a. Laporan Akhir Penelitian
b. Publikasi Jurnal Akuntansi Vokasi Manado
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
Kamus besar psikologi mengartikan persepsi sebagai suatu proses pengamatan seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-indra yang dimiliki sehingga ia menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada dilingkungannya. Sementara itu menurut Slameto (2010:102), persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.
Persepsi mempunyai sifat subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Dengan demikian persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu.
2.2 Etika Bisnis
Bisnis dapat menjadi sebuah profesi etis apabila ditunjang oleh sistem politik ekonomi yang kondusif (Keraf, 2012) sehingga dibutuhkan prinsip-prinsip etis untuk berbisnis
Beberapa prinsip etika bisnis yang dapat diterapkan dalam kegiatan bisnis adalah sebagai berikut : (Keraf, 2012).
1. Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berlandaskan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggap baik untuk diakukan. Orang otonom adalah orang yang sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis. Ia tahu mengenai bidang kegiatannya, situasi yang dihadapinya, apa yang diharapkan, tuntutan atau aturan yang berlaku untuk bidang kegiatannya
dan tahu pula mengenai keputusan dan tindakan yang pantas diambilnya. Orang yang otonom adalah orang yang tahu aturan dan tuntutan sosial, tetapi bukan orang sekedar mengikuti begitu saja aturan yang berlaku dalam masyarakat atau mengikuti begitu saja apa yang dilakukan orang lain.
Maka dalam kerangka etika bisnis itu berarti bahwa prinsip otonomi menuntut para pengusaha dan manajer dihargai kebebasannya dalam mengambil keputusan apa saja, dan bertindak bedasarkan keputusannya itu. Dalam kondisi inilah kita bisa mengharapkan bahwa ia akan menjadi seorang pengusaha atau manajer yang bertindak secara etis. Namun, kebebasan saja belum menjamin bahwa orang bisa bertindak secara otonom dan etis. Otonomi mengandaikan juga adanya tanggung jawab.
Pengusaha atau manajer dituntut untuk bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya, yaitu :
a. Bertanggung jawab kepada dirinya sendiri.
b. Bertanggung jawab kepada orang yang mempercayakan seluruh kegiatan bisnis dan manajemen itu kepadanya.
c. Bertanggung jawab kepada pihak-pihak yang terlibat dengannya dalamurusan bisnis.
d. Bersedia untuk mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya kepadapihak ketiga, yaitu masyarakat seluruhnya yang sacara tidak langsung terkena akibat dari keputusan dan tindakan binisnya.
2. Prinsip Kejujuran
Aspek kejujuran dalam dunia bisnis :
a. Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
b. Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu yang baik.
c. Kejujuran menyangkut hubungan kerja dalam perusahaan.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar kita memperlakukan orang lain sesuai dengan haknya.
Hak orang lain perlu dihargai dan jangan sampai dilanggar, seperti kita juga mengharapkan agar hak kita dihargai dan tidak dilanggar.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini berintikan prinsip moral sikap baik kepada orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain, dalam bidang apa saja, kita dituntut untuk besikap baik kapada mereka. Dua bentuk perwujudan prinsip ini adalah : pertama, prinsip bersikap baik menuntut agar secara aktif dan maksimal kita semua berbuat hal yang baik bagi orang lain; kedua, wujudnya yang minimal dan pasif, sikap ini menuntut agar kita tidak berbuat jahat kepada orang lain. Secara maksimal orang bisnis dituntut melakukan kegiatan yang menguntungkan bagi orang lain (atau lebih tepat, saling menguntungkan), tapi kalau situasinya tidak memungkinkan, maka titik batas yang masih ditoleransi adalah tindakan yang tidak merugikan pihak lain.
2.3 Etika Profesi Akuntan
Dari asal usul kata, etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti adat istiadat/ kebiasaan yang baik. Dalam bahasa latin Etika adalah ethica, yang berarti falsafah moral. Etika merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang budaya, susila serta agama. Bertens (2013), merumuskan pengertian etika kepada tiga pengertian:
1. Etika digunakan dalam pengertian nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
2. Etika merupakan kumpulan asas atau nilai moral atau kode etik.
3. Etika merupakan ilmu yang mempelajari tentang sesuatu hal yang baik dan buruk.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan seperangkat aturan/ norma/ pedoman yang harus dilakukan maupun yang harus di tinggalkan oleh sekelompok golongan/ masyarakat/ profesi.
Ikatan Akuntan Indonesia memuat delapan prinsip- prinsip etika (Standar Profesional Akuntan Publik, 2020) :
1. Tanggung Jawab Profesi
“Dalam melaksanakan akan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya”.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka.
2. Kepentingan Publik
“Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme”.
a. Profesi akuntan tetap berada dalam posisi yang penting ini dengan terus menerus memberikan jasa yang unik pada tingkat yang menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat para pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan prestasi tertinggi dan sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
b. Dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yangberkepentingan. Dalam mengatasi hal ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritas, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.
c. Mereka memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota untuk memenuhi taggung jawabnya dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan profesional, dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota mengharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semua dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang kosisten dengan Prinsip Etika Profesi ini.
d. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan publik yang diberikan kepadanya, anggota harus secara terus menerus menjalankan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
e. Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada kepentingan publik, misalnya:
1. Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari laporan keuangan yang disajikan oleh lembaga keuangan untuk mendukung pemberi pinjaman dan kepada pemegang saham untuk memberi modal;
2. Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam organisasi dan memberikan kontribusi efisiensi dan efektivitas pengguna sumber daya organisasi;
3. Auditor intern memberikan keyakianan tenteng sistim pengendalian internalyang baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberikerja ke pihak luar;
4. Ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi sertapenerapan adil dari sistim pajak; dan
5. Konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap kepentinganumum dalam membantu pembuatan keputusan manajemen yang baik.
3. Integritas
“Untuk memlihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setip anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas”.
a. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik yang merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
b. Integritas mengharuskan setiap anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerimaan jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
c. Integritas diukur dalam apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat aturan, standar, paduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika.
d. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mngikuti prinsip obyektivitas dan kehati-hatian profesional.
4. Obyektivitas
“Setiap anggota harus menjaga obyektifitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya”.
a. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain.
b. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka di berbagai situasi. Anggota dalam praktik akuntan publik memberikan jasa atestasi, pepajakan, serta konsultan manajemen. Anggota lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorangbawahan, melakukan jasa audit intern yang bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintahan. Mereka harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektifitas.
c. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap faktor berikut :
1. Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan mereka menerima tekanan-tekana yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu objektivitasnya.
2. Adakalanya tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi di mana tekanan-tekanan mungkin terjadi. Ukuran kewajaran (reasonableness) harus digunakan dalam menetukan standar untuk mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak objektivitas anggota.
3. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk melanggar objektivitas harus dihindari.
4. Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang terlibat dalam pemberian jasa operasional mematuhi prinsip objektivitas.
5. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment yang dipecaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.
5. Kompetensi dan Kehati- Hatian Profesional
“Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati -hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mitakhir”.
a. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan.
b. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.
c. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah : 1. Pencapaian Kompetensi Profesional.
Pencapaian kompetensi professional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.
2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan melakukan peningkatan profesional secara bekesinambungan selama kehidupan profesional anggota. Pemeliharaan komptensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengukuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk di antaranya pernyataan-pertanyaan akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.
d. Kompetensi menunjukan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam penugasan profesional
melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajibmelakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk tanggung jawab yang harus dipenuhinya.
e. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung jawab untuk mematuhi standar teknis, dan etika yang berlaku.
f. Kahati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama setiap kegiatan professional yang menjadi tanggung jawabnya.
6) Kerahasiaan
“Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali apabila ada hak atau kewajiban profsional atau hukum yang mengungkapkannya”.
7. Perilaku Profesional
“Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskusikan profesi”. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendikreditkan profesi yang harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
“Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas” . Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, International Fedaration of Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.
Sementara dalam modul chartered accountant (2015:44), bahwa prinsip utama yang harus ditaati oleh seorang akuntan profesinal adalah:
a. Integritas, setiap praktisi harus jujur dan berterus terang dalam menjalin hubungan professional dan hubungan bisnis.
b. Objektivitas – tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau pihak lain, dan tidak dipengaruhi kepentingan pribadi dan pihak lain dalam mengambil keputusan professional atau bisnis.
c. Memiliki kompetensi dan kehati-hatian professional – selalu memelihara dan meningkatkan kompetensi dan ketrampilan professional pada tingkat yang dibutuhkan sehingga klien ataupun pemberi kerja memperoleh layanan professional berdasarkan perkembangan praktik dan peraturan terkini, yang dilaksanakan secara professional sesuai dengan teknik dan standar professional yang berlaku.
d. Kerahasiaan – menghargai kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan professional dan bisnis, dengan tidak mengungkapkannya kepada pihak lain tanpa persetujuan yang jelas dan memadai dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku, atau menggunakannya untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
e.
Perilaku Profesional – mematuhi hukum dan peraturan dan peraturan yang relevan dan menghindari semua tindakan yang dapat merusak nama baik dan reputasiprofesi.
Beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti Penelitian Rina (2015) “persepsi mahasiswa terhadap etika profesi akuntan” menujukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri dengan mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta terhadap etika profesi akuntan. Dinda & Hajan (2017) dalam penelitian “perbedaan persepsi tentang etika bisnis pada mahasiswa yang belum dan sudah mempelajari mata kuliah etika bisnis pada prodi akuntasi di perguruan tinggi kota batam”, juga menunjukkan bahwa pendidikan etika bisnis mempengaruhi persepsi mahasiswa sehingga mahasiswa yang sudah mengikuti mata kuliah etika bisnis mempunyai persepsi berbeda dengan mahasiswa yang belum mengikuti mata kuliah etika bisnis.
Selanjutnya Dian, dkk dengan penelitian tentang Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Profesi Akuntansi menemukan bukti bahwa terdapat perbedaan signifikan berdasarkan gender terkait persepsi mahasiswa akuntansi terhadap kode etik akuntan, wanita terbukti memiliki persepsi etis yang lebih tinggi dibanding pria.
Sedangkan di lihat dari strata pendidikan persepsi mahasiswa terkait etika profesi akuntan tidak terdapat perbedaan yang signifikan, temuan ini mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi bukan merupakan jaminan seseorang telah memiliki penalaran etis yang lebih baik, dan sebaliknya.
Ada juga hasil penelitian dari Feronika Dwi Kurniasih (2005) dalam “Persepsi Akuntan Publik, Akuntan Pendidik, Dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Bisnis Dan Etika Profesi Akuntan” memberikan hasil bahwa penelitian ini tidak mendapatkan bukti adanya perbedaan yang signifikan atas persepsi kelompok akuntan publik, akuntan pendidik maupun kelompok mahasiswa akuntansi. Walaupun penelitian-penelitian tersebut menunjukkan ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap etika bisnis atau terhadap kode etik akuntan secara sepihak dan dengan berbagai jenis responden, tapi sangat menarik saat ini untuk melihat persepsi dan keterpengaruhan mahasiswa terhadap sudah dan belum mempelajari etika bisnis dan etika profesi secara bersama-sama.
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT
3.1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui minat mahasiwa dalam mengikuti dan mempelajari mata kuliah etika bisnis dan etika profesi
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menguji perbedaan persepsi mahasiswa yang sudah dan belum mengikuti mata kuliah etika bisnis dan etika profesi
2. Untuk mengetahui model pembelajaran yang lebih memberi dampak yang signifikan dari pemberian materi perkuliahan etika bisnis dan etika profesi bagi mahasiswa
3.2. Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain :
a. Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk mempraktekkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.
b. Mendapatkan tambahan pengetahuan tentang etika bisnis dan etika profesi akuntan.
c. Dapat mengetahui persepsi akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi terhadap etika bisnis dan etika profesi akuntan.
d. Dapat memberikan masukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan akuntansi yang tidak hanya bertanggung jawab untuk mendidik mahasiswa menjadi akuntan yang mahir dan profesional tetapi juga menjadi akuntan yang berperilaku etis dan selalu berpegang teguh pada etika profesi yang dipahaminya.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian dan sumber data
Penelitian ini dianalisis secara kuantitatif untuk menguji hipotesis (hypothesis testing) yang terbentuk berdasarkan konsep yang ada. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (primary data), yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) (Indriantoro, Nur dan B. Supomo, 2002: 146). Data primer diperoleh melalui kuesioner secara personal (personllyadministered questionaries) kepada masing-masing respoden, yaitu dalam hal ini peneliti berhubungan langsung dan memberikan penjelasan seperlunya dan kuesioner dapat langsung dikumpulkan setelah selesai dijawab oleh responden (Indriantoro, Nur dan B. Supomo, 2002: 154 ).
Jenis data yang digunakan dalam penlitian ini adalah data subyek (selfreport data), yaitu jenis data yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (responden) (Indriantoro, Nur dan B. Suipomo, 2002: 154 ).
4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti.
Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgment sampling), yaitu merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian) (Indriantoro, Nur dan B. Supomo, 2002 :131).
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah dengan memberikan daftar pertanyaan kepada para responden yaitu mahasiswa akuntansi yang diminta untuk memberikan pendapat atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Daftar pertanyaan tersebut menggunakan
skala likert yakni dengan mengelompokkan 5 kategori jawaban responden dengan bobot skor 5 = Sangat setuju, 4 = Setuju, 3 = Netral, 2 = tidak setuju, 1= sangat tidak setuju.
4.4 Teknik Analisis Data
Uji Kualitas Data
Karena pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner, maka kualitas kuisioner dan kesanggupan responden dalam menjawab pertanyaan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian ini. Apabila alat yang digunakan dalam proses pengumpulan data tidak valid, maka hasil penelitian yang diperoleh tidak mampu menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu dalam penelitian akan dimulai dengan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap daftar pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner.
Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan menggunakan pearson correlation untuk menguji validitas pernyataan kuesioner yang disusun dalam bentuk skala.. Perbandingan nilai total item dengan pearson corelation harus berada di atas 0,3 untuk dapat di katakan valid.
Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Reliabilitas di uji menggunakan Cronbachs’s alpha. Nilai cronbachs’s alpha masing-masing pertanyaan harus lebih besar dari 0,6 untuk menyatakan bahwa instrumen dalam penelitian ini reliable (Ghozali, 2016).
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan persepsi diantara dua kelompok sampel yang independent maka alat uji yang digunakan yaitu Independent Sampel t-test apabila data berdistribusi normal, namun bila data tidak berdistribusi normal maka menggunakan Mann Whitney. Ghozali (2016) menjelaskan Uji beda mean t-two sampel/ Independent Sampel t-test adalah pengujian dengan uji t yang melibatkan dua kelompok sampel yang sama-sama independent yang tidak saling berhubungan yang berasal dari dua populasi, dengan asumsi data berdistribusi normal. Pengujian hipotesis dengan Independent Sample t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Dengan melihat nilai t-test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan nilai rata-rata secara signifikan. Pengambilan keputusan berdasarkan: Jika signifikasi
Pengujian hipotesis ini dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan persepsi diantara dua kelompok sampel yang independent maka alat uji yang digunakan yaitu Independent Sampel t-test apabila data berdistribusi normal, namun bila data tidak berdistribusi normal maka menggunakan Mann Whitney. Ghozali (2016) menjelaskan Uji beda mean t-two sampel/ Independent Sampel t-test adalah pengujian dengan uji t yang melibatkan dua kelompok sampel yang sama-sama independent yang tidak saling berhubungan yang berasal dari dua populasi, dengan asumsi data berdistribusi normal. Pengujian hipotesis dengan Independent Sample t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Dengan melihat nilai t-test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan nilai rata-rata secara signifikan. Pengambilan keputusan berdasarkan: Jika signifikasi