• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

6. Luas Pertanaman Varietas Panderman

Varietas Panderman merupakan salah satu varietas unggul kedelai hasil introduksi dari Taiwan dan dilepas oleh Pemerintah pada tahun 2003. Varietas ini termasuk kedalam kategori varietas potensi tinggi dengan tingkat produktivitas sebesar 2.370 kg/ha dan memiliki umur tanaman sedang yaitu 85 hari dengan tipe tumbuh determinat. Keunggulan dan karakteristik yang dimiliki varietas ini adalah tahan rebah dan memiliki biji yang besar dengan bobot 100 butirnya sekitar 18.2 gram.

Sejak dilepas oleh Pemerintah hingga sekarang, varietas Panderman belum menunjukan perkembangan. Terbukti dengan tidak adanya laporan yang menyatakan bahwa terdapat areal pertanaman kedelai menggunakan varietas Panderman di kalangan petani. Hal ini diduga dikarenakan varietas ini tergolong masih baru sehingga masih belum banyak dikenal oleh kalangan petani. Selain itu juga kurangnya informasi pengenalan varietas dan promosi kepada para petani kedelai oleh instansi terkait.

Kajian Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Petani

Dalam Penggunaan Benih Bermutu Dari Varietas Unggul Kedelai Hasil pengamatan dan wawancara langsung di lapangan terhadap petani responden (30 orang) masing-masing di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Subang, diperoleh data bahwa varietas-varietas yang digunakan oleh para petani kedua daerah tersebut merupakan varietas-varietas unggul yang termasuk kedalam varietas dengan potensi hasil tinggi. Varietas yang banyak digunakan petani di Kabupaten Cianjur adalah varietas Anjasmoro dan Varietas Davros, sedangkan di Kabupaten Subang, varietas yang paling banyak digunakan adalah varietas Lokon dan Wilis (Tabel 3).

Tabel 3. Persentase Varietas Kedelai yang digunakan oleh Petani di Kabupaten Cianjur dan Subang

Varietas Jumlah Petani

Kab. Cianjur (%) Kab. Subang (%)

Anjasmoro 50.00 -

Lokon 13.33 63.33

Davros 33.33 -

Wilis 3.33 33.33

Lumajang - 3.33

Pemilihan varietas yang digunakan oleh masing-masing petani di kedua daerah tersebut mempunyai kaitan dengan beberapa alasan petani dalam memilih dan menggunakan varietas unggul kedelai ( Tabel 4).

Tabel 4. Faktor-faktor yang Menjadi Alasan Petani di Kabupaten Cianjur dan Subang Dalam Memilih Varietas Unggul Kedelai

Alasan Memilih Varietas Jumlah Petani

Kab. Cianjur (%) Kab. Subang (%) Produktivitas 86.67 86.67 Ukuran Biji 83.33 86.67 Umur Tanaman 46.67 80.00

Ketahanan Terhadap Hama Penyakit 26.67 30.00

Produktivitas suatu varietas kedelai merupakan faktor utama yang menjadi pertimbangan petani baik di Kabupaten Cianjur (86.67%) maupun Subang (86.67%) dalam memilih varietas unggul kedelai. Varietas yang mempunyai produktivitas tinggi akan menghasilkan panen yang tinggi dan tentunya akan mendatangkan keuntungan yang lebih banyak bagi petani tersebut.

Ukuran biji, menjadi pertimbangan yang utama setelah faktor produktivitas dari varietas kedelai. Petani di Kabupaten Cianjur (83.33%) lebih menyukai biji berukuran besar (seperti varietas Anjasmoro) dan sebagian biji berukuran sedang. Dengan ukuran biji kedelai yang besar memudahkan petani dalam hal penanaman. Berbeda dengan petani di Kabupaten Subang (86.67%), lebih menyukai biji dengan kriteria sedang.

Selain produktivitas dan ukuran biji, umur tanaman juga merupakan faktor yang cukup menjadi pertimbangan bagi petani di Kabupaten Cianjur (46.67%) dan Subang (80.00%) dalam memilih suatu varietas, karena berkaitan dengan pengaturan pola tanam yang akan diterapkan petani pada setiap tahunnya. Dengan mengetahui umur tanaman tersebut petani dapat menentukan kapan saat yang tepat untuk melakukan penanaman agar petani pun dapat melakukan panen tepat pada waktunya. Petani di Kabupaten Cianjur dan Subang, lebih banyak menanam varietas yang berumur sedang yaitu antara 75 – 90 hari.

Ketahanan suatu varietas terhadap serangan hama dan penyakit juga menjadi pertimbangan petani di Kabupaten Cianjur (26.67%) dan Subang (30.00%) dalam memilih varietas, walaupun persentasenya kecil. Ketahanan suatu varietas terhadap hama dan penyakit berpengaruh terhadap produktivitas, semakin tahan suatu varietas terhadap hama dan penyakit maka produktivitas dari varietas tersebut akan semakin tinggi.

Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Pemilihan Dan Penggunaan Varietas Unggul Kedelai

Penggunaan varietas unggul kedelai oleh petani dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari sisi petani maupun dari faktor diluar petani. Hasil quesioner di lapangan yang digunakan sebagai data primer untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan benih bermutu dari varietas unggul kedelai terhadap petani di Kabupaten Cianjur dan Subang adalah sebagai berikut :

1).Harga Benih Kedelai (X1)

Tabel 5 menampilkan kisaran harga benih kedelai di Kabupaten Cianjur dan Subang. Petani kedelai di Kabupaten Cianjur memperoleh benih dengan harga yang bervariasi antara Rp. 6.000/kg hingga Rp. 10.500/kg yaitu petani (43%) memperoleh benih seharga Rp. 6.000/kg – Rp. 7.500/kg dan petani (57%) memperoleh benih dengan kisaran harga Rp. 8.000/kg – Rp. 10.500/kg. Berbeda dengan petani di Kabupaten Subang, petani (90%) memperoleh benih dengan harga Rp. 4.000/kg – Rp. 4.500/kg, sedangkan petani (10%) memperoleh benih dengan harga Rp. 5.000/kg – Rp. 5.500/kg. Benih kedelai biasa didapat langsung dari sesama petani maupun membeli benih di kios pertanian. Perbedaan harga benih kedelai tidak menjadi masalah bagi petani di Kabupaten Cianjur, walaupun harganya ada yang mahal, namun benih tersebut dapat memberikan hasil yang tinggi. Ketersediaan benih dirasa sangat penting oleh petani di daerah tersebut. Tabel 5. Harga Benih Kedelai Yang Dibeli Petani (X1)

Harga Benih (Rp/Kg) Jumlah Petani Yang Membeli

Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang

4.000-4.500 - 27 (90,00%) 5.000-5.500 - 3 (10,00%) 6.000-6.500 2 (6,67%) - 7.000-7.500 11 (36,66%) - 8.000-8.500 8 (26,67%) - 9.000-9.500 2 (6,67%) - 10.000-10.500 7 (23,33%) - Jumlah 30 (100%) 30 (100%)

2). Pengalaman Berusahatani (X2)

Pengalaman berusahatani petani di Kabupaten Cianjur dan Subang (Tabel 6) menunjukkan bahwa yang berusahatani 1-10 tahun sebanyak 40% dan 30%. Petani yang berusahatani 10-20 tahun sebanyak 30% di kedua kabupaten. Sedangkan petani yang berusahatani lebih dari 20 tahun di Kabupaten Cianjur sebanyak 30% dan Subang sebanyak 40%.

Tabel 6. Pengalaman Berusahatani (X2)

Lama Usahatani Jumlah Petani

(Tahun) Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang

1-10 12 (40,00%) 9 (30,00%) 11-20 9 (30,00%) 9 (30,00%) 21-30 2 (6,67%) 5 (16,67%) 31-40 4 (13,33%) 5 (16,67%) 41-50 1 (3,33%) 2 (6,66%) > 50 2 (6,67) - Jumlah 30 (100%) 30 (100%)

3). Tingkat Umur Petani (X3)

Petani di Kabupaten Cianjur dan Subang lebih banyak yang berusia diatas

40 tahun, yaitu sebesar 73% dan 60%. Sementara petani yang berusia 21-40 tahun hanya 27% di Kabupaten Cianjur dan 40% di Kabupaten Subang.

Tabel 7. Tingkat Umur Petani (X3)

Umur Petani Jumlah Petani

(Tahun) Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang

10 – 20 - - 21 – 30 1 (3,33%) 3 (10,00%) 31 – 40 7 (23,33%) 9 (30,00%) 41 – 50 8 (26,67%) 9 (30,00%) 51 – 60 7 (23,33%) 4 (13,33%) 61 – 70 5 (16,67%) 4 (13,33%) > 71 2 (6,67%) 1 (3,33%) Jumlah 30 (100%) 30 (99,99%)

4). Tingkat Pengetahuan Petani (X4)

Pengetahuan petani dapat menunjukkan bagaimana pemilihan petani terhadap varietas yang ada di pasaran. Pada Tabel 8, menunjukkan pengetahuan

petani yang dibedakan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Penilaian ini berdasarkan jawaban quesioner yang diberikan petani. Tingkat pengetahuan petani di Kabupaten Cianjur dengan kategori tinggi sebesar 46,67% dan rendah sebesar 33.33%. Sedangkan untuk petani di Kabupaten Subang mempunyai tingkat pengetahuan tentang benih bermutu kategori tinggi sebesar 40% dan sedang sebesar 50%, perhitungan data tersebut diperoleh dari 30 petani responden pada tiap-tiap Kabupaten.

Tabel 8. Tingkat Pengetahuan Petani (X4)

Tingkat Pengetahuan Jumlah Petani

Petani Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang

Rendah 10 (33,33%) 3 (10,00%)

Sedang 6 (20,00%) 15 (50,00%)

Tinggi 14 (46,67%) 12 (40,00%)

Jumlah 30 (100%) 30 (100%)

5). Kemudahan Petani Memperoleh Benih (X5)

Pemilihan benih oleh petani salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan benih di pasaran. Walaupun benih itu mempunyai kualitas yang baik tetapi tidak tersedia maka petani akan memilih benih yang lain. Kemudahan memperoleh benih dapat dilihat dari jarak yang ditempuh oleh petani untuk mendapatkan benih. Dikategorikan mudah mendapatkan benih apabila jarak yang ditempuh pendek atau dilingkungan tempat tinggalnya dan tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi serta terdapat varietas yang dikehendaki. Kategori sedang apabila petani mendapatkan benih tersebut dengan mengeluarkan biaya tambahan tetapi jaraknya tidak terlalu jauh, sedangkan kategori sulit apabila petani harus menempuh jarak yang cukup jauh dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Berdasarkan Tabel 9, bahwa di Kabupaten Cianjur benih dapat diperoleh petani dengan tingkat memperoleh benih yang mudah dan sedang yaitu sebesar 76.67% dan 23.33%. Sedangkan di Kabupaten Subang benih dapat diperoleh petani dengan tingkat sangat mudah sebesar 100%. Kemudahan memperoleh benih karena petani membeli benih di kabupaten masing-masing dengan jarak

yang cukup dekat dari tempat tinggal petani dan tanpa mengeluarkan biaya untuk transportasi.

Tabel 9. Tingkat Kemudahan Petani Memperoleh Benih (X5)

Tingkat Kemudahan Jumlah Petani

Memperoleh Benih Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang

Sulit - -

Sedang 7 (23,33%) -

Mudah 23 (76,67%) 30 (100%)

Jumlah 30 (100%) 30 (100%)

6). Status Pengairan (X6)

Petani menggunakan pengairan dengan sistem irigasi teknis dan irigasi sederhana. Di Kabupaten Cianjur petani pengguna irigasi teknis sebesar 53.33% dan pengguna irigasi sederhana sebesar 33.33%. Sedangkan di Kabupaten Subang hampir seluruh petani mengunakan irigasi teknis dengan persentase sebesar 86.67% dan yang menggunakan irigasi sederhana sebesar 13.33%.

Tabel 10. Status Pengairan (X6)

Status Jumlah Petani

Pengairan Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang

Irigasi Teknis 16 (53,33%) 26 (86,67%) Irigasi Sederhana 10 (33,33%) 4 (13,33%)

Sawah Tadah Hujan 4 (13,33%) -

Jumlah 30 (99,99%) 30 (100%)

7). Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang diperhatikan adalah pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal di hitung dari lama pendidikan di tempuh di bangku sekolah, sedangkan pendidikan non formal dihitung dari keikutsertaan dalam kursus maupun pelatihan.

Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani di Kabupaten Cianjur memiliki persentase tinggi yaitu terdapat pada lama pendidikan 0-6 tahun yaitu sebesar 73% dan lama pendidikan lebih dari 7 tahun sebesar 27%. Berbeda

dengan petani di Kabupaten Subang yang memiliki persentase tinggi yaitu dengan lama pendidikan lebih dari 7 tahun sebesar 53% dan sebagian petani menempuh lama pendidikan 0-6 tahun sebesar 47%.

Tabel 11. Tingkat Pendidikan Terakhir Petani (X7)

Lama Pendidikan Jumlah Petani

(Tahun) Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang

0 – 6 22 (73,33%) 14 (46,67%)

7 – 9 4 (13,33%) 7 (23,33%)

> 9 4 (13,33%) 9 (30,00%)

Jumlah 30 (99,99%) 30 (100%)

8). Luas Lahan Garapan (X8)

Tingkat penguasaan lahan petani menyebar merata pada luasan kurang dari 0,25 – 1.00 ha. Luas lahan yang dikuasai oleh petani meliputi lahan

yang dimiliki sendiri dan lahan yang didapat melalui sistem sewa. Pada Tabel 12, ditampilkan bahwa di Kabupaten Cianjur mayoritas petani (90.00%) menggunakan lahan seluas 0.25 -0.50 ha untuk digarap. Di Kabupaten Subang sebagian petani (50.00%) menggunakan lahan seluas 0.25 – 0.50 ha dan petani (36.66%) menggunakan lahan seluas 0.50 – 1.00 ha.

Tabel 12. Luas Lahan Garapan Petani (X8)

Luas Lahan Jumlah Petani

(Ha) Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang

< 0,25 1 (3,33%) 2 (6,67%)

0,25 - 0,50 27 (90,00%) 15 (50,00%) 0,50 - 1.00 2 (6,67%) 11 (36,66%)

> 1.00 - 2 (6,67%)

Jumlah 30 (100%) 30 (100%)

9). Jenis Pekerjaan Petani (X9)

Penelitian mengenai jenis pekerjaan yang di tekuni petani dititikberatkan pada status petani menekuni pekerjaan bertani sebagai pekerjaan utama atau sebagai pekerjaan sampingan. Pada Tabel 13 menunjukkan bahwa petani yang

menjadikan usaha di bidang pertanian palawija baik di Kabupaten Cianjur maupun Subang sebagai pekerjaan utama memperlihatkan jumlah yang besar yaitu masing-masing 86.67% dan 70.00%, sedangkan sebagai pekerjaan sampingan sebesar 13,33% dan 30,00%. Petani yang menjadikan bertani sebagai pekerjaan sampingan, mempunyai pekerjaan utama sebagai pedagang baik itu petani di Kabupaten Cianjur maupun Subang.

Tabel 13. Jenis Pekerjaan Petani (X9)

Jenis Pekerjaan Jumlah Petani

Petani Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang

Petani Murni 26 (86,67%) 21 (70,00%)

Sampingan 4 (13,33%) 9 (30,00%)

Jumlah 30 (100%) 30 (100%)

!0). Penyuluhan Perbenihan (X10)

Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu sarana bagi petani untuk menambah wawasan petani terhadap dunia pertanian. Kegiatan ini biasanya diselenggarakan oleh PPL yang ada di Kabupaten Cianjur dan Subang.Pada Tabel 14 menunjukkan bahwa petani di Kabupaten Cianjur yang pernah mengikuti penyuluhan sebesar 76,67% dan yang tidak pernah mengikuti penyuluhan sebesar 23.33%. Sedangkan petani di Kabupaten Subang yang mengikuti penyuluhan sebesar 83,33% dan yang tidak pernah mengikuti penyuluhan sebesar 16,67%. Tabel 14. Penyuluhan Perbenihan (X10)

Kegiatan Jumlah Petani

Penyuluhan Kabupaten Cianjur Kabupaten Subang

Pernah Mengikuti 23 (76,67%) 25 (83.33%) Tidak Pernah 7 (23,33%) 5 (16,67%)

Jumlah 30 (100%) 30 (100%)

Hasil pengambilan data X1 sampai X10 yang diperoleh, dianalisis dengan regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih varietas unggul kedelai. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel dependent (X) yaitu X1 = harga

beli benih, X2 = pengalaman berusahatani, X3 = umur petani, X4 = tingkat pengetahuan petani, X5 = ketersediaan benih dipasaran, X6 = status pengairan, X7 = tingkat pendidikan terakhir petani, X8 = luas lahan garapan, X9 = jenis pekerjaan dan X10 = penyuluhan perbenihan, terhadap variabel independent (Y) yaitu penggunaan benih bermutu dari varietas unggul.

Model persamaan regresi linier berganda (Kabupaten Cianjur), sebagai berikut : Y = 0,7367 - 0,00000447 X1 + 0,003950 X2 + 0,000187 X3 + 0,44246 X4 – 0,1892 X5 – 0,0115 X6 + 0,12333 X7 – 0,0066 X8 + 0,0806 X9 – 0,1047 X10.

Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Preferensi Petani Dalam Memilih Varietas Unggul Kedelai di Kab. Cianjur

Variabel Koefisien SE Koefisien T P

Konstant 0.7367 0.6729 1.09 0.287 X1 -0.00000447 0.00000582 -0.77 0.452 X2 0.003950 0.007384 0.53 0.599 X3 0.000187 0.006864 0.03 0.979 X4 0.44246 0.07410** 5.97 0.000 X5 -0.1892 0.1708 -1.11 0.282 X6 -0.0115 0.1032 -0.11 0.912 X7 0.12333 0.08435 1.46 0.160 X8 0.0066 0.3087 -0.02 0.983 X9 0.0806 0.2515 0.32 0.752 X10 0.1047 0.2098 0.50 0.623

Keterangan : R2 = 76,9% ** berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Analisis regresi berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam memilih varietas unggul kedelai didapatkan hasil bahwa pada variabel X4 (tingkat pengetahuan petani) yang memberikan nilai beda nyata dengan F hitung 1%. Pengujian parameter model diperoleh bahwa hanya variabel tingkat pengetahuan petani yang berpengaruh nyata terhadap preferensi petani dalam memilih varietas unggul kedelai. Hasil analisis menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan petani maka semakin banyak petani yang memilih dan menggunakan varietas unggul kedelai.

Model persamaan regresi linier berganda (Kabupaten Subang), sebagai berikut : Y = - 2,347 + 0,0005574 X1 + 0,002068 X2 - 0,005017 X3 + 0,28143 X4 - 0,2093X5 + 0,0057 X6 + 0,05716 X7 + 0,4558 X8 + 0,0499 X9 + 0,7395 X10.

Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Preferensi Petani Dalam Memilih Varietas Unggul Kedelai di Kab. Subang

Variabel Koefisien SE Koefisien T P

Konstant -2.347 1.050 -2.24 0.038 X1 -0.0005574 0.0001825* 3.05 0.007 X2 0.002068 0.009976 0.21 0.838 X3 -0.005017 0.009310 -0.54 0.596 X4 0.28143 0.08929* 3.15 0.005 X5 -0.2093 0.1866 -1.12 0.276 X6 0.0057 0.1486 0.04 0.970 X7 0.05716 0.07997 0.71 0.483 X8 0.4558 0.2115 2.15 0.044 X9 0.0499 0.1206 0.41 0.684 X10 0.7395 0.1921* 3.85 0.001

Keterangan : R2 = 74,2% * berbeda nyata pada taraf 1%

Pengujian parameter model diperoleh bahwa variabel harga beli benih (X1), tingkat pengetahuan petani (X4) dan variabel penyuluhan perbenihan (X10) yang berpengaruh nyata terhadap preferensi petani dalam memilih dan menggunakan varietas unggul kedelai.

Hasil analisis menggambarkan bahwa semakin murah harga beli benih, maka semakin banyak petani yang memilih dan menggunakan varietas unggul kedelai. Untuk variabel tingkat pengetahuan, bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan petani tentang perbenihan, maka semakin besar peluang petani dalam memilih dan menggunakan varietas unggul kedelai. Karena tingkat pengetahuan petani dan kesempatan mendapatkan penyuluhan perbenihan akan membuat petani benar-benar mengerti apa yang dimaksud benih bermutu dari varietas unggul.

Dokumen terkait