• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pengembangan Hutan Kota Universitas Riau Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Masyarakat Kampus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Pengembangan Hutan Kota Universitas Riau Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Masyarakat Kampus"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Riau merupakan salah satu daerah berkembang dalam bidang kehutanan,

perkebunan sawit dan karet, perdagangan, pertambangan minyak, wisata dan lain sebagainya, sehingga Kota Pekanbaru sebagai Ibukota Provinsi Riau sedang

mengalami perkembangan pesat. Hal ini terlihat dari banyaknya pembangunan pusat perbelanjaan, industri, komplek perumahan dan fasilitas lainnya yang mengakibatkan berkurangnya ruang hijau (Firdaus 2003). Permasalahan yang sering timbul di Riau yaitu kebakaran yang terjadi setiap bulan dan jumlah kendaraan bermotor yang meningkat. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kota Pekanbaru (2008), terjadi kenaikan jumlah kendaraan bermotor wajib uji dari 2005 ke 2008 sebesar 7.000 unit. Permasalahan

tersebut mengakibatkan berkurangnya nilai estetika dan kebutuhan air, serta meningkatnya polusi dan suhu. Berdasarkan laporan BMKG Provinsi Riau (2010), terjadi kenaikan suhu di Kota Pekanbaru dari tahun 2008 ke tahun 2010 sebesar 0,4 C yang akan mengurangi kenyamanan penduduk dalam beraktivitas serta menurunkan daya pikir seseorang.

Banyaknya permasalahan lingkungan yang terjadi dapat dikurangi dengan keberadaan beberapa hutan kota di Pekanbaru. Sesuai penyataan dalam Undang– Undang No. 41 tahun 1999, hutan kota mempunyai fungsi untuk kepentingan pengaturan iklim mikro, estetika dan resapan air. Hutan kota memerlukan studi pengembangan dalam pengelolaannya, yang bertujuan untuk mengarahkan potensi-potensi yang sudah ada agar dapat dikelola lebih baik untuk mendapatkan fungsi hutan kota yang optimal. Pengembangan hutan kota yang baik diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang nyaman dalam membantu masyarakat untuk beraktivitas dengan lancar.

Kampus Universitas Riau (UR) telah ditunjuk oleh pemerintah Kota Pekanbaru sebagai hutan kota pada tahun 2007 dengan luas keseluruhan 50 ha. Seluas 20 ha sudah dikembangkan berupa arboretum dan jalur hijau, sedangkan

(2)

UR ini adalah untuk membantu memenuhi luasan hutan kota 10% dari luas kota

Pekanbaru (632.260 ha) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002. Pengembangan hutan kota membutuhkan pengetahuan mengenai preferensi masyarakat sebagai pengguna utama yang tentunya ditentukan oleh persepsinya serta dapat merupakan masukan bagi kebijakan pemerintah daerah. Hutan kota di dalam kampus sangat penting untuk kegiatan belajar-mengajar serta mempengaruhi prestasi mahasiswa. Hal ini mengacu pada pernyataan Dahlan (2004), bahwa mahasiswa pada kota tercemar menjadi kurang cakap dan mudah tersinggung, menurunkan kemampuan dan ketahanan berpikir mereka, menurun prestasi dan unjuk kerja kehadiran. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat membantu pengelola dalam mengembangkan hutan kota UR.

1.2 Perumusan Masalah

Hutan kota Universitas Riau mempunyai banyak manfaat, baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun bagi masyarakat sekitar kampus yang memanfaatkannya. Sebagai pengguna hutan kota, masyarakat sangat penting dilibatkan dalam pengembangan hutan kota karena menyangkut kepentingan

masyarakat akan keindahan dan rekreasi (Schroeder 1990). Oleh karena itu perlu diketahui persepsi dan preferensi masyarakat kampus dalam pengembangan hutan kota Universitas Riau.

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsep pengembangan hutan kota Universitas Riau berdasarkan persepsi dan preferensi masyarakat kampus.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Memberikan masukan bagi pengelola tentang konsep pengembangan yang tepat untuk hutan kota UR, berupa pengembangan blok, vegetasi dan fasilitas pendukung.

(3)

c. Memberikan pengetahuan akan pentingnya hutan kota kepada masyarakat

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kota

Kota merupakan tempat bermukim warga, tempat bekerja, tempat hidup, tempat belajar, pusat pemerintahan, tempat berkunjungnya tamu negara, tempat mengukur prestasi para olahragawan, tempat pentas seniman domestik dan mancanegara, tempat rekreasi dan kegiatan–kegiatan lainnya (Dahlan 1992). Kota merupakan pusat berbagai kegiatan serta tempat yang sangat menarik untuk

bekerja, berdagang, kuliah dan belajar serta untuk berbagai keperluan lain (Dahlan 2004), sedangkan menurut Irwan (2008) kota adalah suatu pusat permukiman penduduk yang besar dan luas, juga terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi budaya, pusat pemerintahan serta kegiatan sosial dari banyak dimensi.

2.2 Masalah Lingkungan Perkotaan

Meningkatnya pembangunan berbagai kegiatan seperti pembangunan jalan, kegiatan transportasi, industri, permukiman dan kegiatan lainnya sering mengakibatkan luasan ruang terbuka hijau menurun dan juga disertai menurunnya mutu lingkungan hidup. Hal ini akan mengakibatkan kota menjadi sakit, tercemar dan kotor. Pelajar dan mahasiswa mempunyai sifat yang mengarah ke tempramental dan brutal dengan daya asah otak yang kurang kuat, karena selama perjalanan pergi dan pulang banyak tercemar oleh gas CO dan logam berat Pb yang diemisikan oleh kendaraan bermotor (Dahlan 1992).

Kota yang tercemar berat mengakibatkan Gubernur, Walikota atau Bupati tidak lagi dapat berpikir secara rumit, antisifatik, unik dan futuristik, bahkan

mungkin sering sakit. Lingkungan udara yang tercemar berat oleh gas CO, SO2, hidrokarbon, O3, NO2 dan NO serta berbagai pencemaran udara lainnya akan mengakibatkan penyakit atau dapat memperparah penyakit jantung dan paru serta dapat mengakibatkan kematian. Pada kota tercemar berat juga pelajar dan

(5)

Berdasarkan pernyataan Irwan (2008), banyak bermunculan fenomena

masalah lingkungan di perkotaan seperti suhu udara yang semakin meningkat, tingkat polusi udara semakin tinggi, rusak atau hilangnya berbagai habitat yang diikuti menurunnya keanekaragaman flora dan fauna, hilang dan rusaknya pemandangan, serta berbagai macam masalah sosial. Setiap pembangunan lahan hijau atau vegetasi selalu menjadi korban, padahal vegetasi mempunyai peranan penting dalam ekosistem.

2.3 Hutan Kota

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002, hutan kota adalah suatu hamparan yang tumbuhannya berupa pohon–pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat berwenang. Adapun peranannya adalah untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresap air, menciptakan kesimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Sedangkan menurut Irwan (2008) hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh

di lahan kota atau sekitarnya, berbentuk jalur, menyebar atau bergerombol (menumpuk), struktur meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa liar dan menimbulkan lingkungan sehat, suasana nyaman, sejuk dan estetis.

Adapun tipe hutan kota sebagai berikut: tipe pemukiman, tipe kawasan

(6)

2.4 Peranan Hutan Kota

Salah satu upaya untuk meningkatkan daya dukung dan kualitas lingkungan hidup di perkotaan adalah dengan menciptakan kota di dalam hutan dan taman dengan menggunakan pendekatan ilmu hutan kota (Dahlan 2004). Sesuai dengan Undang–Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan “untuk kepentingan pengaturan iklim mikro, estetika dan resapan air disetiap kota ditetapkan kawasan tertentu sebagai hutan kota“. Sedangkan menurut Dahlan (1992) peranan dan fungsi hutan kota adalah sebagai identitas kota, pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat dari udara, penyerap dan penjerap partikel timbal, penyerap dan penjerap debu semen, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap CO2 dan penghasil O2, penyerap CO, penahan

angin, penyerap dan penepis bau, mengatasi penggenangan, mengatasi intrusi air laut, produksi terbatas, ameliorasi iklim, pengelolaan sampah, pelestarian air tanah, penapis cahaya silau, meningkatkan keindahan, sebagai habitat burung, mengurangi stres, mengamankan pantai terhadap abrasi, meningkatkan industri pariwisata, sebagai hobi dan pengisi waktu luang.

Irwan (2008) mengemukakan bahwa fungsi hutan kota sangat tergantung

kepada komposisi dan keanekaragaman jenis dari komunitas vegetasi dan tujuan perancangannya. Secara garis besar fungsi hutan kota dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi yaitu fungsi lanskap (fungsi fisik dan fungsi sosial), fungsi pelestarian lingkungan dan fungsi estetika (keindahan). Manfaat hutan kota menurut komisi kerjasama antara Proyek Pembangunan Kehutanan Daerah

dengan Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan tahun 1987 dengan Fakultas Kehutanan IPB adalah sebagai berikut:

a. Konservasi Tanah dan Air

Di kota–kota besar semakin banyak tanah–tanah yang tidak tertutup vegetasi dan semakin banyak tanah yang tertutup gedung–gedung dan aspal, sehingga tidak mampu merembeskan air ke dalam tanah. Bahaya–bahaya yang mungkin timbul perlu dicegah dengan membangun hutan kota pada daerah tertentu, karena pohon–pohon dapat meningkatkan peresapan air dan menyimpannya di dalam tanah kemudian dipergunakan lagi sehingga terjadi siklus hidrologi.

(7)

Proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar minyak (BBM)

khususnya dari kendaraan bermotor akan mengeluarkan gas CO yang sangat berbahaya bagi manusia, karena mengurangi ketersediaan O2 di udara yang sangat

dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas. Pohon dapat mengamankan bahaya CO melalui proses fotosintesis dan menghasilkan O2 sebagai salah satu produknya.

Adanya hutan kota akan lebih menarik warga kota untuk berolahraga di dalamnya karena lingkungan mikro yang diciptakan oleh hutan kota lebih segar, sehingga hutan kota cocok dikembangkan baik di lingkungan rumah sakit, perkantoran maupun pemukiman.

c. Wadah Rekreasi dan Wisata

Dalam menghadapi pekerjaan–pekerjaan yang terus–menerus memeras pikiran harus diimbangi dengan penyegaran sehingga kita dapat menghadapi pekerjaan selanjutnya dengan baik. Di kota–kota besar kebutuhan rekreasi sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat modern. Karyawan pabrik, pegawai kantor, mahasiswa dan pelajar bahkan ibu rumah tangga sangat memerlukan adanya rekreasi. Dengan adanya hutan kota memungkinkan kebutuhan penduduk kota terhadap rekreasi akan lebih cepat terpenuhi.

d. Habitat Satwa

Satwa terutama burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan maupun tempat bersarang dan bertelur. Pembangunan hutan kota perlu memperhatikan pemilihan jenis yang disenangi burung–burung yang membutuhkan bunga, buah maupun biji sebagai makanannya.

e. Produksi Terbatas

(8)

f. Ameliorasi Iklim

Elemem–elemen pokok iklim seperti radiasi matahari, suhu, angin dan kelembaban mempengaruhi kenyamanan hidup manusia dan penghuni bumi lainnya. Berkat kemajuan teknologi, manusia dapat mengatur suhu, cahaya, aliran udara dan kelembaban dalam ruangan tertutup tetapi belum mampu mengatur iklim di ruang terbuka. Pepohonan dan vegetasi lainnya dapat menciptakan iklim mikro yang nyaman bagi manusia melalui pengaturan suhu, cahaya, kelembaban dan aliran udara.

2.5 Persepsi dan Preferensi

Persepsi diartikan sebagai suatu tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi masyarakat merupakan pandangan masyarakat terhadap segala aktivitas dalam kehidupannya (Prayitno 2008). Sedangkan preferensi adalah kecenderungan dalam memilih atau prioritas yang diinginkan (Maryati 2009).

Partisipasi masyarakat merupakan unsur utama perencanaan ruang terbuka hijau serta menjaga kualitasnya. Aspek perencanaan dalam pengelolaan ruang terbuka hijau kota berdasarkan persepsi dan preferensi masyarakat menyangkut hal yang berbau birokrasi artinya selama ini aspek perencanaan ruang terbuka hijau kurang disosialisasikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat (Hakim et al. 2000). Preferensi masyarakat terhadap hutan kota dapat dinyatakan dalam

pilihan-pilihan mereka yang nengunjungi dan menggunakan hutan kota tersebut (Schroeder 1990).

Brokman dan Merriem (1940) diacu dalam Naibaho (2009) mengatakan

bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu: jenis kelamin, umur, latar belakang, pendidikan, pekerjaan, pendapat, asal/tempat tinggal, status ekonomi, waktu luang, serta kemampuan fisik dan intelektual. Perbedaan faktor– faktor tersebut terdapat di dalam diri seseorang akan menyebabkan persepsi yang berbeda pula. Persepsi termasuk dalam komponen–komponen pembuat keputusan dari seorang individu yang terdiri atas perception (persepsi), attitude (sikap), value (nilai), preference (kesukaan) dan satisfation (kepuasan), yang saling

(9)

2.6 Perencanaan

Berdasarkan pernyataan Branch (1995:201) diacu dalam Budiman (2005), perancangan kota berkaitan dengan tanggapan indrawi manusia terhadap lingkungan fisik kota: penampilan visual, kualitas estetika dan karakter spasial. Perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasi serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan (Ivana 2009).

Gold (1980) diacu dalam Pertami (2010) menyatakan bahwa perencanaan terdiri dari proses inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan dan perancangan (Gambar 1). Masing–masing tahapan pada perencanaan tersebut dapat dijabarkan bahwa pada inventarisasi merupakan proses pengumpulan data primer dan sekunder dengan hasil berbentuk karakteristik tapak yang tertuang dalam peta inventarisasi. Tahapan analisis merupakan tahapan mengetahui potensi dan kendala pada tapak yang merupakan acuan terhadap rencana pengembangan tapak.

Gambar 1 Tahapan perencanaan Gold.

Perencanaan adalah sebuah proses dan terbentuknya rencana melalui tahapan–tahapan. Brooks (1988) diacu dalam Pertami (2010) penjabarkan proses perencanaan terdiri dari (1) Proses penelitian dan pengumpulan data, pada tahap ini akan diikuti analisis kebutuhan tapak yang akan dievaluasi sebagai lokasi alternatif untuk bangunan ataupun tempat parkir. Saat penggunaan lahan sudah

menjadi kriteria seharusnya tapak harus lebih spesifik dilihat dari penggunaannya; (2) inventarisasi, tahapan pengumpulan dan pendataan semua hal yang berhubungan dengan komponen tapak; (3) analisis, hasil dari pengumpulan data akan dipilih yang sesuai dengan hal yang akan direncanakan kemudian akan dilakukan penilaian tentang masing–masing komponen; (4) penyelesaian masalah, setelah dilakukan analisis kemudian setiap komponen data diberikan solusi atau alternatif perencanaan yang sesuai.

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Riau, Provinsi Riau. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2011.

3.2 Alat dan Bahan untuk Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, seperangkat komputer/laptop, dan kamera digital. Bahan yang digunakan antara lain kuesioner, literatur dan peta Universitas Riau. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan adalah Arc GIS.10, Auto CAD dan Adobe Photoshop.

3.3 Metode

Penelitian ini di mulai dari proses pengumpulan data, dilanjutkan dengan pengolahan data, analisis dan sintesis. Alur Proses perencanaan pengembangan hutan kota UR dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Bagan proses perencanaan pengembangan hutan kota UR. Pengumpulan data

Data sekunder Data primer

Studi pustaka Observasi lapang

Wawancara

Sintesis Analisis

Pengolahan data

(11)

3.3.1 Pengumpulan data

1. Studi Pustaka

Metode ini bertujuan untuk memperoleh data sekunder yang dapat digunakan dalam melengkapi data penelitian. Studi literatur diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku laporan, skripsi, jurnal, internet dan dokumen lain yang terkait dengan judul penelitian ini.

2. Observasi lapang

Observasi lapang ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lapang, yaitu mengetahui kondisi tapak awal dan melihat kondisi fisik lainnya.

3. Wawancara

Penentuan responden untuk wawancara menggunakan metode stratifikasi (stratified sampling) terhadap masyarakat kampus. Masyarakat kampus sebagai target wawancara dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan unsur-unsur dari kampus yaitu mahasiswa, dosen dan masyarakat sekitar kampus. Pengambilan contoh pada mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus dipilih secara acak (random), sedangkan pengambilan contoh untuk dosen dipilih secara Stratified Sequential Sampling, yaitu pengumpulan data dilakukan sampai keragaman

terpenuhi.

Wawancara dilakukan dalam dua cara yaitu secara terpandu dan penyebaran kuesioner. Wawancara terpandu ditujukan kepada pengelola hutan kota yaitu tenaga ahli yang merupakan dosen UR jurusan Kehutanan, jurusan Pertanian dan jurusan Biologi serta Pemerintah Kota Pekanbaru yaitu Subdin Kehutanan Dinas

Pertanian dan BPDAS Indragiri Rokan (Panduan wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2). Penyebaran kuesioner ditujukan kepada mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus (kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 3), dengan penentuan jumlah respondennya menggunakan formula yang dikembangkan Slovin (1990) diacu dalam Setiawan (2007), yaitu :

Dimana:

n = ukuran sampel yang dibutuhkan

(12)

Penentuan ukuran populasi (N) menggunakan data jumlah masyarakat

kampus satu tahun sebelumnya, sedangkan besarnya persentase batas ketelitian kesalahan (e) yang digunakan adalah 10% karena untuk mempermudah dalam perhitungan dan hasil yang didapat mendekatkan angka bulat. Setelah ukuran sampel diketahui jumlahnya, dilanjutkan pada penyebaran kuesioner dengan proporsi perbandingan jumlah mahasiswa : jumlah masyarakat sekitar kampus.

Berdasarkan rumus Slovin didapat n sebesar 100 orang sampel, yang dibagi menjadi 94 orang mahasiswa UR dan 6 orang masyarakat sekitar UR, sebagaimana perhitungan di bawah ini:

= 99,68 ≈ 100 orang

Terdiri dari :

Mahasiswa UR =

= 93,9 orang

Masyarakat sekitar kampus UR =

= 6,1 6 orang.

3.3.2 Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini secara keseluruhan meliputi kondisi fisik lokasi, kondisi sosial dan persepsi masyarakat, hal ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data, informasi yang dikumpulkan, metode dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian

Jenis Data Informasi yang dikumpulkan Metode Sumber Data

A. Kondisi Fisik Lokasi B. Kondisi Sosial C. Persepsi dan preferensi

Letak, luas, batas lokasi penelitian, peta lokasi penelitian, fasilitas, potensi, suhu, iklim, kelembaban udara, jenis dan sifat tanah, fungsi lingkungan sekitar lokasi, telekomunikasi, aksesibilitas (jalan), drainase (sumber air, letak, bentuk, keadaan saat kemarau). Demografi (jumlah mahasiswa UR dan masyarakat sekitar kampus UR), pemanfaatan hutan kota bagi kampus dan masyarakat.

Harapan masyarakat kampus terhadap hutan kota yang mereka inginkan antara lain fungsi, fasilitas, dan jenis tumbuhan.

Literatur, observasi lapang dan wawancara. Wawancara

Wawancara Lokasi

(13)

3.3.3 Pengolahan dan analisis data

Setelah semua data terkumpul akan diolah dengan cara tabulasi, persentase dan penyusunan kerangka pengembangan. Selanjutnya data yang telah diolah akan diidentifikasi dan dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

3.3.4 Sintesis

(14)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak dan Luas

Lokasi penelitian secara geografis berada pada kooordinat 101°22‘ 45“BT– 101° 23‘ 09“BT dan 0° 28‘ 41“LU–0° 29‘ 09“LU yang merupakan kawasan kampus UR. Kampus UR memiliki luas wilayah 250 ha dengan areal bangunan sekitar 20 ha dan sisanya berupa ruang terbuka hijau dengan areal hutan kota seluas 50 ha. Kampus UR secara administratif terletak di kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kotamadya Pekanbaru Provinsi Riau.

Lokasi penelitian adalah areal bekas program penanaman hutan kota oleh BPDAS Indragiri Rokan seluas 30 ha. Sebelah utara berbatasan dengan semak belukar, sebelah selatan berbatasan dengan Arboretum, sebelah timur berbatasan dengan lokasi kegiatan Pekan Olahraga Nasional (PON) dan sebelah barat

berbatasan dengan kebun sawit milik Fakultas Pertanian UR. Letak dan kondisi awal hutan kota UR dapat dilihat pada Gambar 3.

(15)

4.2 Penunjukkan

Universitas Riau ditunjuk sebagai hutan kota berdasarkan kerjasama antara kampus dengan Pemerintah Kota Pekanbaru. Hal ini diperkuat dengan Surat Keputusan Walikota Pekanbaru No. 94 tahun 2007 tentang penunjukkan lokasi hutan kota di areal kampus Bina Widya UNRI Panam seluas 50 Ha Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan.

4.3 Akses

Kampus Universitas Riau dapat diakses dengan mudah karena berada di tepi dua jalan besar, yaitu Jl. M. Amin menuju pusat kota Pekanbaru dan Jl. Soebrantas yang merupakan jalan lintas provinsi. Adapun lokasi penelitian dapat capai dengan tiga alternatif, yaitu melewati arboretum dengan berjalan kaki, lokasi PON dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4, atau dari kebun Pertanian dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4 yang akan dijadikan jalan utama ke lokasi

4.4 Iklim

Iklim di lokasi kegiatan mengikuti iklim Kota Pekanbaru pada umumnya yang beriklim sangat basah, tipe A klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Suhu berkisar antara 21,6°-35,0° C dengan rata-rata 28,0°C, sedangkan kelembaban udara berkisar antara 57,9%-93,2% dengan rata-rata 74,6% dan tekanan udara 1.007,2 Mb-1.013,0 Mb, dengan rata-rata 1,010,1 Mb serta mempunyai kecepatan

angin 7-8 knot/jam. Curah hujan antara 1.408 mm/th–4.344 mm/th, dengan rata-rata curah hujan mencapai 2.938 mm/th dan hari hujan selama 198 hari. Musim hujan terjadi pada bulan Januari sampai April dan September sampai Desember. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai Agustus.

4.5 Topografi dan Geologi

Keadaan topografi kampus Universitas Riau yaitu datar dengan kelerengan antara 0–8% dan ketinggian lokasi lebih kurang 20 m dpl. Jenis tanahnya adalah brown forest soil. Kondisi tekstur tanahnya berupa lempung dengan tingkat

(16)

4.6 Sumberdaya Perairan

Wilayah Kampus UR dialiri oleh sungai dan waduk (danau). waduk tersebut selalu dialiri air sepanjang tahun walaupun pada musim kemarau dengan debit air yang lebih kecil. Waduk tersebut digunakan sebagai sumber air bagi kolam-kolam praktek Fakultas Perikanan dan dimanfaatkan juga oleh masyarakat sebagai tempat memancing ikan. Selain sungai dan waduk di areal kampus juga terdapat drainase lain berupa parit–parit yang berada di kiri kanan jalan serta memiliki areal penampungan dan penyerapan air yang saat ini juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat.

4.7 Demografi

(17)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deneke (1993) diacu dalam Kenney & Wassenaer (2002) menyatakan bahwa hutan kota mempunyai fungsi ekonomi, kesehatan lingkungan dan sosial bagi masyarakat. Fungsi hutan kota dapat dioptimalkan dengan cara pengembangan hutan kota. Pengembangan hutan kota UR dalam penelitian ini meliputi aspek teknis, ekologis dan sosial budaya setempat, dengan mempertimbangkan persepsi dan preferensi masyarakat kampus.

5.1 Fungsi Hutan Kota Universitas Riau

Fungsi hutan kota UR disarikan dari persepsi dan preferensi masyarakat kampus mengenai manfaat, aktivitas, kelompok tanaman, tutupan tanah, fasilitas

pendukung serta warna yang diharapkan di hutan kota UR.

5.1.1 Manfaat hutan kota Universitas Riau

Manfaat hutan kota menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No 71 tahun 2009 yaitu untuk keperluan pariwisata alam, rekreasi, olahraga, penelitian dan pengembangan, pendidikan, pelestarian plasma nutfah dan budidaya hasil hutan bukan kayu. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat kampus, manfaat yang diharapkan dari hutan kota UR dapat dikategorikan menjadi empat (4) yaitu konservasi, kesehatan, estetika dan edukasi (Tabel 2). Tabel 2 menunjukkan bahwa manfaat yang paling diharapkan oleh masyarakat kampus adalah untuk kesehatan (29,2%).

Tabel 2 Manfaat hutan kota UR berdasarkan persepsi dan preferensi masyarakat kampus

Manfaat berdasarkan persepsi Persentase (%) Kategori manfaat

Pelestarian jenis dilindungi 18,7 Konservasi Habitat burung

Memberikan keteduhan 29,2 Kesehatan Penyerap CO2

Mengurangi stres Peredam kebisingan

Keindahan 28,1 Estetika

Wisata

(18)

Kesehatan merupakan salah satu manfaat dari pohon (vegetasi), sesuai

dengan hasil penelitian Septiyani (2010) yang menunjukkan bahwa secara psikologis vegetasi berfungsi untuk kesehatan jiwa dan membantu mengurangi stress karena dapat menciptakan kesan alami dengan suasana yang sejuk, tenang

dan indah. Didukung juga oleh Schroeder (1990) dalam pernyataannya bahwa pemulihan kesehatan pasien dapat dipercepat dengan melihat pemandangan alam yang juga merupakan salah satu manfaat dari kategori estetika. Selain itu Iksan (2008) juga menambahkan bahwa kesehatan dapat terganggu oleh logam beracun yang terkandung dalam partikel debu. Hal ini dapat ditanggulangi dengan adanya hutan kota sebagaimana salah satu manfaatnya yaitu sebagai penyerap CO2.

Manfaat-manfaat seperti tercantum pada Tabel 2 di atas sesuai dengan nilai hutan kota Universitas Indonesia yang mempunyai manfaat sebagai proteksi terhadap tanah, pengendalian sumberdaya air, sangtuari satwa, penangkaran dan pembinaan sumberdaya plasma nutfah, keindahan, kesegaran dan kesehatan lingkungan, sarana olahraga alam, rekreasi dan wisata, sarana latihan dan pendidikan, percontohan, riset dasar dan pengembangan model hutan kota (Waryono 1997).

5.1.2 Aktivitas yang dapat dilakukan di hutan kota Universitas Riau

Aktivitas yang diinginkan masyarakat kampus di hutan kota UR (Tabel 3) didominasi oleh pilihan untuk bersantai (22,9%). Hutan kota dipilih sebagai tempat bersantai karena dapat menciptakan suasana nyaman dengan banyaknya pohon. Aktivitas tersebut didukung oleh pernyataan Irwan (1979) bahwa hutan kota berperan untuk meningkatkan kenyamanan, keindahan, dan memproduksi

oksigen. Aktivitas bersantai merupakan aplikasi dari manfaat hutan kota UR, karena bersantai dapat dilakukan sambil belajar di alam, menikmati keindahan dan wisata sehingga mendapatkan manfaat kesehatan.

Tabel 3 Aktivitas yang diinginkan masyarakat kampus di hutan kota UR

Aktivitas Persentase (%)

Bersantai 22,9

Istirahat 12,9

Belajar 7,4

Berkumpul 14,7

Main 10

Membaca 3,8

Piknik 14,7

Praktikum 12,7

(19)

5.1.3 Kelompok tanaman di hutan kota Universitas Riau

Kelompok tanaman yang diinginkan oleh masyarakat kampus di hutan kota UR (Tabel 4) didominasi oleh pohon tajuk rindang (52%). Alasan dipilihnya pohon dengan tajuk rindang karena lebih banyak menghasilkan O2 dan dapat

memberikan keteduhan dengan daun yang lebih banyak serta dapat mengundang burung. Pohon rindang cocok ditanam di hutan kota karena dapat memenuhi keinginan masyarakat kampus serta sesuai dengan manfaat yang diharapkan dari hutan kota UR sebagai estetika, kesehatan dan konservasi. Hal ini dibuktikan oleh Arifin (2011) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa pohon yang memiliki tajuk rindang dapat memberikan keteduhan, meredam polusi dan memiliki nilai estetis. Selain itu Rose (2005) juga mengatakan bahwa pohon bukan habitat tunggal tetapi puluhan habitat yang dihuni oleh ribuan spesies yang berbeda, sehingga dapat mengundang banyak jenis satwaliar seperti burung.

Tabel 4 Kelompok tanaman yang diinginkan masyarakat kampus di hutan kota UR

Kelompok Tanaman Persentase (%)

Pohon tajuk rindang 52

Pohon tajuk sedikit 11,9

Pohon tajuk kerucut 21,5

Jenis palm 11,3

Bambu 3,4

5.1.4 Tutupan tanah hutan kota Universitas Riau

Tutupan tanah juga merupakan faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan hutan kota. Jenis tutupan tanah yang diinginkan dalam hutan kota UR (Tabel 5) didominasi oleh rumput (56%). Rumput dipilih dengan alasan lebih segar, lebih indah, nyaman dan aman bagi anak-anak.

Tabel 5 Tutupan lahan yang diinginkan masyarakat kampus di hutan kota UR

Tutupan tanah Persentase

Kerikil 10,7

Semak belukar 13,2

Rumput 56

Paving block 19,5

Lainnya (kayu) 0,6

(20)

untuk menghindari dilakukannya penyiangan yang intensif. Dr Menoreh Lavidis,

seorang pakar Euroscientist dari University of Queensland diacu dalam Simon (2011) mengatakan bahwa aroma rumput segar dapat menenangkan dan meredakan ketegangan di kepala akibat stres, dan perasaan bahagia yang ditimbulkan setelahnya. Oleh karena itu rumput merupakan pilihan yang tepat sebagai tutupan lahan hutan kota UR yang sesuai dengan preferensi manfaat yang diharapkan yaitu kesehatan.

5.1.5 Fasilitas Tambahan Di Hutan Kota Universitas Riau

a. Fasilitas utama

Preferensi masyarakat kampus terkait fasilitas utama di hutan kota UR (Tabel 6) didominasi oleh fasilitas untuk kegiatan outbound (25,8%). Kegiatan ini dipilih karena banyak mempunyai nilai positif dari segi kesehatan dan kedekatan dalam keluarga. Alasan tersebut didukung oleh pernyataan Kimpraswil (2007) bahwa outbound adalah usaha olah diri (olah pikir dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi secara lebih baik lagi.Sehingga fasilitas tersebut sesuai dengan manfaat dan fungsi hutan kota UR.

Tabel 6 Fasilitas utama yang diinginkan masyarakat kampus di hutan kota UR

Fasilitas utama Persentase (%)

Lintasan sepeda 14,2

Jogging track 17,6

Outbound 25,8

Ayunan 10,3

Rumah pohon 21,2

Menara 10,9

b. Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang yang diinginkan oleh masyarakat kampus dalam kawasan hutan kota UR (Tabel 7) didominasi oleh saung/tempat duduk di tengah sungai/danau dengan penghubung sebuah jembatan (30,4%). Fasilitas ini lebih

(21)

Tabel 7 Fasilitas penunjang yang diinginkan masyarakat kampus di hutan kota UR

Fasilitas penunjang Persentase (%)

Jembatan unik 25,3

Tempat duduk di tepi sungai 18,4

Tempat duduk di tengah sungai/danau, penghubung jembatan 32,1

Tempat memancing 24,2

c. Ornamen

Selain fasilitas, masyarakat kampus juga menginginkan ornamen tambahan (Tabel 8) yang didominasi oleh air mancur 43,2%. Ornamen tersebut dipilih karena mempunyai nilai estetika tinggi serta menyegarkan.

Tabel 8 Ornamen tambahan yang diinginkan oleh masyarakat kampus di hutan kota UR

Ornamen Persentase

Bunga - bunga pot 24,6

Patung 10,9

Air mancur 43,2

Lampu taman 21,4

d. Penempatan tempat sampah

Fasilitas umum berupa tempat sampah di areal hutan kota juga harus diperhatikan dalam hal penempatannya. Penempatan tempat sampah yang diinginkan oleh masyarakat kampus (Tabel 9) didominasi oleh penempatan tempat sampah tersebar merata (55,9%). Penempatan secara merata dianggap lebih efektif dalam menanggulangi sampah.

Tabel 9 Penempatan tempat sampah di hutan kota UR

Penempatan tempat sampah Persentase (%)

Tersebar merata 55,9

Titik rawan sampah 27,1

Satu tempat saja 0,9

Dimana saja 16,1

5.1.6 Karakter warna untuk hutan kota Universitas Riau

Warna yang dipakai untuk semua fasilitas yang ditambahkan di areal hutan kota dapat mempengaruhi kenyamanan pengunjung. Berdasarkan hasil wawancara terhadap masyarakat kampus, preferensi karakter warna untuk fasilitas hutan kota UR (Tabel 10) didominasi dengan warna mencolok (42%). Warna mencolok

(22)

Tabel 10 Karakter warna yang dipilih untuk fasilitas di hutan kota UR

Warna fasilitas Persentase (%)

Sangat mencolok 6,5

Mencolok 42

Sedikit mencolok 27,1

Tidak mencolok 23,4

Lainnya (hijau) 0,9

Berdasarkan pendekatan-pendekatan dari persepsi dan preferensi masyarakat kampus terkait aktivitas bersantai, tanaman yang rindang serta tutupan tanah berupa rumput, fasilitas outbound dan warna mencolok yang mendukung manfaat kesehatan, maka fungsi hutan kota UR ditetapkan untuk memenuhi fungsi kesehatan dan estetika. Selain itu, hutan kota juga berfungsi sebagai sarana pendidikan karena lokasinya yang berada di dalam kampus.

5.2 Bentuk dan Tipe Hutan Kota Universitas Riau

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002 bentuk hutan kota UR yang akan dikembangkan (30 ha) adalah mengelompok. Hutan kota yang mengelompok merupakan satu kesatuan yang kompak, dengan fungsi hidrologi, ameliorasi iklim, produksi oksigen serta fungsi konservasi lainnya dengan vegetasi pohon berupa pohon tajuk lebar dan mempunyai luas minimal 0,25 ha (Fakultas Kehutanan IPB 1987).

Fungsi hutan kota UR berdasarkan persepsi dan preferensi masyarakat kampus adalah kesehatan, namun lokasinya yang berada di dalam kawasan kampus dapat berfungsi sebagai sarana pendidikan sesuai dengan hasil penelitian dari Buhler dan Kristoffersen (1958) yang menyatakan bahwa hutan kota dapat menjadi alat pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka tipe hutan kota UR ditetapkan sebagai tipe edukasi. Meskipun demikian, dalam pengembangannya tipe edukasi juga akan mengakomodir fungsi kesehatan, estetika dan konservasi.

5.3 Rencana Pengembangan Hutan Kota Universitas Riau

Pengembangan hutan kota UR dilakukan melalui pengembangan blok,

(23)

5.3.1 Pengembangan blok dan ruang

Mengacu pada tipe pendidikan dengan fungsi kesehatan dan rekreasi, maka hutan kota UR dapat dibagi menjadi dua blok, yaitu blok intensif dan blok non intensif (Gambar 4). Blok intensif adalah blok yang dikembangkan sebagai pusat aktivitas pengunjung yang terdiri dari areal parkir, areal tanaman buah dan areal waduk. Blok non intensif adalah blok yang dikembangkan sebagai pusat pelestarian keanekaragaman hayati serta kegiatan perkuliahan dan penelitian yang terletak di areal tanaman berkayu.

(24)

Pengembangan hutan kota UR juga akan mempertimbangkan pembagian

ruang menjadi ruang pengembangan fasilitas pada blok intensif dan ruang pengembangan keanekaragaman hayati pada blok non intensif (lihat Gambar 4). Ruang pengembangan fasilitas adalah ruang yang diperuntukkan untuk berlangsungnya aktifitas pendidikan dan wisata, sedangkan ruang pengembangan keanekaragaman hayati adalah ruang yang diperuntukkan untuk pelestarian tanaman dan berlangsungnya kegiatan pendidikan yang pada umumnya merupakan tanaman berkayu.

5.3.2 Pengembangan vegetasi

Saat ini jenis pohon di hutan kota UR didominasi oleh Acacia mangium dan empat (4) jenis lainnya yang masih berupa semai, yaitu pulai (Alstonia pneumatophora), mahoni (Switenia macrophylla), gaharu (Aquilaria malaccensis)

dan meranti (Shorea resinosa). Pengembangan vegetasi akan disesuaikan dengan tipe edukasi serta fungsi kesehatan dan estetika. Penentuan jenis vegetasi ditetapkan berdasarkan kriteria-kriteria seperti kondisi lahan, daya tarik pengunjung dan koleksi tanaman.

Dahlan (1992) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil pertumbuhan

tanaman serta manfaat hutan kota yang maksimal, beberapa informasi yang perlu diperhatikan antara lain persyaratan edaphis (pH, jenis tanah, tekstur dan lain-lain), persyaratan meteorologis (suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan lain-lain), persyaratan silvikultur (penyediaan benih dan pemeliharaan), persyaratan umum (tahan terhadap hama dan penyakit, cepat tumbuh, mempunyai

(25)

menyebabkan terdesaknya jenis asli setempat dan tidak bersifat alelopati terhadap

jenis tumbuhan lain.

Fungsi blok juga perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis dan pola penanamannya (Gambar 5). Pada blok intensif yang merupakan pusat aktifitas pengunjung dan pusat pembangunan fasilitas, maka kriteria pemilihan jenis tanaman secara umum yaitu tanaman yang indah, berbunga/berbuah, kuat, tidak bergetah banyak, tidak berduri, serbuksari tidak menyebabkan alergi serta dengan pola tanam formal dan semi formal agar dapat menarik pengunjung. Pemilihan jenis pada blok non intensif tidak mementingkan sifat negatif terhadap manusia, sehingga kriteria pemilihan secara umum yaitu beragam/heterogen, endemik, langka, berkayu, tidak komersil serta dengan pola penanaman informal agar lebih terlihat alami. Selain fungsi blok, fungsi areal juga perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis tanaman sehingga membutuhkan kriteria berbeda-beda (Tabel 11).

(26)

Tabel 11 Pengembangan vegetasi di hutan kota UR

Blok Areal Kriteria pemilihan jenis vegetasi Blok koleksi Pola penanaman (Gambar 6) Tutupan tanah

Intensif Parkir kuat, bertajuk lebat, tidak mudah gugur, dan indah

Estetika dan populer

Formal

(penataan tajuk pohon yang teratur)

Paving blok

Tanaman buah

kuat, tidak bergetah banyak, berbuah atau berbunga, serbuk sari tidak menyebabkan alergi dan indah

Buah dan estetika

Semi formal (gabungan pola penanaman formal dan informal)

Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schamach)

Waduk transpirasi rendah, kuat dan tidak mudah gugur

Populer Semi formal (gabungan formal dan informal) Semak belukar Non intensif Tanaman berkayu beragam/heterogen, endemik, langka, berkayu, tidak komersil

Lokal (asli Indonesia), populer, rawa dan estetika

Informal

(penataan tajuk pohon yang tidak teratur)

Semak belukar

Gambar 6 Pola penanaman di hutan kota UR. Ket : (a) Formal; (b) Informal; (c) Semiformal.

Alternatif tanaman pengembangan vegetasi di hutan kota UR terdapat sekitar 35 jenis tanaman (Tabel 12). Adapun tutupan tanah pada setiap areal dapat

a b

(27)

berbeda sesuai peruntukkannya yang terdiri dari rumput, semak belukar dan

paving blok.

Tabel 12 Alternatif jenis Ttanaman yang dapat dikembangkan di hutan kota UR

Blok Fungsi Vegetasi Jenis Tanaman

Blok Koleksi Jenis Populer Ceiba pentandra (kapuk randu)

Delonix regia (flamboyan)

Phaleria macrocarpa (mahkota dewa)

Pometia pinnata (matoa)

Shorea resinosa (meranti)

Switenia mahagoni (mahoni daun kecil) Blok Koleksi Jenis Rawa Oncosperma tigillarium (nibung)

Alstonia pneumatophora (pulai)

Blok Koleksi Jenis lokal Aquilaria malaccensis (gaharu)

Koompassia excelsa (kempas)

Peronema canescens (sungkai)

Pithecellobium occidentale (jengkol)

Sandoricum koetjape (kecapi/santul)

Scorodarpus borneencens (kulim)

Artocarpus communis forst (sukun) Blok Koleksi Jenis Buah-buahan Artocarpus heterophyllus (nangka)

Baccaurea ianceolata (rambai hutan)

Garcinia mangostana (manggis)

Lansium domesticum (duku)

Mangifera foetida (kueni)

Mangifera indica (mangga)

Nephelium lappaceum (rambutan)

Nephelium ramboutan (kapulasan)

Psidium guajava (jambu biji)

Syzygium aquaeum (jambu air)

Syzygium malaccense (jambu bol)

Achras zapota (sawo) Blok Koleksi Jenis Estetika Adenanthera sp (saga)

Callophyllum inophyllum (nyamplung)

Cananga odorata (kenanga)

Cyrtostachys renda (palem merah)

Crystostachys lakka (pinang)

Gnetum gnemon (melinjo)

Mimusops elengi (tanjung)

Manilkara kauki (sawo kecik)

5.3.3 Pengembangan fasilitas pendukung

(28)
(29)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pengembangan hutan kota Universitas Riau akan dibuat berdasarkan kesimpulan-kesimpulan berikut ini:

1. Hutan kota UR dikembangkan sebagai tipe edukasi dengan fungsi pendidikan, kesehatan, konservasi dan estetika.

2. Pengembangan hutan kota UR dibagi menjadi blok intensif sebagai ruang

fasilitas untuk rekreasi yang terdiri dari areal parkir, areal tanaman berbuah sera areal waduk dan blok non intensif sebagai ruang keanekaragaman hayati yaitu areal tanaman berkayu.

3. Vegetasi yang akan dikembangkan di hutan kota UR terdiri dari kategori

vegetasi populer, vegetasi rawa, vegetasi lokal (asli Indonesia), vegetasi buah-buahan dan vegetasi estetika.

6.2 Saran

1. Masyarakat sekitar kampus dilibatkan dalam pengelolaan hutan kota UR, seperti: bagian administrasi, bagian keamanan serta penyediaan kantin. 2. Menjalin kerjasama yang lebih dari sebelumnya antara pengelola hutan kota

(30)

STUDI PENGEMBANGAN HUTAN KOTA

UNIVERSITAS RIAU

BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI

MASYARAKAT KAMPUS

ELMILIA ALDA

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin KC. 2011. Perencanaan lanskap rekreasi di Bantaran Kanal Banjir Timur, Jakarta [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Riau. 2010. Perubahan Suhu Kota Pekanbaru. Pekanbaru : BMKG Riau.

[BPDAS] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indragiri Rokan Provinsi Riau. 2010. Penanaman di Hutan Kota Universitas Riau. Pekanbaru : BPDAS Riau.

Budiman. 2005. Kajian studi terdahulu, penataan ruang pedagang kaki lima di kawasan rekreasi kebun binatang dan taman Ganesha, Kodya Bandung [skripsi]. Elib.unikom.ac.id.budiman106-2000 [16 April 2012].

Buhler O, Kristofferser P. 1985. The urban tree arboretum in Horsholm. Denmark: A new towards an improved education of arborists and Tree manager. Science Direct volume 8 No 1 (2009).

Dahlan EN. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Jakarta : Asosiasi Pengusahaan Hutan Indonesia.

Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun (garden City) Bernuansa Hutan Kota. Bogor : IPB Press.

Dariah A. 2005. Konservasi Tanah pada Lahan Usaha Tani Berbasis Tanaman Perkebunan. Balai Penelitian Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kota Pekanbaru. 2008. Kenaikan Jumlah Kendaraan Bermotor Kota Pekanbaru.

[Fahutan IPB] Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 1987. Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Bogor : Fahutan IPB.

Firdaus H. 2003. Studi pengembangan hutan kota di Pekanbaru Provinsi Riau [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Grey GW, Deneke FJ. 1978. Urban Forestry John Wily and Sons. New York.

(32)

Iksan P. 2008. Analisis pencemaran udara O3 dan PM10 pada bulan terbasah dan

bulan terkering (Studi kasus : DKI Jakarta) [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Irwan ZD. 1979. Taman Pekarangan untuk Memenuhi Kebutuhan Rohaniah dan Jasmaniah. Surabaya : Mimbar Ilmial IKIP.

Irwan ZD. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta : Bumi Aksara.

Ivana MM. 2009. Perencanaan. sepakbulu.files.wordpress.com/2009/09/asmanj-perencanaan.ppt [3 Januari 2012].

Kenney WA, Wassenaer PV. 2002. A Submission to the Canadian Forest Strategy Coalition from Representatives of Canada’s Urban Forestry Community. Canada : workshops held at the 5th Canadian Urban Forest Conference as submitted to the National Forest Strategy Coalition.

Kimpraswil. 2007. Definisi Outbound. http://www.kimpraswil.go.id/ itjen/news/2003/ij0306251.htm [16 April 2012].

Maryati S. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam memilih sekolah menengah kejuruan negeri (smkn) di Kota Semarang [Tesis]. Semarang : Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota. Universitas Diponegoro

Naibaho M. 2009. Disain hutan kota di ruang terbuka hijau Kelurahan Srengseng Sawah berdasarkan persepsi masyarakat [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Nazir AIB. 2001. Penyusunan basis data pohon koleksi arboretum arsiterktur lanskap kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga, Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Nasihin I. 2003. Studi pengembangan hutan kota di Kota Kuningan Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Nikmawati EE. 2012. Pentingnya air dan oksigen bagi kesehatan tubuh manusia [skripsi]. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Pertami RRD. 2010. Perencanaan hutan kota rekreasi Kambola di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

(33)

http://lemlit.unila.ac.id/file/arsip%202009/PROSIDING%20dies%20ke-43%20UNILA%202008/ARTIKEL%20Pdf/RIO%20TEDI%20Prayitno%2 0170-179.pdf. [3 Januari 2012].

[RI] Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.

. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota.

. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kota.

Rose B. 2005. The role of trees in the ecosystem. Tree ecology. http://www.monkey-do.net/Tree%20ecology.pdf [16 April 2012].

Sari ECP. 2007. Perancangan hutan kota rekreasi di kawasan Suak Indrapuri, Kota Meulaboh Aceh Barat. Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Schroeder HW. 1990. Perceptions and preferences of urban. Journal of Arboriculture Forest. Chicago : USDA Forest Service North Central Forest Experiment Station.

Septiyani M. 2010. Nilai fisik dan sosial vegetasi pekarangan dalam penurunan konsentrasi partikel debu di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Setiawan N. 2007. Penentuan ukuran sampel memakai rumus Slovin Dan Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep Dan Aplikasinya [skripsi]. Bandung: Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.

Silitonga EP. 2010. Pertumbuhan setek pucuk adenium (Adenium Obesum) dengan pemberian IBA (Indole Butyric Acid) dan cara penyayatan batang [skripsi]. Medan : Universitas umatera Utara.

Simon. 2011. Fungsi rumput. http://tariganblog96.blogspot.com/2011/04/fungsi-rumput.html [20 April 2012].

Syach D. 2011. Manfaat sebatang pohon. Buletin Konservasi. http://dhony-syach.blogspot.com/2011/05/manfaat-sebatang-pohon.html. [16 Aril 2012].

(34)

STUDI PENGEMBANGAN HUTAN KOTA

UNIVERSITAS RIAU

BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI

MASYARAKAT KAMPUS

ELMILIA ALDA

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(35)

STUDI PENGEMBANGAN HUTAN KOTA

UNIVERSITAS RIAU

BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI

MASYARAKAT KAMPUS

ELMILIA ALDA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

(36)

RINGKASAN

ELMILIA ALDA. Studi Pengembangan Hutan Kota Universitas Riau Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Masyarakat Kampus. Dibimbing oleh RACHMAD HERMAWAN dan ARZYANA SUNKAR.

Tingginya tingkat pembangunan mengakibatkan munculnya banyak masalah lingkungan, yang berdampak pada kondisi sosial masyarakat. Hutan kota dapat menjadi solusi dalam menanggulangi masalah lingkungan. Hutan kota Universitas Riau (UR) merupakan salah satu hutan kota di Pekanbaru, yang ditunjuk pada tahun 2007 dengan tujuan untuk memenuhi luas hutan kota Pekanbaru sebesar 10%. Luas hutan kota UR adalah 50 ha yang 20 ha diantaranya telah dikembangkan dan 30 ha lainnya akan dikembangkan dan merupakan lokasi dari penelitin ini.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan model pengembangan hutan kota UR berdasarkan persepsi dan preferensi masyarakat kampus. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola (Engineering Service Unit) dan Pemerintah Kota Pekanbaru dalam pengembangan hutan kota UR agar fungsinya optimal.

Penelitian dilakukan di Kampus Universitas Riau, Provinsi Riau. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2011. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu studi pustaka, observasi lapang dan wawancara. Penentuan responden untuk wawancara menggunakan metode stratifikasi (stratified sampling) terhadap masyarakat kampus, yang menghasilkan tiga kategori yaitu mahasiswa, dosen dan masyarakat sekitar

kampus. Fungsi hutan kota UR yang paling diinginkan oleh masyarakat kampus

berdasarkan persepsi dan preferensi yaitu fungsi kesehatan. Oleh karena lokasi hutan kota UR yang berada di dalam kampus, maka tipe yang akan dikembangkan di hutan kota UR adalah tipe edukasi, namun tetap mengakomodir fungsi kesehatan, konservasi dan estetika. Pengembangan hutan kota UR dilakukan melalui pengembangan blok, ruang, vegetasi dan fasilitas pendukung. Hutan kota UR dibagi menjadi blok intensif yang terdiri dari areal parkir, areal tanaman buah dan areal waduk dan blok non intensif yaitu areal tanaman berkayu. Pengembangan hutan kota UR juga akan mempertimbangkan pembagian ruang menjadi ruang pengembangan fasilitas pada blok intensif dan ruang pengembangan keanekaragaman hayati pada blok non intensif. Pengembangan vegetasi dalam setiap blok ditetapkan berdasarkan kriteria-kriteria seperti kondisi lahan, daya tarik pengunjung dan koleksi tanaman. Vegetasi yang akan dikembangkan di hutan kota UR terdiri dari kategori vegetasi populer, vegetasi rawa, vegetasi lokal, vegetasi buah-buahan dan vegetasi estetika. Pengembangan fasilitas pendukung juga diperlukan untuk mendukung tipe edukasi agar fungsi hutan kota UR lebih optimal, seperti menara pengamatan dan rumah kaca.

(37)

SUMMARY

ELMILIA ALDA. “Study Development of University of Riau Urban Forest Based on Perception and Preferences Campus Community”. Under the Supervisions of RACHMAD HERMAWAN and ARZYANA SUNKAR.

The high level of development has resulted in many environmental problems, which affected the societal conditions. Urban forest can be one solution to deal with environmental problems. The University of Riau (UR) urban forest is one of the urban forests in Pekanbaru, which was appointed in 2007 with the purpose to meet the required minimum total amount of urban forest inPekanbaru City which is 10%. The urban forest itself has a total area of 50 ha where 20 ha have been developed and another 30 ha will be developed and is the study site.

The objective of this study was to develop a model for UR urban forest development based on the perceptions and preferences of the campus community. The study was expected to provide inputs for the manager of the urban forest (Engineering Service Unit) and Pekanbaru Municipal Government in the development of the UR urban forest in order to function optimally.

The study was conducted at the University of Riau in Riau Province. Data were collected in November and December 2011. The method used in data collection included literature studies, observation and interviews. Observations were conducted with using of stratified sampling on the campus community which was then stratified into the category of student, faculty and the community around campus.

The most important function that is needed by the community is the function that support the health benefits, UR urban forest would be developed to provide health and aesthetic functions. Furthermore, since UR also serves as a means of education because of its location within campus, it would be developed as an education type urban forest which would also accommodate the functions for health, aesthetics and conservation. The development of UR urban forest would be conducted through the development of blocks, space, vegetation and support facilities. UR urban forest would be divided into blocks consisting of intensive use areas comprising of parking lots, fruit plants block and water body as well as non-intensive areas of woody plants block. UR urban forest development would also consider the division of space into space for development of facilities in intensive block and space for development of biodiversity in non-intensive block. Development of vegetation in each block would be determined based on criteria such as soil conditions, visitor attraction and plant collections. Vegetation that would be established in the UR urban forest would comprise of categories of vegetation such as popular, swamp, local, fruits and aesthetics. While supporting facilities such as observation towers and greenhouse were aim to meet the needs of visitors for an educated attracted setting.

(38)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Studi Pengembangan Hutan Kota Universitas Riau Berdasarkan Persepsi dan Perferensi Masyarakat Kampus” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

(39)

Judul Skripsi : Studi Pengembangan Hutan Kota Universitas Riau

Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Masyarakat Kampus Nama : Elmilia Alda

NIM : E34070046

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Rachmad Hermawan, M.Sc.F Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc NIP. 19670504 199203 1 004 NIP.19710215199512 2001

Mengetahui

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 198403 1 003

(40)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan IPB dengan judul “Studi Pengembangan Hutan Kota Universitas Riau Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Masyarakat Kampus”.

Tingginya tingkat pembangunan perkotaan mengakibatkan munculnya berbagai masalah lingkungan sehingga mengganggu kenyamanan masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah lingkungan tersebut yaitu dengan membangun hutan kota. Hutan kota yang telah dibangun perlu dikembangkan agar fungsi yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Pengembangan hutan kota tidak terlepas dari partisipasi masyarakat sebagai pengguna. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan model pengembangan hutan kota berdasarkan persepsi dan preferensi masyarakat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Namun demikian

penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Juni 2012

(41)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bangkinang, Riau pada tanggal 16 Desember 1988 merupakan anak dari pasangan Ali Akbar Jaiz, S.Pd dan Syafridah, S.Pd. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu Pendidikan TK Aisyiah Simpang Kubu lulus tahun 1995, SDN 005 Muara Jalai lulus tahun 2001, SMPN 1 Kampar lulus tahun 2004, SMAN 2 Kampar lulus tahun 2007 dan pada tahun 2007 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif dibeberapa organisasi kemahasiswaan, yaitu Anggota Himpunan Profesi Mahasiswa Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) pada Kelompok Pemerhati Ekowisata periode 2008-2009. Selama kuliah penulis telah mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Sancang – Papandayan, Jawa Barat tahun 2009 dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun 2010. Pada tahun 2011 penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Kegiatan lapang yang pernah diikuti penulis adalah Studi Konservasi Lingkungan “SURILI” HIMAKOVA di Taman Nasional Manupeu Tanadaru Nusa Tenggara Timur (2010).

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Kehutanan IPB, maka penulis menyusun skripsi dengan judul “Studi Pengembangan Hutan Kota Universitas Riau Berdasarkan Persepsi dan Perferensi Masyarakat Kampus” di bawah bimbingan Dr. Ir. Rachmad Hermawan, M.Sc.F dan Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc.

(42)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah. Segala puji penulis panjatkan bagi Allah SWT yang telah memberikan anugerah berupa kesehatan dan kesempatan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa yang akan selalu penulis kenang dan syukuri. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Papa dan Mama tercinta, uni dan abang tersayang (Dwi Happy Alda/Febri Antoni) serta adik terkasih (Nela Anggraini Alda) yang selalu mencurahkan kasih sayang, doa yang tulus, motivasi, dukungan moril dan materil.

2. Bapak Dr. Ir. Rachmad Hermawan, M.Sc.F selaku pembimbing pertama dan Ibu Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc selaku pembimbing kedua yang telah

memberi bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Segenap keluarga besar Universitas Riau yang telah memberikan sarana untuk tempat lokasi penelitian ini dan membantu dalam proses pengumpulan data, terutama kepada Bapak Nur Komar yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan segala informasi yang penulis butuhkan dalam penelitian ini.

4. Pemerintah Kota Pekanbaru yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data.

5. Para Responden yang telah bersedia meluangkan waktu dalam proses wawancara.

6. Seluruh staf pengajar DKSHE, FAHUTAN dan IPB lainnya atas ilmu dan pengetahuan yang telah diterima penulis selama kuliah.

7. Kepala dan seluruh Staf TU DKSHE dan FAHUTAN IPB atas bantuan demi kelancaran proses penyusunan skripsi.

(43)

9. Decky Firdiansyah yang selalu setia dan sabar memberikan motivasi,

dukungan moril serta doa yang tulus kepada penulis.

10. Sahabat-sahabat saya Aini, Nurul, Mardiyanto, Fitri, Sarah, Esi, Putri, Zaitun, Nora, Anisa, Dicky dan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi ini yaitu Indah, Atik N, Reza, Brigita, Diena, Asih, Siva, Resi, Azhar, Riyos.

(44)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ... 1 1.2Perumusan Masalah ... 2 1.3Tujuan penelitian ... 2 1.4Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kota ... 3 2.2 Masalah Lingkungan Perkotaan ... 3 2.3 Hutan Kota ... 4 2.4 Peranan Hutan Kota ... 5 2.5 Persepsi dan Preferensi... 7 2.6 Perencanaan ... 8

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 9 3.2 Alat dan Bahan untuk Penelitian ... 9 3.3 Metode... 9 3.3.1 Pengumpulan data ... 9 3.3.2 Jenis data ... 11 3.3.3 Pengolahan dan analisis data ... 11 3.3.4 Sintesis ... 12

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas ... 13 4.2 Penunjukan ... 14

(45)

4.4 Iklim ... 14

4.5 Topografi dan Geologi ... 15 4.6 Sumberdaya Perairan ... 15 4.7 Demografi ... 15

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Fungsi Hutan Kota Universitas Riau ... 17 5.1.1 Manfaat hutan kota Universitas Riau ... 17 5.1.2 Aktifitas yang dapat dilakukan di hutan kota Universitas Riau .. 18 5.1.3 Kelompok tanaman di hutan kota Universitas Riau ... 19 5.1.4 Tutupan tanah hutan kota Universitas Riau ... 19 5.1.5 Fasilitas tambahan di hutan kota Universitas Riau ... 20 5.1.6 Karakter warna untuk hutan kota Universitas Riau ... 22 5.2 Bentuk dan Tipe Hutan Kota Universitas Riau ... 22 5.3 Rencana Pengembangan Hutan Kota Universitas Riau ... 23 5.3.1 Pengembangan blok dan ruang ... 23 5.3.2 Pengembangan vegetasi ... 24 5.3.3 Pengembangan fasilitas pendukung ... 27

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 29 6.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(46)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jenis data, informasi yang dikumpulkan, metode dan sumber data

yang dikumpulkan dalam penelitian ... 12

2. Manfaat hutan kota UR berdasarkan persepsi masyarakat kampus... 18

3. Aktifitas yang diinginkan masyarakat kampus di hutan kota UR... 19

4. Jenis tanaman yang diinginkan masyarakat kampus di hutan kota

UR ... 19

5. Tutupan lahan yang diinginkan masyarakat kampus di hutan kota

UR ... 19

6. Fasilitas utama yang diinginkan masyarakat kampus di hutan kota

UR ... 20

7. Fasilitas penunjang yang diinginkan masyarakat kampus di hutan

kota UR ... 20

8. Ornamen tambahan yang diinginkan oleh masyarakat kampus di

hutankota UR ... 20

9. Penempatan tempat sampah di hutan kota UR ... 21

10. Karakter warna yang dipilih untuk fasilitas di hutan kota UR... 21

11. Pengembangan vegetasi di hutan kota UR... 22

12. Alternatif jenis tanaman yang dapat dikembangkan di hutan kota

(47)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Tahapan perencanaan Gold ... 8 2. Bagan proses perencanaan pengembangan hutan kota UR .. 10 3. Peta kondisi awal ini hutan kota UR ... 14 4. Pembagian blok, ruang dan areal pengembangan hutan kota

UR ... 23

(48)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman

1.

Kuesioner penelitian...

34

2.

Panduan wawancara kepada Pemerintah Kota Pekanbaru...

40

3.

Panduan wawancara kepada Pengelola Hutan Kota Universitas Riau...

41

(49)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Riau merupakan salah satu daerah berkembang dalam bidang kehutanan,

perkebunan sawit dan karet, perdagangan, pertambangan minyak, wisata dan lain sebagainya, sehingga Kota Pekanbaru sebagai Ibukota Provinsi Riau sedang

mengalami perkembangan pesat. Hal ini terlihat dari banyaknya pembangunan pusat perbelanjaan, industri, komplek perumahan dan fasilitas lainnya yang mengakibatkan berkurangnya ruang hijau (Firdaus 2003). Permasalahan yang sering timbul di Riau yaitu kebakaran yang terjadi setiap bulan dan jumlah kendaraan bermotor yang meningkat. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kota Pekanbaru (2008), terjadi kenaikan jumlah kendaraan bermotor wajib uji dari 2005 ke 2008 sebesar 7.000 unit. Permasalahan

tersebut mengakibatkan berkurangnya nilai estetika dan kebutuhan air, serta meningkatnya polusi dan suhu. Berdasarkan laporan BMKG Provinsi Riau (2010), terjadi kenaikan suhu di Kota Pekanbaru dari tahun 2008 ke tahun 2010 sebesar 0,4 C yang akan mengurangi kenyamanan penduduk dalam beraktivitas serta menurunkan daya pikir seseorang.

Banyaknya permasalahan lingkungan yang terjadi dapat dikurangi dengan keberadaan beberapa hutan kota di Pekanbaru. Sesuai penyataan dalam Undang– Undang No. 41 tahun 1999, hutan kota mempunyai fungsi untuk kepentingan pengaturan iklim mikro, estetika dan resapan air. Hutan kota memerlukan studi pengembangan dalam pengelolaannya, yang bertujuan untuk mengarahkan potensi-potensi yang sudah ada agar dapat dikelola lebih baik untuk mendapatkan fungsi hutan kota yang optimal. Pengembangan hutan kota yang baik diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang nyaman dalam membantu masyarakat untuk beraktivitas dengan lancar.

Kampus Universitas Riau (UR) telah ditunjuk oleh pemerintah Kota Pekanbaru sebagai hutan kota pada tahun 2007 dengan luas keseluruhan 50 ha. Seluas 20 ha sudah dikembangkan berupa arboretum dan jalur hijau, sedangkan

(50)

UR ini adalah untuk membantu memenuhi luasan hutan kota 10% dari luas kota

Pekanbaru (632.260 ha) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002. Pengembangan hutan kota membutuhkan pengetahuan mengenai preferensi masyarakat sebagai pengguna utama yang tentunya ditentukan oleh persepsinya serta dapat merupakan masukan bagi kebijakan pemerintah daerah. Hutan kota di dalam kampus sangat penting untuk kegiatan belajar-mengajar serta mempengaruhi prestasi mahasiswa. Hal ini mengacu pada pernyataan Dahlan (2004), bahwa mahasiswa pada kota tercemar menjadi kurang cakap dan mudah tersinggung, menurunkan kemampuan dan ketahanan berpikir mereka, menurun prestasi dan unjuk kerja kehadiran. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat membantu pengelola dalam mengembangkan hutan kota UR.

1.2 Perumusan Masalah

Hutan kota Universitas Riau mempunyai banyak manfaat, baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun bagi masyarakat sekitar kampus yang memanfaatkannya. Sebagai pengguna hutan kota, masyarakat sangat penting dilibatkan dalam pengembangan hutan kota karena menyangkut kepentingan

masyarakat akan keindahan dan rekreasi (Schroeder 1990). Oleh karena itu perlu diketahui persepsi dan preferensi masyarakat kampus dalam pengembangan hutan kota Universitas Riau.

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsep pengembangan hutan kota Universitas Riau berdasarkan persepsi dan preferensi masyarakat kampus.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Memberikan masukan bagi pengelola tentang konsep pengembangan yang tepat untuk hutan kota UR, berupa pengembangan blok, vegetasi dan fasilitas pendukung.

(51)

c. Memberikan pengetahuan akan pentingnya hutan kota kepada masyarakat

(52)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kota

Kota merupakan tempat bermukim warga, tempat bekerja, tempat hidup, tempat belajar, pusat pemerintahan, tempat berkunjungnya tamu negara, tempat mengukur prestasi para olahragawan, tempat pentas seniman domestik dan mancanegara, tempat rekreasi dan kegiatan–kegiatan lainnya (Dahlan 1992). Kota merupakan pusat berbagai kegiatan serta tempat yang sangat menarik untuk

bekerja, berdagang, kuliah dan belajar serta untuk berbagai keperluan lain (Dahlan 2004), sedangkan menurut Irwan (2008) kota adalah suatu pusat permukiman penduduk yang besar dan luas, juga terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi budaya, pusat pemerintahan serta kegiatan sosial dari banyak dimensi.

2.2 Masalah Lingkungan Perkotaan

Meningkatnya pembangunan berbagai kegiatan seperti pembangunan jalan, kegiatan transportasi, industri, permukiman dan kegiatan lainnya sering mengakibatkan luasan ruang terbuka hijau menurun dan juga disertai menurunnya mutu lingkungan hidup. Hal ini akan mengakibatkan kota menjadi sakit, tercemar

Gambar

Gambar 2  Bagan proses perencanaan pengembangan hutan kota UR.
Gambar 3  Peta kondisi awal hutan kota UR.
Tabel 2  Manfaat hutan kota UR berdasarkan persepsi dan preferensi masyarakat
Tabel 7  Fasilitas penunjang yang diinginkan masyarakat kampus di hutan kota UR
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data Masukan dibagi menjadi dua bagian, yaitu : data masukan untuk proses pelatiha.n dan data masukan untuk proses uji coba. Data masukan untu.k proses

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal khususnya tingkat pertumbuhan, kebijakan dividen, likuiditas, dan risiko bisnis

Rata-rata ikan Tamban atau ikan Lemuru (Sardinella longiceps) memiliki ciri morfometrik dengan panjang total 13,4 cm, panjang baku 11,26 cm, panjang cagak 11,83 cm,

- Kegiatan litkaji jagung di Blora oleh Balitser. Melalui kegiatan ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat peluang pengembangan jagung di Kabupaten Blora dengan

Tanpa diketahui banyak orang burung puyuh sebenarnya memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi di bandingkan dengan daging ayam dan bagus untuk pertumbuhan asupan

Model regresi linear hasil peneilitan adalah sebagai berikut: Y = 65.846 +2.978X.Dari model tersebut dapat dilihat bahwa jika kinerja dosen sangat rendah maka nilai

Diantara lembaga- lembaga tersebut ada yang dikatagorikan sebagai organ pertama atau primer ( Primary constitutional organ) dan ada pula yang merupakan organ pendukung

Puskesmas tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama untuk kegiatan pencarian data yang dibutuhkan, atau belum tersedia penyimpanan data pada database serta belum