TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Audit Internal 1.Pengertian Audit
5. Peran Auditor Internal
5. Peran Auditor Internal
Peran yang dimainkan oleh Auditor Internal menurut Messier, William F., Glover, Steven M., dan Prawitt, Douglas F. (2006:515-517) dibagi menjadi dua kategori utama yaitu: jasa assurance dan jasa konsultasi.
33 Jasa assurance melibatkan penilaian objektif auditor internal atas bukti untuk memberikan pendapat independen atau kesimpulan mengenai suatu proses, sistem atau subjek masalah lain, jenis dan lingkup perikatan assurance ditentukan oleh auditor internal, secara umum terdapat tiga pihak yang terlibat dalam jasa assurance: (1) pemilik proses, (2) auditor internal, dan (3) pengguna.
b. Jasa Konsultasi
Jasa konsultasi berbentuk pemberian saran dan umumnya dilakukan atas permintaan khusus dari klien perikatan. Jenis dan lingkup perikatan konsultasi memerlukan persetujuan dengan klien perikatan. Jasa konsultasi umumnya melibatkan dua pihak: (1) auditor internal, dan (2) klien perikatan. Ketika melaksanakan jasa konsultasi, auditor internal harus menjaga objektivitasnya dan tidak memegang tanggung jawab manajemen.
Sedangkan menurut Effendi (2006), ada 2 hal yang dapat dilakukan oleh audit internal untuk dapat berperan dalam meningkatkan kinerja perusahaan yaitu; Value added internal auditing dan Risk Based Internal Auditing. Hal itu dijelaskan pada penjelasan di bawah ini:
1) Value Added Internal Auditing (Internal auditing dengan memberikan nilai tambah)
34 Value added adalah suatu audit dalam rangka peningkatan profitabilitas serta kepuasan pelanggan. Aud it internal perlu menjaga hubungan baik dengan pihak audittee melalui monitoring tindak lanjut serta menerima umpan balik (feed back) yang dilakukan oleh audittee, ruang lingkup dari Value Added Internal Auditing meliputi:
1. audit sistem informasi 2. audit kepatuhan
3. audit laporan keuangan 4. audit kinerja
2) Risk Based Internal Audit (Internal Audit Berdarkan Resiko) Lebih difokuskan terhadap masalah parameter risk assesment yang diformulasikan berdasarkan risk based audit plan. Manfaat yang akan diterima audit internal jika menggunakan risk based audit approach. Antara lain, auditor internal akan lebih efisien dan efektif dalam melakukan audit. Sehingga bisa meningkatkan kinerja auditor internal. Terdapat tiga aspek dalam risk based auditing yaitu penggunaan faktor risiko (risk factor) dalam audit planning, identifikasi independent risk dan assesment, dan partisipasi dalam inisiatif risk management and processes.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran dari auditor internal adalah memberikan pendapat yang objektif dan independen
35 kepada klien atas bukti-bukti yang ada. Setelah itu memberikan saran atas pendapat tersebut dalam rangka meningkatkan profitabilitas dan kepuasan klien.
Menurut Hery (2009:107), keseluruhan tujuan pemeriksaan intern adalah untuk membantu segenap anggota manajemen dalam menyelesaikan tanggung jawab mereka secara efektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian, saran dan komentar yang objektif mengenai kegiatan/hal- hal yang diperiksa. Untuk mencapai keseluruhan tujuan ini, maka auditor internal harus melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut: a. Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi
keuangan dan operasi lainnya.
b. Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Memeriksa sampai sejauh mana aktiva perusahaan dipertanggungjawabkan dan dijaga dari berbagai macam bentuk kerugian.
d. Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan.
e. Menilai prestasi kerja para pejabat/pelaksana dalam menyelesaikan tanggung jawab yang telah ditugaskan.
Kemudian Hery (2009), menetapkan beberapa tujuan utama pemeriksaan intern adalah untuk meyakinkan:
36 Pemeriksa internal harus meninjau keandalan (reliabilitas dan integritas) berbagai informasi finansial dan pelaksanaan pekerjaan atau operasi, serta berbagai cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi.
b. Kesesuaian dengan Kebijaksanaan, Rencana, Prosedur dan Per aturan Perundang- undangan
Pemeriksa internal harus meninjau sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaiannya untuk memastikan kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang dimiliki. Jadi pemeriksa intern bertanggung jawab dalam menentukan apakah sistem tersebut telah mencukupi dan efektif serta apakah berbagai kegiatan yang diperiksanya benar-benar telah memenuhi persyaratan yang diperlukan.
c. Perlindungan terhadap Harta
Pemeriksa internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang digunakan untuk melindungi harta terhadap berbagai jenis kerugian seperti kerugian yang diakibatkan oleh pencurian, kegiatan yang ilegal atau tidak pantas dan, bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan dari suatu harta atau aktiva. Pada saat memverifikasi keberadaan suatu harta, pemeriksa harus mempergunakan prosedur pemeriksaan yang sesuai dan tepat.
37 Pemeriksa yang berhubungan dengan keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya haruslah mengidentifikasi berbagai keadaan seperti:
1) fasilitas-fasilitas yang tidak dipergunakan sepenuhnya, 2) pekerjaan yang tidak produktif,
3) berbagai prosedur yang tidak dapat dibenarkan berdasarkan pertimbangan biaya, dan
4) terlalu banyak atau sedikitnya jumlah staf. e. Pencapaian Tujuan
Pemeriksa internal haruslah menilai pekerjaan, operasi, atau program untuk menilai apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah pekerjaan, operasi, atau program tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Kebutuhan akan pengambilan keputusan yang cepat dan akurat, persaingan yang ketat, serta pertumbuhan dunia usaha menuntut dukungan penggunaan teknologi. Dalam era globalisasi dan era informasi ini, kunci sukses bagi organisasi terletak pada kemampuannya dalam memanfaatkan teknologi informasi. Sebagai konsultan internal, keberhasilan auditor internal sangat tergantung pada kemampuan dalam memberikan nilai tambah bagi organisasi melalaui pemanfaatan teknologi informasi secara efektif.
Keberhasilan auditor internal juga sangat tergantung pada kemampuannya dalam mengelola resiko. Auditor internal diharapkan
38 dapat mengembangkan cara-cara yang proaktif dalam mengantisipasi resiko yang dapat menghambat tercapainya tujuan perusahaan. Pemahaman atas penilaian resiko akan meningkatkan kualitas fungsi audit internal. Karena setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu diliputi dengan berbagai resiko, maka manajemen resiko yang efektif akan sangat diperlukan. Penting bagi auditor internal untuk memahami masalah manajemen resiko yang ditimbulkan dari globalisasi, sehingga resiko global ini nantinya akan dapat dikelola secara lebih baik dan komprehensif.
Pertumbuhan usaha tidak akan terjadi tanpa kesediaan perusahaan untuk mau menerima resiko yang baru; tujuan perusahaan tidak akan tercapai jika perusahaan tidak berani menempatkan asset-nya di bidang yang beresiko, dan usaha tidak akan berkembang tanpa kesediaan perusahaan untuk mau mengambil resiko dalam bersaing. Resiko-resiko ini mau tidak mau harus ditempuh perusahaan dalam pasar global yang penuh dengan persaingan. Auditor internal akan menganalisa setiap proses bisnis kunci secara rinci dan fokus terhadap kegiatan operasional perusahaan yang mengandung resiko. Pemanfaatan atas fungsi audit internal akan dapat memperkecil resiko global. Resiko global ini ditimbulkan dari berbagai faktor, dan masing- masingnya harus diidentifikasi serta dievaluasi, auditor internal harus dapat menentukan mana dari resiko-resiko ini yang sifatnya dapat dikendalikan dan mana yang tidak dapat dikendalikan.
39 Efektifitas audit internal dalam mencegah, mendeteksi, dan mengoreksi tindakan kecurangan (fraud) yang terjadi dilingkungan perusahaan juga sangat relevan dengan tuntutan reposisi peran auditor internal. Sebagaimana kita ketahui, bahwa tindakan kecurangan otomatis akan merugikan perusahaan baik dalam bentuk kehilangan harta
perusahaan maupun “pengikisan” terhadap sistem dan budaya kerja
perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa auditor internal memiliki peran sebagai penilai dari proses manajemen secara independen meskipun mereka bekerja pada perusahaan tersebut, dan harus mampu memberikan rekomendasi atas permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan yang menjadikan audit internal memiliki nilai tambah yang positif dan menjadi pihak yang membantu manajemen dalam melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Peran auditor internal dapat dikatakan berhasil apabila auditor internal mampu mengelola resiko yang terjadi pada perusahaan, hal ini tentu harus didukung oleh perusahaan untuk menerima resiko-resiko yang baru dalam bersaing.
B. Sertifikasi
Agar dapat menjalankan fungsinya secara efektif, auditor internal harus dibekali dengan pengetahuan tertentu. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari pengalaman maupun pendidikan. Selain pendidikan formal yang telah dimiliki, auditor internal harus mengikuti pendidikan tertentu sesuai dengan bidang tugasnya. Selain itu, dia juga harus meng-update pengetahuannya
40 setiap saat dengan pendidikan yang dikenal dengan istilah Pendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL). Sebagaimana pada auditor eksternal (akuntan publik) yang mengenal istilah Pendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL), maka dalam lingkungan auditor internal atau SPI pun dikenal hal serupa. Pendidikan bagi auditor internal atau SPI harus dilakukan secara bertingkat (berjenjang) dan kontinyu. Di Amerika Serikat PPL bagi auditor intenal disebut Continuing Professional Development (CPD). Dalam PPL tersebut diatur pengetahuan apa saja yang harus dimiliki auditor internal dapat melakukan tugas pemeriksaan, pengawasan, dan pengendalian secara efektif. Disamping PPL, di lingkungan profesi auditor dikenal juga istilah sertifikasi, yaitu pengakuan kemampuan profesional bagi profesi tertentu yang dapat dijadikan sebagai persyaratan untuk melakukan praktik profesi tertentu pada suatu tempat tertentu. PPL dan sertifikasi ibarat saling berhubungan ibarat dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan.
Untuk dapat diberikan sertifikasi seseorang harus memiliki pengetahuan tertentu dan mengikuti ujian. Sertifikasi untuk auditor eksternal di Indonesia dinamakan BAP (Bersertifikat Akuntan Publik) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Untuk memperolah sertifikasi tersebut seseorang harus mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP). Sedangkan di Amerika Serikat sertifikasi untuk akuntan publiknya dinamakan Certified Public Accountant (CIA), yang dikeluarkan oleh AICPA. Sertifikasi bagi auditor internal di Amerika Serikat dinamakan Certified Internal Auditor (CIA), yang dikeluarkan olah Institute of Internal Auditors (IIA). Sertifikasi
41 ini menunjukkan kompetensi seseorang terhadap prinsip-prinsip audit internal untuk dapat melakukan praktik audit internal yang diakui (diterima) tidak hanya oleh dunia usaha di Amerika Serikat tetapi juga dunia internasional. Untuk dapat memperoleh sertifikasi tersebut, seorang auditor internal harus mengikuti pendidikan dan membuat suatu laporan (report) selama 80 jam PPL yang dinamakan Continuing Professional Development (CPD) setiap dua tahun. 40 jam diambil sebelum ujian CIA dan 40 jam lagi setelah ujian. Tujuan sertifikasi tersebut di samping sebagai prasyarat suatu profesi, juga untuk mengantisipasi pemberlakuan pasar bebas. Bagi audito r internal sertifikasi tersebut di atas merupakan kualitas tertinggi yang harus dicapai agar dapat menjalankan fungsi yang lebih optimal, sehingga dapat dijadikan benchmark atau tujuan bagi peningkatan kualitas SDMnya. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya yang sistematis dan kerja keras yang berkelanjutan.
Menurut YPIA (2008), QIA (Qualified Internal Auditor) adalah gelar kualifikasi dalam bidang internal auditing, yang merupakan simbol kualitas dan professionalisme individu yang menyandang gelar tersebut. Gelar QIA merupakan pengakuan bahwa penyandang gelar telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang sejajar dengan kualifikasi internal auditor tingkat internasional.
QIA diberikan oleh suatu Dewan Sertifikasi yang terdiri dari atas pakar maupun praktisi senior dalam bidang internal auditing. Saat ini YP1A adalah
42 satu-satunya lembaga yang diberi kepercayaan oleh Dewan Sertitikasi untuk menyelenggarakan pendidikan dan ujian sertifikasi QIA.
Gelar QIA diberikan kepada para kandidat yang tela h lulus dari ±20 jenis ujian yang diselenggarakan dalam lima tingkat pendidikan sebagai berikut :
Sumber: www.ypia.co.id (2008)
Melalui Surat Edaran Kepala BPKP Nomor : SE-80/K/1988, tanggal 26 Januari 1988, jenjang dalam auditor SPI dibagi menjadi Pelaksana, Ketua Tim, Pengawas, dan Penaggung jawab. Masing- masing jenjang harus memiliki pendidikan minimal yang dipersyaratkan. Berikut ini diuraikan penjelasan singkat mengenai tugas dan pengetahuan yang harus dimiliki untuk tiap jenjang SPI:
1. Pelaksana
43 a. Melaksanakan prosedur prosedur audit berdasarkan program audit
yang telah disusun.
b. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan tugas dalam kerja audit. c. Memiliki pengetahuan mengenai Dasar-dasar Auditing.
d. Memiliki pengetahuan Peraturan Perundang-undangan serta Komunikasi dan Psikologi dalam Audit.
e. Memiliki pengetahuan/pemahaman dasar mengenai kegiatan yang diperiksa seperti pengetahuan produksi, pembelian, pemasaran, perkreditan dan lain- lain.
2. Ketua Tim
Ruang lingkup Ketua Tim meliputi antara lain persiapan, pelaksanaan dan menyusun laporan hasil audit. Selain itu fungsi dari ketua tim juga membimbing dan mereview hasil pekerjaan para pelaksana. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, di samping pengetahuan yang harus dimiliki pelaksana; Ketua Tim harus mendapatkan tambahan pengetahuann lain, yaitu pengetahuan tentang Pemeriksaan Pengelolaan, Sampling Statistik Dalam Audit dan Pengelolaan Tugas Audit.
3. Pengawas
Pengawas bertugas menilai pekerjaan yang berkaitan dengan penyusunan program audit, pelaksanaan audit dan laporan hasil audit, serta membahas hasil audit dengan pimpinan obyek yang diperiksa. Dalam kaitan dengan
44 tugas tersebut di atas pengawas harus mengetahui apa tugas yang dimiliki oleh pelaksana dan Ketua Tim. Di samping itu seorang pengawas juga harus memiliki tambahan pengetahuan mengenai Pengelolaan Tugas Audit dan Pengetahuan Dasar Mengenai Kebijaksanaan Pemerintah Di Bidang Pengawasan.
4. Penanggung Jawab
Penanggung jawab adalah pimpinan tertinggi unit organisasi pengawasan. Penaggung jawab bertugas untuk mengendalikan pelaksanaan audit dan mambahas masalah yang prinsipil dari hasil audit dengan pimpinan tertinggi obyek yang diperiksa. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, di samping harus mengetahui pengetahuan yang dimiliki pelaksana, Ketua Tim dan Pengawas; penanggung jawab juga harus mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai kebijaksanaan pemerintah di bidang pengawasan dan pengetahuan mengenai pengelolaan tugas audit. Dalam Hery (2009) Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Pengetahuan yang diberikan dalam pendidikan ini terdiri dari pengetahuan audit, pengetahuan pengelolaan tugas audit dan pengetahuan bidang yang diaudit. Pengetahuan pemeriksaan terdiri dari:
a. Dasar-Dasar Auditing b. Pemeriksaan Pengelolaan
c. Komunikasi dan Psikologi dalam Audit d. Sampling Statistik dalam audit
45 Pengetahuan pengelolaan tugas audit terdiri dari:
a. Pengelolaan tugas audit
b. Kebijaksanaan pemerintah di bidang pengawasan Pengetahuan bidang yang diperiksa terdiri dari: a. Perundang-Undangan
b. Bidang kegiatan yang diperiksa
Bidang-bidang yang diaudit beraneka ragam dan masing- masing memerlukan pemahaman secara tersendiri. Oleh karenanya pengetahuan mengenai bidang-bidang yang diperiksa ini akan diberikan sebagai mata pelajaran pilihan. Setiap peserta dapat memilih pengetahuan mengenai bidang-bidang yang diaudit yang akan dipelajarinya, sesuai dengan kebutuhannya.