• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Lokasi Pabrik dan dampaknya terhadap masyarakat

Praktek dalam melaksanakan CSR seiring dengan proses pengembangan industri otomotif di Indonesia yang merupakan perusahaan multi nasional harus diiringi kesadaran adanya kesempatan memeratakan kesejahteraan. Komitmen ini selayaknya diterjemahkan dengan menempatkan perusahaan sebagai tetangga yang baik dengan komitmen penuh pada upaya peningkatan kesejahteraan komunitas dan pelestarian lingkungan (Amri dan Sarosa, 2008). Hal ini dapat dilihat dari lokasi dimana perusahaan itu berada.

Lokasi pabrik otomotif dapat berlokasi di dalam suatu kawasan industri atau diluar kawasan industri. Bila industri berada dilokasi diluar kawasan industri, maka masalah tata ruang dan bangunan lain disekitarnya akan menjadi pertimbangan. Kehadiran industri otomotif disuatu tempat yang bukan didalam suatu areal kawasan industri akan mengakibatkan perubahan peruntukan lahan dan mempengaruhi pola pemanfaatan lahan dan ruang sebelumnya (Kemeneg LH, 2007). Masalah tersebut tidak akan muncul, bila pabrik terletak di kawasan industri yang disediakan oleh pemerintah daerah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Apabila lokasi pabrik tidak terletak dikawasan industri, tetapi justru dikawasan padat penduduk, maka pabrik berpotensi menggangu tingkat kenyamanan kawasan. Gangguan tersebut khususnya diakibatkan oleh aktivitas pabrik dan lalu lalangnya kendaraan pabrik. Juga adalah lalu lalang produk mobil jadi yang dikirim keluar pabrik ke daerah pemasarannya.

Berbagai manfaat yang dapat dirasakan terhadap industri yang berada dalam kawasan industri (BPPT, 2004) antara lain adalah :

1. Terdapat suatu sosial manajemen Badan Usaha Kawasan Industri atau KI yang bertanggungjawab dalam pengelolaan lingkungan di Kawasan Industri tersebut. 2. KI dibangun pada lahan kritis yang telah terencana dengan baik dalam suatu master

plan yang dikaitkan dengan tata ruang wilayah setempat, sehingga tidak menimbulkan konflik dengan lingkungan sekitar.

3. Setiap KI dilengkapi dengan fasilitas pengolahan air limbah (waste water treatment plant), dimana semua air limbah pabrik dinetralisir terlebih dahulu, sebelum dialirkan kembali ke sungai, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

4. Membuka kesempatan kerja sekitar

5. Masyarakat di sekitar tidak akan terganggu aktivitas pabrik karena dalam AMDAL dan site plan telah menetapkan sistem buffer zone.

6. Masyarakat sekitar dapat memanfaatkan fasilitas sosial dan fasilitas umum (masjid, lapangan olah raga dan sebagainya) yang dipersiapkan oleh pengelola KI. Dampak kehadiran suatu industri terhadap masyarakat sekitar menurut Usman (2006) adalah meliputi keresahan sosial, konflik (benturan), integrasi sosial dan kelestarian nilai-nilai sosial. Keresahan sosial ditandai dengan protes yang dilakukan oleh penduduk lokal (tertulis atau lisan), demonstrasi dan gerakan-gerakan politik lainnya yang dilandasi oleh ketidakpuasan.

Konflik (benturan) dalam kajian dampak lingkungan meliputi hubungan di antara penduduk lokal, antar penduduk lokal dan pendatang, serta antar pendatang. Apabila konflik semacam itu sering terjadi, dampak suatu usaha atau kegiatan adalah negatif. Sebaliknya, apabila jarang terjadi (bahkan hampir tidak pernah), dampaknya adalah nol. Selanjutnya konflik dapat juga diidentifikasi dari keberadaan organisasi kemasyarakatan (keagamaan, olah raga, kesenian, dan lain-lain). Apabila organisasi kemasyarakatan tersebut hanya didominasi oleh pendatang, sedangkan penduduk lokal berada dipinggiran atau bahkan tidak terlibat sama sekali, berarti dampaknya adalah negatif. Dapat pula diidentifikasi dari keberadaan media (tradisional dan modern) yang memungkinkan terjalinnya interaksi antara penduduk asli dan pendatang. Apabila media semacam itu tidak berkembang, dampaknya adalah negatif. Sedangkan kelestarian nilai-nilai kultural dapat diidentifikan dari keberadaan upacara

keagamaan, upacara adat dan upacara ”siklus kehidupan” (berkaitan dengan

kelahiran, perkawinan dan kematian). Apabila upacara-upacara semacam itu terganggu atau semakin terabaikan, dampaknya negatif apabila masih dapat dilestarikan dampaknya nol (Usman, 2006).

Kerekatan sosial (social cohesion) menurut Council of Europe adalah kemampuan masyarakat untuk menjamin kesejahteraan anggota-anggotanya dalam jangka panjang, termasuk menjamin akses yang adil terhadap berbagai sumber daya yang tersedia, dengan penghargaan terhadap kehormatan manusia dan perbedaan- perbedaan yang ada, penghargaan terhadap otonomi individu dan kelompok, serta partisipasi yang bertanggung jawab dalam urusan-urusan bersama (Amri dan Sarosa, 2008). Kehadiran industri otomotif dalam hal ini dapat mempengaruhi terhadap kerekatan sosial (social kohesion) pada masyarakat disekitar lokasi perusahaan berada. Indikator untuk mengukur kerekatan sosial tersebut menurut Amri dan Sarosa (2008) adalah meliputi :

1. Apakah terjadi perasaan terkucil (isolation) atau perasaaan menjadi bagian dari komunitas tersebut (belonging).

2. Apakah ada hak yang sama (inclusion) atau timpang (exclusion) terhadap masing- masing anggota komunitas khususnya terhadap kesempatan dan akses terhadap sumber daya, pekerjaan dan layanan sosial/publik.

3. Apakah terjadi partisipasi atau keengganan partisipasi. 4. Ada perasaan dihargai atau tidak dihargai.

5. Kehadirannya dirasakan sah atau tidak sah.

Budaya mempunyai dampak positif terhadap kerekatan sosial, dengan demikian kelestarian budaya juga menjadi bagian dari pengembangan masyarakat (ISO, 2007). Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keeratan sosial (social cohesion) menurut International Business Leaders Forum (IBLF), diacu dalam Amri dan Sarosa (2008) adalah :

1. Membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan mutu hidup. 2. Membangun kepercayaan dan rasa saling menghormati.

3. Memperkecil konflik, khususnya yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan 4. Membantu mengatasi kriminalitas.

5. Mendukung social entrepreneurs (wirausaha sosial) lokal.

6. Penyediaan layanan sosial dalam situasi-situasi sulit-misalnya bencana dan konflik.

7. Mendorong toleransi antar agama, entik, dan lain-lain.

8. Mendukung kegiatan budaya dan pemeliharaan warisan budaya.

Dampak ekonomi dari kehadiran suatu industri terhadap masyarakat sekitar menurut Usman (2006) adalah pola usaha ekonomi, waktu kegiatan usaha ekonomi, dan kesempatan kerja. Pola usaha ekonomi adalah bentuk mata pencaharian penduduk lokal setelah kehadiran suatu usaha atau kegiatan. Apabila bentuk mata pencaharian menjadi bervariasi, dampaknya dapat dikatakan positif. Sebaliknya, apabila bentuk pencahariannya tidak berbeda dengan sebelumnya, dampaknya adalah nol. Waktu kegiatan ekonomi adalah jumlah jam kerja yang dihabiskan penduduk lokal untuk bekerja sesuai dengan mata pencahariannya. Apabila waktu yang dihabiskan lebih sedikit (dalam arti lebih efisien dan efektif) keberadaan usaha positif, bila lebih lama dampaknya negatif.

Kesempatan kerja adalah jumlah lowongan yang disediakan oleh suatu usaha untuk penduduk lokal. Bila jumlah lowongan kerja (baik untuk tenaga kerja terlatih maupun tidak terlatih) yang disediakan banyak, dampaknya positif, sebaliknya bila sedikit dampaknya negatif. Pola pemanfaatan sumber daya alampun dapat dijadikan indikator yaitu diidentifikasi melalui seberapa jauh SDA dapat dimanfaatkan oleh penduduk lokal disekitar usaha atau kegiatan tersebut. Apabila dalam jangka waktu tertentu penduduk lokal semakin sulit memanfaatkan SDA yang ada, dampaknya adalah negatif.

Pada dasarnya, industri otomotif adalah industri yang banyak menyerap bahan baku namun juga banyak menghasilkan eksternalitas berupa limbah yang dihasilkan, baik itu limbah cair maupun padat, serta polusi udara dan kebisingan. Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.02/MENKLH/I/1998 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran air dan udara adalah masuk dan dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air/udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas air/udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air/udara menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pada proses produksi, disamping menghasilkan

produksi utama menimbulkan berbagai jenis limbah seperti limbah cair, limbah gas, limbah padat dan kebisingan.

Proses produksi menghasilkan limbah yang mengandung bahan-bahan yang dapat menimbulkan efek kerusakan pada lingkungan. Limbah cair dapat berfungsi sebagai sumber pencemaran. Limbah cair mempunyai sifat fisik yang meliputi warna, bau, suhu, padatan, minyak dan lemak. Sifat kimia air ditandai dengan adanya zat anorganik dalam limbah dan ukuran yang paling sering digunakan adalah pengukuran kandungan Biological Oxygen Demand (BOD), pH, Alkalinitas, Hardness, Logam- logam berat, Nitrogen dan Phospor (Ginting, 2008). Kandungan organik dan anorganik dalam limbah memberikan dampak pada badan penerima (sungai) bila terdapat nilai-nilai diluar ukuran-ukuran yang ditetapkan (baku mutu limbah). Limbah gas/udara dihasilkan dari pabrik dapat merubah komposisi udara disekitar lingkungan pabrik. Pengukuran komposisi udara dilingkungan pabrik seperti SO2, CO, CO2, NOX, H2S, debu sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kandungan gas telah melampaui baku mutu emisi dan baku mutu ambien (Ginting, 2008). Disamping pengukuran limbah gas juga diukur kebisingan pabrik yang dapat mengganggu masyarakat sekitar. Pukulan-pukulan dalam pabrik, suara mesin, suara lalu lintas kendaraan yang keluar masuk pabrik baik kendaraan jadi hasil produksi maupun yang mengangkut bahan baku.

Ada 4 (empat) pendekatan dalam pengelolaan dampak lingkungan hidup kegiatan industri, yaitu pendekatan penyesuaian lahan, pendekatan sosial, pengolahan limbah dan pengaturan prosedur kerja (Kemeneg LH, 2007), yaitu :

4. Pendekatan Penyesuaian Lahan

Pendekatan ini dilakukan untuk pengelolaan dampak dari sumber dampak lokasi pabrik ke luar kawasan industri. Pabrik yang berdiri di luar kawasan industri akan mengakibatkan konflik pemanfaatan lahan dan ruang.

5. Pendekatan Sosial

Pendekatan ini dilakukan untuk upaya pengelolaan sumber dampak berkaitan dengan aspek penerimaan dan pengupahan tenaga kerja.

Pendekatan ini dilakukan terutama untuk mengelola sumber dampak dari pemakaian air, pengelolaan limbah cair, pengelolaan limbah padat, pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), dan aktivitas produksi. Pengelolaan terhadap limbah B3 dilakukan dengan melakukan pemisahan berdasarkan jenis dan karakteristik limbah yang kemudian didistribusikan ke pihak yang telah ditunjuk untuk menangani limbah B3. Perbaikan design dapat berupa upaya untuk mengurangi sumber pencemar, penggunaan kembali bahan kimia, atau mengganti peralatan dan bahan yang lebih baik menurut standar yang diperbolehkan.

4. Pengaturan Prosedur Kerja

Upaya untuk mengelola sumber dampak dari pemakaian air, pengelolaan limbah cair, pengelolaan limbah padat, pengelolaan limbah B3 dan aktivitas produksi, dapat dilakukan dengan pengaturan prosedur kerja. Pendekatan ini setidaknya akan dapat memperbesar dampak positif. Dalam hal ini, kesempatan kerja akan bertambah, karena jam kerja yang sama dapat diisi oleh beberapa orang tenaga kerja. Dengan demikian kesempatan penerimaan tenaga kerja dan upah tenaga kerja yang disediakan akan lebih banyak. Dampak negatif berupa konflik hubungan antar penduduk dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan.

Pemukiman tenaga kerja menimbulkan rangsangan pada masyarakat untuk diprioritaskan menjadi tenaga kerja. Masyarakat sekitar terdiri dari latar belakang sosial dan budaya yang berbeda-beda dan tidak jarang menimbulkan ketegangan. Adanya pabrik berdiri mendorong peningkatan jumlah penduduk di satu sisi, tetapi di sisi lain dapat mengurangi jumlah penduduk karena mereka harus pindah. Perubahan yang diakibatkan tenaga kerja adalah meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat dan perubahan sistem ekonomi masyarakat setempat. Pola kegiatan ekonomi sehari- hari mengalami perubahan. Dengan beroperasinya perusahaan masyarakat sekitar boleh jadi berhasil memanfaatkan kehadiran industri dengan memperoleh pendapatan yang lebih baik. Warung-warung tumbuh, toko-toko bahan bangunan berdiri, rumah pondokan berdiri, jumlah penduduk semakin meningkat (Ginting, 2008).

Dokumen terkait