• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pengembangan Hutan Kota di Kota Medan (Studi Kasus di Tiga Taman Kota)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Pengembangan Hutan Kota di Kota Medan (Studi Kasus di Tiga Taman Kota)"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGEMBANGAN HUTAN KOTA DI KOTA MEDAN

(STUDI KASUS DI TIGA TAMAN KOTA)

SKRIPSI

Oleh :

ARIPEN KAKATUKEMA SIMANGUNSONG 021201034/MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada TuhanYang Maha Esa, karena

atas berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang

berjudul ”Studi Pengembangan Hutan Kota di Kota Medan (Studi Kasus di

Tiga Taman Kota)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir penelitian ini

masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam penyusunan maupun

penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

konstruktif dan membimbing guna meningkatkan kualitas dan kesempurnaan dari

hasil penelitian ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan

untuk penyusunan skripsi selanjutnya.

Medan, juni 2008

(3)

DAFTAR ISI Letak dan Luas Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 28

Keadaan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 29

Letak dan Luas Hutan Kota Taman Beringin ... 32

Bagian Kesatuan Hutan Kota Taman Beringin (Taman Satelit) ... 33

Keadaan Hutan Kota Taman Beringin ... 34

Letak dan Luas Taman Kota Teladan ... 35

Keadaan Taman Kota Teladan ... 35

HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Masyarakat terhadap defenisi Hutan Kota. ... 39

Persepsi Masyarakat terhadap manfaat Hutan Kota... 41

(4)

Persepsi Masyarakat terhadap keberadaan Hutan Kota ... 45

Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan Kota ... 46

Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas di Hutan Kota ... 48

Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan Hutan Kota ... 51

Hasil Wawancara dengan Dinas Pertamanan ... 57

Hasil Wawancara dengan Dinas Tata Kota ... 61

Hasil wawancara dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) ... 66

KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(5)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Skoring data Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Kota ... 27

2. Skoring data Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan Kota ...27

3. Skoring Data Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas di Hutan Kota ... 27

4. Skoring Data Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan Hutan Kota ... 28

5. Skoring Data Persepsi Masyarakat terhadap Kebersihan Hutan Kota ... 29

6. Tabel Jenis dan Jumlah Pohon di Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada ... 32

7. Tabel Jenis Tanaman di Hutan Kota Taman Beringan ... 35

8. Tabel Jenis Pohon-Pohon di Taman Teladan ... 38

9. Tabel Persepsi Masyarkat terhadap Defenisi Hutan Kota ...40

10. Tabel Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Hutan Kota ... 42

11. Tabel Persepsi Masyarakat terhadap Peranan Pemerintah ...45

12 Tabel Persepsi Masyrakat terhadap Keberadaan Hutan Kota ...46

13. Tabel Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan Kota ...47

14. Tabel Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas di Hutan Kota ... 49

15. Tabel Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan Hutan Kota ... 52

16. Tabel Persepsi Masyarakat Terhadap Kebersihan Hutan Kota ... 53

17. Tabel Resume Persepsi Responden di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 55

18. Tabel Resume Responden di Hutan Kota Taman Beringin ... 56

(6)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 30

2. Hutan Kota Taman Beringin ... 33

3. Pintu Masuk Taman Kota Teladan ... 37

(7)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehutanan merupakan salah satu sektor terpenting yang perlu

mendapatkan perhatian khusus, mengingat lebih dari 67% luas daratan Indonesia

berupa hutan. Hutan adalah kekayaan alam yang dikuasai oleh negara sesuai pasal

33 UUD 1945: “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat”. Dalam kenyataannya negara hanya menjalankan sebagian pasal 33, yakni

pengusaan negara atas hutan, namun mengabaikan kesejahteraan masyarakat

sekitar hutan. Padahal sesungguhnya, pasal 33 UUD mengamanatkan agar

pengusaan negara atas hutan secara bersama-sama juga harus mengakomodasikan

berbagai kelompok kepentingan, tidah hanya kepentingan departemen kehutanan

atau sekelompok rimbawan tetapi juga kepentingan petani, peternak, peramu hasil

hutan, masyarakat hukum adat dan lainnya. Akses dan hak pemanfaatan atas

berbagai kategori hutan harus diatur sebaik-baiknya bagi semua kelompok

masyarakat dengan memperhatikan berbagai aspek sebagaimana ditegaskan dalam

Undang-Undang Kehutanan No.41 Tahun 1999 pasal 2: “Penyelenggaraan

kehutanan berasaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan,

keterbukaan, dan keterpaduan”. Dalam pasal selanjutnya disebutkan bahwa

penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan

dan berkelanjutan (Nurrochmat, 2005).

Hutan memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia yaitu berupa

(8)

hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat

berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan

akan memberi peranan nyata apabila pengelolaan sumber daya alam berupa hutan

seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional yang

berkelanjutan (Zain, 1998).

Pertambahan kepadatan penduduk juga akan menimbulkan masalah yang

serius terhadap keseimbangan lingkungan itu, karenanya dapat diambil suatu garis

lurus keeratan hubungan antara kepadatan penduduk dengan keseimbangan

lingkungan merupakan hal yang berkait satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu

meningkatnya kepadatan penduduk dapat menimbulkan masalah yang serius

dalam menjaga keseimbangan lingkungan (Bambang, 1995).

Ketika bumi semakin tandus, kehijauan pun semakin dibutuhkan.

Keinginan manusia untuk terus membangun gedung-gedung dan berbagai

sarana-sarana lainnya pada lahan-lahan yang tersedia, seakan tidak sempurna tanpa

menghadirkan pohon. Suatu lokasi yang akan dijadikan bangunan umum, hunian,

ataupun peruntukkan lainnya biasanya vegetasi yang berada diatasnya dibabat

atau dimusnahkan. Keberadaan pohon-pohon dapat memberikan kenyaman bagi

orang-orang yang berada di sekitarnya. Misalnya, pohon-pohon dapat

memberikan naungan dari teriknya sinar matahari. Secara tidak langsung

keberadaan pohon-pohon juga dapat memberikan manfaat bagi orang-orang yang

tidak berada di sekitarnya. Misalnya keberadaan pohon-pohon dapat memberikan

udara yang segar dan mengurangi dampak polusi (Puryono, 1995).

Pohon dapat diandalkan dalam penyelamatan keadaan lingkungan, seperti

(9)

orang tanpa harus membayar manfaat yang diterima tersebut. Manfaat yang

dimiliki suatu keberadaan pohon-pohon tidak dapat dipindahtangankan melalui

harga-harga yang ada di pasar. Dengan kata lain, manfaat keberadaan

pohon-pohon tidak dapat diperjualbelikan. Hal ini dikarenakan keberadaan pohon-pohon-pohon-pohon

adalah barang publik.

Pohon pelindung sangat dibutuhkan untuk penghijauan kota. Sosoknya

yang besar dan teduh menjadikan kota sejuk dan indah. Bila ditanam di pinggir

jalan, pohon peneduh akan menciptakan kesan yang asri dan tenang. Selain

manfaat langsung bagi penghuninya, suatu kota yang dipenuhi pohon pelindung

yang rimbun dan hijau akan memberikan kesan tersendiri bagi pengunjung kota

tersebut. Apabila pohon pelindung jarang terlihat pada suatu lokasi maka secara

mudah timbul kesan bahwa penghijauan di daerah tersebut kurang mendapat

perhatian (Arief, 2001).

Umumnya kegiatan penghijauan untuk mewujudkan lingkungan kota yang

hijau dan asri dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara-cara ini biasanya

disesuaikan dengan lingkungan daerah yang akan dihijaukan. Penghijauan

merupakan usaha penataan lingkungan dengan menggunakan tanaman sebagai

materi pokoknya. Dari tanaman itu dapat diambil banyak manfaat sehingga

penghijauan kota dapat diartikan sebagai satu upaya untuk menanggulangi

berbagai penurunan kualitas lingkungan.

Penghijauan kota bagi sebagian orang bisa jadi tidak bermakna apa-apa.

Bahkan bila dilakukan penghijauan pada kotanya, mereka seakan tidak peduli.

Tanaman penghijauan yang seharusnya dirawat hanya ditelantarkan begitu saja.

(10)

gedung-gedung bertingkat yang memenuhi kota tersebut, melainkan juga dari penataan

lingkungannya. Untuk itu, saya melakukan penelitian ini agar dapat mengetahui

bagaiman perkembangan keadaan Hutan Kota di Kota Medan dan juga bagaimana

persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan kota di tengah-tengah mereka

sehingga dapat diketahui diketahui kesadaraan masyarakat terhadap pentingnya

keberadaan hutan kota itu sendiri.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pengamatan penulis pada lokasi penelitian, maka dapat

dirumuskan permasalahan yang perlu diteliti sebagai berikut :

• Bagaimana persepsi masyarakat tentang Hutan Kota.

• Bagaimana kebijakan-kebijakan tentang hutan kota di Kota Medan.

• Bagaimana permasalahan yang terjadi di seputar pengelolaan Hutan Kota.

• Bagaimana kebutuhan akan Hutan Kota di Kota Medan

Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan

sebagai berikut :

• Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang hutan kota.

• Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan pemerintah tentang hutan kota Kota

Medan.

• Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di seputar pengelolaan hutan

kota.

(11)

Manfaat Penalitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan infomasi bagi

pemerintah untuk menentukan arah dan kebijakan pengelolaan hutan kota

(12)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Hutan

Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara

keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam

lingkungannya, dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Artinya, hutan

suatu areal yang cukup luas, didalamnya bertumbuhan kayu, bambu dan palem,

bersama-sama dengan tanahnya, beserta segala isinya, baik berupa nabati maupun

hewani, yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup yang mempunyai

kemampuan untuk memberikan manfaat-manfaat lainnya secara lestari (Zain,

1996). Hal ini didukung oleh pendapat (Arief, 2001) yang mengatakan bahwa

hutan adalah merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta

tumbuh-tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan

sangat penting bagi kehidupan manusia.

Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, mendefinisikan

hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya

alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan kehutanan

adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan

hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu.

Fungsi Hutan

Dalam Soemarwoto dkk, 1992, fungsi utama hutan Indonesia ada 3 jenis

(13)

kayu. Hutan konservasi meliputi hutan lindung dan hutan suaka alam. Hutan

produksi meliputi hutan yang saat ini sebagaian besar arealnya dikelola dengan

sistem HPH. Kebun kayu meliputi tanaman jati, tanaman pinus dan hutan tanaman

industri (HTI) yang akan dibangun diberbagai tempat. Ketiganya sangat berbeda,

baik sosok tegakannya, fungsi utamanya dan metoda pengelolaannya. Hutan

konservasi tegakannya berlapis, fungsi utama ekologi ialah tidak boleh disentuh

pembalakan. Kebun kayu tegakannya bersosok kebun dan funsi utamanya untuk

perekonomian. Kalau hutan konservasi berfungsi ekologi dan kebun kayu

berfungsi ekonomi, hutan (alam) produksi berfungsi keduanya, ekologi dan

ekonomi.

Hutan merupakan faktor penting yang ikut menentukan keadaan iklim

serta lingkungan hidup global. Salah satu eksistensi dari hutan, memainkan

peranan yang besar dalam proses pembersihan udara, serta mengurangi

pemanasan bumi yang diakibatkan aneka polusi, akibat kemajuan industri negara

maju. Bila pengelolaan hutan dilakukan secara bijaksana dengan menjaga

kelestariannya, maka akan terjadi keseimbangan lingkungan hidup dan stabilitas

iklim secara global. Kehadiran hutan memberikan fungsi yang penting yang

menjadi penentu bagi perlindungan ruang hidup manusia dan bagi dasar alamiah

kegiatan perekonomian Indonesia (Soemarwoto dkk, 1992).

Hutan Kota

Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh

pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Pengertian alami

disini bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan

(14)

kebutuhan air, lingkungan alami, serta pelindung flora dan fauna di perkotaan.

Hewan-hewan yang terdesak habitatnya oleh eksploitasi pemukiman dapat

memanfaatkan hutan kota sebagai tempat huniannya. Hutan kota umumnya dihuni

juga oleh beberapa jenis burung dan hewan lainnya (Puryono, 1995).

Penghijauan kota bukan sekedar program. Ada manfaat yang bisa

dirasakan dalam kehidupan masyarakat perkotaan, menurut Nazaruddin (1996)

manfaat-manfaat yang bisa dirasakan itu antara lain:

1. Manfaat estetis

Manfaat estetis atau keindahan dapat diperoleh dari tanaman-tanaman yang

sengaja ditata sehingga tampak menonjol keindahannya. Misalnya, warna

hijau dan aneka bentuk dedaunan serta bentuk susunan tajuk berpadu menjadi

suatu pemandangan yang menyejukkan.

2. Manfaat orologis

Manfaat orologis ini penting untuk mengurangi tingkat kerusakan tanah

terutama longsor dan menyangga kestabilan tanah. Misalnya, pepohonan yang

tumbuh di atas tanah akan mengurangi erosi.

3. Manfaat hidrologis

Struktur akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila turun hujan

sehingga tidak mengalir dengan sia-sia melainkan dapat terserap oleh tanah.

Hal ini sangat mendukung daur alami air tanah sehingga dapat

(15)

4. Manfaat klimatologis

Faktor-faktor iklim seperti kelembaban, curah hujan, ketinggian tempat dan

sinar matahari akan membentuk suhu harian maupun bulanan yang sangat

besar pengeruhnya terhadap kehidupan manusia.

5. Manfaat edaphis

Manfaat edaphis berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa di

perkotaan yang semakin terdesak lingkungannya dan semakin berkurang

tempat huniannya.

6. Manfaat ekologis

Keserasian lingkungan bukan hanya baik untuk satwa, tanaman atau manusia

saja. Kehidupan makhluk hidup di alam ini saling ketergantungan. Apabila

salah satunya musnah maka makhluk hidup lainnya akan terganggu hidupnya.

7. Manfaat protektif

Pohon dapat menjadi pelindung dari teriknya sinar matahari di siang hari.

Manfaat ini sangat penting bagi kehidupan manusia sehari-hari.

8. Manfaat hygienis

Dengan adanya tanaman bahaya polusi ini mampu dikurangi karena dedaunan

tanaman mampu menyaring debu dan mengisap kotoran di udara, bahkan

tanaman mampu menghasilkan gas oksigen yang sangat dibutuhkan manusia.

9. Manfaat edukatif

Semakin langkanya pepohonan yang hidup di perkotaan membuat sebagian

warganya tidak mengenalnya lagi, sehingga penanaman kembali pepohonan di

(16)

Definisi hutan kota (urban forest) menurut Fakuara (1987) adalah

tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat

lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika,

rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya. Sedangkan menurut hasil

rumusan Rapat Teknis di Jakarta pada bulan Februari (1991) dalam Dahlan (1992)

hutan kota didefinisikan sebagai suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan di

dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang

berfungsi sebagai penyangga kehidupan dalam hal pengaturan tata air, udara,

habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid

yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan, serta areal tersebut

ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai hutan kota.

Menurut Dahlan (1992) ada dua pendekatan yang dipakai dalam

membangun Hutan Kota. Pendekatan pertama, Hutan Kota dibangun pada

lokasi-lokasi tertentu saja. Pada pendekatan ini Hutan Kota merupakan bagian dari suatu

Kota. Penentuan luasannya pun dapat berdasarkan: (1). Prosentase, yaitu luasan

Hutan Kota ditentukan dengan menghitungnya dari luasan Kota (2). Perhitungan

per kapita, yaitu luasan Hutan Kota ditentukan berdasarkan jumlah penduduknya.

Negara Indonesia menggunakan pendekatan pertama dimana untuk kota-kota

yang ada di Indonesia minimal menyediakan 15% dari luasan kota untuk Hutan

Kota.

Peranan Hutan Kota

Dalam Dahlan, 1992, bahwa ada beberapa peranan dari dari hutan yang

diantaranya sebagai berikut :

(17)

Jenis tanaman dan hewan yang merupakan simbol atau lambang suatu kota

dapat dikoleksi pada areal hutan kota.

2. Pelestarian plasma nutfah

Hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati

yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan hutan kota dapat

dipandang sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada

areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna secara exsitu.

3. Penahan dan penyaring partikel padat dari udara

Dengan adanya hutan kota, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan

biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan

dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang

melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang memelayang-layang-melayang-layang di permukaan

bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya

daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian

lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang

menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Daun yang berbulu dan

berlekuk seperti halnya daun Bunga Matahari dan Kersen mempunyai

kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel dari pada daun yang

mempunyai permukaan yang halus. Manfaat dari adanya tajuk hutan kota ini

adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan

(18)

4. Penyerap dan penjerap partikel timbal

Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara

di daerah perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70% dari partikel timbal di udara

perkotaan berasal dari kendaraan bermotor.

5. Penyerap dan penjerap debu semen

Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena

dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang

terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya.

6. Peredam kebisingan

Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh

daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam

suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang.

dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup

rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari

kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah.

7. Mengurangi bahaya hujan asam

Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui

proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan

memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan

organik seperti glumatin dan gula .

8. Penyerap karbon-monoksida

Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik

(19)

gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104

ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja.

9. Penyerap karbon-dioksida dan penghasil oksigen

Hutan merupakan penyerap gas karbon-dioksida (CO2) yang cukup penting,

selain dari fito-plankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan

berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat

menurunnya luasan hutan akibat perladangan, pembalakan dan kebakaran,

maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu mengatasi penurunan fungsi

hutan tersebut.

10. Penahan angin

Dalam mendisain hutan kota untuk menahan amgin faktor yang harus

diperhatikan adalah :

 Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang memiliki dahan yang

kuat.

 Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin dengan kecepatan sedang.

 Akarnya menghunjam masuk ke dalam tanah. Jenis ini lebih tahan

terhadap hembusan angin yang besar dari pada tanaman yang akarnya

bertebaran hanya disekitar permukaan tanah.

 Memiliki kerapatan yang cukup (50-60 %).

 Tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup besar, sehingga dapat melindungi

wilayah yang diinginkan dengan baik.

11. Penyerap dan penapis bau

Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau. Tanaman dapat menyerap

(20)

bergerak dari sumber bau. Akan lebih baik lagi hasilnya, jika tanaman yang

ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk

dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat menghasilkan bau

harum antara lain : Cempaka (Michelia champaka) dan tanjung (Mimosops

elengi).

12. Mengatasi penggenangan

Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman

yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman

yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun

yang banyak, sehingga mempunyai stomata (mulut daun) yang banyak pula.

13. Mengatasi intrusi air laut

Upaya untuk mengatasi masalah ini sama dengan upaya untuk meningkatkan

kandungan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah

resapan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan

air dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah.

14. Produksi terbatas

Hutan kota berfungsi in-tangible juga tangible. Penanaman dengan tanaman

yang menghasilkan biji atau buah yang dapat dipergunakan untuk berbagai

macam keperluan warga masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi/kesehatan

dan penghasilan masyarakat.

15. Ameliorasi iklim

Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan

adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu

(21)

perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat

banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame,

menara, antene pemancar radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam

hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik

(reradiasi) dari bumi serta jumlah pantulan radiasi surya suatu hutan sangat

dipengaruhi oleh : panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi

jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada

daerah berhutan lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman.

16. Pengelolaan sampah

Hutan kota dapat diarahkan untuk pengelolaan sampah dalam hal :

(1) sebagai penyekat bau.

(2) sebagai penyerap bau.

(3) sebagai pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi dari sampah.

(4) sebagai penyerap zat yang berbahaya yang mungkin terkandung dalam

sampah seperti logam berat, pestisida serta bahan beracun dan berbahaya

lainnya.

17. Pelestarian air tanah

Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan

memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis

dengan kemampuan menyerap air yang besar. Maka kadar air tanah hutan

akan meningkat.

18. Penapis cahaya silau

Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya

(22)

dari benda-benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat

menyilaukan dari arah depan, akan mengurangi daya pandang pengendara.

Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut perlu untuk dikurangi. Keefektifan pohon

dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan

kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun

kerimbunan tajuknya.

19.Meningkatkan keindahan

Tanaman dalam bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan

benda-benda buatan seperti gedung, jalan dan sebagainya untuk mendapatkan

komposisi yang baik. Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih

sedemikian rupa, sehingga pada saat pohon tersebut telah dewasa akan

sesuai dengan kondisi yang ada. Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih

sebagai komponen yang kontras atau untuk memenuhi rancangan

yang nuansa (bergradasi lembut).

20.Sebagai habitat burung

Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung.

Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil

artinya bagi masyarakat, antara lain :

Membantu mengendalikan serangga hama.

Membantu proses penyerbukan bunga.

Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi.

 Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang

menyenangkan.

(23)

Sebagai sumber plasma nutfah.

Objek untuk pendidikan dan penelitian.

21.Mengurangi stress

Program pembangunan dan pengembangan hutan kota dapat membantu

mengurangi sifat yang negatif. Kesejukan dan kesegaran hutan kota dapat

menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO, SOx, NOx

dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai hutan kota. Kicauan dan

tarian burung akan menghilangkan kejemuan. Hutan kota juga dapat

mengurangi kekakuan dan monotonitas.

22. Mengamankan pantai terhadap abrasi

Hutan kota berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran

ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai dan hutan

kota juga dapat mengurangi bahaya abrasi pantai serta dapat berperan dalam

proses pembentukan daratan.

23. Meningkatkan industri pariwisata

Hutan kota dapat mendatangkan pengunjung baik dari lokal maupun

mancanegara jika hutan kota yang dimiliki mempunyai keunikan, indah dan

menawan.

24. Sebagai hobi dan pengisi waktu luang

Monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi

oleh kegiatan lain yang bersifat rekreatif, akan dapat menghilangkan

(24)

Taman Kota

Taman Kota dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata

sedikian rupa,baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk

mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Setiap jenis tanaman mempunyai

karakteristik tersendiri baik menurut bentuk, warna dan teksturnya. Ada pohon

yang bentuk tajuknya kecil tinggi dan lurus (cemara lilin), tajuk pohon berbentuk

piramida (cemara) dan ada juga yang bentuk tajuknya besar, bulat dan rindang

(beringin). Tekstur daun dapat juga dijadikan bahan pertimbangan dalam suatu

komposisi taman. Ada daun dengan tekstur yang kasar (Ficus elastica), tekstur

sedang (duren), dan ada yang halus (lamtoro). Bentuk percabangan juga dapat

dijadikan sebagai komponen dari suatu komposisisi. Ada beberapa bentuk

percabangan seperti : mendatar, menyudut (acute),menjumbai (weeping), dan

tegak (Dahlan,1992).

Menurut Nazaruddin (1996) tanaman dapat dibedakan atas lima kelompok

besar berdasarkan gradasi ketinggian, yaitu :

1. Rumput

Rumput merupakan jenis tanaman penggalas. Posisinya dalam taman

merupakan lapisan paling bawah di atas tanah.

2. Tanaman penutup tanah

Tanaman penutup lahan yang sering disebut ground cover merupakan

tanaman yang sedikit lebih tinggi dari rumput. Umumnya jenis tanaman ini

(25)

3. Semak

Tanaman semak merupakan jenis tanaman yang agak kecil dan rendah, agak

berkayu atau hanya cabang utamanya yang berkayu, serta pertumbuhannya

cenderung merambat atau melebar.

4. Perdu

Tanaman perdu merupakan jenis tanaman yang menyerupai pohon, tetapi

lebih kecil dan biasanya batangnya cukup berkayu tetapi tumbuhnya kurang

tegak dan kurang gagah. Tanaman perdu biasanya bercabang banyak dengan

percabangan yang selalu dekat dengan tanah.

5. Pohon

Pohon merupakan tanaman berkayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar

dengan percabangan yang kokoh.

Kondisi kota yang semarak indah, sejuk dan nyaman dapat tercipta jika

taman yang ada dapat dibangun dibanyak tempat, selain hasilnya dinikmati

penduduk kota, juga akan menunjukkan citra yang baik bagi kota tersebut. Hal ini

perlu diperhatikan terutama bagi kota yang dicanangkan sebagai kota wisata

(Dahlan, 2004).

Kehadiran taman kota yang lebih dikenal sebagai green spacee banyak

dijumpai dikota- kota besa. Akan tetapi diversifikasi pemanfaatan sarana tersebut

terasa masih kurang. Taman kota hanya mempunyai arti hiasan, hanya ditumbuhi

oleh tanaman-tanaman hias. Padahal fungsi taman dapat ditingkatkan menjadi

suatu kawasan hutan, kawasan hutan kota (Puryono,1995).

Taman umum merupakan taman yang diperuntukkan sebagai ruang

(26)

aneka keperluan. Lokasi taman umum biasanya terletak di lokasi yang strategis

yang banyak dilalui orang dan di taman umum biasanya banyak dijumpai pohon

besar yang rindang, semak atau perdu dan tanaman hias yamg umumnya di

dominasi oleh pohon-pohon besar (Nazaruddin,1996).

Pohon

Pohon didefinisikan sebagai suatu tumbuhan tahunan berkayu yang

mempunyai batang utama tunggal dan mencapai tinggi 6 cm atau lebih, dengan

diameter lebih dari 10 cm. Ada tiga bagian utama pohon, yaitu: (1) akar, (2)

batang dan (3) tajuk.

Menurut Arief (2001) pengklasifikasian pohon ada beberapa cara, antara

lain sebagai berikut:

a. Klasifikasi berdasarkan ukuran:

1). Tingkat semai, apabila pohon-pohonnya mempunyai tinggi sampai 1,5 m.

2). Tingkat pancang, apabila pohon-pohonnya mempunyai tinggi > 1,5 m

dengan diameter < 10 cm.

3). Tingkat tiang, apabila pohon-pohonnya mempunyai diameter 10-19 cm.

4). Tingkat pohon inti, apabila pohon-pohonnya mempunyai diameter > 50 cm.

b. Klasifikasi berdasarkan posisi tajuk pohon:

1). Dominan : Pohon dengan tajuk lebar di atas lapisan.

2). Kodominan : Pohon dengan tajuk besar pada lapisan tajuk.

3). Tengahan : Pohon dengan bagian besar tajuk di bawah lapisan tajuk atau

(27)

samping menerima sinar sebagian kecil atau tidak sama

sekali.

4). Tertekan : Pohon dengan tajuk dinaungi pohon besar atau tidak

menerima sinar matahari sepenuhnya, baik dari atas maupun

dari samping.

c. Klasifikasi berdasarkan kualitas pohon:

1). Pohon srigala : Pohon yang pertumbuhannya menghalangi

pertumbuhan pohon lain yang sehat dan

subur, tetapi kurang bernilai komersial.

2). Pohon berbatang ganda : Pohon yang pertumbuhannya berbentuk

kurang komersial.

3). Pohon berbekas luka bakar : Pohon yang pertumbuhannya tidak normal

lagi karena gerowongan atau pohon

membusuk.

Konsep Persepsi

Menurut Kartono (1987) persepsi merupakan proses dimana seseorang

menjadi sadar segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera yang dimiliki,

pengetahuan lingkungan diperoleh melalui interpretasi data indera.

Insusanty (2003) menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah

pandangan, interpretasi, penilaian dan inspirasi seseorang terhadap obyek.

(28)

rangsangan atau stimulus dari obyek oleh indera (mata, hidung, kulit dan mulut)

dan dipahami dengan interpretasi atau penafsiran tentang obyek yang dimaksud.

Jadi persepsi merupakan respon terhadap rangsangan yang datang dari suatu

obyek. Respon ini berkaitan dengan penerimaan atau penolakan oleh individu

terhadap obyek yang dimaksud. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor interen

yang ada dalam individu tersebut seperti bakat, minat, kemauan, perasaan, fantasi,

kebutuhan, motivasi, jenis kelamin, umur, kepribadian, kebiasaan, dan lain-lain

serta sifat lain yang khas dimiliki oleh seseorang. Persepsi juga dipengaruhi oleh

faktor sosial budaya dan sosial ekonomi seperti pendidikan, lingkungan tempat,

suku bangsa dan lainnya.

Portoous (1997) menyatakan persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dalam diri setiap individu

diperoleh dengan hal-hal yang diterima panca indera. Adapun faktor-faktor

eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah umur, jenis kelamin, latar belakang,

(29)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tiga tempat yaitu 1). Hutan Kota Taman

Beringin Medan, Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, 2). Hutan

Kota Taman Gajah Mada, Kecamatan Medan Baru, 3). Hutan Kota Taman

Teladan Kelurahan Teladan Barat, Kecamatan Medan Kota, kota Medan,

Sumatera Utara, Januari - Pebruari 2008.

Populasi

Populasi dalam penelitian ini dibatasi pada masyarakat pengguna taman

kota, instansi pemerintahan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Hasil

pengamatan jumlah pengunjung Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

rata-rata 132 orang per hari, Hutan Kota Taman Beringin rata-rata-rata-rata 140 orang per hari,

Taman Kota Teladan rata-rata 160 orang per hari.

Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menggunakan purposive sampling. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling

(sampel bertujuan), artinya sebagai pengambilan sampel berdasarkan kesengajaan,

maka pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri atau sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah,

cepat dan mudah, serta relevan dengan tujuan penelitian (Usman dan Akbar,

(30)

Dalam Arikunto, 1990, menuliskan bahwa apabila subjek yang diteliti

kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi sementara jika lebih dari 100 maka dapat diambil

antara 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasi. Berdasarkan dari jumlah

pengunjung yang berkunjung ke Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

dilakukan penarikan sampel 25% dari jumlah pengunjung yaitu sebanyak 33

orang, Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 35 orang, dan Taman Kota Teladan

sebanyak 40 orang.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu data primer

dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan:

1. Penyebaran Kuisioner

Penyebaran kuisioner ini dilakukan untk memperoleh data-data primer yang

dibutuhkan dalam penelitian. Kuisioner ini disebarkan kepada seluruh sampel

dalam penelitian.

2. Wawancara

Wawancara ini dilakukan untuk menggali lebih dalam data yang diperoleh

dari hasil penyebaran kuisioner dan melengkapi informasi lainnya sesuai

dengan tujuan penelitian.

3. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung adalah cara pengambilan data untuk

(31)

dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih akurat dan mendalam dari

responden.

Untuk pengumpulan data sekunder diperoleh dari studi pustaka untuk

mendapatkan data yang mendukung yang diperlukan dalam hasil penelitian. Data

sekunder yang diperlukan selain studi pustaka adalah data umum yang berasal

dari instansi terkait seperti Dinas Pertamanan Kota Medan.

Pengolahan Data

1. Analisa Deskriptif Kualitatif

Metode penelitian yang digunakan penulis pada penelitian ini yaitu penulis

menggunakan teknik analisa data deskriptif kualitatif yang menganalisis data yang

diperoleh dari hasil kuisioner, wawancara, observasi dan studi pustaka. Metode

deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian

(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain). Pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya (Nawawi,1983).

Menurut Nasution dkk (2001) metode penelitian deskriptif kualitatif sering

memakai metode observasi. Pemakaian teknik analisis adalah tergantung kepada

peneliti dan masalah dengan metode penelitiannya. Sementara menurut pendapat

Faried (1990) menyatakan analisis kualitatif adalah suatu pengertian analisis yang

didasarkan pada argumentasi logika. Namun materi argumentasi didasarkan pada

data yang diperoleh melalui kegiatan teknik perolehan data. Dalam menganalisis

(32)

menggunakan dasar penalaran penelitian dalam menghubungkan fakta yang ada

data dan informasi sehingga lahir suatu model atau suatu teori.

2. Skoring Data

Tabel 1. Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Kota

No Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Kota Skor 1

2 3 4 5

Sangat setuju Setuju

Kurang setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

5 4 3 2 1

Tabel 2. Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan Kota

No Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan Kota Skor 1

Tabel 3. Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas yang tersedia di Hutan Kota No Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas Hutan Kota Skor

1 tidak ada sama sekali

(33)

Tabel 4. Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan .Hutan Kota

No Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan Hutan Kota Skor 1

2 3 4 5

Sangat terawat Terawat cukup terawat Tidak terawat Sangat tidak terawat

5 4 3 2 1

Tabel 5. Persepsi Masyarakat terhadap Kebersihan Hutan Kota

No Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan Hutan Kota Skor 1

2 3 4 5

Sangat bersih Bersih

Kurang bersih Kotor

Sangat kotor

(34)

KONDISI UMUM

I. Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

Letak dan Luas Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada terletak di Jalan Gajah Mada

ujung, Kelurahan Babura , Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan, Provinsi

Sumatera Utara. Luas areal Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

berdasarkan Daftar Rekapitulasi Taman di kota Medan menurut Dinas Pertamanan

adalah 310 m².

Kecamatan Medan Baru adalah salah satu dari 21

dengan Kecamatan

barat, Kecamatan

Kecamatan

penduduknya adalah 7.434,08 jiwa/km².

Kotamadya Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6 %

dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian dibandingkan dengan

kotamadya/kabupaten lainnya, kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif

kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota

Medan terletak pada 3º 30' - 3º 43' Lintang Utara dan 98º 44' Bujur Timur. Untuk

itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian

2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, wilayah kota Medan

hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang,

(35)

langsung dengan Selat Malaka yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu

lintas terpadat di dunia.

Gambar 1. Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada Keadaan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

Lokasi Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada terletak di pinggir jalan

umum tepatnya di Jalan Gajah Mada Ujung dan merupakan tempat yang mudah

diakses dikarenakan lokasi yang mudah dijangkau dan banyak dilalui

kendaraan-kendaraan umum.

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada merupakan salah satu kawasan

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah Kota Medan yang lengkap dengan segala

fasilitas. Permintaan akan kebutuhan masyarakat untuk tempat olahraga dan

tempat rekreasi baik aktif maupun pasif menuntut keberadaan Taman Olahraga

dan Rekreasi Gajah Mada yang bersih, indah dan nyaman yang dapat

menimbulkan ketentraman dan keindahan kota. Hal ini sesuai dengan fungsi dari

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yaitu sebagai sarana olahraga dan

sarana rekreasi.

Untuk para pengunjung yang senantiasa datang melakukan

(36)

beberapa fasilitas-fasilitas olahraga seperti 2 buah lapangan bola voli, 1 buah

lapangan basket dan jalan/trek untuk kegiatan berlari, bersepeda dan

berjalan-jalan yang disesuaikan dengan kebutuhan para pengunjung. Selain fasilitas

olahraga, Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada juga menawarkan beberapa

fasilitas rekreasi kepada para pengunjung seperti tempat duduk yang terbuat dari

beton yang dilengkapi dengan hamparan rumput. Untuk para pengunjung yang

sengaja datang membawa anaknya bermain, Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah

Mada juga menyediakan taman bermain yang merupakan bagian dari sarana

rekreasi.

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada diresmikan pada tanggal 5

Oktober 1993 oleh Raja Inal Siregar selaku Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

Sumatera Utara.

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada memiliki 6 buah jalan masuk

dimana letak masing-masing jalan masuk tersebut dibuat di beberapa titik yang

mudah dijangkau para pengunjung dengan lebar jalan yang sudah ditentukan oleh

pihak Dinas Pertamanan selaku pengelola Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah

Mada.

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada dilengkapi dengan fasilitas

pendukung seperti 8 buah lampu penerangan sebagai sumber cahaya pada malam

hari yang dapat menjangkau seluruh sudut ruang dari Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada dan sekaligus bertujuan untuk mambantu para pengunjung

melakukan aktifitas pada malam hari.

Di dalam areal Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada juga terdapat 1

(37)

perusahaan telekomunikasi ternama di Indonesia. Sesuai dengan fungsi dan

peranan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada sebagai salah satu kawasan

Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang merupakan bagian dari ruang terbuka yang

sebagian besar atau seluruhnya diisi oleh tanaman, Taman Olahraga dan Rekeasi

Gajah Mada ditanami beberapa pohon-pohon yang mempunyai nilai komersil dan

tidak mempunyai nilai komersil. Pohon-pohon yang mendominasi areal Taman

Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah pohon dengan jenis kelapa (Cocos

nucifera L) dan pohon dengan jenis cemara (Casuarina sp). Untuk lebih lanjut,

jumlah dan jenis dari pohon-pohon yang terdapat di areal Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis dan Jumlah Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

No

Nama Jenis/Pohon Jumlah

Nama Daerah Nama Latin

(38)

Agar tanaman yang terdapat di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

senantiasa tumbuh prima, semua aspek budidaya meliputi pemangkasan,

penyiraman, pemupukan, peremajaan tanaman, pencabutan rumput liar dan

lain-lain, sehingga taman tersebut terlihat cantik, indah hijau, asri dan terawat dengan

baik. Untuk perawatan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada, Dinas

Pertamanan Kotamadya Medan telah menyediakan lima orang pekerja taman yang

berfungsi untuk melakukan kegiatan-kegiatan perawatan taman.

II. Hutan Kota Taman Beringin

Letak dan Luas Hutan Kota Taman Beringin

Hutan Kota Taman Beringin terletak di jalan Jenderal Sudirman,

Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Kotamadya Medan, Propinsi

Sumatera Utara, atau tepatnya di depan rumah Gubernur Sumatera Utara. Luas

areal Taman Beringin berdasarkan data pengelolaan RTH (Ruang Terbuka Hijau)

Dinas Pertamanan Kota Medan seluas 12.219 m².

(39)

Bagian Kesatuan Hutan Kota Taman Beringin Medan (Taman Satelit)

Hutan Kota Taman beringin mempunyai beberapa bagian kesatuan taman

atau taman pelengkap, pulau jalan atau yang disebut juga dengan Taman Satelit.

Walaupun di Taman Satelit tidak selalu didapati tanaman hutan tetapi Taman

Satelit ini memiliki bentuk taman dan bentuk tanaman yang dibuat unk

sedemikian rupa. Yang termasuk dalam Taman Satelit untuk Hutan Kota Taman

Beringin adalah :

• Taman Rumah Gubernur

• Taman yang berada di simpang K.H. Wahid Hasyim/Iskandar Muda.

• Taman Jalan Sei Wampu/ depan BRIMOB.

• Taman SEGITIGA jalan Cik Di Tiro.

• Taman Depan Wisma KODAM Bukit Barisan.

• Taman Jalan Masdulhak.

• Taman Jalan Rivai.

• Taman Jalan Juanda/ Jalan Mongonsidi (Depan Hotel Pardede)

Keadaan Hutan Kota Taman Beringin Medan

Hutan Kota Taman Beringin berlokasi di jalan jenderal sudirman tepat di

pinggiran jalan umum dan mudah di akses baik kendaraan roda dua maupun

kendaraan roda empat baik milik pribadi maupun milik umum.

Hutan Kota taman Beringin merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau

(RTH) untuk wilayah Kotamadya Medan. Masyarakat kota dapat menjadikan

(40)

bermain dan berolah raga serta mamberikan kenyamanan dan ketentraman serta

memiliki nilai keindahan untuk perkotaan.

Hutan Kota Taman Beringin diresmikan pada tanggal 1 April 1971 oleh

Gubernur Propinsi Sumatera Utara Marah Halim.

Sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) Hutan Kota Taman

Beringin sebagian besar ditanami beberapa jenis tanaman hias, tanaman buah dan

tanaman keras, seperti pada tabel 7 dibawah ini :

Tabel 7. Jenis Tanaman Hutan Kota Taman Beringin Medan.

NO Nama Daerah Nama Latin

1 Akasia Acacia auriculiformis

2 Angsana Ptherocarpus indicus

3 Bacang Manejitera foetida

4 Bambu Kuning Bambusa vulgaris

5 Beringin Ficus benjamina

6 Bunga Tanjung Mimusops elengi

7 Flamboyan Delonix regia

8 Jambu Bol Eugenia malaccensis

9 Kelapa Cocos nucifera

10 Kelapa Sawit Elais guinennsis

11 Kirey/kere Payung Filicium decipiens

12 Mahoni Swietenia mahagoni

13 Mangga Manifera indica

14 Nam-nam Cynometra cauliflora

15 Nangka Arthocarpus integra

16 Nona Anona muricata

17 Palem Raja Roystone regia

18 Pule Alstonia scholaris

19 Rukam Flacourtia rukam

20 Saga Adenanthera pavoniana

(41)

Jenis tanaman yang mendominasi areal Hutan Kota Taman Beringin

adalah tanaman hias jenis palem raja (Roystone regia), jenis tanaman keras seperti

mahoni (Swietenia mahagoni) dan angsana (Ptherocarpus indicus) dan jenis

beringin. Tindak perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman

yang terdapat di Taman Beringin antara lain : pemangkasan daun tanaman,

pendangiran, penyiraman secara teratur, pemupukan dan tindak pemeliharaan dan

perawatan lainnya yang dianggap perlu untuk menciptakan kondisi taman yang

tertata rapi, indah dan terawat. Dinas Pertamanan Kota Medan menyediakan

sepuluh orang pegawai taman serta satu orang pengawas taman untuk melakukan

kegiatan perawatan dan pemeliharaan serta pengawasan terhadap Hutan Kota

Taman Beringin serta Taman Satelit.

III. Taman Kota Teladan

Letak dan Luas Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

Taman Kota Teladan terletak di Jalan Keliling Stadion, Kelurahan Teladan

Barat, Kecamatan Medan Kota, Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera Utara atau

tepatnya di depan stadion kebanggaan Kota Medan yaitu Stadion Teladan. Luas

areal Taman Kota Teladan berdasarkan data pengelolaan RTH (Ruang Terbuka

Hijau) Dinas Pertamanan Kota Medan seluas 1950 m².

Keadaan Taman Kota Teladan

Taman Kota Teladan berlokasi di jalan Keliling stadion tepat di depan

Stadion Teladan Medan selain itu taman ini juga tepat berada di pinggiran jalan

umum sehingga dengan mudah dapat di akses baik dengan kendaraan roda dua

(42)

Taman Kota Teladan merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH)

untuk wilayah Kotamadya Medan. Masyarakat kota dapat menjadikan Taman

Kota Teladan sebagai penyedia udara bersih dan segar, tempat rekreasi, tempat

bermain dan berolah raga serta mamberikan kenyamanan dan ketenteraman serta

memiliki nilai keindahan untuk perkotaan.

Gambar 3. Pintu masuk Taman Kota Teladan

Taman Kota Teladan memiliki 4 jalan masuk dimana letak masing-masing

jalan masuk tersebut dibuat di beberapa titik yang mudah dijangkau para

pengunjung dengan lebar jalan yang sudah ditentukan oleh pihak Dinas

Pertamanan selaku pengelola Taman Kota Teladan.

Taman Kota Teladan dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti lampu

penerangan sebagai sumber cahaya pada malam hari yang dapat menjangkau

seluruh sudut ruang dari Taman Kota Teladan dan sekaligus bertujuan untuk

(43)

Taman Kota Teladan diresmikan pada tanggal 17 agustus 1970 oleh

Gubernur Propinsi Sumatera Utara Marah Halim.

Sesuai dengan fungsi dan peranan Taman Kota Teladan sebagai salah satu

kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang merupakan bagian dari ruang terbuka

yang sebagian besar atau seluruhnya diisi oleh tanaman, Taman Kota Teladan

ditanami beberapa pohon-pohon yang mempunyai nilai komersil dan tidak

mempunyai nilai komersil. Pohon yang mendominasi areal Taman Kota Teladan

adalah pohon dengan jenis kelapa (Cocos nucifera L). Untuk lebih lanjut, dapat

dilihat pada Tabel 8 berikut

Tabel 8. Jenis-jenis Pohon di Taman Kota Teladan

No

Nama Jenis/Pohon

Nama Daerah Nama Latin

1

( Sumber : Dinas Pertamanan, 2005)

Tanaman-tanaman yang terdapat di Taman Kota Teladan ini selalu

mendapatkan tindak pemeliharaan dan perawatan yang intensif dari para

petugas/pegawai taman. Dinas Pertamanan sendiri telah menyediakan sepuluh

(44)

sebagai pengawas, sehingga diharapkan akan menghasilkan pekerjaan yang baik

dan terkoordinir. Dalam melakukan pemeliharaan dan perawatan terhadap

tanaman-tanaman di Taman Kota Teladan ini dilakukan sesuai dengan

aspek-aspek budidaya seperti : pemangkasan daun tanaman, pendangiran, penyiraman,

peremajaan tanaman, pemupukan dan sebagainya yang dianggap perlu dalam

pemeliharaan dan perawatan tanaman, sehingga diharapkan dengan adanya

kegiatan ini akan menghasilkan taman yang asri, indah sejuk dan tertata dengan

(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persepsi Masyarakat Pengguna Hutan Kota terhadap Definisi Hutan Kota

Persepsi responden terhadap defenisi hutan kota terbagi menjadi 5 (lima)

bagian seperti terlihat pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9. Persepsi Masyarakat Pengguna Hutan Kota terhadap Definisi Hutan Kota

NO

Persepsi Responden terhadap Definisi Hutan

Kota

Nama Hutan Kota Taman Rekreasi dan

Olahraga Gajah Mada

Hutan Kota Taman Beringin 1 Hutan kota merupakan

kumpulan dari

pohon-pohon yang berada di

tengah-tengah kota

2 6,06 2 5,71 2 5

2 Hutan kota merupakan suatu areal yang berada di

tengah kota yang

dikhususkan sebagai

tempat rekreasi

4 12,12 4 11,42 4 10

3 Hutan kota merupakan

suatu areal yang

merupakan paru-paru kota

10 30,30 12 34,28 14 35

4 Hutan kota merupakan

suatu kawasan dalam kota

yang didominasi oleh

pepohonan yang habitatnya

dibiarkan tumbuh secara

alami sebagi daerah

penyangga air dan

pelindung flora dan fauna

di perkotaan

17 51,51 17 48,57 20 50

5 Tidak tahu 0 0 0 0 0 0

Total 33 100 35 100 40 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 9 di atas diketahui bahwa persepsi masyarakat

(46)

kota adalah kumpulan dari pohon-pohon yang berada di tengah-tengah kota,

sebagai suatu areal yang yang berada di tengah kota yang dikhususkan sebagai

tempat rekreasi, dan sebagai kawasan dalam kota yang didominasi oleh

pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami sebagai daerah

penyangga air dan pelindung flora dan fauna di perkotaan.

Responden yang mengatakan bahwa hutan kota sebagai suatu kawasan

dalam kota yang didominasi oleh pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh

secara alami sebagi daerah penyangga air dan pelindung flora dan fauna di

perkotaan untuk Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada sebanyak 17 orang

(51,51%), untuk Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 17 orang (48,57%) dan

untuk Taman Kota Teladan sebanyak 20 orang (50%). Menurut responden hutan

kota merupakan daerah penyangga air untuk mengatasi masalah banjir yang sering

terjadi kota Medan juga sebagai tempat pelestarian dan perlindungan flora dan

fauna sehingga kita harus lebih memperhatikan dan menjaga keberadaan hutan

kota.

Responden yang mengatakan hutan kota sebagai suatu areal yang

merupakan paru-paru kota untuk Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada

sebanyak 10 orang (30,30%), untuk Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 12

orang (34,28%) dan untuk Taman Kota Teladan sebanyak 14 orang (35%).

Menurut responden, hutan kota terdefinisi sebagai paru-paru kota yang sangat

penting untuk kehidupan masyarakat perkotaan. Dengan adanya hutan kota maka

ada tempat di dalam suatu arel perkotaan yang menyediakan udara bersih dan

berperan dalam mengurangi jumlah polutan yang terdapat di udara. Oleh karena

(47)

bahwa hutan kota sebagai suatu areal yang berada di tengah kota yang

dikhususkan sebagai tempat rekreasi untuk Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah

Mada sebanyak 4 orang (12,12%), untuk Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 4

orang (11,42%) dan untuk Taman Kota Teladan sebanyak 4 orang (10%).

Menurut responden hutan kota merupakan suatu sarana publik yang dikhususkan

sebagi tempat rekreasi dan olah raga bagi masyrakat perkotaan.

Responden yang mengatakan bahwa hutan kota sebagai kumpulan dari

pohon-pohon yang berada di tengah kota untuk Taman Rekreasi dan Olahraga

Gajah Mada sebanyak 2 orang (6,06%), untuk Hutan Kota Taman Beringin

sebanyak 2 orang (5,71%) dan untuk Taman Kota Teladan sebanyak 2 orang

(5%). Menurut responden hutan kota merupakan kumpulan dari banyak pohon

yang di tata dengan sedemikian rupa dan berada tepat di tengah-tengah kota.

Persepsi Masyarakat tentang Manfaat Hutan Kota

Responden memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang manfaat hutan

kota sebagai hidrologi, ekonomi, klimatologi, estetika dan pencegah banjir seperti

Tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Persepsi Responden tentang Manfaat Hutan Kota NO Persepsi Responden tentang

Manfaat Hutan Kota

Nama Hutan Kota Taman Rekreasi dan

Olahraga Gajah Mada

Hutan Kota Taman Beringin

(48)

Berdasarkan Tabel 10 di atas diketahui bahwa hutan kota bermanfaat

sebagai hidrologi, ekonomi, klimatologi, estetika dan pencegah banjir. Responden

yang mengatakan bahwa hutan kota bermanfaat sebagai pengatur tata air atau

hidrologi untuk Taman Rekreasi dan Gajah Mada sebanyak 3 orang (9,09%),

untuk Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 2 orang (5,71%) dan untuk Taman

Kota Teladan sebanyak 6 orang (15%) . Responden yang setuju bahwa hutan kota

bermanfaat sebagai pengatur iklim (klimatologi) dan penghasil Oksigen untuk

Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada sebanyak 10 orang (30,30%), untuk

Hutan Kota Taman Beringin 10 orang (28,47%) dan untuk Taman Kota Teladan

sebanyak 8 orang (20%), sebanyak 6 orang atau 18,18 % dari responden di Taman

Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada mengatakan bahwa hutan kota bermanfaat

dilihat dari segi ekonomi sementara di Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 5

orang (14,28%) sedangkan di Taman Kota Teladan hanya 4 orang (10%). Hutan

kota bermanfaat dengan keindahan alam yang diberikan (nilai estetika) yang

menjadikan hutan kota sebagai tempat rekreasi, responden yang setuju dengan

pendapat ini untuk Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada sebanyak 12 orang

(36,36%), untuk Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 13 orang (37,14%) dan

untuk Taman Kota Teladan sebanyak 18 Orang (45%). Selain itu hutan kota juga

bermanfaat sebagai pencegah banjir dan responden yang setuju dengan pendapat

tersebut untuk Taman Rekreasi dan Olahraga Gajah Mada sebanyak 2 orang

(6,06%), untuk Hutan Kota Taman Beringin sebanyak 5 orang (14,28%) dan

untuk Taman Kota Teladan sebanyak 4 orang (10%) .

Pada dasarnya persepsi masyarakat tentang manfaat hutan kota adalah

(49)

positif dipengaruhi oleh faktor sumber informasi tentang manfaat hutan kota.

Faktor lainnya yang mempengaruhi kesamaan persepsi tentang manfaat hutan kota

oleh sebagian masyarakat adalah manfaat langsung yang dirasakan oleh

masyarakat pengguna Hutan kota tersebut dimana pengalaman responden yang

sudah lama berinteraksi dengan hutan kota juga mempengaruhi persepsi

masyarakat tentang manfaat hutan kota. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Insusanty (2001) bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh

pengalaman hidupnya.

Hal ini sesuai dengan pendapat responden yang mengatakan bahwa

manfaat hutan kota yang dirasakan langsung dalam kehidupannya sehari-hari

terlihat sangat nyata seperti oksigen yang dihirup setiap harinya, kemudian iklim

yang konstan atau tidak berubah-ubah hal ini menunjukkan manfaat klimatologi

dari Hutan kota. Namun tidak semua pendapat sama karena responden yang lain

mengatakan manfaat hutan kota yang dirasakan langsung dapat dilihat dari segi

estetikanya. Salah satu contoh manfaatnya yaitu mempercantik dan memperindah

kota. Bentuk-bentuk pemanfaatan yang dilakukan masyarakat seperti menikmati

nilai estetika, hidrologi, ekonomi dan klimatologi terhadap hutan kota sangatlah

baik. Masyarakat dapat menikmati manfaat dari Hutan kota secara langsung sesuai

(50)

Persepsi Masyarakat terhadap Peranan Pemerintah dalam Keberadaan Hutan kota

Hasil dari penyebaran kuisioner yang dilakukan diketahui persepsi

masyarakat terhadap peranan pemerintah dalam keberadan Hutan kota seperti

terlihat pada Tabel 11 berikut ini :

Tabel 11. Persepsi Masyarakat terhadap Peranan Pemerintah NO Persepsi Masyarakat

terhadap Peranan Pemerintah Dalam Keberadan Hutan Kota

Nama Hutan Kota Taman Rekreasi dan

Olahraga Gajah Mada

Hutan Kota Taman Beringin

2 Berperan tapi tidak ada

tindakan

20 60,60 23 65,71 25 62,5 3 Berperan dan ada tindakan 13 39,39 12 34,28 15 37,5

4 Tidak tahu 0 0 0 0 0 0

Total 33 100 35 100 40 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 11 di atas didapat hasil untuk Taman Rekreasi dan

Olahraga Gajah Mada sebanyak 20 responden (60,60%), untuk Hutan Kota

Taman Beringin sebanyak 23 responden (65,71%) dan untuk Taman Kota Teladan

sebanyak 25 responden (62,5%) yang mengatakan bahwa pemerintah berperan

tapi tidak ada tindakan. Masyarakat mengatakan demikian karena menilai

pemerintah hanya mengeluarkan peraturan tanpa ada tindakan yang konkret yang

dirasakan dan dilihat langsung oleh responden dimana para responden

mengatakan sangat minimnya perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh

pemerintah terhadap taman kota dimana dari tahun ke tahun sarana yang ada

(51)

pemerintah terhadap sebagian oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang

sering merusak fasilitas yang terdapat di taman-taman kota, jadi masyarakat

mengharapkan pemerintah perlu memberikan sanksi kepada para pelaku

pengrusakan untuk memberikan efek jera.

Tidak semua masyarakat mengatakan pemerintah kurang tegas karena ada

sebagian masyarakat yaitu sebanyak 13 orang (39,39%) untuk Taman Rekreasi

dan Olahraga Gajah Mada, 12 orang (34,28%) untuk Hutan Kota Taman Beringin

dan 15 orang (37,5%) untuk Taman Kota Teladan yang mengatakan pemerintah

sudah berperan dan tindakan telah dilakukan seperti diadakannya pengumuman

dan larangan-larangan di taman-taman kota seperti: Dilarang membuang sampah

sembarangan, Jagalah kebersihan, Dilarang merusak fasilitas taman dan

sebagainya. Selain itu pemerintah juga menyediakan tempat sampah di beberapa

titik di setiap taman kota.

Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan kota

Hasil dari penyebaran kuisioner yang dilakukan diketahui persepsi

masyarakat terhadap keberadan Hutan kota di tengah-tengah lingkungan

Masyarakat seperti terlihat pada Tabel 12 berikut ini :

Tabel 12. Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Kota NO Persepsi Masyarakat

terhadap Keberadan Hutan Kota

Nama Hutan Kota Taman Rekreasi dan

Olahraga Gajah Mada

Hutan Kota Taman Beringin

(52)

Berdasarkan tabel 12 di atas didapat hasil bahwa seluruh responden

(100%) di ketiga tamn kota yang diteliti sangat setuju dengan keberadaan hutan

kota di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Para responden memberikan alasan

bahwa dengan adanya hutan kota di tengah-tengah lingkungan mereka setidaknya

akan membantu mengurangi kadar polutan yang terkandung di udara yang

disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan bermotor di kota Medan selain itu

hutan kota juga merupakan tempat untuk mendapatkan suplai udara bersih dan

penyedia oksigen yang sangat berguna bagi kesehatan masyarakat.

Selain manfaat itu itu responden juga mengatakan dengan adanya hutan

kota di tengah-tengah mereka akan menciptakan suasana yang sejuk, indah, asri.

Selain itu juga akan mampu memperindah kota sehingga akan memberikan kesan

yang ramah lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahlan (2004) yang

mengatakan bahwa konsep Hutan kota adalah membangun dan menghijaukan kota

semaksimal mungkin, agar lingkungan kota dapat sejuk, rindang, indah, nyaman

dan sehat.

Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan kota

Hasil dari penyebaran kuisioner yang dilakukan diketahui persepsi

masyarakat terhadap Penataan Hutan kota seperti terlihat pada Tabel 13 berikut ini

Tabel 13. Persepsi Masyarakat terhadap Penataan Hutan Kota NO Persepsi Masyarakat

terhadap Penataan Hutan Kota

Nama Hutan Kota Taman Rekreasi dan

Olahraga Gajah Mada

(53)

5 Sangat Buruk 0 0 0 0 0 0

Total 33 100 35 100 40 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 13 di atas didapat 32 orang (96,96%) responden untuk

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada, 28 orang (80%) untuk Hutan Kota

Taman Beringin dan 40 orang (100%) untuk Taman Kota Teladan Mengatakan

bahwa Penataan Taman Kota yang mereka lihat dan perhatikan saat ini adalah

kurang baik. Pendapat mereka ini didasarkan pada keadaan taman dan hutan kota

dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan yang signifikan kearah yang lebih

baik, sehingga terkesan penataan hutan kota sama sekali tidak mendapat prioritas

utama dalam konsep kerja dari dinas pemerintahan yang terkait.

Sebenarnya penataan hutan kota itu sangat perlu agar terbentuk suatu

konsep penataan dan pengembangan hutan kota yang tertata dengan rapi. Hal ini

sangat perlu karena jika tidak dilakukan penataan hutan kota yang baik akan

menyebabkan tatanan kota yang semrawut, jorok dan tidak sehat. Hal ini akan

memicu terjadinya kesewenang-wenangan terhadap hutan kota itu sendiri seperti

menjadi tempat pembuangan sampah. Hal ini akan memicu timbulnya gejala

penyakit dan akan menyebabkan lingkungan menjadi tidak sehat. Hal ini sesuai

dengan dengan pendapat Nurmandi (1999) yang mengatakan kota dengan

perencanaan dan penataan yang akan menjadi lesu, sakit, dan semrawut yang jika

tidak dilakukan usaha penataan kembali akan mengalami kematian.

Sementara jumlah responden yang mengatakan bahwa penataan hutan kota

itu sudah baik hanya berjumlah 1 orang (3,03%) saja untuk Taman Rekreasi dan

Olahraga Gajah Mada dan untuk Hutan Kota Taman Beringin hany berjumlah 7

(54)

Para responden mengatakan penatan hutan kota itu sudah baik karena mereka

melihat semakin lengkapnya fasilitas yang terdapat di Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada dan Hutan Kota Taman Beringin. Fasilitas yang dimaksud

seperti sarana olahraga, sarana bermain anak dan Kamar mandi umum belum lagi

penyediaan tempat sampah di beberapa titik taman kota yang meningkatkan

tingkat kebersihan dari taman kota itu sendiri. Tapi dari besarnya perbedaan

jumlah persentase dari responden yang mengatakan penataan hutan kota masih

kurang baik dengan yang mengatakan bahwa penataan hutan kota sudah baik

dapat disimpulkan bahwa masih diperlukannya banyak perbaikan-perbaikan

dalam penataan hutan kota. Hal ini dikarenakan masih banyak terdapat

kekurangan-kekurangan pada penataan hutan kota yang menyebabkan kurangnya

nilai guna dari hutan kota itu sendiri.

Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas yang tersedia di Hutan kota

Hasil dari penyebaran kuisioner yang dilakukan diketahui persepsi masyarakat terhadap fasilitas yang tersedia di Hutan kota seperti terlihat pada Tabel 14 berikut ini :

Tabel 14. Persepsi Masyarakat terhadap Fasilitas di Hutan Kota NO Persepsi Masyarakat

terhadap Fasilitas di Hutan Kota

Nama Hutan Kota Taman Rekreasi dan

Olahraga Gajah Mada

Hutan Kota Taman Beringin

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 14 di atas didapat 23 orang (69,69) responden

Gambar

Tabel 1. Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Kota  No Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Hutan Kota
Tabel 4. Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan .Hutan Kota  No Persepsi Masyarakat terhadap Perawatan Hutan Kota
Gambar 1. Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
Tabel 6. Jenis dan Jumlah Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi hutan kota UR berdasarkan persepsi dan preferensi masyarakat kampus adalah kesehatan, namun lokasinya yang berada di dalam kawasan kampus dapat

Tabel informasi penyedia dana berisi data lembaga/bank yang menyediakan fasilitas keuangan untuk mendukung usaha pengelolaan lahan hutan rakyat yang terbaik yang tersedia di

Kata Kunci: Burung, Kelimpahan, Hutan Kota, Taman Kota, Encounter rates, Kota Malang, Least Concern Hutan Kota Malabar dan Taman Kunang-kunang adalah ruang terbuka hijau di kawasan

Data faktor penyebab perceraian yang diperoleh dari kantor Pengadilan Agama Kota Semarang, dapat dilihat dalam tabel berikut:.. Ada 14 penyebab terjadinya perceraian,

Berdasarkan pemaparan di atas tentang bagaimana persepsi masyarakat Kota Medan tentang badal haji, bagaimana motivasi masyarakat Kota Medan untuk melaksanakan badal

Bahwa faktor hukum, penegak hukum, fasilitas yang tersedia, masyarakat sekitar hutan, kebudayaan masyarakat merupakan faktor-faktor penting upaya perlindungan kawasan

Persepsi masyarakat di sekitar hutan kota jalan kediri dan hutan kota polowijen menunjukan bahwa kedua hutan kota memberikan manfaat bagi masyarakat sebagai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap hutan kota yang ada di wilayahnya serta pengaruh karakteristik