa ada 3
elemen fundamental auditor internal, yaitu:
a. Seorang auditor harus independen.
b. Auditor bekerja mengumpulkan bukti (evidence) untuk mendukung
pendapatnya.
c. Hasil pekerjaan auditor adalah laporan (report).
Jadi, kesimpulan dari keseluruhan penjelasan tersebut adalah audit internal dilakukan oleh auditor internal yang profesional dan memiliki
pemahaman secara mendalam mengenai budaya kerja, sistem, dan
kegiatan operasional perusahaan. Aktivitas audit internal memberikan
jaminan bahwa pengendalian internal yang dijalankan perusahaan telah
cukup memadai untuk memperkecil terjadinya risiko, dan menjamin
bahwa kegiatan operasional perusahaan telah berjalan secara efektif dan
efisien, serta memastikan bahwa sasaran dan tujuan perusahaan telah
tercapai. Aktivitas audit internal yang dijalankan secara efektif akan
menjadi sesuatu yang sangat berharga di mata manajemen.
4. Perbedaan Antara Auditor Inte rnal dan Auditor Eksternal
Aktivitas auditor internal dan auditor eksternal bisa jadi tumpang
tindih dalam hal penelaahan kecukupan kontrol pada fungsi akuntansi,
28 kesamaannya akibat adanya tujuan yang berbeda. Tanggung jawab auditor
eksternal adalah memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan,
yang bertujuan menentukan kewajaran penyajian posisi keuangan
perusahaan dan hasil untuk periode tersebut. Mereka juga meyakinkan
bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum Generally Accepted Accounting Principles (GAAP)
dan diterapkan secara konsisten dengan tahun sebelumnya, bahwa aktiva
telah diamankan dengan semestinya.
Dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif dan
bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional
perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta
efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Auditor internal memiliki
peran yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan
perusahaan dan resiko terkait dalam menjalankan usaha. Penelaah internal
atas kontrol di bidang akuntansi merupakan hal yang penting, dan auditor
internal haruslah terlibat dalam hal ini, kerugian akibat proses produksi
yang salah, perekayasaan, pemasaran atau pengelolaan persediaan bisa jadi
lebih besar dibandingkan kerugian akibat kelemahan di bidang keuangan.
Audit eksternal memiliki fokus yang sempit, sementara auditor internal
memiliki ruang lingkup yang komprehensif.
Auditor eksternal tidak terlalu memperhatikan kecurangan atau
pemborosan yang tidak memiliki dampak yang signifikan, atau tidak
29 memperhatikan pemborosan dan kecurangan dari manapun sumbernya dan
sedikit apapun jumlahnya. Tabel berikut ini menyajikan tentang perbedaan
auditor internal dan eksternal.
Tabel 2.1
Perbedaan Auditor Internal dan Eksternal
No. Auditor Internal Auditor Eksternal
1 Merupakan karyawan
3 Fokus pada kejadian-kejadian di masa depan dengan
4 Langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam
5 Menelaah aktivitas secara terus- menerus
Sedangkan menurut Hery (2009), perbedaan utama antara audit
internal dengan audit eksternal adalah:
1. Audit internal: dilakukan oleh auditor internal yang merupakan orang
30 Audit eksternal: dilakukan oleh auditor eksternal (akuntan publik)
yang merupakan orang luar perusahaan.
2. Audit internal: pihak luar perusahaan menganggap auditor internal
tidak independen (in-appearance).
Audit eksternal: auditor eksternal adalah pihak yang independen.
3. Audit internal: tujuan pemeriksaan adalah untuk membantu
manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan
memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan
yang diperiksanya.
Audit eksternal: tujuan pemeriksaan adalah untuk memberikan
pendapat (opini) mengenai kewajaran laporan keuangan yang disusun
oleh manajemen perusahaan (klien).
4. Audit internal: laporan auditor internal tidak berisi opini mengenai
kewajaran laporan keuangan, tetapi berupa temuan audit mengenai
bentuk penyimpangan, kecurangan, kelemahan struktur pengendalian
intern, beserta saran-saran perbaikan (rekomendasi).
Audit eksternal: laporan auditor eksternal berisi opini mengenai
kewajaran laporan keuangan, selain itu juga berupa management letter
yang berisi pemberitahuan kepada pihak manajemen klien mengenai
kelemahan-kelemahan dalam sistem pengendalian intern beserta saran
perbaikannya.
5. Audit internal: pemeriksaan berpedoman pada Internal Auditing
31 pada Norma Pemeriksaan Internal yang ditentukan BPKP untuk
pengawasan internal dalam lingkungan BUMN/BUMD.
Audit eksternal: pemeriksaan berpedoman pada Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI).
6. Audit internal: pemeriksaan internal dilakukan lebih rinci dan
memakan waktu sepanjang tahun, karena auditor internal mempunyai
waktu yang lebih banyak di perusahaannya.
Audit eksternal: pemeriksaan eksternal dilakukan secara acak
(samping), mengingat terbatasnya waktu dan audit fee.
7. Audit internal: penanggung jawab pemeriksaan intern tidak harus
seorang registered accountant.
Audit eksternal: pemeriksaan eksternal dipimpin oleh (penanggung
jawabnya adalah) seorang akuntan publik yang terdaftar dan
mempunyai nomor register.
8. Audit internal: tidak memerlukan client representation letter.
Audit eksternal: sebelum menyerahkan laporannya, auditor eksternal
32 9. Audit internal: auditor internal tertarik pada kesalahan-kesalahan yang
material maupun yang tidak material.
Audit eksternal: auditor eksternal hanya tertarik pada
kesalahan-kesalahan yang material, yang dapat mempengaruhi keawajaran
laporan keuangan.
Dari penjabaran tersebut di atas, dapat disimpulkan mengenai
perbedaan antara kedua auditor tersebut dimana tujuan dilaksanakannya
audit, pelaksana dari tugas pengauditan yakni auditor internal dilakukan
oleh bagian dari perusahaan tersebut. Sedangkan auditor eksternal harus
benar-benar tidak terikat oleh klien dan fokus auditor internal mengarah
kepada aktivitas masa yang akan datang dan melakukan pencegahan fraud
meskipun dalam jumlah kecil, sedangkan auditor eksternal tidak sebatas
pada aktivitas masa itu dan hanya memperhatikan tindak kecurangan yang
material.
5. Peran Auditor Internal
Peran yang dimainkan oleh Auditor Internal menurut Messier,
William F., Glover, Steven M., dan Prawitt, Douglas F. (2006:515-517)
dibagi menjadi dua kategori utama yaitu: jasa assurance dan jasa
konsultasi.
33 Jasa assurance melibatkan penilaian objektif auditor internal atas bukti
untuk memberikan pendapat independen atau kesimpulan mengenai
suatu proses, sistem atau subjek masalah lain, jenis dan lingkup
perikatan assurance ditentukan oleh auditor internal, secara umum
terdapat tiga pihak yang terlibat dalam jasa assurance: (1) pemilik
proses, (2) auditor internal, dan (3) pengguna.
b. Jasa Konsultasi
Jasa konsultasi berbentuk pemberian saran dan umumnya dilakukan
atas permintaan khusus dari klien perikatan. Jenis dan lingkup
perikatan konsultasi memerlukan persetujuan dengan klien perikatan.
Jasa konsultasi umumnya melibatkan dua pihak: (1) auditor internal,
dan (2) klien perikatan. Ketika melaksanakan jasa konsultasi, auditor
internal harus menjaga objektivitasnya dan tidak memegang tanggung
jawab manajemen.
Sedangkan menurut Effendi (2006), ada 2 hal yang dapat
dilakukan oleh audit internal untuk dapat berperan dalam
meningkatkan kinerja perusahaan yaitu; Value added internal auditing
dan Risk Based Internal Auditing. Hal itu dijelaskan pada penjelasan di
bawah ini:
1) Value Added Internal Auditing (Internal auditing dengan
34 Value added adalah suatu audit dalam rangka peningkatan
profitabilitas serta kepuasan pelanggan. Aud it internal perlu
menjaga hubungan baik dengan pihak audittee melalui monitoring
tindak lanjut serta menerima umpan balik (feed back) yang
dilakukan oleh audittee, ruang lingkup dari Value Added Internal
Auditing meliputi:
1. audit sistem informasi
2. audit kepatuhan
3. audit laporan keuangan
4. audit kinerja
2) Risk Based Internal Audit (Internal Audit Berdarkan Resiko)
Lebih difokuskan terhadap masalah parameter risk assesment yang
diformulasikan berdasarkan risk based audit plan. Manfaat yang
akan diterima audit internal jika menggunakan risk based audit
approach. Antara lain, auditor internal akan lebih efisien dan
efektif dalam melakukan audit. Sehingga bisa meningkatkan
kinerja auditor internal. Terdapat tiga aspek dalam risk based
auditing yaitu penggunaan faktor risiko (risk factor) dalam audit
planning, identifikasi independent risk dan assesment, dan
partisipasi dalam inisiatif risk management and processes.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran dari auditor
35 kepada klien atas bukti-bukti yang ada. Setelah itu memberikan saran atas
pendapat tersebut dalam rangka meningkatkan profitabilitas dan kepuasan
klien.
Menurut Hery (2009:107), keseluruhan tujuan pemeriksaan intern
adalah untuk membantu segenap anggota manajemen dalam
menyelesaikan tanggung jawab mereka secara efektif, dengan memberi
mereka analisis, penilaian, saran dan komentar yang objektif mengenai
kegiatan/hal- hal yang diperiksa. Untuk mencapai keseluruhan tujuan ini,
maka auditor internal harus melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut:
a. Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi
keuangan dan operasi lainnya.
b. Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap
kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Memeriksa sampai sejauh mana aktiva perusahaan
dipertanggungjawabkan dan dijaga dari berbagai macam bentuk
kerugian.
d. Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan
oleh perusahaan.
e. Menilai prestasi kerja para pejabat/pelaksana dalam menyelesaikan
tanggung jawab yang telah ditugaskan.
Kemudian Hery (2009), menetapkan beberapa tujuan utama
pemeriksaan intern adalah untuk meyakinkan:
36 Pemeriksa internal harus meninjau keandalan (reliabilitas dan
integritas) berbagai informasi finansial dan pelaksanaan pekerjaan atau
operasi, serta berbagai cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi.
b. Kesesuaian dengan Kebijaksanaan, Rencana, Prosedur dan Per aturan
Perundang- undangan
Pemeriksa internal harus meninjau sistem yang telah ditetapkan untuk
memastikan kesesuaiannya untuk memastikan kesesuaiannya dengan
berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, ketentuan
perundang-undangan dan peraturan yang dimiliki. Jadi pemeriksa intern
bertanggung jawab dalam menentukan apakah sistem tersebut telah
mencukupi dan efektif serta apakah berbagai kegiatan yang
diperiksanya benar-benar telah memenuhi persyaratan yang
diperlukan.
c. Perlindungan terhadap Harta
Pemeriksa internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang
digunakan untuk melindungi harta terhadap berbagai jenis kerugian
seperti kerugian yang diakibatkan oleh pencurian, kegiatan yang ilegal
atau tidak pantas dan, bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan
dari suatu harta atau aktiva. Pada saat memverifikasi keberadaan suatu
harta, pemeriksa harus mempergunakan prosedur pemeriksaan yang
sesuai dan tepat.
37 Pemeriksa yang berhubungan dengan keekonomisan dan efisiensi
penggunaan sumber daya haruslah mengidentifikasi berbagai keadaan
seperti:
1) fasilitas-fasilitas yang tidak dipergunakan sepenuhnya,
2) pekerjaan yang tidak produktif,
3) berbagai prosedur yang tidak dapat dibenarkan berdasarkan
pertimbangan biaya, dan
4) terlalu banyak atau sedikitnya jumlah staf.
e. Pencapaian Tujuan
Pemeriksa internal haruslah menilai pekerjaan, operasi, atau program
untuk menilai apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah pekerjaan, operasi, atau
program tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Kebutuhan akan pengambilan keputusan yang cepat dan akurat,
persaingan yang ketat, serta pertumbuhan dunia usaha menuntut dukungan
penggunaan teknologi. Dalam era globalisasi dan era informasi ini, kunci
sukses bagi organisasi terletak pada kemampuannya dalam memanfaatkan
teknologi informasi. Sebagai konsultan internal, keberhasilan auditor
internal sangat tergantung pada kemampuan dalam memberikan nilai
tambah bagi organisasi melalaui pemanfaatan teknologi informasi secara
efektif.
Keberhasilan auditor internal juga sangat tergantung pada
38 dapat mengembangkan cara-cara yang proaktif dalam mengantisipasi
resiko yang dapat menghambat tercapainya tujuan perusahaan.
Pemahaman atas penilaian resiko akan meningkatkan kualitas fungsi audit
internal. Karena setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu
diliputi dengan berbagai resiko, maka manajemen resiko yang efektif akan
sangat diperlukan. Penting bagi auditor internal untuk memahami masalah
manajemen resiko yang ditimbulkan dari globalisasi, sehingga resiko
global ini nantinya akan dapat dikelola secara lebih baik dan
komprehensif.
Pertumbuhan usaha tidak akan terjadi tanpa kesediaan perusahaan
untuk mau menerima resiko yang baru; tujuan perusahaan tidak akan
tercapai jika perusahaan tidak berani menempatkan asset-nya di bidang
yang beresiko, dan usaha tidak akan berkembang tanpa kesediaan
perusahaan untuk mau mengambil resiko dalam bersaing. Resiko-resiko
ini mau tidak mau harus ditempuh perusahaan dalam pasar global yang
penuh dengan persaingan. Auditor internal akan menganalisa setiap proses
bisnis kunci secara rinci dan fokus terhadap kegiatan operasional
perusahaan yang mengandung resiko. Pemanfaatan atas fungsi audit
internal akan dapat memperkecil resiko global. Resiko global ini
ditimbulkan dari berbagai faktor, dan masing- masingnya harus
diidentifikasi serta dievaluasi, auditor internal harus dapat menentukan
mana dari resiko-resiko ini yang sifatnya dapat dikendalikan dan mana