• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komitmen Profesional dan Pengalaman Kerja Terhadap Dilema Etika Internal Auditor Dalam Pengambilan Keputusan Etis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Komitmen Profesional dan Pengalaman Kerja Terhadap Dilema Etika Internal Auditor Dalam Pengambilan Keputusan Etis"

Copied!
331
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP DILEMA ETIKA INTERNAL AUDITOR DALAM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Di Susun Oleh :

106082002661

Rachmat Hidayat Sumawi Budi

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP DILEMA ETIKA INTERNAL AUDITOR DALAM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Di Susun Oleh :

106082002661

Rachmat Hidayat Sumawi Budi

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

IDENTITAS PRIBADI

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL

RIWAYAT PENDIDIKAN INFORMAL

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Rachmat Hidayat Sumawi Budi Nama Panggilan : Diki Baik

Tempat/Tgl Lahir : Cirebon, 14 Juli 1988 Agama : Islam

Alamat : Perumahan Pondok Benda Indah Pamulang Blok B1/12 Rt 02/ Rw 15

No. Hp : 021-95804530

Email

1. TK. Avia Puri Tahun 1994

2. SD N Pondok Benda I Tahun 2000

3. SMP N 2 Pamulang Tahun 2003

4. SMA N 2 Ciputat Tahun 2006

5. D2 Komunikasi + Yayasan Al-Kharim Tahun 2010

6. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi

Tahun 2010

Kursus Bahasa Inggris IEC Ciputat 2006-2007

(12)

PENGALAMAN ORGANISASI/BEKERJA

1. ERIODAN Ketua 2005

2. LDK KOMDA Div. Dana usaha 2007

3. Saturday Meeting Club IEC-Ciputat Public Relation 2008

4. BEM Jurusan Akuntansi Ketua. Biro Bisnis dan Usaha 2009

5. Karangtaruna Pondok Benda Indah Sekertaris 2009

6. BNI-life Finance Consultant 2009

(13)

EFFECT OF COMMITMENT PROFESSIONAL AND WORK EXPERIENCE TOWARD ETHICAL DILEMMA OF INTERNAL AUDITORS IN ETHICAL

DECISION MAKING

ABSTRACT

Rachmat Hidayat Sumawi Budi, Effect of Commitment professional and Work Experience Toward Ethical Dilemma of Internal Auditors in Ethical Decision Making. Thesis Strata One (S1) of Accounting Department of Economics and business Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2010.

This study aims to test the effect of Commitment Professional and Work Experience toward Dilemmas ethical of internal auditors in the Ethical Decision making with using multiple linear regression. The sample in this study amounted to 82 internal auditor as respondents who work in DKI Jakarta area. Sampling method that used is convenience sampling. The collection of data using the primary data that is taken directly from the respondents with the questionnaire technique.

The results obtained in the partial test is that professional commitment has a significant influence on ethical dilemmas and ethical decision making as well as work experience variables also have significant influence on the variables of ethical dilemmas in ethical decision making. So that the independent variables simultaneously influence the ethical dilemmas in ethical decision making as the dependent variable.

Keywords: professional commitment, work experience, ethical dilemmas in ethical decision making.

(14)

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP DILEMA ETIKA INTERNAL AUDITOR DALAM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

ABSTRAK

Rachmat Hidayat Sumawi Budi, Pengaruh Komitmen Profesional dan Pengalaman Kerja Terhadap Dilema Etika Internal Auditor Dalam Pengambilan Keputusan Etis. Skripsi Strata Satu (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh Komitmen Profesional dan Pengalaman Kerja Terhadap Dilema Etika Internal Auditor Dalam Pengambilan keputusan Etis dengan menggunakan regresi linear berganda. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 82 responden internal auditor yang bekerja di perusahaan-perusahaan wilayah DKI Jakarta. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah

convenience sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer yaitu diambil langsung dari responden dengan tekhnik kuesioner.

Hasil penelitian yang diperoleh dalam pengujian secara parsial adalah bahwa komitmen profesional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dilema etika dalam pengambilan keputusan etis dan begitu juga dengan variabel pengalaman kerja juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dilema etika dalam pengambilan keputusan etis. Sehingga secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap dilema etika dalam pengambilan keputusan etis sebagai variabel dependen.

Kata Kunci: Komitmen profesional, pengalaman kerja, dilemma etika dalam pengambilan keputusan etis.

(15)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, kepadanya kita memohon pertolongan dan pengampunan serta kita berlindung dari keburukan dan kejahatan diri kita. Semoga kita selalu mendapat hidayah-Nya, sehingga kita tergolong orang-orang yang berada dalam keridhoaan-Nya. Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan ALLAH, sekutu baginya yang maha pengasih lagi maha penyayang dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah rasulullah. Sholawat dan salam teriring untuknya semoga kita semua akan mendapat syafa’at-Nya.

Skripsi yang telah penulis selesaikan merupakan salah satu dari banyak nikmat yang ALLAH SWT berikan. Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang selalu memberikan cahaya terang senantiasa banyak hangat ruang kasih yang engkau beri dari setiap doa, kepingan rizki dan harapan, serta Annisa Ayu adinda tercinta tetap semangat dalam menjalankan kuliah target lulus di UPN kamu harus 3,5 tahun masa tenggang 4 tahun harus sudah sarjana.

2. Eyang Jhon Disman, terima kasih atas setiap nasihat dan opini yang eyang berikan.

3. Bapak Dr. Yahya Hamja. MM, selaku dosen pembimbing I terima kasih banyak atas kemudahan, bimbingan dan motivasi yang telah banyak diberikan kepada penulis.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M,Si, selaku dosen pembimbing II terima kasih banyak atas bantuan semangat, bimbingan, meminjamkan buku panduan SPSS, tawa canda disela bimbingan yang membuat penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA, selaku dosen dan penguji skripsi terima kasih telah memberikan ilmu objektifitas serta motivasi yang membangun.

6. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak, selaku dosen dan penguji serta teman curhat di waktu senggang yang telah memberikan banyak motivasi, siraman rohani dan ilmu tata kelola dream maping.

(16)

7. Kak. Taufik Hidayat, selaku asdos dan teman yang telah memberikan motivasi dan cambukan perjuangan untuk tetap semangat ketika penulis dirundung kesulitan.

8. Bapak Firaun Maulana, selaku guru besar Al-Kahfi Al-Khariem terima kasih banyak telah banyak membantu dan mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di perusahaan yang Bapak pimpin.

9. Bapak Tubagus Wahyudi, selaku guru besar yang telah banyak memberikan ilmu komunikasi, terima kasih atas motivasinya.

10.Seluruh mahasiswa ALKAHFI khususnya mahir terima kasih dan tetap kompak. 11.Risthy Prapanca Wisudani Apriliani, Arief Fahruri, Siti Nur Alqiah, Asep Saiful

Bahri dan Yayat Hidayatullah terima kasih atas bantuan yang selama ini penulis rasakan hingga kini.

Terima kasih untuk seluruh pihak-pihak yang namanya tidak tertulis atau tidak mau disebutkan, penulis banyak terima kasih dan mohon maaf lahir batin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan kemampuan penulis miliki masih terbatas, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan serta tanggapan yang membangun guna terciptanya skripsi yang baik dan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Hormat saya,

Penulis

(17)

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Audit ... 9

1. Pengertian Audit ... 9

2. Jenis-Jenis Audit ... 11

3. Jenis-Jenis Auditor ... 13

B. Audit internal ... 14

1. Pengertian Audit Inernal ... 14

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit internal ... 19

(18)

3. Profesi Audit Internal ... 25

4. Peranan Audit internal ... 26

C. Komitmen Profesional ... 27

1. Pengertian Komitmen ... 27

2. Pengertian Profesional ... 28

3. Auditor internal yang Profesional ... 29

4. Kode Etik Profesional ... 41

D. Pengalaman Kerja Auditor ... 44

E. Pengambilan Keputusan etis ... 45

F. Dilema Etika ... 47

G. Penelitian terdahulu ... 49

H. Keterkaitan Setiap Variabel ... 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 56

B. Metode Penentuan Sampel ... 56

C. Metode Pengumpulan Data ... 57

1. Sumber Data ... 57

2. Pengumpulan Data ... 57

D. Metode Analisis Data ... 57

1. Statistik Deskriptif ... 58

2. Uji Kualitas Data ... 58

(19)

a. Uji Validitas ... 58

b. Uji reliabilitas ... 58

3. Uji Asumsi Klasik ... 59

a. Uji Multi Kolinearitas ... 59

b. Uji Heterokedastisitas ... 59

c. Uji Normalitas ... 59

4. Uji Hipotesis ... 60

a. Analisis koefisien Determinasi ... 60

b. Uji Hipotesis ... 61

1) Uji t ... 61

2) Uji F ... 61

E. Definisi Operasional variabel dan Pengukurannya ... 62

1. Variabel Dependen ... 62

2. Variabel Independen ... 64

a. Komitmen Profesional ... 64

b. Pengalaman kerja ... 65

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 69

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 69

2. Karakteristik Responden ... 71

B. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 74

(20)

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 74

2. Uji Kualitas Data ... 75

a. Uji Validitas... 75

b. Uji Reliabilitas ... 77

3. Uji Asumsi Klasik ... 79

a. Uji Multikolinearitas ... 79

b. Uji Heterokedastisitas ... 79

c. Uji Normalitas ... 81

4. Uji Hipotesis ... 82

a. Uji Koefisien Determinasi ... 83

b. Uji Hipotesis Dalam Penelitian ... 84

1) Uji t ... 84

a) Hasil Uji Hipotesis pertama (Ha1) ... 84

b) Menguji Hipotesis kedua (Ha2) ... 85

2) Uji F ... 85

C. Pembahasan ...86

1. Pengaruh komitmen Profesional Terhadap Dilema Etika Internal Auditor Dalam Pengambilan Keputusan Etis ... 86

2. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Dilema Etika Dalam Pengambilan Keputusan Etis ... 87

(21)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 89

B. Implikasi ... 89

C. Keterbatasan Penelitian ……… 90

D. Saran ... . 91

DAFTAR PUSTAKA ... .. 92

LAMPIRAN ... ... 97

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Tabel Penelitian Terdahulu……….. 50

3.1 Operasional Variabel Penelitian... 66 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitan... 69 4.2 Rincian Pembagian dan Pengumpulan Kuesioner... 71 4.3 Deskripsi Responden... 71 4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif... 74 4.5 Hasil Uji Validitas Komitmen Profesional... 75 4.6 Hasil Uji Validitas Pengalaman Kerja... 76 4.7 Hasil Uji Validitas Dilema Etika Dalam Pengambilan

Keputusan Etis... 76 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Komitmen Profesional... 78 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Pengalaman Kerja... 78 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Dilema Etika Dalam Pengambilan

Keputusan Etis... 78 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas... 79 4.12 Koefisien Determinasi... 83 4.13 Hasil Uji t... 84 4.14 Hasil Uji F... 86

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran... 55 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas Grafik Scatterplot... 80 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot... 82

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I SURAT RISET... 97 LAMPIRAN II KUESIONER... 108 LAMPIRAN III SKOR JAWABAN... 116 LAMPIRAN IV HASIL UJI KUALITAS DATA... 129 LAMPIRAN V HASIL UJI ASUMSI KLASIK... 141 LAMPIRAN VI HASIL UJI HIPOTESIS... 144

(25)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tema tentang independensi dan etika dalam profesi akuntan memiliki

pemahaman yang sangat penting dan mendalam. Sorotan masyarakat terhadap

profesi akuntan sangatlah besar sebagai dampak beberapa skandal perusahaan

besar didunia seperti Enron dan World Com yang melibatkan para akuntan

(Koran Tempo, 2002). Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi

dan independensi (Christiawan, 2002). Kualitas audit didefinisikan sebagai

kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi maupun sistem

manajemen klien yang diaudit dan melaporkannya, yang dalam melaksanakan

tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik

(Elfarini, 2007). Probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada

kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung

pada independensi auditor. Auditor seringkali dihadapkan pada situasi adanya

dilema yang menyebabkan dan memungkinkan auditor tidak dapat independen.

Auditor diminta untuk tetap independen dari klien, tetapi pada saat yang sama

kebutuhan mereka tergantung kepada klien karena fee yang diterimanya, sehingga sering kali auditor berada dalam sitausi dilematis. Hal ini akan berlanjut jika hasil

temuan auditor tidak sesuai dengan harapan klien, sehingga menimbulkan konflik

(26)

audit (Tsui, 1996; Tsui dan Gul, 1996). Konflik audit ini akan berkembang

menjadi sebuah dilema etika ketika auditor diharuskan membuat keputusan yang

bertentangan dengan independensi dan integritasnya dengan imbalan ekonomis

yang mungkin terjadi atau tekanan di sisi lainnya (Windsor dan Askhanasy,

1995).

Perspektif dari sudut psikologi mengenai independensi auditor ini

mengemukakan bahwa upaya mencapai independensi adalah mustahil dan

pendekatan-pendekatan profesi auditing yang ada sekarang ini adalah naïf dan

tidak realistis (Bazerman, Loewenstein dan Moore, 2002). Kerangka audit yang

ada mengimplikasikan tujuan independensi adalah mencoba menghilangkan bias

oleh auditor sehingga dapat mencapai obyektifitas, padahal auditor menurut

mereka berdasarkan posisi pekerjaan dalam hubungannya dengan klien tidak

mungkin luput dari bias yang tidak disadari (unconscious bias). Kesimpulan Bazerman, et al. yang provokatif ini mengundang tanggapan dari beberapa pihak.

Salah satu argument yang menanggapi adalah King (2002) yang menyatakan

kesimpulan Bazerman, et al. itu sebagai terlalu prematur dengan beberapa alasan.

King (2002) mengemukakan ada dua alasan, pertama

eksperimen-eksperimen yang menjadi dasar kesimpulan mereka tidak berkaitan dengan setting

pekerjaan auditor dan kedua, peneliti tidak memperhitungkan ikatan-ikatan

psikologis yang dibentuk dari keanggotaan kelompok yang dapat mengurangi

self-serfing bias. Selain dua hal itu dapat dikemukakan alasan ketiga bahwa argument Bazerman, et al. tidak memperhitungkan faktor-faktor pengurang

(27)

(mitiguating factors) yang dapat bertindak mengurangi bias (debiasing) yang ada pada lingkungan audit.

Auditor secara sosial juga bertanggung jawab kepada masyarakat dan

profesinya dari pada mengutamakan kepentingan dan pertimbangan pragmatis

pribadi atau kepentingan ekonomis semata. Situasi seperti ini sangat sering

dihadapi oleh seorang auditor. Auditor seringkali dihadapkan kepada situasi

dilema etika dalam pengambilan keputusannya (Tsui dan Gul, 1996). Menurut

Nasution (2003) Auditor internal adalah orang atau badan yang melaksanakan

aktivitas internal auditing dan auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian

independen yang dijalankan didalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi

sistem pengendalian internal organisasi. Kualitas auditing internal yang akan

dijalankan berhubungan dengan kompetensi dan obyektivitas dari staf internal

auditor organisasi tersebut. Oleh sebab itu, internal auditor senantiasa berusaha

untuk menyempurnakan dan melengkapi setiap kegiatan dengan penilaian

langsung atas setiap bentuk kompleks. Dengan demikian internal auditing muncul

sebagai suatu kegiatan khusus dari bidang akuntansi yang luas yang

memanfaatkan metode dan tekhnik dasar dari penilaian. Sebagai pekerja, internal

auditor mendapatkan penghasilan dari organisasi dimana dia bekerja, hal ini

berarti internal auditor sangat tergantung kepada organisasinya sebagai pemberi

kerja. Dilain pihak internal auditor dituntut untuk tetap independen sebagai

bentuk tanggung jawabnya kepada publik dan profesinya. Disini konflik audit

muncul ketika auditor internal menjalankan aktivitas auditing internal. Internal

(28)

auditor sebagai pekerja didalam organisasi yang diauditnya akan menjumpai

masalah ketika harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin tidak

menguntungkan dalam penilaian kinerja manajemen atau obyek audit yang

dilakukannya. Ketika manajemen atau subyek audit menawarkan sebuah imbalan

atau tekanan kepada internal auditor untuk menghasilkan laporan audit yang

diinginkan oleh manajemen maka menjadi dilema etika. Untuk itu auditor

dihadapkan pada pilihan-pilihan keputusan yang terkait dengan hal-hal keputusan

etis dan tidak etis.

Keputusan etis (etichal decision) adalah sebuah keputusan yang baik secara legal maupun moral dapat diterima oleh masyarakat luas. Internal auditor sebagai

karyawan mempunyai tanggung jawab kepada organisasi dimana dia bekerja,

tetapi sebagai seorang akuntan profesional dia harus bertanggung jawab kepada

profesinya kepada masyarakat dan dirinya sendiri untuk berkelakuan etis yang

baik. Kemampuan internal auditor untuk membuat keputusan yang akan diambil

ketika menghadapi situasi dilema etika akan sangat bergantung pada berbagai hal,

karena keputusan yang diambil oleh internal auditor juga akan banyak

berpengaruh kepada organisasi dan konsisten dimana dia berada karena auditor

internal merupakan salah satu perwakilan dari profesi berpengetahuan intensif

yang kinerja dan efektivitas sangat bergantung dari prilaku mereka sendiri (Bik,

2010). Internal auditor secara terus menerus dihadapkan pada situasi dilema etika

yang melibatkan pilihan-pilihan antara nilai-nilai yang saling bertentangan.

Manajemen dapat mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan oleh

(29)

internal auditor. Manajemen dapat menekan internal auditor untuk melanggar

standar pemeriksaan, tetapi internal auditor juga terikat pada etika profesi dan

mempunyai tanggung jawab sosial, maka auditor berada dalam situasi yang

dilematis. Memenuhi tuntutan manajemen berarti melanggar standar dan etika

profesi, namun dilain pihak jika tidak memenuhi tuntutan tersebut kemungkinan

dapat menghasilkan sanksi atas diri internal auditor.

Faktor determinan penting dalam perilaku pengambilan keputusan etis

adalah faktor-faktor yang secara unik berhubungan dengan individu pembuat

keputusan dan variabel-variabel yang merupakan hasil dari proses sosialisasi dan

pengembangan masing-masing individu (paolillo dan Vittel, 2002). Faktor-faktor

individual tersebut meliputi variabel-variabel yang merupakan ciri pembawaan

sejak lahir (gender, umur, kebangsaan dan sebagainya). Sedangkan faktor-faktor

lainnya adalah faktor organisasi, lingkungan kerja, profesi dan sebagainya.

Sebagian besar studi yang pernah dilakukan dalam rangka mengevaluasi kualitas

audit, selalu membuat kesimpulan dari sudut pandang auditor (Widagdo,

Lesmana dan Irwandi, 2002).

Kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor dalam penerapannya

akan terkait dengan etika. Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar

perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi

mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri dimana akuntan mempunyai

tanggung jawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas

mereka (Nugrahaningsih, 2005). Auditor internal dalam pengambilan keputusan

(30)

etis diharapkan obyektif dan tetap independen sehingga komitmen profesionalnya

dapat dibuktikan dan tidak goyah ketika dihadapkan pada hal yang dilematis

terhadap etika.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Budi, Basuki dan

Hendaryatno (2005) dengan Jenny Stewart dan Connor O’Leary (2006) terdapat

perbedaan hasil dalam pengukuran pengalaman kerja. Menurut Budi, et al. (2005)

bahwa pengalaman kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dilema

etika internal auditor dalam pengambilan keputusan etis, lalu menurut Jenny

Stewart dan Connor O’Leary (2006) terdapat pengaruh yang signifikan antara

pengalaman kerja internal auditor terhadap faktor dilema etika dalam

pengambilan keputusan etis. Karena perbedaan dari kedua penelitian sebelumnya

ini, penulis tertarik untuk menguji pengaruh komitmen profesional dan

pengalaman kerja terhadap dilema etika dalam pengambilan keputusan etis

internal auditor. Selain itu untuk mengetahui bagaimana auditor internal

melakukan keputusan etis ketika dihadapkan situasi dilema etika. Karena alasan

ini penulis memilih judul skripsi “Pengaruh Komitmen Profesional dan Pengalaman Kerja Terhadap Dilema Etika Internal Auditor Dalam Pengambilan Keputusan Etis”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah ditemukan, maka yang menjadi masalah

pokok dalam penelitian ini adalah:

(31)

1. Apakah komitmen profesional auditor berpengaruh terhadap dilema etika

auditor dalam pengambilan keputusan etis?

2. Apakah pengalaman kerja auditor berpengaruh terhadap dilema etika auditor

dalam pengambilan keputusan etis?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah memperoleh bukti

empiris sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis tingkat pengaruh komitmen profesional internal

auditor terhadap dilema etika dalam pengambilan keputusan etis.

b. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman kerja auditor terhadap dilema

etika dalam pengambilan keputusan etis.

2. Manfaat Penelitian

Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat memberikan manfaat

antara lain:

a. Bagi perusahaan

Memberikan informasi bahwa auditor internal yang memiliki ruang

lingkup sangat luas memiliki risiko besar sebagai fungsinya ketika

dihadapkan dilema etika dalam pengambilan keputusan etis yang

mempertaruhkan komitmen profesionalnya dan pengalaman kerjanya.

(32)

b. Bagi auditor

berupa informasi yang dapat digunakan sebagai motivasi bagi para auditor

internal untuk dapat lebih tangguh dalam mengembangkan tugasnya serta

dapat memperbaiki keadaan profesinya ketika dihadapkan pada situasi

dilema etika dalam pengambilan keputusan etis.

c. Bagi penulis

Sebagai sarana untuk memperdalam pengetahuan khususnya pada topik

yang diteliti mengenai pengaruh komitmen profesional dan pengalaman

kerja terhadap dilema etika internal auditor dalam pengambilan keputusan

etis. Sehingga dapat memperoleh gambaran antara fakta dilapangan

dengan permasalahan tersebut.

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Audit

1. Pengertian Audit

Audit diterjemahkan sebagai istilah dari pemeriksaan. Pada dasarnya

pemeriksaan atau yang lebih dikenal dengan istilah audit yaitu sebagai suatu

proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif

mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian

ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan atau kriteria teoritis. Serta

mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan

bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan sudah selaras dengan apa yang

sudah digariskan. Hal ini sesuai dengan apa yang tercermin dari pernyataan

Mulyadi (2009:9) yang mendefinisikan auditing adalah suatu proses

sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif

mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,

dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian

hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009:4) mendefinisikan auditing

adalah sebagai berikut:

(34)

“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.

Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai

informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara

informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh

orang yang kompeten dan independen. Menurut Halim (2008:1), definisi audit

yang berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic Accounting Concepts)

adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi

bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan

kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi

tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya

kepada para pemakai yang berkepentingan. Agoes (2004:3) mendefinisikan

auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,

oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun

oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti

pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai

kewajaran laporan keuangan tersebut.

Berdasarkan definisi di atas, pengertian auditing adalah suatu proses

sistematis dan kritis yang dilakukan oleh pihak yang independen untuk

menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai informasi

dengan tujuan untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara

(35)

informasi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan

hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Dari definisi tersebut

dapat diambil kesimpulan tentang karakteristik audit sebagai berikut:

a. Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti

atau informasi.

b. Adanya bukti audit (evidence) yang merupakan informasi atas keterangan yang digunakan oleh seorang auditor untuk menilai tingkat kesesuaian

informasi.

c. Adanya tingkat kesesuaian (degree of correspondence) dan kriteria tertentu (stablish criteria).

d. Audit harus dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki kualifikasi

yang diperlukan untuk melakukan audit. Seorang auditor harus kompeten

dan independen terhadap fungsi atau satuan usaha yang diperisaksanya.

e. Adanya pelaporan dan mengkomunikasikan hasil audit kepada pihak yang

berkepentingan.

2. Jenis-Jenis Audit

Ada beberapa jenis audit yang dikemukakan oleh Arens, et al.

(2009:14-15) yaitu: Audit operasional (Operational audits), audit laporan keuangan (financial statement audits), dan Audit ketaatan(Compliance audit).

a. Audit operasional (Operational audits)

Pemeriksaan operasional adalah suatu tinjauan terhadap setiap bagian

prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan

(36)

efektivitas kegiatan entitas tersebut. Pada akhir pemeriksaan operasional

biasanya diajukan saran-saran rekomendasi pada manajemen untuk

memperbaiki atau meningkatkan kualitas operasional perusahaan.

b. Audit laporan keuangan (Financial statement audits)

Pemeriksaan keuangan merupakan pemeriksaan atas laporan keuangan

suatu organisasi atau perusahaan secara keseluruhan merupakan informasi

terukur yang akan diferivikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria

tertentu yang dalam hal ini adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum,

dengan tujuan memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan

keuangan. Asumsi dasar dari suatu laporan keuangan adalah bahwa

laporan keuangan tersebut dapat dimanfaatkan oleh kelompok yang

berbeda-beda. Oleh karena itu jauh lebih efisien jika mempekerjakan satu

orang auditor independen untuk melaksanakan audit dari pada

membiarkan masing-masing pihak melakukan audit sendiri-sendiri.

c. Audit ketaatan (Compliance audits)

Pemeriksaan ketaatan merupakan proses pemeriksaan yang

mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti atas suatu prosedur atau

peraturan tertulis yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang yang

memiliki otoritas yang lebih tinggi. Biasanya hasil atau laporan dari

auditor ketaatan ini tidak dilaporkan kepada pihak tertentu dalam

organisasi, biasanya pimpinan dalam organisasi.

(37)

3. Jenis-Jenis Auditor

Menurut Arens, et al. (2009:15-16). Terdapat empat jenis auditor yang

umum dikenal dalam masyarakat, yaitu: Akuntan publik (Certified accountant public firms), akuntan pemerintah (General accounting office auditors),

akuntan pajak (Internal revenue agent) dan auditor internal (Internal auditors).

a. Akuntan publik (Certified accountant public firms)

Akuntan publik disebut juga auditor eksternal atau auditor independen

untuk membedakannya dengan auditor internal. Akuntan ini bertanggung

jawab atas pemeriksaan atau mengaudit laporan keuangan organisasi yang

dipublikasikan. Dan memberikan opini atas informasi yang diauditnya.

b. Akuntan pemerintah (General accounting office auditors)

Dilaksanakan oleh auditor pemerintah sebagai karyawan pemerintah.

Audit ini mencakup audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit

operasional. Dan laporan audit ini diserahkan kepada kongres, dalam hal

ini untuk Indonesia adalah Dewan Perwakilan Rakyat.

c. Akuntan pajak (Internal revenue agent)

Akuntan pajak mempunyai tanggung jawab terhadap pelaksanaan pada

pembayaran pajak oleh wajib pajak. Lingkup pengerjaannya adalah

memeriksa apakah wajib pajak telah benar memberikan pajaknya sesuai

dengan prosedur dan hukum yang berlaku.

(38)

d. Auditor internal (Internal auditors)

Auditor internal adalah bertanggung jawab pada manajemen perusahaan.

Tinjauannya adalah audit terhadap setiap berbagai prosedur-prosedur dan

metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitas

kegiatan. Pada akhir kegiatan biasanya diajukan saran-saran rekomendasi

manajemen untuk meningkatkan kualitas operasi perusahaan.

Pada dasarnya layanan yang diberikan oleh para auditor disetiap cabang

audit tersebut adalah sama, yang membedakannya adalah tanggung jawab dan

tingkat kebebasan yang berbeda. Dari definisi tersebut, kita mengetahui

pengertian audit dalam arti luas, namun lebih menekankan pada audit yang

dilakukan oleh auditor internal.

B. Audit Internal

1. Pengertian Audit Internal

Menurut Moeller and Witt (1999:1) Audit internal didefinisikan sebagai

berikut:

“Internal auditing is an independent appraisal function established within an organization to examine and evaluate its activities as a service to the organization”.

Dari istilah yang terdapat pada definisi diatas dapat dijabarkan lebih

lanjut sebagai berikut:

a. Independent, mempunyai arti bebas dari pembatasan ruang lingkup dan efektivitas hasil pemeriksaan yang berupa temuan dan pendapat.

(39)

b. Appraisal, menyatakan keyakinan penilaian auditor internal dalam kesimpulan yang dibuatnya.

c. Established, menjelaskan pengakuan perusahaan atas peranan auditor internal.

d. Examine and evaluate, menyatakan bahwa kegiatan auditor internal sebagai auditor serta penilai terhadap faktor-faktor yang ditemukan dalam

perusahaan.

e. It’s activities, menyatakan luasnya ruang lingkup pekerjaan auditor internal yang meliputi seluruh aktivitas perusahaan.

f. Service, menyatakan bahwa pelayanan terhadap manajemen merupakan hasil akhir dari pekerjaan auditor internal.

g. To the organization, menyatakan bahwa ruang lingkup pelayanan auditor internal berhubungan dengan seluruh personalia perusahaan, dewan

komisaris termasuk komite audit dan para pemegang saham.

Auditor internal merupakan fungsi penilaian yang independen yang

didirikan dalam suatu organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatan

organisasi secara menyeluruh yang bertujuan membantu dan memperbaiki

kinerja semua tingkatan manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab

secara efektif. Aktivitas audit internal menjadi pendukung utama untuk

tercapainya tujuan pengendalian internal. Ketika melaksanakan kegiatannya,

auditor internal harus bersifat objektif dan kedudukannya dalam perusahaan

adalah independen. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, maka

(40)

penulis mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian audit internal,

yang diantaranya definisi menurut The Institute of Internal Auditors, IIA (1995:3) adalah:

“Internal audit is an independent appraisal function established within an organization to examine and evaluate its activities as a service to the organization.”

Yang artinya auditor internal merupakan fungsi penilaian independen

yang dibentuk dalam organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatan

sebagai layanan pada organsiasi. Lalu definisi selanjutnya pada bulan Juni

1999, audit internal hanya merefleksikan perubahan yang terjadi dalam

profesi, definisi tersebut juga mengarahkan auditor internal menuju peran

yang lebih luas dan berpengaruh pada masa yang akan datang. Definisi yang

dikeluarkan oleh The Institute of Internal Auditors Board of Directors pada bulan Juni 1999:

“Internal audit is an independent objective assurance and conceling activity design to add value and improve and organization’s operations it help an organization accomplish its objective by bringing a systematic disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management; control and governance process.”

Yang artinya audit internal adalah jaminan tujuan independen dan desain

konseling kegiatan untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi

organisasi yang membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa

pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan

efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses governance.

Pengertian audit internal menurut “Profesional Practice Framework”:

(41)

International standards for the professional practice of internal audit, IIA (2009) adalah suatu aktivitas independen yang memberikan jaminan

keyakinan serta konsultasi (consulting) yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah (to add value) serta meningkatkan (improve) kegiatan operasi organisasi. Definisi tersebut menyatakan audit internal adalah kegiatan

assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi.

Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu

pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan

efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance.

Menurut Hiro Tugiman (2004:6) terdapat lima konsep kunci audit

internal yaitu independen, kegiatan penilaian, diadakan dalam organisasi,

pelayanan terhadap organisasi dan pengawasan yang menguji pengawas lain:

a. Independen

Standar menentukan bahwa para auditor seharunya tidak terikat pada

kegiatan yang mereka periksa, karenannya suatu fungsi audit harus bebas

dari unit-unit yang diperiksanya. Dapat dipastikan bahwa audit internal

bersentuhan dengan fungsi-fungsi lain didalam organisasi. Sebagai

akibatnya ia harus kehilangan kebebasannya meski bagaimana kerasnya

berusaha untuk tidak tersentuh.

(42)

b. Kegiatan penilaian

Pada hakekatnya kegiatan audit adalah penilaian. Jika para pengelola audit

melakukan penilaian oleh mereka sendiri dan melaporkan hasilnya. Para

auditor dapat dihubungi guna menilai mutu laporan dan menunjukan

keabsahannya, lebih jauh lagi mereka bisa menilai untuk proses penilaian

diri yang diikuti oleh para pengelola unit.

c. Diadakan dalam organisasi

Para auditor internal merupakan karyawan dari organisasi yang mereka

audit. Untuk membedakan mereka dari pada auditor eksternal, mereka

menambahkan kata keterangan sifat “internal”. Para auditor eksternal

melaksanakan tugas auditnya seperti auditor internal namun bekerja untuk

organisasi lain dalam jangka waktu tertentu.

d. Pelayanan terhadap organisasi

Konsep yang keempat adalah konsep yang paling penting bagi

kelangsungan hidup fungsi audit internal. Kunci keberadaan audit internal

adalah layanan untuk para pemakai jasa. Hanya organisasi audit internal

yang menyediakan layanan, yang oleh pemakai jasa dianggap mengalami

pertambahan nilai-nilai, yang akan berlangsung keberadaannya apabila

ikut membantu keberhasilan unit.

e. Pengawasan yang menguji pengawas lain

Konsep terakhir adalah konsep yang berkisar tentang apa yang dilakukan

para auditor internal. Standar mengatakan bahwa audit adalah suatu

(43)

pengawasan yang berfungsi menguji dan menilai efektivitas dari

pengawasan lainnya, kecuali pada kasus-kasus dimana harus membedakan

antara pengawasan internal terhadap seluruh kegiatan organisasi.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal

a. Tujuan audit internal

Audit internal dalam perusahaan bertujuan untuk membantu manajemen

dalam menjalankan tugas untuk mempertanggung jawabkan seluruh

kegiatan perusahaan. Audit internal membantu manajemen dengan cara

memberikan analisis yang objektif, penilaian, rekomendasi, dan pendapat

mengenai kegiatan perusahaan yang diperiksanya. Tujuan audit internal

yang dinyatakan The Institute of Internal Auditors Florida, USA. IIA Florida (1995:3) dan The Institute of Internal Auditors United Kingdom, IIA UK (1999:4) adalah sebagai berikut:

“The objective of internal auditing is to assist member of the organization in the effective discharge of their responsibilities. To this end, internal auditing furnishes them with analiysis, Appraisals, recommendation, counsel, and information concerning the activities reviewed. The audit objectives include promoting effective control at a responsenable cost”.

Yang artinya tujuan dari audit internal adalah membantu anggota

organisasi dalam melaksanakan tanggung jawab mereka secara efektif.

Untuk tujuan ini, melengkapi internal audit mereka dengan analisis,

penilaian, rekomendasi, konsultasi, dan informasi mengenai aktivitas yang

ditinjau. Tujuan audit meliputi mempromosikan kontrol yang efektif

dengan biaya yang sangat memungkinkan. Dari pernyataan tersebut dapat

(44)

disimpulkan bahwa tujuan audit internal adalah membantu agar anggota

para organisasi dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

Untuk mencapai tujuan tersebut audit internal menyajikan hasil analisis,

rekomendasi, petunjuk, penilaian dan informasi yang berkaitan dengan

aktivitas yang dikaji. Tujuan audit juga meliputi usaha untuk

meningkatkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar. Hal ini

sesuai dengan pendapat Zarkasy (2006) yang menyatakan bahwa tujuan

pemeriksaan internal adalah memantau dan mengevaluasi efektivitas

organisasi dari risiko manajemen dan sistem control serta membantu para

anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara

efektif. Tujuan ini mencakup pula pengembangan dan pengawasan yang

efektif dengan biaya yang wajar. Konsersium Organisasi Profesi Auditor

Internal dalam Standar Profesi Audit Internal (2004:2) mengemukakan

tentang tujuan audit internal yaitu sebagai berikut:

1) Memberikan kerangka dasar yang konsisten untuk mengevaluasi

kegiatan dan kinerja satuan audit internal maupun individu auditor

internal;

2) Menjadi sarana bagi pemakai jasa dalam memahami peran, ruang

lingkup, dan tujuan audit internal;

3) Mendorong peningkatan praktik audit internal dalam organisasi;

(45)

4) Memberikan kerangka untuk melaksanakan dan mengembangkan

kegiatan audit internal yang memberikan nilai tambah dan

meningkatkan kinerja kegiatan operasional organisasi;

5) Menjadi acuan dalam menyusun program pendidikan dan pelatihan

bagi auditor internal;

6) Menggambarkan prinsip-prinsip dasar praktik audit internal yang

seharusnya (International best practice).

Audit internal berhubungan dengan semua tahap aktivitas perusahaan

sehingga tidak hanya terbatas pada audit terhadap catatan-catatan

akuntansi. Untuk mencapai tujuan tersebut, audit internal harus melakukan

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Me-review keadaan dan integritas informasi keuangan dan mengoprasi dalam mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasikan

dan melaporkan informasi tersebut.

2) Me-review sistem yang ditetapkan untuk menjamin ketaatan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan yang berpengaruh

pada operasi dan pelaporan, dan dapat menentukan apakah organsiasi

tersebut taat atau tidak.

3) Me-review seberapa jauh harta perusahaan dipertanggung jawabkan dan memeriksa eksistensi asset tersebut.

4) Penilaian ekonomis dan efisiensi sumber daya yang dikerjakan.

(46)

5) Me-review berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya akan konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan dan apakah kegiatan atau program tersebut dilaksanakan

sesuai dengan yang direncanakan.

b. Ruang lingkup audit internal

Ruang lingkup audit internal menurut The Institute of Internal Auditors Florida, USA IIA Florida (1995:29) dan The Institute of Internal Auditors

United Kingdom, IIA UK (1999:23) adalah sebagai berikut:

“The scope of internal auditing should encompass the examination and evaluation of the adequacy and effectiveness of the organization’s system of internal control and the quality of performance in carrying out assigned responsibilities”.

Maksudnya adalah ruang lingkup audit internal harus mencakup

pemeriksaan dan evaluasi atas kecukupan dan efektivitas sistem organisasi

pengendalian internal dan kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung

jawab yang ditugaskan. Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal

dalam Standar Profesi Audit Internal (2004:13) mengemukakan tentang

lingkup penugasan bahwa fungsi audit internal melakukan evaluasi dan

memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko,

pengendalian dan governance dengan menggunakan pendekatan yang

sistematis, teratur dan menyeluruh.

Ruang lingkup audit internal harus meliputi pengujian dan pengevaluasian

terhadap kememadaian dan efektivitas sistem pengendalian internal

(47)

pengendalian internal perusahaan dan kualitas kinerja berkaitan dengan

tanggung jawab anggota organisasi yang bersangkutan. Dari pendapat

tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan audit internal mempunyai ruang

lingkup yang sangat luas dan agar tujuan audit internal dapat tercapai,

maka kegiatan auditor internal dapat dikelompokan dalam beberapa jenis.

Jenis-jenis kegiatan ini dikenal dengan nama “Element of the work”. Hal ini dikemukakan oleh Chasin, Paul dan John (1988:8-11) sebagai berikut:

“The element of audit internal maybe grouped under compliance, verification, and evaluation”.

Berdasarkan kutipan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Complience (Ketaatan)

Kegiatan compliance berkaitan dengan ditaatinya kebijakan, peraturan, prosedur dan praktik-praktik usaha yang baik dalam bidang ini dapat

digolongkan menjadi:

a) Ketaatan atas prinsip akuntansi.

b) Ketaatan atas kebijakan dan prosedur-prosedur perusahaan.

c) Ketaatan atas peraturan-peraturan pemerintah.

2) Verification (Verifikasi)

Verifikasi meliputi kegiatan melakukan kecermatan, kebenaran

perhitungan aritmatika, ketelitian alokasi biaya, misalnya: perhitungan

faktur penjualan, perhitunga nilai persediaan, penjumlahan jurnal dan

buku harian serta perhitungan depresiasi. Kemudian auditor

(48)

menentukan apakah catatan-catatan dan laporan-laporan yang telah

diverifikasi terdapat kekurangan-kekurangan. Kelemahan dalam

prosedur pencatatan dan pelaporan, untuk selanjutnya diajukan

saran-saran perbaikan.

3) Evaluation (Penilaian)

Merupakan tanggung jawab auditor internal yang paling penting dan

paling sulit diukur hasilnya. Kegiatan ini meliputi penilaian terhadap

prosedur, hasil yang diperoleh, analisis perkembangan (trend) saat ini,

analisis dan prediksi dimasa yang akan datang serta

perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan. Oleh sebab itu auditor internal harus

bertanggung jawab terhadap analisis yang dibuat serta rekomendasi

yang diajukan kepada manajemen yang nantinya digunakan sebagai

dasar dan pertimbangan terhadap pengambilan keputusan. Dalam

melakukan penilaian, auditor internal harus menggunakan ukuran yang

dapat dijadikan sebagai dasar penilaian seperti:

a) Prosedur yang telah ditetapkan.

b) Anggaran atau standar yang telah ditetapkan.

c) Undang-undang yang berlaku.

d) Peraturan daerah.

e) Kebijakan yang telah ditetapkan manajemen.

Jadi secara terperinci, ruang lingkup auditor internal adalah melakukan

penilaian atas pengendalian internal, penilaian atas pencatatan laporan

(49)

perusahaan, serta penilaian atas hasil seluruh kegiatan perusahaan. Auditor

internal juga harus memberikan keyakinan bahwa catatan laporan dan

pelaksanaan kegiatan bagi perusahaan telah dilaksanakan dengan baik.

Tujuan dan ruang lingkup audit internal sangat luas tergantung pada besar

kecilnya organisasi yang besangkutan.

3. Profesi Audit Internal

Teori-teori dan konsep-konsep telah menjawab, bahwa keberadaan atau

alasan diadakan audit dalam organisasi adalah bahwa audit ditujukan untuk

memperbaiki kinerja. Tanpa fungsi audit internal, dewan direksi dan atau

pimpinan unit tidak memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai

kinerja organisasi, hal ini mengingat pengertian audit internal adalah kegiatan

assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi.

Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu

pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan

efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance. Menurut Sawyer, Mortimer dan James (2003:6) yaitu:

“Internal auditing is a systematic, objectives appraisal by auditor internals of the diverse operations and control within an organization to determine wheter (1) Financial and operating information is accurate and reliable, (2) Risk to the enterprise are identified and minimized, (3) External regulation and acceptable internal polices and procedure are followed, (4) Satisfactory standart are met, (5) The organization’s objective are effectively achieved-all for the purpose of assisting of their responsibilities”.

(50)

Yang artinya audit internal adalah, sistematis tujuan penilaian oleh

auditor internal dari beragam operasi dan kontrol dalam sebuah organisasi

untuk menentukan keduanya, (1) Informasi keuangan dan operasi yang akurat

dan dapat dipercaya, (2) Risiko untuk perusahaan diidentifikasi dan

diminimalkan, (3) Peraturan eksternal dan kebijakan internal yang dapat

diterima dan prosedur diikuti, (4) standar yang memuaskan terpenuhi, (5)

Tujuan organisasi itu secara efektif semuanya berhasil tercapai untuk tujuan

membantu dari tanggung jawab mereka. Redefinisi audit internal telah

ditetapkan oleh IIA ‘Board of Directors pada bulan Juni 2009 adalah:

“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve and organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and the effectiveness of risk management control and governance processes”.

Yang artinya audit internal adalah kegiatan, independen jaminan objektif

dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan dan

mencapai tujuan organisasi dengan membawa pendekatan yang sistematis dan

disiplin untuk mengevaluasi efektivitas risiko pengendalian manajemen dan

tata kelola proses.

4. Peranan audit internal

Audit internal mempunyai peran yang sangat penting dalam mencapai

tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Perlunya konsep audit internal

dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup perusahaan. Oleh karena itu

semakin besar suatu perusahaan, maka semakin luas pula rentang

(51)

pengendalian yang dipikul pimpinan, sehingga manajemen harus meciptakan

suatu pengendalian intern yang efektif untuk mencapai suatu pengelolaan

yang optimal dengan mempertimbangkan manfaat dan biayanya. Karena

keterbatasan manajemen dalam mengendalikan aktivitasnya itu, perusahaan

memerlukan audit internal yang akan membantu manajemen dalam membantu

apakah rencana-rencana operasi, keuangan, kebijakan dan prosedur-prosedur

yang dijalankan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sehingga

audit internal yang dilakukan dalam suatu perusahaan merupakan kegiatan

penilaian dan verifikasi atas prosedur-prosedur, data yang tercatat berdasarkan

atas kebijakan dan rencana perusahaan, sebagai salah satu fungsi dalam upaya

mengawasi aktivitasnya.

Teori-teori dasar dan konsep-konsep audit tersebut telah menjawab

bahwa keberadaan atau peranan audit dalam perusahaan adalah ditujukan

untuk memperbaiki kinerja. Jika tindakan audit berhasil dalam meningkatkan

kinerja perusahaan maka audit menunjang kearah perbaikan kinerja secara

keseluruhan (Hiro Tugiman, 2004:8).

C. Komitmen Profesional 1. Pengertian komitmen

Komitmen merupakan bukan sekedar janji yang harus ditepati dan

diwujudkan, tetapi didalamnya juga terkandung kesungguhan dan

tanggung jawab (Fatoni, 2005). Komitmen dapat muncul dalam berbagai

(52)

bentuk, maksudnya arti dari komitmen menjelaskan perbedaan hubungan

antara anggota organisasi dan entitas lainnya (salah satunya organisasi itu

sendiri) serta melibatkan usaha untuk memisahkan diantara berbagai entitas di

mana individu berkembang menjadi memiliki komitmen (Meyer, Allen dan

Gellatly, 1997). Komitmen cendrung mempunyai makna bahwa melakukan

perjanjian dengan diri sendiri. Jika seseorang telah membuat keputusan

yang disertai dengan komitmen, maka tentunya ia akan berupaya dan

berjuang untuk menjalani keputusan itu dengan sebaik-baiknya, dengan

bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Karena itu jika seorang

individu dalam organisasi sudah tidak memiliki komitmen, maka keadaan

tersebut adalah sebuah kerugian bagi organisasi bersangkutan.

2. Pengertian profesional

Pengertian profesionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2002:689) adalah mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri

suatu profesi atau orang yang profesional. Menurut Putranti (2008)

Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan

yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi. Hal ini

juga mempengaruhi terhadap penampilan atau performance seseorang

dalam melakukan pekerjaan di profesinya. Lalu menurut Arifin (2010)

Profesional, profesi dan profesionalisme adalah suatu paham yang

mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam

masyarakat, berbekalan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa

(53)

keterpanggilan serta ikrar (fateri / profiteri) untuk menerima panggilan

tersebut untuk dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan

pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesusahan ditengah

gelapnya kehidupan. Sedangkan pengertian profesional menurut Arens, et

al. (2009:78) yaitu:

“Profesional means a responsible for conduct that axtended beyond statisfying individual responsibilities and beyond the requerment of our society law and regulation”.

Dalam pengertian tersebut profesional merupakan tanggung jawab

berperilaku yang lebih dari sekedar tanggung jawab berperilaku yang lebih

dari sekedar tanggung jawab yang dibebankan kepadanya yang memiliki

etos kerja dan keahlian khusus serta pendidikan dan keterampilan khusus

dan lebih dari sekedar memenuhi undang-undang dan peraturan

masyarakat dalam bekerja. Sebagai seorang yang profesional, auditor

internal mengakui tanggung jawab terhadap klien dan terhadap rekan

seprofesinya termasuk untuk berperilaku sekalipun ini berarti pengorbanan

pribadi.

3. Auditor Internal yang Profesional

Auditor internal yang profesional yaitu orang yang berpengetahuan

dan berketerampilan yang harus dimiliki untuk berpraktek sebagai auditor

internal. Untuk mengetahui apakah seorang auditor internal telah

profesional dalam melakukan tugasnya maka perlu adanya evaluasi

kinerja. Dan evaluasi kinerja auditor internal dapat dilakukan dengan cara,

(54)

yaitu sudahkah terpenuhinya profesionalisme auditor internal. Kriteria

profesionalisme auditor internal menurut Sawyer, et al. (2003:10-11),

Forum Komunikasi Pengawasan Internal Badan Usaha Milik Negara /

Badan usaha Milik Daerah (FKSPI BUMN / BUMD) dan Yayasan

Pendidikan Internal Audit (YPIA):

a. Pelayanan terhadap masyarakat (Service to the public)

Auditing internal menyediakan pelayanan terhadap masyarakat dalam

hal meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya

baik dalam perusahaan maupun organisasi. Kode etik audit internal

mewajibkan anggota The Institute of Internal Auditors (IIA) untuk

menghindari keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang

dan ilegal. Audit internal dalam memberikan pelayanan terhadap

publik harus bekerja sama dengan komite audit, dewan direksi, dan

staff perusahaan lainnya.

b. Pelatihan jangka panjang (Long specialized training)

Auditor internal yang profesional yaitu orang-orang yang telah

mengikuti pelatihan, lulus dari ujian pendidikan audit internal dan

telah mendapat sertifikasi. Dapat disimpulkan bahwa auditor yang

profesional harus mengikuti pelatihan profesi dalam jangka panjang

agar dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan yang dibutuhkan

dan selalu uptodate terhadap perkembangan audit internal untuk mengiringi semakin meningkatknya perekonomian di era globalisasi

(55)

ini serta untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang

auditor internal yang kompeten.

c. Taat pada kode etik (Subscription to a code of ethic)

Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor internal adalah kesediaan

menerima tanggung jawab terhadap kepentingan pihak-pihak yang

dilayani. Agar dapat mengemban tanggung jawab yang efektif, auditor

internal perlu memelihara standar prilaku yang tinggi. Kode etik bagi

para auditor internal memuat standar perilaku sebagai pedoman

tingkah laku yang dikhendaki dari anggota profesi secara individual.

Standar perilaku tersebut membentuk prinsip-prinsip dasar dalam

menjalankan praktik audit internal. Para auditor internal wajib

menjalankan tanggung jawab profesinya dengan bijaksana, penuh

martabat dan kehormatan. Pelanggaran terhadap standar perilaku yang

ditetapkan dalam kode etik dapat mengakibatkan dicabutnya

keanggotaan auditor internal dari organisasi profesinya.

d. Anggota dari organisasi profesi (Membership in an association and attendance at meetings)

The Institute of Internal Auditors (IIA) merupakan asosiasi profesi auditor internal tingkat internasional yang sudah tidak perlu

dipertanyakan lagi. IIA merupakan wadah bagi para auditor internal

yang mengembangkan bidang ilmu audit internal agar para anggotanya

mampu bertangung jawab dan kompeten dalam menjalankan tugasnya,

(56)

menjunjung tinggi standar, pedoman praktik audit internal dan etika

supaya anggotanya profesional dalam bidangnya. Auditor Internal di

Indonesia telah terdapat berbagai nama dan sebutan organisasinya

yang muncul sekitar dua-tiga dasawarsa yang lalu, antara lain: (1) The Institute of Internal Auditors (IIA) Indonesia Chapter; (2) Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Internal Badan Usaha Milik Negara

dan badan Usaha Milik Daerah (FKSPI, BUMN / BUMD); (3)

Yayasan Pendidikan Internal Auditor (YPAI); (4) Dewan Sertifikasi

Qualified Internal Auditors (DS-QIA); (5) Perhimpunan Auditor

Internal Indonesia (PAII)”.

e. Jurnal publikasi (Pubication of jurnal aimed at upgrading practice)

The Institute of Internal Auditors (IIA) mempublikasikan jurnal tentang tekhnik auditor internal, seperti halnya buku-buku panduan,

studi penelitian, monograf, presentasi audio visual, materi instruksi

lainnya. Kontribusi pengisian jurnal publikasi adalah dengan

menyerahkan kepada praktisi dan para ahli. Di indonesia, majalah

Satuan Pengawasan Internal (SPI) pertama kali terbit pada tahun 1988

dan majalah Auditor Internal (YPIA, DS-QIA, IIA-Indonesia Chapter,

FKSPI BUMN / BUMD dan PAII) terbit pertama kali pada tahun

2002.

(57)

f. Pengembangan profesi berkelanjutan (Examination to test entrast knowledge)

Dalam setiap pengawasan, auditor internal haruslah melaksanakan

tugasnya dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan

professional. Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensinya

yaitu dengan pengembangan profesi yang berkelanjutan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal

(2004; 10) menyatakan bahwa auditor internal harus meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan kompetensinya melalui pengembangan

profesional yang berkelanjutan.

g. Ujian sertifikasi (Licence by the state of certification by board)

The Institute of Internal Auditors (IIA) pertama kali mengeluarkan program sertifikasi pada tahun 1974. Kandidat harus lulus pada ujian

selama dua hari berturut-turut dengan subjek yang mempunyai range

yang luas. Kandidat yang lulus akan menerima Certification of Internal Auditors (CIA). Materi ujian sertifikasi audit internal dari IIA terbagi 4 (empat) level, yaitu:

1) Level I, Proses internal audit (Internal audit procces)

Materi pendidikan dan ujiannya yaitu tentang profesionalisme,

standar dan kode etik audit internal, dasar auditing, internal

auditing, internal audit (Control System) dan tekhnik internal audit,

manajemen audit, fraud auditing.

(58)

2) Level II, Keterampilan audit internal (Internal auditing skills) Materi pendidikan dan ujiannya yaitu tentang pemecahan masalah

dan evaluasi bukti audit, audit sampling dokumentasi, tekhnik

pelaporan, komunikasi dan psikologi audit, manajemen audit

internal matematika.

3) Level III, Manajemen control dan tekhnologi (Management control information technology)

Materi pendidikan dan pengujiannya tentang sistem informasi

manajemen, audit sistem informasi, akuntansi manajemen,

manajemen strategik.

4) Level IV, Lingkungan audit (The audit environment)

Materi pendidikan dan ujiannya yaitu tentang akuntansi keuangan,

kebijakan pemerintah, perpajakan, pasar modal, manajemen

peamsaran, ekonomi makro dan mikro, kebijakan pengawasan

pemerintah.

Di Indonesia, organisasi profesi (YPIA) dan (DS-QIA) telah

berusaha menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi para

auditor internal di Indonesia dengan mengacu dan menggunakan

model dari IIA yang berpusat di Florida, Amerika Serikat.

h. Standar porfesi audit internal (Standard for professional practice)

Dewasa ini peran auditor internal semakin diandalakan dalam

mengembangkan dan menjaga efektivitas sistem pengendalian internal,

(59)

pengelolaan risiko, dan corporate governance. Agar dapat

mengembangkan kepercayaan yag semakin besar dan menjalankan

peran dengan baik, auditor internal memerlukan Standar Profesi

Auditor Internal (SPAI). SPAI bertujuan memberikan kerangka dasar

yang konsisten untuk mengevaluasi kegiatan dan kinerja auditor

internal, sarana memahami peran, ruang lingkup dan tujuan audit

internal, menggambarkan prinsip-prinsip dasar praktik audit internal

yang seharusnya. Standar Profesi Audit Internal (SPAI) terdiri atas:

1) Standar atribut

a) Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab

Mengenai wewenang dan tanggung jawab internal Konsersium

Organisasi Profesi Audit Internal dalam SPAI (2004:8)

menyebutkan bahwa tujuan, wewenang dan tanggung jawab

audit internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit Internal

(SPAI), dan mendapat persetujuan dari pimpinan dan dewan

pengawas organisasi. Pernyataan tersebut dimaksudkan agar

tujuan, wewenang dan tanggung jawab audit internal harus

dinyatakan dalam dokumen tertulis secara formal.

b) Independensi dan objektifitas

Menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal dalam

SPAI (2004:8) menyatakan bahwa fungsi audit internal harus

ditempatkan pada posisi yang memungkinkan fungsi tersebut

(60)

memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan meningkat

jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang

memadai terhadap pimpinan dan dewan pengawas organisasi.

Audit internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak

memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya

pertentangan kepentingan (Conflict of interest). Status organisasi audit internal haruslah memberikan keleluasan untuk

memenuhi atau menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan

yang diberikan. Audit internal haruslah memperoleh dukungan

dari manajemen senior dan dewan, sehingga mereka akan

mendapatkan kerja sama dari pihak yang diperiksa dan dapat

menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari campur tangan

pihak lain.

c) Keahlian dan kecermatan profesional

Menurut Konsersium Organisasi Profesi Internal Audit Internal

dalam SPAI (2004:9) menyatakan bahwa penugasan harus

dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan

profesional.

(1) Keahlian

Auditor internal harus memiliki pengetahuan keterampilan

dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan

tanggung jawab perorangan. Fungsi audit internal secara

(61)

kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan

keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk

melaksanakan tanggung jawabnya.

(2) Kecermatan profesional

Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan

keterampilan yang layaknya dilakukan oleh seorang

internal yang prudence dan kompeten.

d) Program jaminan dan peningkatan kualitas fungsi audit internal.

2) Standar Kinerja

a) Pengelolaan fungsi audit internal

Menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal dalam

SPAI (2004:11) menyatakan bahwa penanggung jawab fungsi

audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara

efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi

tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi.

b) Lingkup penugasan

Menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal dalam

SPAI (2004:13) menyatakan bahwa fungsi audit internal

melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap

peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian dan

governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis,

teratur dan menyeluruh. Dapat diambil kesimpulan bahwa

(62)

ruang lingkup audit internal harus meliputi pengujian dan

pengevaluasian terhadap kememadaian dan efektivitas sistem

pengendalian internal perusahaan dan kualitas kerja berkaitan

dengan tanggung jawab anggota organisasi yang mencakup:

(1) Keandalan informasi.

(2) Kesesuaian dengan kebijakan rencana prosedur, hukum

dan peraturan serta kontrak.

(3) Perlindungan terhadap harta benda.

(4) Penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien.

(5) Pencapaian tujuan perusahaan.

c) Perencanaan penugasan

Menurut Konsersium Organisasi Audit Internal dalam SPAI

(2004:15) menyatakan bahwa auditor internal harus

mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap

penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan

lokasi sumber daya. Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya

program audit, antara lain:

(1) Memberikan bimbingan prosedural untuk melaksanakan

pemeriksaan.

(2) Memberikan checklist pada saat pemeriksaan berlangsung tahap demi tahap sehingga tidak ada yang terlewatkan.

(63)

(3) Merevisi program audit sebelumnya, jika ada perubahan

standar dan prosedur yang digunakan perusahaan.

d) Komunikasi hasil penugasan

Menurut Konsersium Organisasi profesi Audit Internal dalam

SPAI (2004:16) menyatakan bahwa uditor internal harus

mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu.

e) Pemantauan tindak lanjut

Menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal dalam

SPAI (2004:18) menyatakan penanggung jawab fungsi audit

audit internal harus menyusun dan menjaga sistem untuk

memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah

dikomunikasikan kepada manajemen. Bentuk tindak lanjut

manajemen terdiri dari:

(1) Manajemen puncak melakukan konsultasi dengan auditee

untuk memutuskan jika, kapan dan bagaimana

rekomendasi audit dilaksanakan.

(2) Auditee melakukan tindakan atas keputusan tersebut.

(3) Audit internal bersama auditee melakukan pengecekan kembali untuk melihat apakah perbaikan telah diambil dan

hasil yang diinginkan telah tercapai, atau manajemen dan

komite audit telah menerima tanggung jawab apabila tidak

melakukan tindakan tersebut.

Gambar

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel 2.1 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor lain yang mempengaruhi subjek mempunyai minat untuk menikah dengan pria warga negara asing karena subjek terobsesi memiliki pacar seperti bapaknya. Faktor ini terjadi

Terkait analisis jalur injeksi komoditi ekspor terhadap kesejahteraan masyarakat (pendapatan rumah tangga), berdasarkan hasil analisis jalur struktural terhadap

Julia Quinn’s The Viscount Who Loved Me is a historical-romance which talks about love and marriage among the British upper class people in the nineteenth century. Since the

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Handayani, dkk, (2008) didapatkan efek maksimal antigen putih telur ayam dalam degranulasi mastosit adalah pada

[r]

[r]

Adapun motivasi penulis dalam pemilihan makanan dan minuman khas ini adalah penulis ingin mengenalkan kepada masyarakat yang khususnya berada di daerah Semarang dan sekitarnya

[r]