• Tidak ada hasil yang ditemukan

WUJUDKAN UNTUK MEMULAI HIDUP BARU YANG SEJALAN DENGAN KONSEP JATI DIRI ANDA SEBENARNYA

8. Lupakan masa lalu

yang Anda lakukan di saat ini dan melupakan masa lalu dapat menambah sisi positif dalam diri Anda. Lagipula buat apa lagi menyesali kegagalan yang sudah berlalu? 9. Syukuri hal-hal kecil

Kebahagiaan juga terdapat dalam hal-hal sederhana, seperti sejuknya angin di pagi hari, pelukan dari pasangan, sampai siaran radio yang menemani Anda mengarungi kemacetan sepulang kerja. Bahagia itu sederhana dan Anda bisa mendapatkannya dimana saja.

SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Kelas : X-3

Semester/ Tahun : II / 2011-2012

Hari / Tanggal : 25 Juni 2012

Alokasi Waktu : 45 menit

Tempat : Aula

Layanan / Bidang : Pribadi

Judul / Spesifikasi layanan : Pribadi yang membuat nyaman

Fungi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan

A. Tujuan : 1. Peserta dapat mengerti bagaimana cara mejadi orang yang memberi kenyamanan bagi orang lain

2. Peserta mampu mengerti tentang pentingnya menjadi orang yang berguna bagi orang lain

B. Materi : 1. Memutar Film Motivasi

2. Cara menghargai orang lain

C. Metode : Menonton Film , Diskusi

D. Kegiatan

 Awal : 1. Mengucapkan salam, memeriksa situasi kelas dan kondisi kelas, memeriksa kehadiran siswa.

2. Menjelaskan tujuan penyampaian materi 3. Menanyakan kesiapan peserta untuk mengikuti

kegiatan bimbingan kelompok

 Inti : a. Eksplorasi

1. Peserta didik diajak untuk berdiskusi mengenai film yang telah diputar.

2. Peserta didik menyampaikan apa yang dirasa setelah mereka menonton film tersebut.

diri masing - masing b. Elaborasi

1. Peserta didik mengungkapkan dapak pentingnya menjadi orang yang berguna bagi orang lain. 2. Peserta didik mendiskusikan

a. Mengapa perlu menghormati orang lain? b. Keuntungan apa yang diperoleh bagi siswa

dengan menghormati orang lain? c. Konfirmasi

1. Peserta membuat kesimpulan tentang pentingnya menghormati orang lain.

2. Praktikan menannyakan kepada peserta tentang komitmennya dalam mengubah perilakunya yang salah selama ini.

 Akhir/Penutup : 1. Praktikan menyampaikan harapan-harapan terhadap peserta setelah mendapatkan materi layanan ini. 2. Layanan diakhiri dengan memberikan kata- kata

motifasi bagi siswa.

E. Alat dan Media : Laptop,LCD

F. Rencana Penilaian dan tindak lanjut

: a. Penilaian Proses

Mengamati perhatian, respond dan aktifitas peserta selama layanan diberikan.

b. Penilaian Hasil  Laiseg

Memberikan pertanyaan :

- Jelaskan pentingnya menghormati orang lain.  Laijapen

Memantau peserta selama praktikan memberikan layanan bimbingan kelompok.

 Laijapang

c. Rencana Tindak lanjut :

- Melakukan konseling Individu kepada peserta yang membutuhkan.

G. Keterkaitan kegiatan dengan layanan pendukung

: Himpunan data, Tampilan kepustakaan.

H. Buku Sumber : Film

I. Catatan

Salatiga, 25 Juni 2012 Mengetahui Perencana Layanan Guru Bimbingan Konseling

Rina Purwanti Widyastuti, S.Pd Dwi Kristianto

MATERI

Manusia hidup di dunia ini membutuhkan hubungan dengan orang lain karena manusia adalah makluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya orang lain yang

membantu. Manusia haruslah berinteraksi dan bergaul dengan lingkungan sekitarnya. Karena dengan bergaul dan berinteraksi seseorang dapat dengan mudah mengenal dan mengerti orang lain. Salah satu kunci sukses dalam pergaulan adalah memiliki

kepribadian yang simpatik, kepribadian kita akan mempengaruhi hasil yang akan kita capai didalam hidup ini .Beberapa karakkteristik simpatik adalahjujur, murah senyum, suka bersilatuhrahmi, menghargai waktu, menghargai peran orang lain, menghargai waktu. Apabila kita telah memiliki sifat –sifat tersebut berarti kita telah mempunyai modal untuk orang lain.

Berikut ini adalah cara – cara membangun hubungan dengan orang lain. 1. Jujur

Pada umumnya kita menyukai orang yang jujur. Walaupun demikian menjadi orang yang jujur tidak mudah. Kejujuran akan mendatangkan kebaikan – kebaikan dan keberuntungan, misalnya dalam bisnis akan berhasil, karir yang meningkat, lebih dari itu kelak akan mendapatkan balasan dari Tuhan

2. Murah Senyum

Menjadi orang yang murah senyum akan beruntung, ia akan di sukai dan

disenangi karena dengan senyumnya ia akan mudah bergaul dan membuat orang lain senang dengan sifatnya. Senyuman juga menjadi perlambang bagi suasana hati yang bahagia dan penuh dengan sukacita.

3. Menghargai Peran Orang Lain

Menghargai peran orang lain merupakan refleksi dari sifat rendah hati.Sekecil apapun peran orang lain sesunguhnya ia mempunyai andil didalam mewujudkan sesuatu yang besar. Kita hendaknya mampu mengedepankan sikap saling

menghargai peran, sebab hal yang bisa dilakukan orang lain belum tentu kita bisa melakukanya. Selain itu orang akan sangat senang jika kita menghargai

keberadaanya, karena pada dasarnya manusia itu akan sangat senang jika ada orang yang menghargai dan meghormati mereka.

4. Selalu Ingin Memperbaiki Diri

Ciri orang yang sukses adalah selalu mau untuk memperbaiki dirinya. Jika sukses diartikan sebagai suatu proses perjuanganuntuk menjadi lebih baik, maka

tuntutanya adalah setiap orang harus terus menerus meperbaiki diri, baik yang berkaitan dengan aspek spiritual, emosional, intelektual maupun material. Dengan cara memberbaiki diri dalam segi kepribadian maka seseoarang itu kedepannya akan menjadi lebih baik karena ia telah mengenal tentang dirinya dan kepribadian

yang ia milikim sehingga kedepanya akan terus berkembang untuk menjadi yang lebih baik.

5. Lemah lembut

Seseorang yang berperangai lemah lembut akan disukai banyak teman dan selalu mendapat kesempatan yang terbaik didalam hidupnya. Ajaran agama mengatakan barang siapa tidak ramah tamah ia akan kehilangan kebaikan – kenaikanya. Apabila kita menginginkkan banyak teman atau sahabat, sudah barang tentu kita harus menjauhkan diri dari sikap sombong, tinggi hati dan kasar

SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Kelas : X-3

Semester/ Tahun : II / 2011-2012

Hari / Tanggal : 26 Juni 2012

Alokasi Waktu : 45 menit

Tempat : Aula

Layanan / Bidang : Pribadi

Judul / Spesifikasi layanan : Membangun hubungan yang baik antara diri sendiri dengan Tuhan

Fungi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan

A. Tujuan : 1. Peserta dapat membangun hubungan yang baik dengan Tuhan.

2. Peserta mampu menjadi pribadi yang taat.

B. Materi : 1. Film Letter of God

2. Bagaimana menjadi pribadi yang menyenangkan Tuhan

C. Metode : Menonton Film, Diskusi, Refleksi

D. Kegiatan

 Awal : 1. Mengucapkan salam, memeriksa situasi kelas dan kondisi kelas, memeriksa kehadiran siswa. 2. Mengajukan pertanyaan tentang materi

sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan

3. Menanyakan kesiapan peserta untuk mengikuti layanan bimbingan kelompok

 Inti : a. Eksplorasi

2. Peserta didik menyampaikan makna dari film tersebut

3. Peserta menyampaikan pengalaman pribadinya berkaitan dengan film tersebut b. Elaborasi

1. Peserta mengungkapkandampak pentinya membangun hubungan yang yang intim dengan Tuhan.

2. Peserta mendiskusikan

a. Mengapa perlu membangun hubungan yang intim dengan Tuhan?

b. Keuntungan apa yang diperoleh bagi siswa dengan membangun hubungan yang intim dengan Tuhan ?

c. Konfirmasi

1. Peserta membuat kesimpulan tentang pentingnya membangun hubungan yang intim dengan Tuhan.

2. Peserta merefleksikan apa yang diperoleh 3. Praktikan menanyakan kepada peserta

didik tentang komitmennya dalam memperbaiki hubungan dengan Tuhan.  Akhir/Penutup : 1. Praktikan menyampaikan harapan-harapan

terhadap peserta setelah mendapatkan materi layanan ini.

2. Layanan diakhiri dengan memotivasi peserta didik agar mulai taat dalam menjalankan ibadah

4. Alat dan Media : Laptop,LCD

5. Rencana Penilaian dan tindak lanjut

: a. Penilaian Proses

peserta didik selama layanan diberikan. b. Penilaian Hasil

 Laiseg

Memberikan pertanyaan :

- Jelaskan pentingnya membangun hubungan dengan Tuhan

 Laijapen

Memantau peserta didik selama praktikan memberikan layanan bimbingan

kelompok.  Laijapang

Memantau peserta didik selama berada di sekolah .

c. Rencana Tindak lanjut :

- Melakukan konseling Individu kepada peserta didik yang membutuhkan. 6. Keterkaitan kegiatan

dengan layanan pendukung

: Himpunan data, Tampilan kepustakaan.

7. Buku ,Sumber : Film Letter Of God

8. Catatan Khusus : -

Salatiga, 26 Juni 2012

Mengetahui Perencana Layanan

Guru Bimbingan Konseling

MATERI

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang terbaik, tersempurna, teristimewa, dan terunik. Namun, kadang-kadang kita tidak sadar akan nilai diri kita. Sering kali kita salah berpikir seperti “Saya adalah seperti yang orang lain katakan tentang saya” atau “Saya akan menemukan nilai diri saya dalam pendapat mereka tentang saya”. Citra diri atau gambar diri yang tidak benar akan membuat kita tidak menjadi manusia yang utuh serta menghambat hubungan kita dengan sesama. Padahal sebagai makhluk sosial, kita harus berinteraksi dengan makhluk hidup yang lain.

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang topik ini, kita harus meyakinkan diri bahwa kita terbuka untuk menerima kebenaran tentang gambar diri kita. Kita harus menjadi objektif untuk dapat menyadari nilai diri kita, bukan dari pemikiran kita yang lama. Untuk menjadi manusia yang baru, kita harus meninggalkan kebiasaan dan pemikiran kita yang lama, seperti yang dikatakan oleh John Kehoe: “In order to change external conditions, you must first change the internal. Most people try to change external conditions by working directly on those conditions. This always proves futile or at best temporary, unless it is accompanied by a change of thoughts and beliefs.“

Gambar Diri

Jika didefinisikan maka citra/gambar diri adalah gambaran kita terhadap diri sendiri atau pikiran kita tentang pandangan orang lain terhadap diri kita. Gambaran ini terbentuk bertahun-tahun selama kita hidup. Meskipun demikian, hal ini dapat diubah dan diganti sehingga kita mempunyai citra diri yang kita inginkan.

Nilai diri kita berkaitan erat dengan cara kita memandang diri sendiri dan bagaimana kita berpikir tentang penilaian orang lain terhadap diri kita. Kadang kita terlalu terpaku pada pendapat umum. Misalnya pendapat bahwa anak yang patut

dibanggakan adalah anak yang mempunyai prestasi belajar di bidang akademis, padahal prestasi dapat diperoleh dari bidang-bidang lainnya; seperti seni atau olahraga. Contoh lainnya adalah pendapat bahwa orang lain akan menghargai kita jika kita cantik/tampan, pintar, kaya, menarik, atau langsing. Sehingga orang yang mempunyai bentuk badan

yang tidak ideal, bentuk muka yang kurang indah, atau kurang berhasil dalam pelajaran dalam studinya tidak perlu dihargai. Jika kita terlalu mengikuti rumus Harga Diri = Prestasi + Pendapat orang lain, maka kita akan terjebak dan tertipu mengenai citra diri kita. Penilaian yang salah tersebut membuat kita menjadi takut gagal, takut tertolak, takut dihukum, bahkan mengasingkan diri. Akibatnya kita takut untuk mencoba sesuatu

sehingga kreativitas kita tidak berkembang. Jika hal ini terjadi terus-menerus, bisa jadi Anda menjadi orang yang paling tidak bahagia karena tidak mempunyai harapan, tidak mempunyai tujuan, dan merasa hidup ini sia-sia serta tidak memberikan hasil apa pun.

Suatu Kebutuhan

Sadarkah kita bahwa kita adalah ciptaan Tuhan yang sangat berharga, bahwa kita mempunyai nilai, dan bahwa kita butuh dihargai? Kebutuhan akan harga diri adalah kebutuhan dasar manusia. Agar dihargai orang lain, kita harus menghargai orang lain juga (Hukum Tabur Tuai).

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibanding ciptaan-Nya yang lain. Menurut Stephen Covey, paling tidak ada empat anugerah Tuhan kepada manusia yang tidak dimiliki ciptaan Tuhan lainnya, yaitu kesadaran diri (self awareness), imajinasi (imagination), nurani (conscience), dan kehendak bebas (free will). Dengan kesadaran diri, kita menyadari keberadaan kita. Kita juga bisa menciptakan, baik benda fisik maupun situasi, dengan kemampuan imajinasi kita. Dengan hati nurani, kita dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang jahat dengan yang baik. Tuhan juga memberi kita kehendak bebas sehingga kita dapat memilih untuk melakukan apa yang kita inginkan. Tentunya kelakuan kita dibatasi oleh nurani kita juga. Oleh karena manusia diberi kelebihan-kelebihan, maka sudah seharusnya seorang manusia dihargai.

Kita harus melihat dari segi yang berbeda dari biasanya. Kalau biasanya kita lebih menghargai sebuah mobil mewah dibandingkan seorang tukang parkir di sebelahnya, maka sekarang kita harus lebih menghargai tukang parkir tersebut sebagai ciptaan Tuhan yang berharga. Atau jika kita merasa rendah diri, cobalah untuk mengubah

tergantung pada kemampuan kita mendapatkan penerimaan berubah-ubah dari manusia, namun sebenarnya sumber sesungguhnya adalah kasih dan penerimaan Tuhan.

Atasi kepercayaan yang salah ingatkah Anda akan masa kecil Anda? Seringkali kita dibandingkan dengan anak-anak yang lain oleh orang tua atau keluarga kita. Dalam perkembangan kita, kita juga melakukan hal yang sama, yaitu membandingkan diri kita dengan orang lain. Hasil pembandingan ini bisa mengakibatkan kesombongan, tidak menghargai orang lain, atau perfeksionis jika kita merasa lebih dari pembanding kita. Atau malah bisa menjadi rendah diri, malu, bahkan menjadi tidak berpengharapan karena merasa lebih rendah sehingga tidak berharga. Hal ini bisa terjadi karena gambar dirinya berdasarkan kepercayaan/standar yang salah.

Banyak dari kita hanya melihat penampilan luar saja. Kita seringkali hanya mempercayai apa yang kita lihat. Kenyataannya, dalam otak bawah sadar kita tertanam persepsi umum yang kita dapat sejak kecil bahwa untuk menjadi berharga kita harus memenuhi standar tertentu. Akibatnya kita menjadi perfeksionis dengan tujuan untuk dihargai dan merasa berharga. Tetapi efek sampingnya adalah orang lain mudah memanipulasi orang yang perfeksionis karena mereka tahu perfeksionis berusaha melakukan yang terbaik. Bahkan terkadang perfeksionis rela dimanipulasi untuk rasa harga diri.

Karena terpaku pada penampilan luar, akibatnya kita menjadi takut gagal. Kita takut mencoba karena takut hasilnya tidak sesuai dengan standar tertentu yang kita percayai. Padahal kita tidak tahu hasilnya jika kita tidak mencoba dan kita tidak pernah tahu akan kemampuan kita. Bisa jadi hasilnya baik, bahkan melebihi yang kita harapkan. Pakailah kreativitas/talenta yang sudah Tuhan berikan. Motivasi untuk mencoba akan membuat kita bergairah dalam hidup ini.

Ada pula orang yang mengejar kesuksesan untuk dihargai. Dia percaya bahwa kesuksesan akan membawa kepuasan dan kebahagiaan. Kadang hal ini berakibat dia memanipulasi orang lain untuk mengejar kesuksesan. Kadang kita terlalu mengagungkan kepercayaan kita yang mungkin salah, sehingga kita jadi marah, kesal terhadap orang lain, atau diri sendiri, bahkan kepada Tuhan jika sesuatu tidak sesuai dengan standar yang ada di pikiran kita. Kadang kita menjadi sombong jika sukses dan memenuhi standar kita. Padahal kesombongan adalah awal dari kegagalan. Ada satu hal yang saya perhatikan

untuk hal ini, bahwa orang yang sering dipuji (sering sukses memenuhi standarnya), jika gagal dia akan down/shock. Sebaliknya, orang yang jarang dipuji (jarang memenuhi standarnya apakah karena gagal atau karena tidak mencoba), jika sukses memenuhi kriteria penghargaannya, dia langsung menjadi sombong.

Jadi untuk mengatasi perangkap penampilan ini, kita harus menerima pembenaran bahwa kesuksesan dan kegagalan bukan dasar dari harga diri kita. Jangan bergantung pada pengakuan dari orang lain. Kita juga harus sadar bahwa tidak semuanya mempunyai rumusan yang pasti. Tidak semua hal di dunia ini yang bisa diprediksi atau dikontrol oleh manusia. Oleh karena itu berharaplah pada Tuhan serta berperan aktif dalam hidup ini, jangan takut pada kegagalan. Yang harus dilakukan adalah belajar mengambil hikmah dari setiap kejadian. Kegagalan hanyalah awal dari keberhasilan, suatu langkah menuju kedewasaan.

Kepercayaan salah yang kedua adalah gila pengakuan. Sering kita menginginkan pengakuan/penerimaan dari orang lain untuk dapat memberi pengakuan terhadap diri sendiri. Akibatnya, kita seringkali hanya mempunyai hubungan yang dangkal dengan sesama bahkan mengasingkan diri dari pergaulan karena takut tertolak/tidak diakui oleh orang lain. Kita jadi menarik diri untuk menghindari celaan. Atau kita berusaha

menyenangkan orang lain untuk mendapat pengakuan. Kita menjadi sangat sensitif terhadap kritik; apakah menjadi terlalu peka terhadap kritik atau malah sangat tidak peka dan menjadi seperti pemain sandiwara. Jadi pandanglah kritik atau sikap/pengakuan orang lain terhadap diri kita sebagai masukan yang berharga untuk pengembangan diri kita.

Menghukum orang untuk membayar kegagalan/kesalahannya sepertinya hal yang biasa, padahal hal ini tidak benar. Kita menjadi takut dihukum karena standar yang kita berikan untuk orang lain menjadi standar ukuran untuk kita juga. Padahal kita sebenarnya tidak berhak untuk menghakimi orang lain atau pun diri kita sendiri. Penghakiman adalah hak Tuhan, bukan manusia. Ada yang menarik diri dari pergaulan dan takut mencoba sesuatu yang baru karena jika gagal dia merasa tidak layak dan patut dihukum. Padahal kita membutuhkan lingkungan yang sehat untuk mengekspresikan emosi kita.

Agar tidak dihukum kadang kita lari dari kegagalan, mungkin malah mencari orang lain untuk disalahkan. Jika tidak menemukan orang lain untuk disalahkan, diri

sendirilah yang menjadi korbannya, atau mungkin malah menyalahkan Tuhan. Kadang kita menyalahkan orang lain untuk membuat kita merasa lebih enak, merasa lebih tinggi. Bahkan semakin tinggi posisi orang yang gagal (orang tua, bos/atasan) dan semakin dalam mereka jatuh, kadang kita akan merasa semakin baik. Seharusnya kita simpati terhadap mereka dan mengampuni mereka tetapi bukan membenarkan kesalahan mereka. Jadi kita harus belajar mengampuni; ampuni orang lain maka Allah mengampuni kita juga. Jika kita yang gagal, ampunilah diri kita juga.

Masalah seperti ini juga terjadi di kantor saya. Program baru yang dipakai tidak memberi hasil seperti yang diharapkan dan semua orang menyalahkan bagian komputer (TI). Sementara di bagian ini, sepertinya yang seharusnya paling disalahkan adalah sang programmer. Tetapi apakah dengan memarahinya, memberinya surat peringatan, atau sanksi lainnya akan menyelesaikan masalah? Padahal orang tersebut sudah cukup mengalami kesulitan, jangan ditambahkan lagi dengan penghakiman kita. Sadari juga bahwa kita juga memiliki kelemahan dan pernah melakukan kegagalan, sehingga kita sebenarnya tidak layak untuk menghakimi orang lain. Kita seharusnya mendukung dan menyemangati mereka lagi, memberi kata-kata positif. Itu juga akan berakibat positif bagi diri kita karena kita jadi menyadari bahwa untuk tiap kegagalan, pasti ada peluang lainnya. Jangan beranggapan bahwa jika kita keras menghukum diri sendiri atas

kegagalan maka orang lain atau Tuhan tidak akan menghukum kita. Jauhkan dari pikiran kita bahwa untuk setiap kegagalan harus ada yang harus disalahkan.

Alasan lain mengapa kita berusaha untuk menyalahkan orang lain adalah karena

kesuksesan kita sering kali bergantung pada kontribusi mereka. Contohnya jika seorang seorang anak mendapat nilai jelek saat ujian, orang tuanya akan menyalahkan anak itu karena kesuksesan anak tersebut memberi berakibat pada penghargaan lingkungan terhadap orang tuanya juga.

Daripada memandang kelemahan-kelemahan kita sebagai suatu ancaman bagi harga diri kita, sebaiknya kita pasrah dan bergantung pada Tuhan pencipta kita.

Gambar diri yang salah bisa diakibatkan oleh rasa malu yang sebenarnya adalah rasa rendah diri yang mendalam akibat dari kegagalan. Kita jadi pesimis, akibatnya tidak berpengharapan, rendah diri, mengasingkan diri, kehilangan kreativitas, pasif,

Jangan pernah berkata “Saya memang begini”, “Saya tidak bisa berubah”, atau “Saya

tidak punya harapan”? Kita butuh cara pandang yang baru, tidak hanya sekedar usaha

berdasarkan sikap yang lama karena itu tidak akan memberi hasil yang efektif. Kita harus berani keluar dari rasa aman/kebiasaan kita. Memang kita tidak tahu hasilnya, tapi

yakinlah Anda tidak rugi untuk mencoba. Toh keadaan sekarang juga tidak menyenangkan.

Menanggapi keberadaan kita, kita perlu jujur dengan rasa sakit, kemarahan, kekecewaan, dan kesepian kita. Kita harus berani maju dan mau berubah.

Mengatasi Citra Diri yang Buruk

Citra diri berkaitan erat dengan percaya diri (self esteem), artinya seberapa tinggi kita menghargai, menilai dan menghormati diri sendiri. Orang akan menghargai dirinya secara keseluruhan jika merasa memberi kontribusi yang berharga bagi lingkungannya. Untuk mengatasi citra diri yang buruk, kita harus mau berubah, sabar, objektif, dan terbuka atas dukungan orang lain.

Kita harus bangga akan keunikan kita. Kita juga harus percaya bahwa kita mampu melakukan apa yang kita inginkan. Seperti yang dikatakan oleh Norman Vincent Peale:

“You canif you think you can.” Maka kita harus mencoba hal-hal baru, keluar dari

rutinitas, dan jangan takut gagal. Sehingga kreativitas kita bisa berkembang dan hidup ini menyenangkan dan memberikan hasil. Ingat bahwa kita sudah diberi kemampuan dan kelebihan oleh Tuhan untuk berhasil.

Menurut Stepahie Barrat-Geodefroy, ada empat langkah untuk memperoleh kepercayaan diri. Yang pertama adalah kita mendaftar apa saja kemampuan istimewa kita. Kita juga harus optimis, berpengharapan akan kesuksesan, tetapi bukan

mengagungkan kesuksesan itu. Langkah ketiga adalah kita harus mengubah sikap kita untuk bisa mengubah diri kita secara keseluruhan. Bahwa kegagalan tidak perlu dipermasalahkan, melainkan dipelajari agar kita semakin hari menjadi semakin baik. Maka kita tidak melihat ada kegagalan di mana pun, yang ada hanyalah akibat dari proses pendewasaan dan pembelajaran kita.

Jadi kita harus mengubah pandangan terhadap diri sendiri. Jika kita tidak memulai menghargai diri kita, orang lain juga tidak akan menghargai kita. Terima

Dokumen terkait