• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aria Dirawan1*, Suranto2, Sunarto3

1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah 57126

2,3 Dosen Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah 57126.

*E-mail : ariadirawan2@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil hutan di hutan kemasyarakatan (HKm) Kecamatan Batukliang Utara sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK) unggulan yang menjadi sumber data pengelolaan sumberdaya hasil hutan yang berkelanjutan. Hasil hutan yang dianalisis merupakan hasil hutan yang dikategorikan basis berdasarkan nilai ekonomi setiap tahunnya. Sumber informasi penelitian ini bersumber dari pengelola HKm seperti koperasi dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) HKm. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan angket (kuisioner). Pengolahan data hasil hutan bukan kayu (HHBK) unggulan menggunakan metode statistik non parametrik (description scoring). Metode statistik non parametrik ini terdapat 5 kriteria dengan bobot masing-masing kriteria ekonomi 35%, kriteria biofisik dan lingkungan 15%, kriteria kelembagaan 20%, kriteria sosial 15%, dan kriteria teknologi 15%. Hasil hutan basis sebanyak 12 jenis komoditas, setelah data dianalisis menggunakan metode statistik non parametrik memperlihatkan hasil sebayak 1 (satu) jenis komoditas yang dikategorikan HHBK unggulan I yaitu nagka dengan total nilai unggulan 86,22. Terdapat 2 (dua) jenis komoditas yang dikategorikan sebagai HHBK unggulan kategori II yaitu bambu dan durian dengan total nilai unggulan masing-masing 73.27 dan 63.61. Selanjutnya terdapat 4 (empat) jenis komoditas yang dikategorikan sebagai HHBK unggulan kategori III yaitu TNU kakau sebesar 46,77, TNU talas 42,77, TNU singkong sebesar 39,77, dan TNU jahe sebesar 45,55. Terdapat 5 (lima) jenis komositas yang dkategorikan sebagai hasil hutan non unggulan yaitu cabe, ubi jalar, pisang, pinang, dan sirih dengan total nilai unggulan di bawah 30. berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa di HKm Kecamatan Batukliang Utara terdapat 7 (tujuh) jenis HHBK kategori unggulan.

Kata kunci: analisis, hasil, hutan, kayu, kemasyarakatan, unggulan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keberdaan sumber daya alam hayati hasil hutan sangat beraneka ragam sperti hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu serta hasil hutan berupa jasa lingkungan. Kekayaan sumberdaya alam hayati dalam hutan dipandang sebagai sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia karena dapat memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi negara, hasil sumber daya alam hayati menyediakan produk berupa non kayu dalam bentuk bahan bakar, makanan, dan tanaman obat yang membantu masyarakat sekitar hutan (Ei et al., 2017).

Hasil hutan bukan kayu (HHBK) secara nasional ditetapkan melelui permenhut no P.35 RI tahun 2007 di tetapkan 9 kelompok HHBK yang terdiri dari 565 komoditas tumbuhan dan hewan. Hasil hutan bukan kayu adalah seluruh produk biologi yang dapat diperoleh dan dipanen dari kawasan hutan (Wayudi, 2013). Sumberdaya alam hasil hutan yang terdiri dari 565 jenis komoditas tersebut jika diperinci mencakup :

1. Hasil nabati beserta turunannya seperti kayu, rotan, bambu, rerumputan, tanaman obat, jamur, getah-getahan, bagian atau yang dihasilkan tetumbuhan.

2. Hasil hewani beserta turunannya seperti satwa liar dan hasil penangkarannya, satwa buru, satwa elok, serta bagian atau yang dihasilkan hewan hutan.

3. Hasil hutan non kayu seperti jasa lingkungan, air, udara, dan penyerapan carbon.

Produk hasil hutan bukan kayu menjadi sumber pendapatan langsung untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat di beberapa negara yang memiliki ketersediaan kawasan Aria Dirawan, dkk

hutan. Beberapa negara dari total nilai ekonomi bersumber dari hasil hutan bukan kayu mampu memberikan pemasukan negara yang sama besar bahkan mungkin lebih dari yang diperoleh dari hasil hutan berupa kayu (Wiratno, 2014). Wayudi (2013) menyatakan manfaat hasil hutan bukan kayu dengan pengetahuan atau kearifan local (indigenousknowledge) sumberdaya hutan, khusunya produktivitas dari komoditas hasil hutan bukan kayu telah memberikan beragam manfaat dan fungsi bagi penduduk lokal, seperti sebagai sumber bahan makanan, sumber pendapatan, dan pekerjaan. Beberapa fungsi utama hasil hutan bukan kayu seperti fungsi sosial ekonomi, jasa hutan, konservasi lingkungan dan pengembangan masyarakat hutan (Undang-Undang Negara Republik Indonesia, 1967).

Fungsi HHBK sangat vital bagi kelangsungan hidup manusia, namun sejauh ini pemanfaatan HHBK pada HKm Kabupaten lombok Tengah belum dimanfaatkan secara maksimal. Nandini (2013) menyatakan pemanfaatan HHBK di hutan kemasyarakatan (HKm) Lombok Tengah menunjukkan kondisi perekonomian masyarakat yang berada disekitar hutan masih tergolong kategori buruk dengan perhitungan metode sistem scoring. Pendapatan masyarakat dari HKm belum memberikan konstribusi secara nyata terhadap pendapatan petani karena masyarakat sekitar hutan masih memakai sistem usaha tani yang masih sederhana, kemampuan swadaya yang masih relatif kecil. Beberapa hal yang melatar belakangi pemanfaatan HHBK belum maksimal karena data dan informasi tentang hasil hutan bukan kayu serta dukungan iptek masih terbatas, selain itu, HHBK yang dikelola sangat beragam sehingga belum ada fokus atau prioritas pengembangan dan pengelolaannya.

Adanya data, informasi dan skala prioritas pengelolaan HHBK unggulan diharapkan sebagai solusi untuk pengembangan HHBK di HKm Kabupaten Lombok Tengah sehingga pemanfaatan HHBK menjadi maksimal dan dapat meningkatan kesejahteraan masyarakat pengelola HKm.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil hutan bukan kayu unggulan di Kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) Kecamatan batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah sebagai sumber data dalam pengelolaan sumberdaya hasil hutan yang berkelanjutan.

2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di kawasan Hutan kemasyarakatan (HKm) Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian dilakukan dari tanggal 5 sampai 25 November 2017.

2.2 Data dan Sumber Data

Data yang di kumpulkan adalah data primer dan data skunder, data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dari responden, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak kedua atau pihak ketiga bersumber dari buku pengelolaan HKm dan lain sebagainya. Sumber data diperoleh dari pengelolaa HKm seperti ketua atau pengurus koperasi pengelola HKm, ketua gabungan kelompok tani HKm.

2.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan kuisioner (angket). Guna mendapatkan data dari responden, angket digunakan untuk mendapatkan data primer berupa jenis HHBK yang dibudidayakan, bagaimana pengelolaan HHBK tersebut secara aspek ekonomi, aspek biofisik dan lingkungan, aspek kelembagaan, aspek sosial dan aspek tekhnologi.

2.4 Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui jenis HHBK unggulan berdsarkan beberapa kriteria. Analisis data menggunakan rumus perhitungan analisis statistik non parametric (description scoring). Tahapan analisis dengan Metode

analisis statistik non parametrik mengacu dari peraturan menteri kehutanan no P 21 tahun 2009 meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:

a) Kuantifikasi data pengukuran tiap indikator pada masing-masing criteria. b) Scoring yakni pemberian nilai tiap indikator dengan nilai 3, 2 dan 1 c) Penghtiungan Nilai Indikator Tertimbang (NIT) :

NIT suatu kriteria (NITk) adalah hasil bagi antara bobot suatu kriteria (Bk) dengan jumlah indikator pada kriteria tersebut (JIk) dikali dengan jumlah hasil pembagian antara nilai indikator dengan nilai indikator. Perhitungan mengacu dari Peratutan Menteri Kehutanan Republik Indonesia (2009) sebagai berikut :

Rumus perhitungan Nilai Indikator Tertimbang (NIT) ) max ( 1

n i k k k Ni N JI B NIT (1)

Perhitungan Total Nilai Unggulan (TNU) suatu jenis HHBK dilakukan dengan menjumlahkan semua nilai indikator tertimbang dari semua kriteria. Perhitungan Total Nilai Unggulan sebagai berikut

t k

b

e

NIT NIT NIT

NIT

TNU    

(2)

d) Penetapan Nilai Unggulan

Berdasarkan Total Nilai Unggulan (TNU) jenis HHBK dikelompokan ke dalam 3 (tiga) kategori Nilai Unggulan (NU) sebagai berikut :

1. Nilai Unggulan 1 Adalah jenis HHBK yang memiliki nilai TNU antara 78 – 100 2. Nilai Unggulan 2 Adalah jenis HHBK yang memiliki nilai TNU antara 54 – 77 3. Nilai Unggulan 3 Adalah jenis HHBK yang memiliki nilai TNU antara 30 – 53

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hutan Basis

Studi hasil hutan bukan kayu unggulan merupakan suatu penelitian yang mengkaji beberapa komoditas hasil hutan basis di HKm Kecamatan batukliang Utara dengan tujuan untuk menentukan komoditas hasil hutan yang dikategorikan sebagai HHBK unggul. Kriteria penentuan kategori unggul dilandaskan pada beberapa kriteria dan bobot indikator. Analisis criteria HHBK unggul seperti kriteria ekonomi memilki bobot 35%, kriteria biofisik dan lingkungan 15%, kriteria kelembagaan bobot 20%, kriteria sosial bobot 15% dan kriteria teknologi bobot 15%. Beberapa komoditas hasil hutan sebelum dianalisis terlebih dahulu ditentukan sebagai komoditas basis di HKm kecamatan Batukliang Utara.

Komoditas basis di HKm Batukliang Utara terdiri dari 12 jenis komoditas yang tergolong jensi hasil hutan pati, buah, non kayu, dan empon-empon. Berikut beberapa jenis komoditas basis di HKm Batukliang Utara.

Tabel 3.1 Sebaran Komoditas Hasil Hutan Basis

Komoditas Volume Singkong Nangka Durian Kakau Bambu Sirih Pinang Talas Pisang Ubi jalar Jahe Cabe 2862 Karung 145943 Biji 184097 Biji 67723 Kg 102360 Batang 8142 Keranjang 4669 Kg 3304 Karung 5110790 Sisir 2059 Karung 989 Karung 730 Karung

3.2 Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan

Aria Dirawan, dkk

Analisis HHBK unggulan menggunakan perhitungan analisis statistik non parametrik tersebut di atas, maka terdapat 3 (tiga) kategori unggulan dengan rumus perhitungan Nilai Indikator tertimbang (NIT) tiap-tiap kriteria berdasarkan bobot masing masing kemudian penjumlahan Total Nilai Unggulan (TNU).

Kategori Unggulan I

Kategori unggulan I jika suatu komoditas memiliki (TNU) kisaran 78-100 kisaran tersebut adalah komoditas HHBK nangka. NIT untuk komoditas nagka memiliki nilai 24 untuk kriteria ekonomi, nilai 14 untuk kriteria biofisik dan lingkungan, nilai 18,888 untuk kriteria kelembagaan, nilai 15 untuk kriteria sosial, dan nilai 15 untuk kriteria tekhnologi. Nilai Indikator Terrimbang (NIT) tersebut diperoleh dari perhitungan hasil bagi antara bobot suatu kriteria (Bk) dengan jumlah indikator pada kriteria tersebut (JIk) dikali dengan jumlah hasil pembagian antara nilai indikator dengan nilai indikator.

Perhitungan TNU dilakukan dengan menjumlahkan semua nilai indikator tertimbang dari semua kriteria.

TNU Nangka TNU Nangka JUMLAH

NIT ekonomi+NIT biofisik dan lingkungan+NIT Kelembagaan+NIT Sosial+NIT tekhnologi. 24 + 14 + 18,888 + 15 + 15

86,22

Nangka sebagai komoditas HHBK dengan total nilai unggulan 86,22 sehingga dikategorikan HHBK unggulan I.

Kategori Unggulan II

Perhitungan indikator tertimbang untuk HHBK unggul II memiliki nilai hasil analisis. Nilai Indikator Tertimbang (NIT) untuk komoditas bambu memiliki nilai kriteria ekonomi 23,333, kriteria biofisik dan lingkungan 13, kriteria kelembagaan 14,444, ckriteria sosial 15, dan kriteria tekhnologi memiliki nialai 7,5. Sementara itu, hasil analisis nilai indikator tertimbang HHBK durian sebagai berikut: Kriteria ekonomi 23,333 kriteria biofisik dan lingkungan 15, kriteria kelembagaan 7,777, kriteria sosial 12,5, dan kriteria tekhnologi memiliki nialai 5. Tahap berikutnya adalah perhitungan Total Nilai Unggulan (NIT). Perhitungan TNU untuk semua kriteria pada masing-masing jenis komoditas bambu dan durian sebagai berikut.

TNU Bambu TNU Nangka JUMLAH

NIT ekonomi+NIT biofisik dan lingkungan+NIT Kelembagaan+NIT Sosial+NIT tekhnologi. 23,333 + 13 + 14,444 + 15 + 7,5

73,27

Nilai 73,27 merupakan kisaran nilai kategori HHBK unggulan II. Bambu berarti HHBK unggulan II. Selanjutnta perhitungan komoditas durian sebagai berikut:

TNU Bambu TNU Nangka JUMLAH

NIT ekonomi+NIT biofisik dan lingkungan+NIT Kelembagaan+NIT Sosial+NIT tekhnologi. 23,333+13+14,444+15+7,5

63,61

Nilai 73,27 merupakan kisaran nilai HHBK unggulan II. Durian berarti HHBK unggulan II.

Kategori Unggulan III

Kisaran nilai unggulan HHBK kategori unggulan III yaitu 30-53. Hasil analisis menggunakan perhitungan Total Nilai Unggulan (TNU) berdasarkan rumus analisis statistik non parametrik yaitu TNU kakau sebesar 46,77, TNU talas 42,77, TNU singkong sebesar 39,77, dan TNU jahe sebesar 45,55.Total nilai unggulan di atas merupakan hasil penjumlahan nilai indicator tertimbang (NIT) pada tiap-tiap kriteria pada masing-masing komoditas hasil hutan yang dianalisis.

Sajian hasil perhitungan analisis di atas menunjukkan kisaran nilai ungulan beberapa komoditas HHBK kategori unggulan III. HHBK unggulan kategori III disajikan dalan grafik berikut:

Grafik 3.1 Total Nilai Unggulan Kategori III

3.3 Pembahasan

Beberapa jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) hasil analisis tersebut merupakan komoditas dikelola oleh masyarakat pengelola HKm. Nilai masing-masing komoditas berbeda-beda sehingga dikategorikan sebagai HHBK unggulan I, II dan III. Beberapa faktor penentu penilain tersebut ialah secara ekonomi, biofisik dan lingkungan, kelembagaan, sosial, dan teknologi. Beberapa jenis HHBK yang dikelola terdapat dalam pengelolaan koperasi seperti nangka. Sementera itu terdapat juga beberapa jenis HHBK yang pengelolaan dibawah kelompok usaha yaitu gapok-tan bukan koperasi.

Aspek ekonomi dan teknologi juga menjadi aspek yang penting dalam penentuan kategori HHBK unggulan, jika dalam pengelolaannya sudah menggunakan tekhnologi, maka besaran total nilai unggulannya akan meningkat. Dengan adanya basis data HHBK unggulan ini, diharapkan para pengelola HKm dan petani HKm memiliki langkah yang tepat dalam pembudidayaan dan pengelolaan beberepa jenis komoditas hasil hutan sehingga dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan pengelolaan hasil hutan yang berkelanjutan ( sustainable management forest product).

DAFTAR PUSTAKA

Ei., Kosaka, Y., dan Takeda, S. 2017. Underground Biomass Accumulation of Two Economically Important Non- Timber Forest Products Is in Fl Uenced by Ecological Settings and Swiddeners, Management in the Bago Mountains, Myanmar. Forest Ecology and Management, vol. 404 no. 2, hlm. 330–370.

Nandini, R. 2013. Evaluasi pengelolaan huta kemasyarakatan (HKm) pada hutan produksi dan hutan lindung di pulau Lombok.Jurnal penelitian hutan tanaman, vol. 10, hal. 47-50.

Peraturan Menteri Kehutanan nomor P 35 tahun 2007 Tentang Hasil Hutan Bukan Kayu

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor P. 21 tahun 2009 Tentang Kriteria dan Indikator Penetapan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan

Undang-Undang NegaraRepublik Indonesia, 1967

Wahyudi. 2013. Buku Pegangan Hasil Hutan Bukan kayu. Yogyakarta: Pohon Cahaya

Wiratno. 2014. Hutan Untuk Rakyat Jalan Terjal Reforma Agraria di Sektor Kehutanan. Yogyakarta: LKIS

EKSPLORASI RIZOSFER HUTAN SENARU SEBAGAI SEBAGAI MEDIA TUMBUH