• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

5.2. Dugaan Model Ekonometrika

5.2.1. Luas Areal Jagung

Nilai koefisien determinasi (R2) dari persamaan luas areal panen tanaman jagung adalah sebesar 0,6259 yang artinya 62,59 persen keragaman luas areal panen tanaman jagung dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel bebas di dalam model persamaan yakni variabel harga riil di tingkat produsen, harga riil kedelai, harga riil padi, tingkat suku bunga kredit di Indonesia dan luas areal panen tahun sebelumnya. Sedangkan sisanya sebesar 37,41 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Hasil estimasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 5.1. Hasil Estimasi Persamaan Luas Areal Panen Tanaman Jagung di Indonesia

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C (Intersep) 10.52293 2.453830 4.288369 0.0006 LN_PDT (Harga riil jagung di tingkat produsen) 1.254833 0.434681 2.886794 0.0113 LN_PKT (Harga riil kedelai) -0.555688 0.146156 -3.802023 0.0017 LN_PPT (Harga riil padi) -0.296317 0.425239 -0.696824 0.4966 SBT (Tingkat suku bunga kredit) 0.011249 0.003695 3.044093 0.0082 LN_LAPT1 (Luas areal panen tahun sebelumnya) -0.547945 0.224392 -2.441913 0.0275

R-squared 0.625942 Prob(F-statistic) 0.006692 Adjusted R-squared 0.501256 Durbin-Watson stat 1.871053

Berdasarkan nilai probability untuk Fstatistik sebesar 0,0067 yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas dalam model persamaan luas areal panen jagung secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap luas areal tanaman jagung.

Hasil uji-tstatistik menunjukkan bahwa variabel harga riil jagung di tingkat produsen, harga riil kedelai, tingkat suku bunga kredit di Indonesia, dan luas areal panen tanaman jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap luas areal panen tanaman jagung pada taraf nyata lima persen. Sedangkan, harga riil padi tidak berpengaruh nyata terhadap luas areal panen tanaman jagung (Lampiran 4).

Seperti terlihat dari tanda koefisien dugaannya, harga riil jagung di tingkat produsen berpengaruh positif dan berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen terhadap luas areal panen tanaman jagung. Nilai koefisien dugaan variabel harga riil jagung di tingkat produsen sebesar 1,25, artinya jika terjadi peningkatan harga riil jagung di tingkat produsen sebesar satu persen maka akan meningkatkan keinginan petani untuk menanam jagung karena petani beranggapan bahwa insentif yang akan mereka terima lebih tinggi, sehingga luas areal panen tanaman jagung akan meningkat sebesar 1,25 persen, sebaliknya jika terjadi penurunan harga riil jagung lokal sebesar satu persen maka luas areal panen tanaman jagung akan menurun sebesar 1,25 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan kondisi pasar jagung dalam negeri yang telah ditentukan oleh mekanisme pasar sejak tahun 1990 yaitu sejak dicabutnya kebijakan harga dasar jagung. Sejak saat itu BULOG tidak lagi melakukan intervensi dalam pemasaran jagung dengan pertimbangan: (1) intervensi BULOG memerlukan biaya besar, (2) kompetisi

antar pedagang akan menciptakan keuntungan bagi petani jagung, dan (3) permintaan jagung cukup tinggi sepanjang tahun (Rachman, 2003).

Nilai koefisien dugaan variabel harga riil kedelai sebesar -0,56 yang berarti jika terjadi kenaikan harga riil kedelai sebesar satu persen akan menurunkan luas areal panen tanaman jagung sebesar 0,56 persen, dan sebaliknya jika terjadi penurunan harga riil kedelai sebesar satu persen akan meningkatkan luas areal panen tanaman jagung sebesar 0,56 persen, ceteris paribus. Persaingan dalam penggunaan lahan antara komoditi jagung dan kedelai saat ini mulai berkurang, sebab dengan berkembangnya sistem tumpangsari usahatani jagung tidak hanya dapat dilakukan secara monokultur. Berdasarkan analisis usahatani jagung sistem tumpangsari dengan kedelai dapat meningkatkan pendapatan yang akan diperoleh petani dibandingkan dengan sistem monokultur (Purwono dan Hartono, 2006).

Harga riil padi tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen dengan nilai koefisien dugaan sebesar -0,30. Artinya jika terjadi peningkatan harga riil padi sebesar satu persen maka luas areal panen tanaman jagung akan menurun sebesar 0,30 persen, sebaliknya jika harga riil padi mengalami penurunan sebesar satu persen maka luas areal panen tanaman jagung akan meningkat sebesar 0,30 persen, ceteris paribus. Hal ini dapat dipahami karena padi masih menjadi tanaman pangan utama di Indonesia yang dikonsumsi oleh mayoritas penduduk di Indonesia. Meskipun telah diadakan program perluasan areal tanam tanaman jagung ke luar Pulau Jawa pada lahan sawah tadah hujan dan

lahan kering tetapi masih tetap terjadi persaingan dalam penggunaan lahan dengan tanaman padi untuk di wilayah Pulau Jawa (Departemen Pertanian 2005).

Petani Indonesia dapat dikatakan masih tergolong lemah karena sebagian besar menjalankan kegiatan produksi pertaniannya secara tradisional dan luas areal pertanian yang dimiliki relatif sempit. Hal inilah yang menyebabkan petani kesulitan dalam mengajukan permohonan kredit kepada bank dibandingkan para pelaku produksi di sektor industri. Tingkat suku bunga kredit di Indonesia berpengaruh nyata terhadap luas areal panen tanaman jagung dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0,01 yang berarti jika terjadi peningkatan tingkat suku bunga kredit sebesar satu persen maka luas areal panen tanaman jagung akan meningkat sebesar 0,01 persen. Ketika tingkat suku bunga kredit yang berlaku meningkat petani akan mengusahakan pertanian jagung lebih efisien karena dengan besarnya jumlah kredit yang diterima akan menambah modal yang dapat digunakan untuk usaha pertanian jagung. Begitu pula sebaliknya dengan menurunnya tingkat suku bunga kredit sebesar satu persen maka akan terjadi peningkatan luas areal panen tanaman jagung sebesar 0,01 persen, ceteris paribus. Kenaikan tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh besar terhadap luas areal panen tanaman jagung karena masih banyak petani yang belum menggunakan pinjaman kredit dari bank sebagai modal untuk mengadopsi teknologi, misalnya dengan membeli bibit jagung unggul (hibrida atau komposit).

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, luas areal panen juga dipengaruhi secara nyata oleh peubah beda kala. Nilai koefisien dugaan luas areal panen tanaman jagung tahun sebelumnya sebesar -0,55. Yang mana dapat

diartikan ketika luas areal panen tanaman jagung tahun sebelumnya mengalami peningkatan sebesar satu persen akan menurunkan luas areal panen tanaman jagung sebesar 0,55 persen. Sedangkan jika luas areal panen tanaman jagung tahun sebelumnya mengalami penurunan sebesar satu persen akan meningkatkan luas areal panen sebesar 0,55 persen, ceteris paribus. Pengembangan lahan pertanian tanaman pangan baru tidak seimbang dengan konversi lahan pertanian produktif yang berubah menjadi fungsi lain seperti pemukiman. Oleh karena itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perluasan areal panen tanaman jagung saat ini diarahkan pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering di luar Pulau Jawa dan telah terbukti dapat memberikan daya saing produksi relatif lebih baik.