• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ketersediaan dan Kepuasan Masyarakat Tentang Jenis dan Fasilitas RTH Publik Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Ketersediaan dan Kepuasan Masyarakat Tentang Jenis dan Fasilitas RTH Publik Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Masyarakat"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEPUASAN

MASYARAKAT TENTANG JENIS DAN FASILITAS RTH

PUBLIK BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI

MASYARAKAT

(StudiKasusWilayahPengembanganCibeunying)

TUGAS AKHIR

DisusunUntukMemenuhi Salah SatuSyaratMenempuhGelarSarjana Strata Satu (S1) PadaProgram StudiPerencanaan Wilayah dan Kota

oleh: GiriSyalaluddin

1.06.08.002

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK DAN IL MU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BIODATA

Nama : Giri Syalaluddin

Tempat tanggal Lahir : Bandung, 14 Juni 1990

Alamat : Jalan Sambisari 2 Q 1 No.2 RT/RW 03/24

Komplek Pharmindo, Cimahi Selatan, Kota Cimahi Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum Nikah

Telepon : 086 212 2088

Email : my_id_alone@yahoo.com

PENDIDIKAN

1998 – 2004 : Sekolah Dasar YAKESWA

2004 – 2006 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung 2006 – 2008 : Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Bandung 2008 – 2014 : Universitas Komputer Indonesia

PENGALAMAN BERORGANISASI

2000 – 2004 : Anggota Pramuka 2006 – 2008 : Anggota Pramuka

2008 – 2014 : Anggota Himpunan Mahasiswa PWK UNIKOM Bandung 2008 – 2009 : Hubungan Masyarakat (HUMAS) PWK UNIKOM

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... . i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 2

1.4 Ruang Lingkup Studi ... 3

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 3

1.4.2 Ruang Lingkup Materi ... 5

1.5 Metodologi Penelitian ... 5

1.5.1 Metode Pengumpulan Data ... 5

1.5.2 Metode Pengambilan Sampel ... 6

1.5.3 Metode Analisis penelitian ... 7

1.6 Kerangka Pemikiran ... 11

1.7 Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsepsi Ruang Terbuka Hijau ... 13

2.1.2 Pengertian dan Tujuan RTH ... 13

2.1. 3 Fungsi dan Manfaat RTH ... 15

2.2 Tipologi RTH... 18

2.3 Jenis-jenis Ruang Terbuka Hijau Perkotaan (RTHKP) ... 19

2.4 Peraturan Perundang-undangan RTH Kota ... 29

2.5 Isu-isu Ruang Terbuka Hijau ... 30

(6)

vi

2.9 Aspek Legalitas ... 37

2.10 Prosedural ... 38

2.11 Kelembagaan ... 39

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Fisik Dasar wilayah Pengembangan (WP) Cibeunying ... 42

3.1.1. Batas Administrasi ... 42

3.1.2 Luas Wilayah, Jumlah Dan Kepadatan Penduduk ... 42

3.1.3 Guna Lahan di Kawasan WP Cibeunying ... 44

3.2 Standar Taman Kota ... 45

3.2.1 Standar Ruang Terbuka Taman ... 45

3.2.2 Standar Taman Berdasarkan Fungsi ... 46

3.2.3 Elemen-Elemen Taman Kota ... 48

3.3 Kondisi Taman di WP Cibeunying ... 51

3.3.1 Potensi di Wilayah Pengembangan Cibeunying ... 51

3.3.2 Masalah di Wilayah Pengembangan Cibeunying ... 55

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Ketersediaan RTH Publik dari Aspek Luas ... 56

4.1.1 Luas Eksisting RTH di WP Cibeunying ... 56

4.1.2 Analisis Kebutuhan Luas RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ... 57

4.1.3 Analisis Perbandingan Kebutuhan Luas RTH di WP Cibeunying 58

4.2 Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Ketersediaan RTH Dari Aspek Peran, Jumlah, Bentuk, Dan Jarak RTH ... 59

4.2.1 Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Peran RTH ... 59

4.2.2 Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Ketersediaan Jumlah RTH .. 66

4.2.3 Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Ketersediaan Bentuk RTH.... 67

(7)

4.3 Analisis Kepuasan Masyarakat Tentang RTH Publik dari Aspek Jenis dan

Fasilitas ... 72

4.3.1 Analisis Kepuasan Masyarakat Tentang Jenis RTH Publik di Wilayah Pengembangan Cibeunying ... 72

4.3.2 Analisis Kepuasan Masyarakat Tentang Fasilitas RTH Publik di Wilayah Pengembangan Cibeunying ... 74

4.3.2 Analisis Kuadran Persepsi dan Preferensi Masyarakat Tentang Ketersediaan Jenis RTH dan Fasilitas RTH ... 80

4.4 Arahan Pengembangan RTH ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Rekomendasi ... 90

5.3 Kelemahan Studi ... 91

5.4 Saran Studi Lanjutan ... 91

(8)

viii

Tabel 1.1 Daftar Kebutuhan Data Penelitian ... 6

Tabel 1.2 Jumlah Sebaran Kuisioner per Kecamatan di WP Cibeunying ... 7

Tabel 1.3 Bobot Persepsi dan Preferensi Setiap Atribut ... 8

Tabel 2.1 Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH ... 16

Tabel 2.2 Tipologi RTH ... 18

Tabel 2.3 Kepemilikan RTH ... 19

Tabel 2.4 Standar Perencanaan Kota ... 31

Tabel 2.5 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ... 31

Tabel 3.1 Luas Wilayah, jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kelurahan di WP Cibeunying ... 43

Tabel 3.2 Guna Lahan di WP Cibeunying ... 44

Tabel 3.3 Ketersediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ... 45

Tabel 4.1 Luas RTH ... 56

Tabel 4.2 Kebutuhan RTH di Kecamatan Sumur Bandung ... 57

Tabel 4.3 Kebutuhan RTH di Kecamatan Cibeunying Kaler ... 57

Tabel 4.4 Kebutuhan RTH di Kecamatan Cibeunying Kidul ... 57

Tabel 4.5 Kebutuhan RTH di Kecamatan Coblong ... 58

Tabel 4.6 Kebutuhan RTH di Kecamatan Cidadap ... 58

Tabel 4.7 Kebutuhan RTH Per Kecamatan Berdasarkan Luas RTH Eksisting dikurangi Luas Total RTH Berdasarkan Kebutuhan di WP Cibeunying ... 58

Tabel 4.8 Perbandingan Kebutuhan Luas RTH WP Cibeunying ... 59

Tabel 4.9 Bentuk Partisipasi Masyarakat Menjaga Sarana dan Prasarana ... 61

Tabel 4.10 Peran Partisipasi Masyarakat Menjaga Sarana dan Prasarana ... 62

Tabel 4.11 Bentuk Partisipasi Masyarakat Menjaga Vegetasi di Taman... 64

Tabel 4.12 Peran Partisipasi Masyarakat Menjaga Vegetasi Taman ... 65

Tabel 4.13 Bentuk RTH Yang Diinginkan Responden ... 67

Tabel 4.14 Bentuk Konsep Taman Menurut Masyarakat ... 68

(9)

Tabel 4.16 Persepsi Masyarakat Terhadap Perlunya Taman Baru Yang Bisa

Dijangkau ... 71

Tabel 4.17 Kesediaan Masyarakat Untuk Jalan Kaki Ke Sebuah Taman. ... 71

Tabel 4.18 Persepsi dan Preferensi Wilayah Pengembangan Cibeunying. ... 73

Tabel 4.19 Persepsi dan Preferensi Tentang Fasilitas Taman RT. ... 75

Tabel 4.20 Persepsi dan Preferensi Tentang Fasilitas Taman RW. ... 76

Tabel 4.21 Persepsi dan Preferensi Tentang Fasilitas Taman Kelurahan. ... 78

Tabel 4.22 Persepsi dan Preferensi Tentang Fasilitas Taman Kecamatan. ... 79

Tabel 4.23 Hasil Analisis Kuadran. ... 81

(10)

x

Gambar 1.1 Peta Batas Administrasi Wilayah Cibeunying ... 4

Gambar 3.1 Taman Lansia yang berada di Jl. Diponegoro, Taman Vanda yang Berada di Jl. Merdeka ... 51

Gambar 3.2 Taman Lalu Lintas yang berada di Jl. Sumatra, Taman Musik yang Berada di Jl. Sunda ... 52

Gambar 3.3 Taman Fotografi yang berada di Jl. Cempaka, Taman Pasupati yang Berada di bawah Flayover ... 52

Gambar 3.4 Fasilitas Bermain Anak Di Taman Cempaka (Taman Fotografi) .. 53

Gambar 3.5 Taman Pasupati Untuk Permainan Papan Luncur Dan Taman Musik Dengan Desain Seperti Konser Mini ... 53

Gambar 3.6 Fasilitas Batu Terapi Dan Berjalan Kaki Untuk Manula Yang Berada Di Taman Lansia ... 53

Gambar 3.7 Jenis-jenis Bentuk Pembuangan Sampah Yang Ada Di WP Cibeunying ... 54

Gambar 3.8 Fasilitas WC Umum ... 55

Gambar 3.9 Permasalahan Yang Ditemui Di Lapangan ... 53

Gambar 4.1 Peran RTH Publik ... 60

Gambar 4.2 Kesediaan Masyarakat Dalam Menjaga Sarana dan Prasarana Taman…. ... 61

Gambar 4.3 Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Sarana dan Prasarana Taman ... 62

Gambar 4.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Sarana dan Prasarana Taman… ... 63

Gambar 4.5 Kesediaan Masyarakat Dalam Menjaga Vegetasi di Taman ... 64

Gambar 4.6 Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Vegetasi Taman . 65 Gambar 4.7 Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Vegetasi Taman ... 65

Gambar 4.8 Persentasi Persepsi Masyarakat Tentang Jumlah Ketersediaan RTH…. ... 65

(11)

Gambar 4.10 Bentuk Konsep Taman ... 68

Gambar 4.11 Persentasi Taman yang Bisa di Jangkau dan Berjalan Kaki ... 69

Gambar 4.12 Taman yang Bisa di Jangkau dan Berjalan Kaki... 70

Gambar 4.13 Persentasi Responden Yang Memilih Perlu Dibuat Taman ... 71

Gambar 4.14 Ketersediaan Masyarakat Untuk Berjalan Kaki Ke Sebuah Taman 72 Gambar 4.15 Nilai GAP Pada Jenis RTH ... 74

Gambar 4.16 Nilai GAP Pada Fasilitas Taman RT... 76

Gambar 4.17 Nilai GAP Pada Fasilitas Taman RW. ... 77

Gambar 4.18 Nilai GAP Pada Fasilitas Taman Kelurahan. ... 79

Gambar 4.19 Nilai GAP Pada Fasilitas Taman Kecamatan. ... 80

(12)

PUBLIKASI TERBATAS

1. Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Bandung dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kota Bandung

2. Badan Pusat Statistik. 2013. Kecamatan Cibeunying Kidul dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kota Bandung

3. Badan Pusat Statistik. 2013. Kecamatan Cibeunying Kalerl dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kota Bandung

4. Badan Pusat Statistik. 2013. Kecamatan Cidadap dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kota Bandung

5. Badan Pusat Statistik. 2013. Kecamatan Coblong dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kota Bandung

6. Badan Pusat Statistik. 2013. Kecamatan Sumur Bandung dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kota Bandung

7. Departemen PU.1987. Standar Kebutuhan Taman. Dirjen Penataan Ruang

8. BAPPEDA Kota Bandung. 2012. Master Plan Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung. Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota Bandung.

9. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung 2012. Sebaran Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung 10. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung 2012. Taman dan jalur. Dinas

Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung

11. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung 2012. Sebaran Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Sumur Bandung. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung

(13)

13. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung 2012. Sebaran Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Cibeunying Kaler. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung

14. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung 2012. Sebaran Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Sumur Bandung. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung

15. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung 2012. Sebaran Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Coblong. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung

16. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung 2012. Sebaran Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Cidadap. Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung

17. Dinas Tata Ruang Cipta Karya, 2012 RDTR WP Cibeunying. Dinas Tata Ruang Cipta Karya Kota Bandung.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Departemen PU/RTH wilayah Perkotaan

2. Immendagri No. 14 Tentang Penataan RTH di Wilayah Perkotaan 1988. 3. Kepmen PU No.378/KPTS/1987 Tentang Standar Kebutuhan Taman, 4. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang Kawasan Lindung

5. Permen PU No. 5/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

6. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota 7. PP Nomor 26 Tahun 2007 Tentang RTRWN

8. Permendagri No.1/2007 Tentang Penataan RTHKP

(14)

Kota. Dirjen penataan Ruang

2. Gie. 1982. The Liang Ensiklopedia Administrasi. PT Gunung Agung. Jakarta 3. Thahjati, Budhy. 1995 Kebijakan Pembangunan Perkotaan di Indonesia. Jurnal

PWK-ITB Tahun 1995. Bandung

4. Umar, H. 2001.Strategic Management in Action. PT. Gramedia Pustaka Utama. 5. Budiyono. Kajian Pengembangan Ruang Terbuka Hijau sebagai Sarana Ruang

Publik (Studi kasus : Kawasan Sentra Timur DKI Jakarta). Makalah Pengantar Falsafah sains. Jakarta

SKRIPSI

1. AlQoriah. 2010. Identifikasi Kecamatan dan Jenis RTH yang Diprioritaskan untuk Pengembangan Ruang Terbuka Hijau. Tugas Akhir. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

2. Atsetya, Dwi Ciska. 2010. Strategi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik di Kota Administrasi Jakarta Timur. Tugas Akhir. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

3. Dura, Cristian. 2013. Upaya Penguatan Ketersediaan RTH di Kecamatan Antapani. Tugas Akhir. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

4. Nurhapy S.K 2009. Strategi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Bogor. Tesis ITB. Bandung

5. Rusla, A.M. 200. Stategi Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau Kota di Wilayah Cibeunying Kota Bandung. Tugas Akhir ITB. Bandung

6. Fahrentino, J.J. 2003. Perumusan Materi Pokok Peraturan Perundang-undangan tentang Kawasan Hijau Kota. Tugas Akhir ITB. Bandung

(15)

INTERNET

1. Dephut.2002. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. www.ditjenphka.go.id. (18 juni 2014)

2. Purnomohadi. 1995. Ruang Terbuka Hijau. www.sementigaroda.com (18 juni 2014)

3. Purnomohadi. 2001. Bagian-Bagian (anatomi) RTH kota.

www.penataanruang.net (18 juni 2014)

4. Wikipedia.2014. Daerah penyangga. En.wikipedia.org (18 juni 2014) 5. Wikipedia.2014. Kebun Binatang. En.wikipedia.org (18 juni 2014) 6. Wikipedia.2014. Kebun Raya. id.wikipedia.org (18 juni 2014)

(16)

ii

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir tentang “Analisis Ketersediaan dan Kepuasan Masyarakat Tentang Jenis dan Fasilitas RTH Publik Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Masyarakat”. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun segi penulisan, karena kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesuksesan di masa yang akan datang.

Pada Kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil, dari awal penyusunan hingga selesainya penulisan laporan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, ayah Efruddin Syaefuddin dan mama Awa Herawati yang telah mengerahkan segenap daya dan upaya, serta pengorbanan untuk penulis selama ini. Terima kasih yang tiada terkira untuk kasih sayang, cinta, peluh, air mata dan doa yang selalu terpanjat, dan semua hal yang telah dilakukan demi mencapai cita-cita penulis.

2. Kakak - adik penulis; teh Eva Intan Nurwendah dan ade Zahra Efsya Nur’Aisyah yang telah memberi penulis motivasi untuk dapat menjalani kehidupan ini dengan lebih dewasa lagi.

3. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia

4. Prof. Dr. Ir Denny Kurniadie, M.Sc., Selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer.

(17)

saran dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini, 6. Ibu Ir. Romaiza Syafriharti, M Si., selaku wali dosen penulis yang telah

memberikan arahan dan motivasi selama penulis menjalani masa perkuliahan selama ini.

7. Bapak Tatang Suheri, ST. MT., sebagai dosen pembahas dan penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun dalam penulisan Tugas Akhir ini.

8. Ibu Dr. Ir. Lia Warlina, M. Si., sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun dalam penulisan Tugas Akhir ini.

9. Seluruh Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan kota yang telah mengajar dari semester 1 sampai semester 8 dan pada dosen-dosen yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menjalani perkuliahan selama ini.

10.Para narasumber dari Kantor Departemen Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung yang selalu baik mempermudah dalam memperoleh data bagi penulis..

11. Keluarga besar Bpk. H. Ahin Solihin dan Bpk. Entap atas dukungan dan doa yang terus diberikan kepada penulis hingga saat ini.

12.Teh Fitri, yang selalu hadir di Sekertariat Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Terimakasih sudah memberikan kemudahan dalam mengurusi surat-surat izin dalam perkuliahan lainya.

13.Seluruh rekan-rekan mahasiswa perencanaan wilayah dan kota UNIKOM angkatan 2008 yang selalu memberikan semangat dan ‘warna’ selama penulis menjalani masa perkuliahan selama ini.

14. Teman kontrakan yang selalu menemani khususnya : Shidik Surachman, Alvian, Ivan, Ismet, Selvie, Cici yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan membantu dalam survey lapangan.

(18)

iv

ini dapat bermanfaat.

Bandung, 26 Agustus 2014

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di setiap kota memiliki fungsi penting. Luasan ruang terbuka hijau, menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa RTH minimal harus memiliki luasan 30% dari luas total wilayah, dengan porsi 20% sebagai RTH publik dan 10% ruang terbuka hijau privat dari luasan perkotaan. Keberadaan RTH memiliki fungsi yaitu dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro. Fungsi lainnya yaitu sosial-ekonomi untuk memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai landmark kota.

WP Cibeunying merupakan salah satu wilayah yang memiliki luasan taman dan jalur hijau terbanyak di Kota Bandung dengan luas RTH sebesar 57,57 Ha. Wilayah Pengembangan Cibeunying terdiri dari 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Sumur Bandung, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kecamatan Coblong, dan Kecamatan Cidadap. RTH di WP Cibeunying memiliki daya tarik tersendiri terlihat bahwa banyaknya jenis RTH taman yang memiliki tema-tema dan keunikan di dalam sebuah taman. Hal ini mendorong masyarakat untuk datang dan menggunakan fasilitas yang ada di sebuah taman.

(20)

dan Kepuasan Masyarakat tentang Jenis dan Fasilitas RTH Publik berdasrkan Persepsi dan Preferansi Masyarakat”.

1.2 Rumusan Masalah

Persoalan yang hendak diketengahkan disini adalah mengenai sejauh mana ketersediaan RTH di WP Cibeunying. Selanjutnya yang menjadi pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut ini.

1. Apakah ketersediaan luas RTH di WP Cibeunying sudah sesuai dengan standar dan peraturan yang ada?

2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang ketersediaan RTH publik berdasarkan aspek peran, jumlah, bentuk dan jarak RTH?

3. Bagaimana kepuasan masyarakat tentang ketersediaan jenis RTH dan fasilitasnya?

4. Bagaimana arahan pengembangan RTH publik di WP Cibeunying?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian yaitu mengetahui kondisi RTH yang ada di WP Cibeunying.

Sasaran–sasaran yang ingin dicapai berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya yaitu:

1. Analisis ketersediaan ruang terbuka hijau dari jumlah penduduk dan luas wilayah berdasarkan standar atau peraturan yang terkait.

2. Analisis persepsi masyarakat tentang peran, jumlah dan bentuk RTH di WP Cibeunying.

3. Analisis kepuasan tentang ketersediaan jenis RTH dan fasilitas yang ada di sebuah taman.

(21)

1.4 Ruang Lingkup Studi

Ruang lingkup akan terbagi menjadi dua bagian yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi yang akan dijelaskan pada sub bab berikut ini :

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah yang akan menjadi objek studi terdapat pada kawasan Wilayah Pengembangan (WP) Cibeunying dengan 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Cidadap, Kecamatan Coblong, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kecamatan Cibeunying Kidul, dan Kecamatan Sumur Bandung yang secara administratif berada di Kota Bandung. Adapun batas kawasan studi adalah sebagai berikut :

 Sebelah utara : Kec. Lembang, Kabupaten Bandung Barat  Sebelah timur : Kec. Cimenyan, Wilayah Ujung Berung  Sebelah selatan : Wilayah Karees

(22)

Gambar 1.1

(23)

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah membahas ruang terbuka hijau di Wilayah Pengembangan Cibeunying. Ruang lingkup materi ini berdasarkan ketersediaan lahan dengan standar peraturan dilihat dari jumlah penduduk, persepsi masyarakat (Peran, Bentuk, Jumlah, jarak), dan kepuasan masyarakat tentang jenis dan fasilitas RTH yang untuk pengembangan RTH di Wilayah Pengembangan Cibeunying.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode penelitian terdiri dari metode pengumpulan data dan metode analisis. Penjelasan mengenai metodologi penelitian adalah berikut ini.

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara:

a. Survey Primer

Pengumpulan data dengan menggunakan metode primer, yaitu dengan melakukan observasi langsung dan melakukan wawancara kepada masyarakat. Observasi yang dilakukan bertujuan untuk melihat kondisi eksisting Ruang Terbuka Hijau publik yang ada di Wilayah Pengembangan Cibeunying kemudian didokumentasikan. Selain itu juga melakukan proses pertanyaan dengan cara membagikan kuisioner berdasarkan objek yang diteliti yang terkait dengan Ruang Terbuka Hijau publik di WP Cibeunying. b. Survey Sekunder

(24)

Tabel 1.1

Daftar Kebutuhan Data Penelitian

No Data Survey Sumber

√ Dinas Pertamanan dan

Pemakaman Kota

√ Observasi Langsung

6 Memberikan Quisoner/

wawancara Cibeunying

√ Observasi Langsung

Sumber: Hasil Analisis

1.5.2 Metode Pengambilan Sampel

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan slovin Berikut adalah Rumus Slovin yang digunakan:

Keterangan:

n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi

e = Presentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat di tolerin (e = 0,01)

Berdasarkan Rumus Slovin dengan populasi sebanyak 386848 jiwa dan nilai kritis atau batas ketelitian yang di inginkan 10%, maka jumlah sampel yang di peroleh adalah :

(25)

Maka sampel yang akan dilakukan dalam penyebaran kuisioner terhadap masyarakat (responden) yang dituju dibulatkan menjadi 100 responden dengan proporsi sebagai berikut ini.

Tabel 1.2

Jumlah Sebaran Kuisioner per Kecamatan di WP Cibeunying

Wilayah Kecamatan Jumlah

Penduduk

1.5.3 Metode Analisis Penelitian

Metode analisis dalam studi ini adalah importance performance analysis dan deskripsi atau gambaran secara sistematis mengenai gambaran atau menjelaskan berbagai karakteristik aspek perancangan Kota Ruang Terbuka Hijau, sedangkan importance performance analysis atau tingkatan kinerja/ persepsi dan kepentingan/ preferensi masyarakat digunakan untuk memetakan hubungan antar persepsi dengan preferensi dari atribut-atribut yang ditentukan importance performance analysis terdiri dari dua komponen yaitu, analisis kuadran dan analisis kesenjangan (gap). Dengan analisis kuadran dapat diketahui respon konsumen terhadap atribut yang didasarkan terhadap tingkat persepsi dan preferensi dari atribut tersebut. Sedangkan analisis kesenjangan (gap) digunakan untuk melihat kesenjangan Antara kinerja suatu atribut dengan harapan konsumen terhadap atribut yang dipilihnya.

Untuk analisis kuadran cara pengukuranya yaitu untuk memberikan 100 (seratus) responden kepada masyarakat di Wilayah Pengembangan Cibeunying dengan kuisioner yang kemudian diminta untuk memberikan jawaban. Setiap nilai

n = 386848

386848,24

(26)

memiliki tingkat persepsi dan preferensi terhadap atribut tersebut. Setiap bobot diberikan penilaian dari skala angka 1-5 dimana tingkat itu memiliki arti yang menunjukan tingkatan penilaian, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.3

Bobot Persepsi dan Preferensi Setiap Atribut Sumbu x (Persepsi) Bobot Sumbu y (Preferensi) Bobot

Sangat Baik (SB) 5 Sangat Penting (SP) 5

Baik (B) 4 Penting (P) 4

Sedang (S) 3 Cukup Penting (CP) 3

Buruk (b) 2 Kurang Penting (KP) 2

Sangat buruk (sb) 1 Tidak Penting (TP) 1

Langkah selanjutnya adalah penghitungan jumlah bobot penilaian antara persepsi dan preferensi untuk variabel dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

Xi = Bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja atribut ke-i Yi = Bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i N = jumlah responden

Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat persepsi dan preferensi untuk keseluruhan variabel dengan rumus:

Keterangan:

(27)

Yi = Nilai rata-rata kepentingan atribut N = jumlah responden

Kemudian di bagi menjadi 4 bagian ke dalam diagram kartesius sepeti pada gambar berikut ini :

Keterangan : 1. Kuadran I

Variabel-variabel yang terletak dalam kuadran ini dianggap sebagai faktor yang penting dan atau diharapkan oleh konsumen tapi kondisi persepsi dan atau kinerja aktual yang ada pada saat ini belum memuaskan sehingga pihak pengembang berkewajiban mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk meningkatkan kinerja berbagai variabel tersebut. Variabel-variabel yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas untuk ditingkatkan.

2. Kuadran II

Variabel-variabel di kuadran ini dianggap penting oleh responden dan faktor-faktor yang dianggap oleh responden sudah sesuai dengan yang diharapkannya. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan, karena variabel ini yang menjadikan variabel tersebut memiliki keunggulan di mata responden.

3. Kuadran III

(28)

termasuk kuadran ini dapat dipertimbangkan untuk dihilangkan karena pengaruhnya pada manfaat yang dirasakan oleh responden sangat kecil. 4. Kuadran IV

(29)

1.6 Kerangka Pemikiran

 UU penataan Ruang No 26.tahun 2007

 RTRW Kota Bandung 2011-2030

 Pedoman Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan

 PERDA Kota Bandung

Ketersediaan RTH dan Kepuasan RTH

Analisis Persepsi masyarakat tentang

ketersediaan RTH berdasarkan aspek : Analisis Ketersediaan RTH di WP

Cibeunying

Kesimpulan dan Rekomendasi Analisis Ketersediaan RTH

Publik dari aspek luas dengan standar/peraturan

Analisis Kepuasan masyarakat tentang RTH berdasarkan

aspek :

Ketersediaan Perkecamatan

Arahan Pengembangan RTH

Peran Jumlah Bentuk Jenis

RTH

Fasilitas Taman

(30)

1.7 Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi laporan ini, maka sub bab ini menjelaskan tentang sistematika pembahasan seperti berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, sasaran penelitian, ruang lingkup yang terdiri atas lingkup wilayah dan lingkup materi, metodologi penelitian terdiri atas metode pengumpulan data dan metode analisis, kerangka pemikiran dan sistematis pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan mengenai teori yang berkaitan dengan RTH. Diantaranya konsepsi RTH (pengertian, tujuan, fungsi, pemanfaatan), tipologi RTH, jenis-jenis RTH kawasan perkotaan (RTHKP), peraturan perundang-undangan RTH kota, isu-isu RTH, standar kebutuhan RTH, kriteria umum pengembangan RTH, pengelolaan RTH kota, aspek legalitas, prosedural dan kelembagaan.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Wilayah Pengembangan (WP) Cibeunying yang meliputi fisik dasar, kependudukan, penggunaan lahan, standar taman kota, dan kondisi taman di wilayah WP Cibeunying.

BAB IV ANALISIS

Bab ini menjelaskan mengenai analisis kebutuhan dan ketersediaan RTH di WP Cibeunying. Analisis ini meliputi ketersediaan RTH publik dari aspek luas, analisis persepsi masyarakat tentang ketersediaan RTH dari aspek peran, jumlah dan bentuk, dan analisis kepuasan RTH publik dari aspek jenis dan fasilitas, dan arahan pengembangan RTH.

BAB V KESIMPULAN

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II ini diuraikan beberapa kajian teoritis sebagai referensi dan literatur. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi landasan teori yang menjadi dasar atau pedoman dalam penyusunan laporan ini. Landasan teoritis dan normatif akan pelaksanaan penyusunan laporan sesuai logika ilmuan dan sesuai dengan peraturan yang ada.

2.1 Konsepsi Ruang Terbuka Hijau

2.1.2 Pengertian dan Tujuan RTH

Definisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang mengacu pada Undang-Undang Nomer 26 Tahun 2007 dan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988 tentang penataan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupundalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam penggunaanya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.

(32)

tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan (Purnomohadi 1995). Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung, kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan, ruang terbuka hijau di klarifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya (Riswandi, 2004).

Ruang terbuka hijau (RTH) dapat di klarifikasikan menjadi RTH alami dan non-alami. RTH alami berupa habitat alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional, sedangkan RTH non-alami atau binaan seperti taman-taman kota seperti taman kota, lapangan olahraga, kebun bunga, pemakaman, dan jalur-jalur hijau lainnya. Berdasarkan fungsinya, RTH diisi oleh tumbuhan dan tanaman yang berguna mendukung manfaat ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Berdasarkan strukturnya, bentuk dan susunan RTH dapat merupakan konfigurasi ekologis yang berbasis bentang alam seperti kawasan lindung, perbukitan, sepandan sungai, danau dan pesisir, dan konfigurasi planologis berupa ruang-ruang yang berbentuk mengikuti pola struktur kota seperti RTH rumah, RTH kelurahan RTH kecamatan, RTH kota maupun taman-taman regonal/nasional.

(33)

pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupaten/kota. Adapun tujuannya adalah menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, serta meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat, indah, bersih dan nyaman.

2.1.3 Fungsi dan Manfaat RTH

Ruang terbuka hijau memiliki fungsi utama yaitu sebagai fungsi ekologis dan sebagai tambahan yaitu sebagai sosial budaya, estetika/arsitektural, dan ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan RTH berfungsi menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota). Pengaturan iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerapan air hujan, penyedia habitat satwa, penyerapan polutan media udara, air dan tanah, mencegah bencana, mengurangi polusi udara, dan menurunkan temperatur kota. Bentuk-bentuk RTH yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, hutan kota, taman botani, dan sempadan sungai. RTH juga berfungsi sebagai suatu tempat untuk ruang berinteraksi sosial dan sarana rekreasi. Fungsinya seperti media komunikasi antar masyarakat, tempat rekreasi, menggambarkan ekspresi budaya lokal, wadah dan objek pendidikan, penelitian dan pelatihan dalam mempelajari alam. Bentuk RTH yang berfungsi sosial budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olahraga, kebun bunga dan taman pemakaman umum (TPU).

Ruang terbuka hijau (RTH) memliki peran dalam estetika/arsitektur yang dapat meningkatkan nilai keindahan, kenyamanan, serta memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro (halaman rumah, lingkungan pemukiman) maupun makro (lansekap kota secara keseluruhan), menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota, pembentuk faktor keindahan estetika/arsitektural serta menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun dengan melaui taman-taman kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijau di kota.

(34)

beristirahat/berteduh dan kesegaran) serta manfaat tidak langsung seperti konservasi air dan konservasi hayati dan keanekaragaman hayati. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti perlindungan tata air, memperbaiki kondisi air tanah, memperbaiki siklus hidrologi, meningkatkan keanekaragaman dan jumlah margasatwa, penyeimbang iklim mikro, dan mengurai tingkat polusi udara, adapun jenis, fungsi dan tujuan pembangunan RTH dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel.2.1

Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH

No. Jenis RTH Fungsi Lahan Tujuan Keterangan

1 Taman Kota

(termasuk : taman

bermain anak / balita),

taman bunga (lansia)

Ekologis,

3 Taman Pemakaman Pelayanan

(35)

No. Jenis RTH Fungsi Lahan Tujuan Keterangan

produksi hasil hutan :

iklim mikro, oksigen,

daya air, flora dan

fauna (budidaya ikan

air tawar)

6 Taman Purbakala Konservasi,

Preservasi,

9 Pertanian Kota Prodiksi,

Estetika,

Keamanan Penunjang iklim

mikro, thermal,

estetika

Pengaman : jalur lalu

lintas, Rel KA, jalur

(36)

No. Jenis RTH Fungsi Lahan Tujuan Keterangan

tinggi, kawasan

industri, dan lokasi

berbahaya lainnya

Sumber: Purnomohadi, 2001

Menurut Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan, manfaatnya RTHKP adalah sebagai berikut:

a. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah b. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan c. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial d. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan

e. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah f. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula g. Sarana ruang evaluasi untuk keadaan darurat.

2.2 Tipologi RTH

Berdasarkan pedoman tentang penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan tipologi RTH dapat dilihat di Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Tipologi RTH

Ruang Terbuka Hijau

(RTH)

Fisik Fungsi Struktur Kepemilikan

RTH Alami Ekologis Pola Ekologis RTH Publik

Sosial Budaya

RTH Non-Alami Estetika Pola Planologis RTH Privat

Ekonomi

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5/PRT/M/2008

(37)

Tabel 2.3

a. Pekarangan rumah tinggal √

b. Halaman perkantoran, pertokoan dan tempat usaha

c. Ruang dibawah jalan layang √

4 RTH Fungsi Tertentu

a. RTH sempadan rel kereta api √

b. Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi √

c. RTH sempadan sungai √

d. RTH sempadan pantai √

e. RTH pengamanan sumber air baku/mata air √

f. Pemakaman √

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008

Catatan: Taman lingkungan yang merupakan RTH privat adalah taman lingkungan yang

dimiliki oleh orang perseorangan masyarakat/swasta yang memanfaatkannya untuk

kalangan terbatas.

2.3 Jenis-Jenis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP)

(38)

bangunan, situ, dan rawa, jalur pengamanan jalan, media jalan, rel kereta api, pipa gas, dan pedestrian, kawasan jalur hijau, daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara, dan taman atap (roof garden). Adapun pengertian atau penjelasan mengenai jenis RTH tersebut adalah sebagai berikut.

a. Taman Kota

Taman kota merupakan ruang didalam kota yang ditata untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Taman kota di lengkapi dengan beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat kota sebagai tempat rekreasi. Selain itu, taman kota difungsikan sebagai paru paru kota, pengendalian iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna. Apabila terjadi suatu bencana, maka taman kota dapat difungsikan sebagai tempat pengungsian. Pepohonan yang ada dalam taman kota dapat memberikan keindahan, penangkal angin, dan penyaring sinar matahari. Taman kota berperan sebagai sarana pengembangan budaya kota, pendidikan, dan pusat kegiatan kemasyarakatan. Pembangunan taman di beberapa lokasi akan menciptakan kondisi kota yang indah, sejuk, serta menunjukkan citra kota yang baik.

Taman kota harus nyaman secara spasial atau keruangan, dimana warga kota dapat menggunakannya untuk aktivitas informal sehari-hari seperti istirahat, duduk, bermain dan lainnya. Untuk itu, perlu disediakan sarana atau prasarana untuk kebutuhan tersebut, misalnya bangku, ruang terbuka, toilet umum, dan lainnya. Taman kota juga perlu mempertimbangkan kenyamanan audial akibat kebisingan kota dengan penanaman tumbuhan yang dapat membantu mengurangi polusi suara kendaraan bermotor. Dari aspek termal, taman kota dipertimbangkan mampu mengurangi ketidaknyamanan termal yang diakibatkan oleh iklim setempat dan dari aspek kenyamanan visual, taman perlu ditata indah dan secara estetika baik.

b. Taman Wisata Alam

(39)

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya (www.ditjenphka.go.id). Sesuai fungsinya, kawasan taman wisata alam dapat dimanfaatkan untuk:

 Pariwisata alam dan rekreasi

 Penelitian dan pengembangan (kegiatan pendidikan berupa karya wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut)

 Pendidikan

 Kegiatan penunjang budaya.

c. Taman Rekreasi

Taman rekreasi merupakan tempat rekreasi yang berada di alam terbuka tanpa dibatasi oleh suatu bangunan, atau rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan dan berorentasi pada penggunaan sumberdaya alam seperti air, hujan, pemandangan alam atau kehidupan di alam bebas. Kegiatan rekreasi dibedakan menjadi kegiatan bersifat aktif dan pasif. Kegiatan yang cukup aktif seperti piknik, olahraga, permainan, dan sebagainya melalui penyediaan sarana-sarana permainan.

d. Taman Lingkungan Perumahan dan Pemukiman

Taman lingkungan perumahan dan permukiman merupakan taman dengan klasifikasi yang lebih kecil dan diperuntukkan untuk kebutuhan rekreasi terbatas yang meliputi populasi terbatas/masyarakat sekitar. Taman lingkungan ini terletak di sekitar daerah permukiman dan perumahan untuk menampung kegiatan-kegiatan warganya. Taman ini mempunyai fungsi sebagai paru-paru kota (sirkulasi udara dan penyinaran), peredam kebisingan, menambah keindahan visual, area interaksi, rekreasi, tempat bermain, dan menciptakan kenyamanan lingkungan.

e. Taman Lingkungan Perkantoran dan Gedung Komersial

(40)

tersebut membutuhkan ruang terbuka hijau pekarangan untuk tempat upacara, olahraga, area parkir, sirkulasi udara, keindahan dan kenyamanan waktu istirahat belajar atau bekerja.

f. Taman Hutan Raya

Kawasan taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang dialami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Kawasan taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya (www.ditjenphka.go.id) sesuai fungsinya, kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk:

 Penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian dasar dan penelitian untuk menunjang pengelolaan kawasan tersebut)  Ilmu pengetahuan

 Pendidikan

 Kegiatan penunjang budidaya  Pariwisata alam dan rekreasi  Pelestarian budaya.

g. Hutan Kota

Hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitarnya, berbentuk jalur, penyebar, atau bergerombol (menumpuk), strukturnya meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa liar dan menimbulkan lingkungan sehat, suasana nyaman, sejuk dan estetis.

(41)

kekeringan, dan intrusi air laut, serta mengurangi peningkatan kandungan logam berat dalam air.

Hutan kota juga mempunyai beberapa fungsi seperti memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, resapan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Hutan kota dapat dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata alam, rekreasi, olah raga, penelitian dan pengembangan pendidikan, pelestarian plasma nutfah, dan budidaya hasil hutan bukan kayu. Hal-hal tersebut dapat dilakukan selama tidak mengganggu fungsi hutan kota.

h. Hutan Lindung/Mangrove

Hutan lindung/mangrove merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Selain itu, hutan lindung/mangrove adalah sebidang ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung dengan kegiatan sangat ketat dan hati-hati, habitat satwa liar, penyangga lingkungan, dengan radius pelayanan untuk seluruh warga, luas areal sepanjang lahan tersedia, dilengkapi sarana dan fasilitas standar jalan setapak.

i. Bentang Alam Seperti Gunung, Bukit, Lereng dan Lembah

Ruang Terbuka Hijau bentang alam adalah ruang terbuka yang tidak dibatasi oleh suatu bangunan dan berfungsi sebagai pengaman keberadaan kawasan lindung perkotaan, pengendalian pencemaran dan kerusakan tanah air, dan udara, tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati, pengendalian tata air, dan sarana estetika kota.

j. Suaka Margasatwa

(42)

khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

k. Cagar Alam

Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistemnya tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sesuai fungsinya, kawasan cagar alam ini dapat dimanfaatkan untuk penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan penunjang budidaya (www.ditjenphaka.go.id).

l. Kebun Raya

Kebun raya adalah suatu area kebun yang ditanami berbagai jenis tumbuhan yang ditujukan terutama untuk keperluan penelitian. Selain itu, kebun raya juga digunakan sebagai sarana wisata dan pendidikan bagi pengunjung. Dua buah bagian utama dari sebuah kebun raya adalah perpustakaan dan herbarium yang memiliki koleksi tumbuh-tumbuhan yang telah dikeringkan untuk keperluan pendidikan dan dokumentasi (http://id.wikipedia.org).

m. Kebun Binatang

Kebun binatang adalah tempat dimana hewan dipelihara dalam lingkungan buatan serta dipertunjukkan kepada publik. Selain menyuguhkan atraksi kepada pengunjung dan memiliki berbagai fasilitas rekreasi, kebun binatang juga mengadakan program-program pembiakan, penelitian, konservasi, dan pendidikan (http://id.wikipedia.org).

n. Pemakaman Umum

(43)

pemakaman umum perlu ditata dengan baik untuk mencapai tujuannya sebagai daerah resapan air dan paru-paru kota. Ketersediaan sarana penunjang (jalan, tempat sampah, lampu taman, areal parkir, dan lainnya) di lokasi pemakaman juga merupakan hal yang perlu diperhatikan sehingga areal pemakaman tidak lagi berkesan menakutkan.

o. Lapangan Olahraga

Lapangan olahraga merupakan lapangan yang dibangun untuk menampung berbagai aktivitas seperti sepak bola, voli, atletik, dan golf serta sarana-sarana penunjang. Fungsi lapangan olah raga adalah sebagai wadah olahraga, tempat bermain, pertemuan, sarana interaksi, dan sosialisasi, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya.

p. Lapangan Upacara

Lapangan upacara merupakan lapangan yang dibangun untuk kegiatan upacara. Umumnya kegiatan ini dilakukan di halaman perkantoran yang cukup luas dan lapangan olah raga.

q. Parkir Terbuka

Area parkir merupakan unsur pendukung sistem sirkulasi kota yang dapat menambah kualitas visual lingkungan. Lahan parkir terbuka yang ada di perkantoran, hotel, restoran, pusat perbelanjaan, dan lainnya hendaknya ditanami dengan pepohonan agar tercipta lingkungan yang sejuk dan nyaman.

r. Lahan Pertanian Perkotaan

(44)

pemberdayaan masyarakat penggarap maka pertanian kota pun sering menjadi sarana pembangunan modal sosial.

s. Jalur Dibawah Tegangan Tinggi (SUTT Dan SUTET)

SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) dan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) adalah sistem penyaluran listrik yang ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dan pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga energi listrik bisa disalurkan dengan efisien. Daerah sekitarnya hendaklah tidak dijadikan daerah terbangun, tetapi dijadikan RTH jalur hijau. RTH ini berfungsi sebagai pengamanan, pengendalian jaringan listrik tegangan tinggi, dan mempermudah dalam melakukan perawatan instalasi.

t. Sempadan Sungai, Pantai, Bangunan, Situ dan Rawa

Sempadan adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berfungsi sebagai batas dari sungai, danau, waduk, situ, pantai, dan mata air atau bahkan kawasan limitasi terhadap penggunaan lahan disekitarnya. Fungsi lain dari sempadan adalah untuk penyerapan aliran air, perlindungan habitat, dan perlindungan dari bencana alam. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai, mengamankan aliran sungai, dan dikembangkan sebagai area penghijauan. Kawasan sekitar waduk/danau/situ adalah kawasan di sekeliling waduk/danau/situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau situ.

PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN menetapkan kriteria-kriteria sempadan sungai, yaitu:

a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

(45)

c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.

d. Jalur Pengamanan Jalan, Median Jalan, Rel Kereta Api, Pipa Gas dan Pedestrian.

Jalur hijau jalan adalah pepohonan, rerumputan, dan tanaman perdu yang ditanam pada pinggiran jalur pergerakan di samping kiri-kanan jalan dan median jalan. RTH jalur pengaman jalan terdiri dari RTH jalur pejalan kaki, taman pulo yang terletak di tengah persimpangan jalan, dan taman sudut jalan yang berada di sisi persimpangan jalan. Median jalan adalah ruang yang disediakan pada bagian tengah dari jalan untuk membagi jalan dalam masing-masing arah yang berfungsi mengamankan ruang bebas samping jalur lalu lintas.

Beberapa fungsi jalur hijau jalan yaitu sebagai penyegar udara, peredam kebisingan, mengurangi pencemaran polusi kendaraan, perlindungan bagi pejalan kaki dari hujan dan sengatan sinar matahari, pembentuk citra kota, dan mengurangi peningkatan suhu udara. Selain itu, akar pepohonan dapat menyerap air dapat menyerap air hujan sebagai cadangan air tanah dan dapat menetralisir limbah yang dihasilkan dari aktivitas perkotaan.

u. Kawasan dan Jalur Hijau

(46)

v. Daerah Penyangga (Buffer Zone) Lapangan Udara

Daerah penyangga adalah wilayah yang berfungsi untuk memelihara dua daerah atau lebih untuk beberapa alasan (http://en.wikipedia.org). Salah satu jenis daerah penyangga adalah daerah penyangga lapangan udara. Daerah peyangga ini berfungsi untuk peredam kebisingan, melindungi lingkungan, menjaga area permukiman dan komersial di sekitarnya apabila bencana, dan lainnya.

w. Taman Atap (Roof Garden)

Taman atap adalah taman yang memanfaatkan atap atau teras rumah atau gedung sebagai lokasi taman. Taman ini berfungsi ini berfungsi untuk membuat pemandangan lebih asri, teduh, sebagai insulator panas, menyerap gas polutan, mencegah radiasi ultraviolet dari matahari langsung masuk ke dalam rumah, dan meredam kebisingan. Taman atap ini juga mampu mendinginkan bangunan dan ruangan dibawahnya sehingga bisa lebih menghemat energi seperti pengurangan pemakaian AC. Tanaman yang sesuai adalah tanaman yang tidak terlalu besar dengan sistem perakaran yang tidak terlalu tumbuh pada lahan terbatas, tahan hembusan angin dan tidak memerlukan banyak air.

(47)

(apartemen, rumah susun, pusat perbelanjaan), taman terpai (rumah sakit, pusat klinik kesehatan, apartemen lansia), atau plaza penghubung antargedung (perkantoran, apartemen, hotel, pusat perbelanjaan) yang dapat digabungkan dengan stasiun kereta api atau monorel.

2.4 Peraturan Perundang-Undangan RTH Kota

Peraturan perundang-undangan mengenai RTH Kota dapat dilihat pada penjelasan berikut.

a. Inmendagri No. 14/1988 Tentang Penataan RTH di Wilayah Perkotaan RTH merupakan bagian dari penataan ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, hijau hutan kota, hijau rekreasi kota, hijau kegiatan olahraga, hijau pemakaman, kawasan hijau jalur dan hijau pekarangan.

b. Permendagri No.1/2007 Tentang Penataan RTHKP Pasal 1

RTH kawasan perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika.

c. UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 1

RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

d. UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 30

Distribusi RTH Publik, disesuaikan dengan sebaran penduduk penduduk dan hierarki pelayanan dengan rencana struktur dan pola ruang.

e. Pemendagri No. 1/2007 tentang Penataan RTHKP

(48)

2.5 Isu-isu Ruang Terbuka Hijau

Isu-isu utama yang terkait dengan ketersediaan dan kelestarian RTH antara lain :

a. Dampak negatif dari suboptimalisasi RTH dimana RTH kota tersebut tidak memenuhi persyaratan jumlah dan kualitas (RTH tidak tersedia, RTH tidak fungsional, fragmentasi lahan yang menurun kapasitas lahan dan selanjutnya menurunkan kapasitas lingkungan, alih guna dan fungsi lahan) terjadi terutama dalam bentuk/kejadian.

 Menurunkan kenyamanan kota yaitu penurunan kapasitas dan daya dukung wilayah (pencemaran meningkat, ketersediaan air tanah menurun, suhu kota meningkat, dll)

 Menurunkan keamanan kota

 Menurunkan keindahan alami kota (mineral amenities) dan artifak alami sejarah yang bernilai kultural tinggi

 Menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat (menurunnya kesehatan masyarakat secara fisik dan psikis)

b. Lemahnya lembaga pengelolaan RTH

 Belum terdapatnya aturan hukum dan perundangan yang tepat  Belum optimalnya penegakan aturan main pengelolaan RTH  Belum jelasnya bentuk kelembagaan pengelolaan RTH  Belum terdapatnya tata kerja pengelolaan RTH yang jelas

c. Lemahnya peran stake holders  Lemahnya persepsi masyarakat

 Lemahnya pengertian masyarakat dan pemerintah

d. Keterbatasan lahan kota untuk peruntukkan RTH

(49)

2.6 Standar Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

Standar kebutuhan dan alokasi RTH diterapkan untuk menentukan luas RTH yang dibutuhkan di masa yang akan datang berdasarkan pada peningkatan jumlah penduduk. Beberapa acuan dapat digunakan untuk mengatur standar kebutuhan dan alokasi ruang terbuka hijau, antara lain:

a. Kepmen PU Nomor 378/KPTS/1987 yang menentukan standar kebutuhan taman meliputi fasilitas/sarana olahraga, taman bermain dan kuburan. Adapaun standar perencanaan taman dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini.

Tabel 2.4

Standar Perencanaan Kota

No. Jumlah

Penduduk Jenis RTH

Luas

Minimal satu unit taman dan sekalihus tempat bermain anak-anak

250 1

2 2.500 jiwa

Minimal satu unit taman dengan dilengkapi sarana olahraga

1.250 0.5

3 30.000 jiwa

satu unit taman dengan dilengkapi lapangan serba guna dan terbuka

9.000 0.3

4 120.000 jiwa Satu lapangan hijau terbuka 24.000 0.2

5 480.000 jiwa

Suatu kompleks terdiri dari stadion, taman bermain, area parker, dan bangunan fungsional

144.000 0.3

Sumber : Kepmen PU Nomor 378/KPTS/1987

b. Permen PU Nomor 5/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan.

Tabel 2.5

Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

No. Jumlah

Penduduk Jenis RTH

(50)

No. Jumlah

Penduduk Jenis RTH

Luas Pemakaman Disesuaikan 1.2 Tersebar

5 480.000 jiwa

Taman Kota 144.000 0.3 Di pusat wilayah/kota

Hutan Kota Disesuaikan 4

Di dalam/di kawasan pinggiran di sesuaikan dengan kebutuhan

Untuk

fungsi-fungsi tertentu Disesuaikan 12.5

Disesuaikan dengan kebutuhan

Sumber : Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2008

c. KTT Bumi di Rio de Jeneiro, Brasil (1992) dan Johannesburg. Afrika selatan (2002) menyepakati sebuah kota sehat idealnya memiliki luas RTH minimal 30% dari total luas kota.

d. Pemendagri Nomor 1 Tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau kawasan terbuka hijau kawasan perkotaan menyatakan bahwa luas minimal RTH kawasan perkotaan adalah 20% dari luas wilayahnya.

e. UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa :  Ruang Terbuka Hijau (RTH) terdiri dari RTH publik dan RTH privat.  Proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen

dari luas wilayah kota.

 Proporsi RTH privat pada wilayah kota paling sedikit 10 (sepuluh ) persen dari luas wilayah kota

 Proporsi RTH publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh ) persen dari luas wilayah kota

f. PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ditetapkan kriteria ruang terbuka hijau kota yaitu :

 Lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua puluh lima ratus) meter persegi,

 Berbentuk satu hamparan, terbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur, dan

(51)

2.7 Kriteria Umum Pengembangan RTH

Kriteria pengembangan kawasan yang terbuka hijau merupakan suatu keterkaitan hubungan antara bentang alam atau peruntukkan kriteria vegetasi.

1. Letak Lokasi

a. Ruang terbuka hijau dikembangkan sesuai dengan kawasan-kawasan peruntukan ruang kota, yaitu :

1) Kawasan permukiman kepadatan tinggi 2) Kawasan permukiman kepadatan sedang 3) Kawasan permukiman kepadatan rendah 4) Kawasan industri

5) Kawasan perkantoran

6) Kawasan sekolah/kampus perguruan tinggi 7) Kawasan perdagangan

8) Kawasan jalur jalan 9) Kawasan jalur sungai 10) Kawasan jalur pesisir pantai

11) Kawasan jalur pengaman utilitas/instalasi

b. Pada tanah yang bentang alamnya bervariasi menurut keadaan lereng dan ketinggian di atas permukaan laut serta penduduknya terhadap jalur sungai, jalur jalan dan jalur pengamanan utilitas.

c. Pada tanah di wilayah perkotaan yang dikuasai badan hukum atau perorangan yang tidak dimanfaatkan dan atau diterlantarkan.

2. Jenis Vegetasi

Jenis vegetasi adalah rumput, semak, pohon, dan lain-lain. Pemilihan vegetasi untuk peruntukan ruang terbuka hijau kota dengan kriteria umum adalah bentuk morphologi, variasi memiliki nilai keindahan, penghasil oksigen tinggi, tahan cuaca dan hama penyakit, memiliki peredam intensif, daya resapan air tinggi, pemeliharaannya tidak intensif sedangkan untuk jenis vegetasi sesuai dengan sifat dan bentuk serta peruntukkannya.

(52)

1) Karakteristik tanaman: tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat sampai rapat

2) Jenis ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang

3) Kecepatan tumbuhnya sedang

4) Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya 5) Jenis tanaman tahunan atau musiman

6) Jarak tanaman setengah rapat, 90% dari luas harus dihijaukan b. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau hutan kota

1) Karakteristik tanaman struktur daun rapat ketinggian vegetasi bervariasi

2) Kecepatan tumbuhnya cepat 3) Dominasi jenis tanaman tahunan 4) Berupa habitat tanaman lokal, dan

5) Jarak tanaman rapat 90%-100% dari luas areal harus dihijaukan c. Karakteristik vegetasi untuk kawasan hijau rekreasi kota

1) Karakteristik tanaman: tidak bergetah/beracun dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat, ketinggian vegetasi bervariasi : warna hijau dan variasi warna lain yang harus seimbang

2) Kecepatan tumbuhnya sedang

3) Jenis tanaman tahunan atau musiman 4) Berupa habitat tanaman lokal

5) Sektar 40%-60% dan luas areal harus dihijaukan d. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau kegiatan olahraga

1) Karakteristik tanaman: tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi

2) Jenis tanaman tahunan atau musiman

3) Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya dan

(53)

e. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau pemakaman

1) Kriteria tanaman: perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun renggang sampai setengah rapat, dominan warna hijau

2) Jenis tanaman tahunan atau musiman

3) Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya, dan

4) Jarak tanaman renggang sampai setengah renggang, sekitar 50% dan luas areal harus dihijaukan

f. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau pertanian

1) Karakteristik tanaman: struktur daun rapat, warna dominan hijau 2) Kecepatan tumbuhnya bervariasi dengan pola tanam diarahkan

sesingkat mungkin lahan terbuka 3) Jenis tanaman tahunan atau musiman 4) Berupa habitat tanaman budidaya, dan

5) Jarak tanaman setengah rapat sampai 80%-90% dan luas areal harus dihijaukan

g. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau jalur hijau

1) Kriteria tanaman: struktur daun setengah raoat sampai rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak mengganggu pondasi

2) Kecepatan tumbuhannya tanaman tahunan 3) Dominan jenis tanaman tahunan

4) Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya, dan

5) Jarak tanaman serengah rapat sampai rapat, sekitar 90% dan luas areal harus dihijaukan

h. Kriteria vegetasi untuk kawasan hijau perakaran 1) Kecepatan tumbuhnya bervariasi

2) Pemeliharaan relatife

3) Jenis tanaman tahunan atau tanaman budidaya 4) Berupa habitat tanaman lokal atau tanaman budidaya

(54)

3. Jenis

4. Menurut kondisi dan potensi wilayah, supaya dipertahankan jenis-jenis tanaman yang khas daerah dan atau tanaman yang langka.

2.8 Pengelolaan RTH Kota

Pendekatan-pendekatan yang terkait dengan unsur-unsur penting dalam pengelolaan (manajerial) yaitu:

a. Menurut Direktoral Jenderal Penataan Ruang, 2006

Agar perencanaan pembangunan perkotaan dapat tercapai dihasil dimana mampu mempertahankan fungsi lingkungan kota yang berkelanjutan sebagaimana diharapkan dalam prinsip “good environmental government” diperlukan minimal 3 (tiga) modal dasar pembangunan, yaitu:

1. Menurut pengelola kota yang handal, berupa sumberdaya manusia (SDM) baik pejabat pemerintah maupun masyarakat umum dan skala nasional dan skala lokal yang mampu memelihara fungsi dan kondisi lingkungan perkotaan sesuai kaidah pelestarian fungsi dan kondisi lingkungan perkotaan sesuai kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup yang ada.

2. Tersedianya dukungan sumber daya finansial yang berkelanjutan pula untuk mendukung kegiatan pemeliharaan dan pengawasan RTH kota. 3. Tersedianya rencana induk kota yang komprehensif dan dinamis, yang

artinya terus berkembang sejalan dengan proses kehidupan lingkungan perkotaan yang dinamis.

b. Menurut Budhy Tjahjati, 1995

(55)

2.9 Aspek legalitas

RTH memiliki fungsi-fungsi yang sangat penting dalam menunjang kelestarian lingkungan hidup sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan RTH menjadi salah satu elemen dari pembangunan yang berkelanjutan. Ada beberapa peraturan yang terkait dengan RTH di Indonesia. Dalam UU No. 26/2007 tentang penataan ruang ditegaskan bahwa dalam pemanfaatan ruang disyaratkan adanya kawasan lindung. Kawasan lindung berdasarkan Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung dapat berupa kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, dan cagar budaya, kawasan rawan bencana dan kawan khusus. Kawasan ini diperlukan guna menjaga kondisi lingkungan di suatu daerah.

Dalam UU. No 23/2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup dinyatakan beberapa tujuan dari pengelolaan hidup, yaitu antara lain :

a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;

c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;

d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup; f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa

depan;

g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;

h. Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana; i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

j. Mengantisipasi isu lingkungan global.

(56)

dilihat bahwa RTH punya peran yang cukup penting dalam mewujudkan tujuan tersebut.

Beberapa peraturan yang ada saat ini cukup banyak berkaitan dengan RTH. Tapi yang secara langsung hanyalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan RTH di wilayah perkotaan dan PP No. 63/2002 tentang Hutan Kota. Di dalam PP No. 63/2002 yang membahas hanyalah hutan kota yang hanya merupakan salah satu bagian dari RTH kota.

2.10 Prosedural

Menurut Gie (1982) dalam bukun yang berjudul “The Liang Ensiklopedia Administrasi” prosedural adalah kerja berpola dalam melakukan pekerjaan yang merupakan suatu kebulatan untuk mencapai tujuan penataan ruang yang berkualitas menyangkut pemanfaatan RTH, dibutuhkan prosedur penyusunan program pembangunan yang sejalan dengan RTRW. Rangkaian kegiatan ini merupakan suatu kesatuan dalam pemanfaatan ruang yang optimal. Dalam pengelolaan RTH, instansi yang berkaitan seperti dinas pertamanan harus memiliki kemampuan dalam menyusun suatu program terpadu, dalam rangka mewujudkan perkembangan RTH yang dialokasikan sesuai dengan jenis RTH yang akan dikembangkan. Rencana RTH ini merupakan hasil awal proses pengelolaan yang perlu ditindaklanjuti.

(57)

2.11 Kelembagaan

Dalam merancang, mengembangkan dan pengelolaan RTH Kota, diperlukan institusi yang profesional, yaitu instansi di pemerintahan kota. Lembaga sebagai tenaga pelaksanaan atau dinas ini akan terlibat langsung dalam menata ruang terbuka, sehingga lembaga ini harus diwujudkan menjadi suatu lembaga yang kuat yang dapat memikirkan dan mengkoordinasikan penghijauan kota.

Pelaksanaan dalam pengelolaan RTH Kota, diperlukan institusi yang profesional di bidang penghijauan kota, karena penghijauan kota menyangkut desain taman, studi pengembangan RTH, pelaksanaan program dan proyek pemeliharaan/pengelolaan pertamanan, penyediaan bermacam bibit yang sesuai dengan kondisi daerah, dan usaha penyuluhan serta bimbingan kepada masyarakat. Dalam pelaksanaanya tugas ini dibutuhkan adanya kerjasama yang efektif baik dengan lembaga-lembaga terkait maupun pihak swasta dan masyarakat. Istitusi yang berwenang dalam pemeliharaan RTH Kota. Terutama adalah pemerintah, selain itu yang berperan dalam pemeliharaan adalah pihak swasta, masyarakat, lembaga dan kerjasama dari ketiga dengan pemerintah.

Pengelolaan RTH dilakukan oleh beberapa pihak, yaitu pemerintah masyarakat, swasta, dan lembaga.

a. Pemerintah

Tugas utama pemerintah dalam pengelolaan RTH yaitu:

1. Meberikan penyuluhan kepada semua pihak akan pentingnya fungsi dan keberadaan RTH.

2. Merencanakan RTH baik sebagai dari RTRW Kota, RDTR, rencana tata ruang wilayah lainnya ataupun Rencana Tata Hijau.

3. Menyediakan luasan dan sebaran RTH yang memadai bagi kotanya. 4. Memelihara RTH yang ada sebagai salah satu komponen peningkat

daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan tetap mempertahankan fungsi ekologinya.

Gambar

Tabel 2.2 Tipologi RTH
Tabel 3.1
Gambar 3.2 Taman Lalu Lintas yang berada di Jl. Sumatra,
Gambar 3.6 Fasilitas Batu Terapi Dan Berjalan Kaki Untuk Manula Yang Berada Di Taman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kota Surakarta memiliki prospek dan potensi yang cukup besar dalam pengembangan eksisting Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik di dukung dengan komitmen yang kuat

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten Garut dalam penyusunan rencana Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Garut RTH terdekat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merencanakan fasilitas umum dan ruang terbuka hijau (RTH) di Taman Techno Park Sragen dan untuk mengetahui besar anggaran

Meliputi proporsi hijau ruang terbuka hijau publik di Kota Karanganyar pada masing-masing kelurahan dan masing-masing lokasi ruang terbuka hijau publik. Dari hasil

26 tahun 2007 tentang penataan ruang perkotaan, bahwa minimal untuk memenuhi ketentuan 20 % Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik dan 10 % RTH privat. Tujuan dari penelitian ini

Penyediaan RTH publik aktif diutamakan berada pada lokasi dengan kepadatan penduduk tinggi >200 jiwa/ha, sehingga RTH publik aktif dimanfaatkan dengan

Penyediaan Hutan Kota dan Taman Kota Sebagai Ruang Terbuka Hijau RTH Publik Menurut Preferensi Masyarakat di Kawasan Pusat Kota Tangerang.. Analisis Kemampuan Ruang Terbuka Hijau dalam

Dari hasil analisis dengan overlay peta yang telah dilakukan peneliti, untuk lahan yang berpotensi dijadikan ruang terbuka hijau RTH publik memiliki luas total sebesar 17,5 Ha atau jika