• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lima tipe habitat yaitu hutan pantai, kebun campuran tua, habitat danau, permukiman (perumahan), dan daerah perkotaan (RTH kota, yang meliputi taman kota, jalur hijau, dan hutan buatan) di Pulau Ternate (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Januari - Februari 2012 (Tabel 3). Waktu pengamatan dilakukan pada pagi (Pukul 06.15-09.15 WIB) dan sore hari (pukul 16.00-18.00 WIB). Jumlah hari pengamatan pada setiap habitat sudah meliputi kegiatan pengamatan burung dan habitat.

Tabel 3 Deskripsi habitat di lokasi penelitian

Tipe Habitat Deskripsi Habitat ∑ Jalur Ulangan Plot Contoh ∑ Hari

Hutan pantai Jenis vegetasi

dominan: nyamplung, waru laut, dan kelapa. Panjang jalur pantai rata-rata ± 1-2,5 km.

3 3 Hutan pantai Desa

Kastela, hutan pantai

Desa Tobololo, dan hutan pantai Desa Kulaba.

9

Kebun campuran tua

Kebun masyarakat secara turun temurun sejak tahun 1955 di sekitar kaki Gunung Gamalama.

3 3 Desa Moya, Desa Jan, dan

Desa Jati.

3

Permukiman Perumahan baru

dengan jenis vegetasi: tumbuhan obat, hias, penghasil buah, & alang-alang. Luas lokasi 24 ha.

3 3 Perumahan Ngade atas,

perumahan Ngade bawah, dan perumahan Jambula.

9

RTH Terletak di pusat

kota. Luas lokasi ± 3 ha. Panjang jalur 2-3 km

3 3 Taman kota, jalur hijau,

dan hutan buatan.

Tabel 3 Lanjutan

Tipe Habitat Deskripsi Habitat ∑ Jalur Ulangan Plot Contoh ∑ Hari

Habitat danau Merupakan lokasi

wisata setiap akhir pekan. Terdapat jenis vegetasi jamblang, kelapa, sagu, mangga. Luas lokasi ± 8 ha.

3 3 Danau Laguna, danau

Tolire besar, dan danau Tolire kecil.

4.2 Alat

Alat yang digunakan yaitu binokuler, GPS, kamera digital, handycam, alat perekam suara, tally sheet, dan buku panduan lapang burung-burung di kawasan Wallacea (Coates & Bishop 2000).

4.3 Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi:

1. Karakteristik habitat (profil pohon secara vertikal) yang meliputi jenis vegetasi, topografi habitat, kondisi tutupan tajuk, dan jarak tanam antar vegetasi.

2. Jenis burung dan kekayaan jenis burung.

3. Komposisi guild burung pada setiap tipe habitat.

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi bioekologi burung dan kondisi umum lokasi penelitian.

4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Profil Habitat

Analisis profil habitat meliputi jenis pohon, profil pohon, dan deskripsi habitat. Pengukuran dilakukan terhadap tinggi pohon, tinggi total, tinggi bebas cabang, tutupan tajuk, dan kedudukan vegetasi serta deskripsi habitat untuk mengetahui komponen penyusun habitat yang mendukung kehidupan burung. Tutupan tajuk digambarkan dalam bentuk profil pohon secara vertikal. Profil pohon secara vertikal dibuat dengan mengukur tinggi tajuk dan tinggi bebas cabang dari suatu pohon. Panjang sumbu-x profil pohon pada suatu habitat bervariasi tergantung dari keanekaragaman jenis pohon pada habitat tersebut, jika pada habitat atau lokasi penelitian tersebut memiliki komposisi jenis pohon yang beranekaragam (heterogen) maka panjang jalur dari sketsa tutupan tajuk yaitu 100 m, yaitu pada habitat hutan pantai. Namun jika jenis pohon atau vegetasi di habitat tersebut cenderung homogen maka panjang jalur dari pembuatan sketsa tutupan tajuk yaitu hanya 30-40 m, yaitu pada habitat kebun campuran tua, danau, permukiman, dan RTH. Tujuan dari

pembuatan profil pohon pada setiap habitat yaitu untuk melihat kondisi habitat pada lokasi penelitian secara melintang.

4.4.2 Keanekaragaman Jenis Burung

Untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi jenis burung digunakan metode kombinasi metode titik hitung dan metode jalur. Pada setiap tipe habitat dibuat jalur atau mengikuti jalur yang sudah ada dengan panjang jalur 1000 m. Titik- titik pengamatan berjarak 100 m dengan radius pengamatan 50 m dan mencatat semua burung yang terdeteksi di dalam radius pengamatan selama 10 menit. Diperlukan waktu lima menit untuk berjalan ke titik pengamatan selanjutnya (Gambar 2). Pengamatan pada setiap jalur penelitian dilakukan sebanyak tiga kali pada hari yang berbeda. Identifikasi burung menggunakan bantuan buku panduan lapang Coates dan Bishop (1997), sedangkan penamaan burung dan famili mengikuti Sukmantoro et al. (2007).

100 m

1000 m

Gambar 2 Ilustrasi penggunaan kombinasi metode titik hitung dan metode jalur (IPA).

4.4.3 Guild Burung

Semua kelompok jenis burung yang berhasil diidentifikasi seperti jenis burung pemangsa (misal: elang), burung yang tidak menghuni tajuk bawah (misal: walet dan layang-layang) dan jenis burung penghuni tajuk (misal: kancilan emas) dimasukkan kedalam analisis. Pengelompokan kategori guild dilakukan melalui telaah pustaka. Jenis burung yang teridentifikasi dibagi kedalam tujuh kategori guild

dan merujuk pada Faaborg (1988), sedangkan penjelasan masing-masing guild per jenis burung mengikuti Coates & Bishop (1997).

4.5 Analisis Data

4.5.1 Analisis Profil Habitat

Profil habitat dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk melihat hubungan antara komposisi burung dengan vegetasi pada setiap habitat yang menjadi lokasi penelitian.

4.5.2 Indeks Keanekeragaman Jenis (H’) dan Indeks Kemerataan (E)

Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener digunakan untuk menghitung keanekaragaman jenis burung :

H’ = - ∑ pi ln pi

Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman jenis pi = Proporsi nilai penting

ln = Logaritma natural

Tabel 4 Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

Nilai Indeks Shannon-Wiener Kategori

< 1 Keanekargaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap

jenis rendah dan kestabilan komunitas rendah.

1-3 Kenekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap

jenis sedang dan kestabilan komunitas sedang.

>3 Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap

jenis tinggi dan kestabilan komunitas tinggi.

Untuk mengetahui proporsi kelimpahan jenis burung digunakan indeks kemerataan (index of evennes) yaitu :

E = H’/ln S Keterangan : E = Indeks kemerataan

H’ = Indeks keanekaragaman jenis

S = Jumlah jenis

4.5.3 Indeks Kesamaan Komunitas Burung (IS)

Untuk melihat kesamaan komunitas jenis burung antar lokasi penelitian maka yang digunakan adalah indeks kesamaan jenis, dengan rumus :

IS =

Keterangan : a = jumlah jenis yang hanya terdapat pada lokasi 1 b = jumlah jenis yang hanya terdapat pada lokasi 2 c = jumlah jenis yang terdapat pada lokasi 1 dan 2

Untuk melihat tingkat kesamaannya, digunakan dendogram dari komunitas burung antar lokasi penelitian. Penggunaan dendogram ini akan mempermudah dalam melihat hubungan antar lokasi.

4.5.4 Analisis Guild

Analisis komposisi guild burung pada setiap habitat dilakukan dengan cara mengecek perilaku makan, makanan utama dan tempat mencari makan dari setiap jenis burung. Kemudian setiap jenis burung pada setiap tipe habitat dikelompokkan berdasarkan kategori guild burung. Komposisi guild pada setiap habitat akan dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk melihat keterkaitan antara sumberdaya jenis dengan sumberdaya pakan yang mendukungnya (Gambar 3).

Gambar 3 Hirarki kategori guild komunitas burung di Pulau Ternate.

Keterangan:

SB: Burung laut, CIW: burung pesisir pantai & burung pedalaman, SwB: Burung perenang, AF: mencari mangsa sambil terbang di atas air, LW: mencari mangsa di sungai, SSMB: mencari mangsa di area peralihan (danau & pantai) & area berlumpur, CS: burung pemakan daging dan bangkai hewan, I: pemakan serangga, AI: pemakan serangga di atas tajuk, FI: pemakan serangga sambil melayang, GI: pemakan serangga di dahan pohon, N: pemakan madu, F: pemakan buah, WF: pemakan buah secara luas, OWF: pemakan buah (dunia lama), OBG: grup burung lain.

OBG WF GI FI AI SSMB LW AF SwB Other Bird Group (OBG) Frugivores (F) Nectarivores (N) Insectivores (I) Carnivores and Scavengers (CS) Coastal & interior waterbirds (CIW) Seabird (SB) Guild

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil

5.1.1 Deskripsi Habitat

5.1.1.1 Kebun Campuran Tua

Kebun campuran tua merupakan kebun masyarakat yang sudah ada sejak tahun 1955 di sekitar kaki gunung Gamalama dan sudah turun temurun diwariskan kepada anak cucu. Menurut keterangan penduduk setempat sebagian besar tanaman yang berada di kebun campuran tua telah berumur lebih dari 30 tahun. Penduduk menanami beberapa daerah yang terbuka dengan tanaman palawija ataupun sayur-sayuran.

Tutupan tajuk pada habitat kebun campuran tua jarang hingga rapat. Kondisi kebun yang tutupan tajuknya rapat menyebabkan cahaya matahari tidak dapat menyentuh lantai kebun sehingga tidak ada satu tanaman pun yang tumbuh, lantai kebun hanya dipenuhi dengan serasah daun, sedangkan pada kondisi kebun yang tutupan tajuknya jarang masih ada cahaya matahari yang menyentuh lantai kebun dan dibawahnya masih terdapat beberapa jenis tumbuhan dan semak belukar (Gambar 4). Vegetasi masing-masing lokasi penelitian, yaitu di kebun campuran tua Desa Moya (Gambar 5), Desa Jan (Gambar 6), dan Desa Jati (Gambar 7) digambarkan menggunakan profil pohon secara vertikal.

Topografi habitat kebun campuran tua bergelombang hingga curam (30- 40%) dengan ketinggian 200-700 mdpl. Jenis-jenis vegetasi di kebun campuran tua masyarakat berupa cengkeh (Syzygium aromaticum), pala (Myristica fragrans), durian (Durio zibethinus), manggis (Garcinia mangostana), kayu manis (Cinnamomum burmanii) dan akasia (Acacia mangium). Jenis-jenis vegetasi yang ditanam oleh masyarakat merupakan jenis-jenis penghasil buah untuk kebutuhan komoditas saat musim panen tiba. Jarak tanam pohon cengkeh 2- 3 meter, jarak tanam pohon pala 2 meter, dan jarak tanam pohon durian ± 3 meter, sedangkan jarak tanam jenis pohon lain seperti kayu manis, akasia dan manggis ± 1-1.5 meter.

(a) (b) (c)

Gambar 4 (a) Tutupan tajuk yang jarang menyebabkan lantai kebun campuran tua di Desa Moya ditumbuhi semak belukar; (b) kebun campuran tua Desa Jan dengan lantai kebun yang dipenuhi serasah; (c) plot pengamatan pertama di lokasi kebun campuran tua Desa Jati.

Gambar 5 Profil vegetasi secara vertikal kebun campuran tua di Desa Moya.

Gambar 7 Profil vegetasi secara vertikal kebun campuran tua di Desa Jati.

Sebanyak 13 jenis burung dari 10 suku ditemukan di habitat kebun campuran tua (Tabel 5). Jenis burung yang paling banyak ditemukan yaitu jenis Collocalia esculenta.

Tabel 5 Jenis burung yang ditemukan di habitat kebun campuran tua

No Nama Suku Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah

perjumpaan (ind)

Ind/27Jam

1 Accipitridae Elang bondol Haliastur indus 2 0.07

2 Columbidae Uncal ambon Macrophygia

amboinensis

2 0.07

3 Apodidae Walet sapi Collocalia esculenta 42 1.56

4 Alcedinidae Udang merah kerdil Ceyx lepidus 1 0.04

5 Hirundinidae Layang-layang api Hirundo rustica 8 0.30

6 Hirundinidae Layang-layang batu Hirundo tahitica 8 0.30

7 Monarchidae Sikatan kilap Myiagra alecto 2 0.07

8 Rhipiduridae Kipasan kebun Rhipidura leucophrys 16 0.60

9 Rhipiduridae Kipasan dada hitam Rhipidura rufifrons 1 0.04

10 Meliphagidae Myzomela remang Myzomela obscura 1 0.04

11 Nectariniidae Burung madu hitam Leptocoma sericea 10 0.40

12 Nectariniidae Burung madu sriganti Cinnyris jugularis 5 0.18

13 Ploceidae Burung gereja erasia Passer montanus 2 0.07

Total 105 3.89

5.1.1.2 Hutan Pantai

Habitat hutan pantai di lokasi penelitian memiliki ketinggian tempat berkisar antara 0-8 mdpl. Hutan pantai pada ketiga lokasi penelitian memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu topografi yang datar dan kondisi lantai berupa tanah berpasir dan berbatu. Salah satu dari lokasi penelitian yaitu di hutan

pantai Desa Tobololo merupakan lokasi penanaman mangrove oleh Dinas Perikanan Kota Ternate yang bekerjasama dengan masyarakat sejak bulan Desember 2011. Penanaman mangrove sepanjang ±1 km di hutan pantai Desa Tobololo bertujuan untuk meminimalisasi dampak abrasi dan gelombang pasang, selain itu juga untuk berkembangbiaknya biota laut seperti ikan, udang, dan kepiting sehingga dapat dimanfaatkan oleh nelayan untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi (Gambar 8).

Habitat hutan pantai pada desa Kulaba dan Tobololo memiliki tutupan tajuk jarang, sedangkan pada Desa Kastela memiliki tutupan tajuk yang rapat. Beberapa jenis vegetasi yang tumbuh disekitar habitat hutan pantai yaitu nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang (Terminalia catappa), waru laut (Hibiscus tiliaceus), kedondong utan (Spondias pinnata), kayu telur (Xanthophyllum axecelsum), kelapa (Cocos nucifera), dan pisang (Musa paradisiaca). Jenis vegetasi nyamplung, ketapang dan kelapa mendominasi habitat hutan pantai. Vegetasi masing-masing lokasi penelitian, yaitu di hutan pantai Desa Kulaba (Gambar 9), Desa Tobololo (Gambar 10), dan Desa Kastela (Gambar 11) digambarkan menggunakan profil pohon secara vertikal.

(a) (b) (c)

Gambar 8 (a) Bibit Rhizophora sp yang ditanam oleh Dinas Perikanan Kota Ternate bersama masyarakat sekitar di pantai Tobololo; (b) sampah plastik buangan masyarakat di sepanjang pantai Kulaba; (c) vegetasi Calophyllum inophyllum mendominasi pantai Kastela.

Gambar 9 Profil vegetasi secara vertikal hutan Pantai di Desa Kulaba.

Gambar 10 Profil vegetasi secara vertikal hutan pantai di Desa Tobololo.

Sebanyak 25 jenis burung dari 17 suku ditemukan di habitat hutan pantai. (Tabel 6). Jenis Fregata ariel merupakan jenis burung dengan individu terbanyak yang ditemukan di habitat hutan pantai.

Tabel 6 Jenis burung yang ditemukan di habitat hutan pantai

No Suku Nama Lokal Nama Ilmiah ∑ Ind/36Jam

1 Fregatidae Cikalang kecil Fregata ariel 130 3.61

2 Laridae Dara laut batu Sterna anaethetus 22 0.61

3 Phalacrocoracidae Pecuk padi hitam Phalacrocorax sulcirostris 4 0.11

4 Ardeidae Kuntul kecil Egretta garzetta 3 0.08

5 Ardeidae Kuntul karang Egretta sacra 6 0.17

6 Ardeidae Kokokan laut Butorides striatus 1 0.03

7 Ardeidae Kowak malam merah Nycticorax caledonicus 1 0.03

8 Accipitridae Elang tiram Pandion haliaetus 3 0.08

9 Scolopacidae Trinil ekor kelabu Heteroscelus brevipes 29 0.80

10 Scolopacidae Gajahan kecil Numenius minutus 1 0.03

11 Scolopacidae Gajahan timur Numenius madagascariensis 26 0.72

12 Columbidae Walik dada merah Ptilinopus bernsteinii 1 0.03

13 Columbidae Walik topi biru Ptilinopus monacha 1 0.03

14 Cuculidae Wiwik rimba Cacomantis variolosus 1 0.03

15 Apodidae Walet sapi Collocalia esculenta 27 0.75

16 Alcedinidae Cekakak pantai Halcyon saurophaga 6 0.17

17 Hirundinidae Layang-layang batu Hirundo tahitica 5 0.14

18 Corvidae Gagak orru Corvus orru 5 0.14

19 Rhipiduridae Kipasan kebun Rhipidura leucophrys 57 1.58

20 Artamidae Kekep babi Artamus leucorynchus 2 0.06

21 Sturnidae Perling maluku Aplonis mysolensis 7 0.19

22 Sturnidae Perling ungu Aplonis metallica 11 0.30

23 Nectariniidae Burung madu hitam Leptocoma sericea 10 0.28

24 Nectariniidae Burung madu sriganti Cinnyris jugularis 20 0.56

25 Ploceidae Burung gereja erasia Passer montanus 11 0.30

Total 390 10.83

5.1.1.3 Danau

Danau Tolire Besar dan Tolire Kecil terletak 10 km dari pusat kota Ternate. Letak kedua danau ini bersebelahan yaitu sekitar 200 meter, sedangkan Danau Ngade terletak ± 5 km dari pusat kota Ternate. Luas Danau Tolire Besar, Tolire Kecil, dan Ngade secara berturut-turut yaitu 5 ha, 1 ha, dan 2 ha. Topografi pada lokasi penelitian yaitu datar hingga bergelombang dan terletak pada ketinggian 0-200 mdpl (Gambar 12).

Danau Tolire Besar menyerupai mangkuk raksasa, terletak di kaki gunung Gamalama, bersebelahan dengan kebun kelapa milik masyarakat, dan dekat dengan pantai (Lampiran 20). Danau Tolire Kecil berbatasan langsung dengan pantai dan terletak di sisi barat Pulau Ternate, namun airnya tetap tawar (Lampiran 21). Sedangkan Danau Ngade terletak di tengah-tengah pemukiman masyarakat. Di sekitar Danau Ngade terdapat kebun masyarakat dan sedikit lapangan penggembalaan sapi (Lampiran 22). Jarak Danau Ngade dengan pantai sekitar 100 m. Ketiga danau tersebut juga merupakan lokasi wisata di Pulau Ternate yang ramai dikunjungi setiap hari libur dan akhir pekan karena keindahan alam dan cerita legenda yang menarik dari ketiga danau tersebut.

Habitat danau memiliki tutupan tajuk yang jarang. Jenis-jenis vegetasi di sekitar habitat danau yaitu jamblang (Syzygium cumini), kelapa (Cocos nucifera), sagu (Metroxylon sagu), mangga (Mangifera indica), dan durian (Durio zibethinus). Vegetasi masing-masing lokasi penelitian, yaitu di danau Tolire Besar (Gambar 13), Ngade (Gambar 14), dan Tolire Kecil (Gambar 15) di gambarkan menggunakan profil vegetasi secara vertikal.

(a) (b) (c)

Gambar 12 (a) Vegetasi Syzygium cumini di sepanjang track pengamatan Danau Tolire Besar; (b) track pengamatan di Danau Ngade; (c) posisi Danau Tolire kecil yang dekat dengan pantai.

Gambar 13 Profil vegetasi secara vertikal di Danau Tolire Besar.

Gambar 14 Profil vegetasi secara vertikal di Danau Ngade.

Sebanyak 30 jenis burung dari 17 suku ditemukan di habitat danau (Tabel 7). Jenis Collocalia esculenta dan Rhipidura leucophrys merupakan jenis burung dengan individu terbanyak yang ditemukan di habitat danau.

Tabel 7 Jenis burung yang ditemukan di habitat danau

No Suku Nama Lokal Nama Ilmiah ∑ Ind/36Jam

1 Fregatidae Cikalang kecil Fregata ariel 6 0.17

2 Podicipediadae Titihan telaga Tachybaptus ruficollis 24 0.67

3 Ardeidae Kuntul perak Egretta intermedia 8 0.22

4 Ardeidae Kuntul kecil Egretta garzetta 3 0.08

5 Accipitridae Elang bondol Haliastur indus 16 0.44

6 Accipitridae Elang laut perut putih Haliaeetus leucogaster 2 0.06

7 Accipitridae Elang hitam Ictinaetus malayensis 1 0.03

8 Columbidae Tekukur biasa Fgereja erasia 2 0.06

9 Columbidae Pergam mata putih Ducula perspicillata 1 0.03

10 Columbidae Walik kepala kelabu Ptilinopus hyogastra 1 0.03

11 Psittacidae Kakatua putih Cacatua alba 8 0.22

12 Psittacidae Betet kelapa paruh besar Tanygnathus megalorynchos 1 0.03

13 Psittacidae Nuri bayan Eclectus roratus 1 0.03

14 Psittacidae Nuri pipi merah Geoffroyus geoffroyi 1 0.03

15 Cuculidae Wiwik rimba Cacomantis variolosus 1 0.03

16 Cuculidae Karakalo australia Scythrops novaehollandiae 1 0.03

17 Apodidae Walet polos Collocalia vanikorensis 27 0.75

18 Apodidae Walet maluku Collocalia infuscatus 10 0.28

19 Apodidae Walet sapi Collocalia esculenta 95 2.64

20 Alcedinidae Cekakak biru putih Halcyon diops 1 0.03

21 Alcedinidae Cekakak suci Halcyon sancta 1 0.03

22 Meropidae Kirik-kirik australia Merops ornatus 34 0.94

23 Hirundinidae Layang-layang batu Hirundo tahitica 14 0.39

24 Hirundinidae Layang-layang api Hirundo rustica 2 0.06

25 Corvidae Gagak orru Corvus orru 4 0.11

26 Rhipiduridae Kipasan kebun Rhipidura leucophrys 49 1.36

27 Pachycephalidae Kancilan emas Pachycephala pectoralis 1 0.03

28 Sturnidae Perling ungu Aplonis metallica 8 0.22

29 Nectariniidae Burung madu sriganti Cinnyris jugularis 38 1.056

30 Ploceidae Burung gereja erasia Passer montanus 15 0.42

Total 376 10.44

5.1.1.4 Permukiman

Topografi lokasi penelitian datar hingga bergelombang dan terletak pada ketinggian < 150 mdpl (Gambar 16). Jenis-jenis vegetasi yang terdapat di sekitar perumahan umumnya yaitu pohon peneduh seperti pohon beringin (Ficus

benjamina), tumbuhan hias seperti aglonema (Aglonema sp), kaktus (Ferocactus pilosus), kamboja (Plumeria acuminata), tumbuhan penghasil buah seperti jambu biji (Psidium guajava), pepaya (Carica papaya), dan mangga (Mangifera indica), tumbuhan obat seperti daun mangkok (Nothopanax scutellarium) dan kunyit

(Curcuma longa), serta alang-alang.

Tutupan tajuk di habitat permukiman tergolong terbuka karena ketiga lokasi merupakan perumahan baru sehingga beberapa taman disekitar perumahan belum sempat mengalami penghijauan. Pada beberapa sudut lokasi perumahan juga masih terlihat adanya lahan kosong yang ditumbuhi alang-alang. Vegetasi masing-masing lokasi penelitian yaitu di Desa Ngade Atas (Gambar 17), Ngade Bawah (Gambar 18), dan Jambula (Gambar 19) di gambarkan menggunakan profil vegetasi secara vertikal.

(a) (b) (c)

Gambar 16 (a) Vegetasi dominan di perumahan Ngade atas yaitu tumbuhan hias; (b) sepanjang track pengamatan di perumahan Ngade bawah masih didominasi oleh alang-alang; (c) taman di perumahan Jambula yang baru mengalami penghijauan.

Gambar 18 Profil vegetasi secara vertikal di perumahan Desa Ngade bawah.

Gambar 19 Profil vegetasi secara vertikal di perumahan Desa Jambula.

Jenis burung yang ditemukan di habitat permukiman sebanyak sembilan jenis dari delapan suku (Tabel 8). Jenis Passer montanus merupakan jenis burung dengan individu terbanyak yang ditemukan pada habitat permukiman. Jenis ini tercatat dalam jumlah yang banyak sedang bertengger, bermain dan mencari makan di hamparan lahan kosong yang ditumbuhi alang - alang disekitar lokasi pengamatan.

Selain itu ditemukan jenis Padda oryzivora yang sebenarnya berdasarkan Fieldguide (buku panduan lapang) Sumatera, Jawa dan Bali, jenis burung ini hanya ditemukan di Pulau Jawa. Hal ini diduga karena adanya kegiatan introduksi oleh masyarakat di Pulau Ternate.

Tabel 8 Jenis burung yang ditemukan di habitat permukiman

No Nama Suku Nama Lokal Nama Ilmiah ∑ Ind/36Jam

1 Apodidae Walet sapi Collocalia esculenta 117 3.25

2 Hirundinidae Layang-layang api Hirundo rustica 24 0.67

3 Hirundinidae Layang-layang batu Hirundo tahitica 81 2.25

4 Rhipiduridae Kipasan kebun Rhipidura leucophrys 63 1.75

5 Artamidae Kekep babi Artamus leucorynchus 14 0.39

6 Sturnidae Perling ungu Aplonis metallica 7 0.19

7 Nectariniidae Burung madu sriganti Cinnyris jugularis 17 0.47

8 Ploceidae Burung gereja erasia Passer montanus 205 5.69

9 Estrildidae Gelatik jawa Padda oryzivora 4 0.11

Total 532 14.78

5.1.1.5 Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Topografi pada lokasi penelitian yaitu datar (< 8 %) karena terletak pada pusat Kota Ternate dengan ketinggian < 30 mdpl (Gambar 20). Ketiga lokasi penelitian terletak pada kawasan pantai reklamasi. Habitat RTH memiliki tutupan tajuk yang jarang pada taman kota dan jalur hijau serta tutupan tajuk yang rapat pada hutan buatan.

Beberapa jenis vegetasi yang terdapat pada habitat RTH yaitu jenis tumbuhan pelindung seperti trembesi (Samanea saman). Tumbuhan ini memiliki tajuk yang lebar, percabangan melebar kesamping dan rindang sehingga dapat memberikan keteduhan dan menahan silau matahari. Tumbuhan khas tepi pantai yaitu nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang (Terminalia catappa), dan waru laut (Hibiscus tiliaceus), tumbuhan hias seperti glodogan tiang (Polyalthia longifolia), kamboja (Plumeria acuminata), alamanda (Allamanda cathartica),

kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), dan palem-paleman. Vegetasi masing - masing lokasi penelitian, yaitu di hutan buatan (Gambar 21), jalur hijau (Gambar 22), dan taman kota (Gambar 23) di gambarkan dengan menggunakan profil vegetasi secara vertikal.

(a) (b) (c)

Gambar 20 (a) (b) Jalur hijau yang di dominasi oleh vegetasi Samanea saman; (c) kondisi taman kota yang didominasi oleh tumbuhan hias dan palem.

Gambar 21 Profil habitat secara vertikal di RTH hutan buatan.

Gambar 23 Profil habitat secara vertikal di RTH taman kota.

Jumlah jenis burung yang ditemukan di habitat RTH sebanyak delapan jenis dari delapan suku (Tabel 9). Passer montanus merupakan jenis dengan individu terbanyak di habitat RTH. Sedangkan jenis yang paling sedikit ditemukan yaitu Haliaetus leucogaster. Jenis ini teramati sedang melintas diatas pantai dan masuk dalam radius pengamatan.

Tabel 9 Jenis burung yang ditemukan di habitat RTH

No Nama Suku Nama Lokal Nama Ilmiah ∑ Ind/36Jam

1 Fregatidae Cikalang kecil Fregata ariel 5 0.12

2 Accipitridae Elang laut perut putih Haliaetus leucogaster 1 0.03

3 Apodidae Walet sapi Collocalia esculenta 10 0.23

4 Hirundinidae Layang-layang batu Hirundo tahitica 34 0.94

5 Rhipiduridae Kipasan kebun Rhipidura leucophrys 5 0.12

6 Sturnidae Perling ungu Aplonis mysolensis 4 0.11

7 Nectariniidae Burung madu sriganti Cinnyris jugularis 5 0.12

8 Ploceidae Burung gereja erasia Passer montanus 207 5.75

Total 271 7.53

5.1.2 Keanekaragaman Jenis Burung

5.1.2.1 Kekayaan, Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kemerataan Jenis Burung

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode IPA pada lima tipe habitat (kebun campuran tua, hutan pantai, danau, permukiman, dan RTH) di Pulau Ternate ditemukan 51 jenis burung dari 17 suku. Habitat danau memiliki jumlah jenis burung yang paling banyak yaitu 30 jenis dari 17 suku, sedangkan habitat yang memiliki jumlah jenis burung paling sedikit adalah RTH yaitu delapan jenis dari delapan suku (Tabel 10).

Tabel 10 Kekayaan jenis burung pada lima tipe habitat di Pulau Ternate

Habitat ∑ Ind (Ekor) Jumlah Jenis Suku

Kebun campuran tua 105 13 10

Pantai 390 25 17

Danau 376 30 17

Permukiman 532 9 8

RTH 271 8 8

Setiap suku yang dijumpai diwakili oleh satu hingga enam jenis burung, dengan sebagian besar suku hanya diwakili oleh satu jenis burung. Suku dengan jumlah jenis burung paling banyak adalah suku Columbidae (6 jenis) dan Ardeidae (5 jenis) (Gambar 24).

Gambar 24 Jumlah keanekaragaman jenis burung pada setiap suku.

Kekayaan dan keanekaragaman jenis burung berbeda pada setiap habitat yang diamati (Tabel 11). Dari lima tipe habitat tersebut, tipe habitat yang memiliki indeks keanekaragaman jenis burung tertinggi yaitu habitat danau

Dokumen terkait