• Tidak ada hasil yang ditemukan

LSM WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia)

20 60,60 23 65,71 25 62,5 3 Berperan dan ada tindakan 13 39,39 12 34,28 15 37,5

I. LSM WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia)

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan LSM WALHI

didapat informasi-informasi sebagai berikut :

• Menurut WALHI keberadaan Hutan Kota di Kota Medan sangat dipelukan karena merupakan daerah resapan air.

Dari hasil wawancara diatas pihak WALHI menegaskan bahwa betapa

perlunya keberadaan Hutan Kota di Kota Medan ini karena selain sebagai

daerah resapan air Hutan Kota juga berfungsi sebagai perintang untuk

daerah tepi sungai yaitu untuk meminimalkan daya rusak air dan sistem

pembibitan / pemeliharaan biota sungai.

• Menurut WALHI fungsi dan peranan dari Hutan Kota di Kota Medan antara lain :

• Sebagai filter / saringan udara.

• Sebagai wahana pendingin udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan industri.

• Sebagai keindahan Kota.

Dari hasil wawancara diatas ada tiga fungsi dan peranan utama Hutan Kota

yang ditegaskan oleh pihak WaLHi. Dari ketiga fungsi peranan tersebut

pihak WaLHi masing-masing memberikan alasannya. Untuk fungsi yang

pertama dan kedua pihak WaLHi beralasan dengan semakin meningkatnya

jumlah kendaraan bermotor di Kota Medan yang mengakibatkan tingginya

kadar polutan dalam udara dan juga memicu kenaikan suhu yang berakibat

penetralisir keadaan tersebut diatas dan wadah yang cocok Hutan Kota itu

sendiri. Sementara itu untuk fungsi dan peranan ketiga pihak WaLHi

mengatakan dimana dengan adanya Hutan Kota di tengah-tengah

lingkungan perkotaan akan memberikan suatu warna yang baru dari

lingkungan perkotaan tersebut. Hutan Kota akan memberikan suasana

yang nyaman, sejuk dan asri sehingga akan menimbulkan kesan yang

indah terhadap Kota itu sendiri.

• Menurut WALHI sistem pengelolaan Hutan Kota di Kota Medan saat ini termasuk kedalam kategori tidak baik.

Pihak WALHI mengatakan mereka berpendapat seperti itu dikarenakan

hasil pantauan mereka dilapangan menunjukkan hampir rata-rata Hutan

Kota yang ada di Kota Medan tampak kurang terawat hal ini menunjukkan

kinerja Pemerintahan yang kurang maksimal. Malah pihak .WALHI

sendiri berpendapat bahwa Hutan Kota dihancurkan sendiri oleh Badan

Pemerintah Kota, mereka mengambil contoh pemberian izin oleh pihak

Pemko Medan untuk mendirikan bangunan di bantaran Sungai Deli. Jadi

pihak WALHI mengharapkan sebaiknya pihak Pemko dalam pengambilan

keputusan didasarkan pada keputusan yang berbasis lingkungan.

• Menurut WALHI faktor-faktor yang menjadi penghambat pengembangan Hutan Kota di Kota Medan adalah bergesernya pemahaman tentang Hutan

Kota dari basis Ekologi ke basis Ekonomi.

Pihak WALHI mengatakan faktor dominan yang manjadi penghambat

pengembangan Hutan Kota di Kota Medan adalah pergeseran pemahaman

pergeseran pemahaman ini Hutan Kota hanya dianggap sebagai lahan

infestasi yang berorientasi kepada PAD (Pendapatan Akhir Daerah)

Pemerintah sehingga berdampak pada sulitnya pengambangan Hutan Kota

karena Hutan Kota dalam hal ini sudah dieksploitasi secara ekonomi.

• Menurut WALHI tindakan yang perlu diambil oleh Pemerintah dalam pengembangan Hutan Kota di Kota Medan adalah mengubah paradigma

pembangunan dari yang berperspektif pada pendapatan daerah menjadi

berperspektif pada ekologi.

Menurut WALHI dengan Paradigma Pembangunan sekarang yang

berperspektif pada Ekonomi (Pendapatan Daerah) maka akan sulit rasanya

melekukan pengembangan Hutan Kota di Kota Medan karena Hutan Kota

akan dijadikan sarana bisnis semata karena sangat berpotensi

menghasilkan pendapatan yang besar bagi daerah sehingga dengan

demikian maka nilai ekologi dari Hutan Kota itu sendiri akan terdegradasi.

Untuk itulah pihak WALHI mengatakan perlunya perubahan paradigma

pembangunan di Kota Medan.

• Menurut WALHI partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Hutan Kota di Kota Medan masih rendah.

WALHI berpendapat seperti itu karena menilai masyarakat ikut

terpengaruh pada budaya pemerintah yang terkesan acuh tak acuh dalam

pengelolaan Hutan Kota di Kota Medan ini. Walaupun masih ada sebagian

kecil yang peduli, tetapi secara umum partisipasi masyarakat Kota Medan

• Menurut WALHI peranan dari setiap Lembaga Pemerintahan yang terkait dengan Hutan Kota di Kota Medan masih kurang maksimal.

Berdasarkan wawancara diatas WALHI mengatakan demikian karena

menurut WALHI antar Dinas yang saling terkait dalam pengembangan

Hutan Kota di Kota Medan kurang terdapat kerjasama yang baik. Hal ini

dikarenakan adanya orientasi politik maupun proyek dari masing-masing

badan Pemerintahan sehingga memicu kurangnya komunkasi dan

kerjasama.

Hasil Wawancara dengan LSM YesBe (Yayasan Enviromental Bersama)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan LSM

YesBe didapat informasi-informasi sebagai Berikut :

• Menurut YesBe keberadaan Hutan Kota di Kota Medan sangat perlu karena menjadi penyeimbang ekosistem

Pihak YesBe memberikan alasan mengapa mereka berasumsi seperti yang

diatas karena dengan Kondisi Kota Medan yang semakin tandus dan

gersang yang mengakibatkan naiknya suhu panas Kota Medan maka Kota

Medan memrlukan suatu wahana untuk meredam gejolak tersebut dan

sebagai solusi utama dari masalah itu adalah dengan keberadaan Hutan

Kota di tengah-tengah lingkungan Perkotaan.

• Menurut YesBe yang menjadi fungsi dan peranan Hutan Kota untuk Kota Medan adalah sebagai pengatur iklim mikro, sebagai penyedia oksigen dan

Menurut YesBe fungsi dan peranan Hutan Kota di Kota Medan adalah

sebagai pengatur iklim mikro kota dimana dengan tingkat kepadatan

kendaraan bermotor dan asap dari industri akan memicu naiknya suhu

iklim perkotaan yang akan berakibat pada Pemanasan Global jadi untuk itu

perlu di netralisir yaitu dengan adanya Hutan Kota di tengah-tengah

lingkungan perkotaan. Jadi untuk itu Kota Medan harus menyediakan

ruang minimal 20 % dari luasan kota untuk Hutan Kota. Selain itu tingkat

kebutuhan masyarakat akan udara yang bersih seperti oksigen semakin

tinggi sementara di kota Medan udara bersih itu sudah menjadi barang

langka dan satu-satunya tempat yang menjadi penyedia oksigen bebas

adalah Hutan Kota.

Selain hal tersebut diatas pihak Yesbe juga menambahkan bahwa fungsi

dan peranan dari hutan Kota untuk masyarakat adalah sebagai sarana

rekreasi masyarakat. Dengan adanya Hutan Kota maka masyarakat

memiliki sarana rekreasi yang dapat dengan mudah meraka jangkau,

masyarakat menjadi memiliki saran bermain bagi anak juga sarana

berolahraga. Jadi hal ini membuktikan bahwa sebenarnya Hutan Kota

memiliki Fungsi dan peranan yang sangat penting bagi Kota Medan dan

masyarakatnya.

• Menurut YesBe sistim pengelolaan hutan Kota di Kota Medan sudah baik, karena fasilitas yang tersedia sudah lumayan lengkap.

Dari hasil wawancara diatas diketahui bahwa pihak Yesbe sudah

menganggap sistim pengelolaan Hutan Kota sekarang ini sudah baik. Akan

tersedia di Hutan Kota sering tidak diindahkan dan dipergunakan tidak

sesuai dengan peruntukannya. Pihak YesBe mengambil contoh fasilitas

kamar mandi, menurut mereka di setiap Hutan maupun Taman Kota sudah

tersedia WC umum sering kali msyarakat pengguna Hutan dan Taman

Kota tidak menggunakannya hal ini tetntunya akan merugikan Huta Kota

itu sendiri.

• Menurut YesBe yang menjadi faktor penghambat pengembangan Hutan Kota di Kota Medan adalah kurangnya partisipasi masyarakat dalam

menjaga Hutan kota.

Menurut YesBe walaupun pemerintah dalam hal ini Dinas yangterkait

dalam Hutan Kota mengeluarkan peraturan dan kebijakan-kebijakan

tentang Hutan Kota tanpa adanya partsipasi yang aktif dari masyarakat

pengguna Hutan Kota maka tetap saja pengembangan Hutan Kota akan

sulit terlaksana. Jadi disini pihak YesBe menyarankan bagi pemerintahan

untuk melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat tentang arti

pentingnya Hutan Kota itu dan mengajak melibatkan masyarakat dalam

pengelolaannya.

• Menurut YesBe tindakan yang perlu diambil oleh pemerintah dalam pengembangan Hutan kota di kota Medan adalah lebih tegas dalam

menerapkan peraturan-peraturan yang telah mereka keluarkan mengenai

Hutan Kota.

Pihak YesBe berpendapat demikian karena terkesan bahwa pemerintah

tidak memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran

banyaknya para pengguna Hutan Kota membuang sampah tidak pada

tempatnya padahal tempat sampah sudah tersedia selain itu larangan

berjualan di areal Hutan Kota tetapi masih banyak yang berjualan sehingga

meningkatkan jumlah produksi sampah setiap harinya hal ini

mengakibatkan kerugian yang besar bagi Hutan Kota itu.

• Menurut Yesbe peranan masyarakat masih kurang dalam pengelolaan Huta Kota di Kota Medan.

Pihak YesBe berpendapat seperti diatas karena menilai masyarakat

terkesan cuek terhadap keadaan Hutan Kota padahal mereka sendiri yang

menikmati fasilitas dari Hutan Kota itu sendiri. Masyarakat sering

beranggapan bahwa pemerintahlah yang harus bertanggung jawab

sepenuhnya terhadap pengelolaan Hutan Kota jadi masyarakat hanya

untuk menikmati saja.

• Menurut pihak YesBe peranan dari setiap lembaga Pemerintahan yang terkait dengan Huta Kota belum maksimal.

Pihak Yesbe mengatakan demikian karena menilai tindak penataan,

kebersihan dan jumlah vegetasi yang terdapat di Hutan Kota masih

dirasakan kurang maksimal jadi diharapakn pihak pemerintahan lebih

mengarahkan pengembangan untuk memeksimalkan ketiga hal tersebut

Hasil Wawancara dengan LSM OIC (Orang utan Information Centre)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan LSM

OIC didapat informasi-informasi sebagai berikut :

• Menurut OIC keberadaan Hutan Kota di Medan dirasakan perlu, karena Kota Medan merupakan Kota yang memiliki tingkat kepadatan penduduk

yang cukup padat dan juga semakinmeningkatnya jumlah kendaraan

bermotor dari tahun ke tahun sehingga emisi gas yang dihasilkan oleh

kendaraan-kendaraan tersebut sudah sangat mengganggu dan meresahkan

sehingga diperlukan suatu wahan untuk meredamnya yaitu Hutan Kota

yang notabene dapat dijadikan sebagai twmpat koleksi keakeragaman

hayati baik flora maupun fauna yang akan berfungsi untuk menyerap gas

karbondioksida dari udara Kota Medan

• Menurut OIC yang menjadi fungsi dan peranan Hutan Kota di Medan adalah :

• Hutan Kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman tumbuhan.

• Hutan Kota sebagai penyerap gas-gas beracun seperti karbondioksida dari kendaraan bermotor serta untuk meredam

kebisingan.

• Hutan Kota sebagai sarana untuk meningkatkan nikai estitika / keindahan Kota dari hiruk pikuk Kota Medan dan dapat dijadikan

sebagai areal konservasi eksitu.

• Menurut OIC sistin pengelolaan hutan Kota di Kota Medan belum baik karena kondisi dari drainase perkotaan yang amburadul dan jalur hijau

yang ada mendukung sehingga selalu menimbulkan kekhawatiran

masyarakat akan bencana banjir di kota Medan. Untuk jalur hijau dan

bantaran sungai yang ada di Kota Medan mengalami degradasi yang

sangat mengkhatirkan karena tidak adanya tindak penanaman yang

dilakukan sehingga akan berdampak buruk pada saat musim penghujan.

• Menurut OIC yang menjadi faktor penghambat dalam pengambangan Hutan Kota di Kota Medan adalah kurang adanya koordinasi antara dinas

terkait dalam hal ini dinas pengembangan wilayah di Kota Medan dan

pembina serta pelaksana di lapangan sehingga tampak Hutan Kota dan

jalur hijau tidak terawat di beberapa lokasi sehingga tergambar betapa

kusutnya Kota Medan.

• Menurut OIC tindakan yang perlu diambil oleh pemerintah dalam pengambangan Hutan Hutan Kota di kota Medan adalah Pengembangan

Hutan Kota Di Kota Medan tergantung kepada perangkat pemerintahan

yang ada dan keperluannya, sehingga pemerintah dalam hal ini

dinas-dinas yang terkait dapat leluasa mengembangkan dan merencanakan di

setiap wilayah dan daerahnya sehingga dengan ini ada saling

ketergantungan antara masyrakat dengan dinas yang terkait dalam hal

pengembang Hutan Kota yang berkelanjutan untuk dapat menanggulangi

banjir dan erosi yang terjadi di sungai-sungai Kota Medan.

• Menurut OIC partisipasi dari masyrakat dalam pengelolaan Hutan Kota di Kota Medan masih kurang hal ini disebabkan oleh adanya konflik dari

berbagai kepentingan yang menyangkut masyarakat sehingga partisipasi

• Menurut OIC peranan dari setiap lembaga Pemerintahan yang terkait dengan Hutan Kota di Kota Medan belum maksimal. Pihak OIC

berpendapat peranan lembaga / Organisasi Pemarintahan belum bekerja

secara maksimal dimana Dinas Pertamanan, Dinas Perkebunan dan Dinas

Kehutanan sebagai pelaksana masih harus menunggu lembaga perencana

di tingkat II yang mana dari hasil pantauan selama ini kurang

Dokumen terkait