• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Willard yang dikutip Sartana dan Nelia (2017: 27), ada banyak bentuk-bentuk Cyberbullying antara lain:

1. Flaming adalah tindakan perundungan yang dilakukan pelaku dengan cara mengirim pesan bernada kasar atau vulgar kepada korbannya melalui email ataupun pesan teks lainnya. Bentuk Cyberbullying pada Flaming ini seringkali bertujuan untuk menjatuhkan mental dan menyampaikan

ketidaksukaan pelaku secara langsung menggunakan media sosial, misalnya melalui direct message pada instagram, pesan pada twitter dan platform lain yang memiliki layanan pesan.

2. Online harassment adalah mengirim pesan online secara berulang-ulang lewat email ataupun pesan teks lainnya. Istilah lain pada online harassment adalah pesan spam yang diberikan oleh pelaku agar orang yang hendak di-bully tersebut merasakan stress akibat dari membaca pesan online tersebut.

Selain itu antara online harassment dan flaming memiliki kemiripan, yaitu pada online harassment dan flaming merupakan bentuk bullying berupa pengiriman pesan, namun pada online harassment pesan yang dikirim memiliki frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan flaming.

3. Cyberstalking adalah tindakan perundungan dengan cara mengancam, melukai ataupun mengintimidasi korbannya secara eksesif. Salah satu contoh perilaku Cyberstalking adalah adanya tindakan mengancam, melecehkan, atau mengganggu seseorang melalui internet dengan maksud membuat korban takut. Sehingga bisa dikatakan bahwa Cyberstalking merupakan perilaku yang sangat dilarang dan bisa dijatuhi hukuman pidana berupa penjara paling lama 6 tahun dan atau denda paling banyak 1 milyar.

4. Denigration adalah perundungan dengan cara mengirim pesan pernyataan atau material tertentu yang belum tentu kebenarannya secara online untuk membahayakan seseorang kepada orang lain. Salah satu contoh denigration adalah fitnah atau pencelaan yang dilakukan dengan tujuan mencela atau merusak reputasi orang lain dengan cara menyebarkan berbagai gosip tentang seseorang yang menjadi korban malu.

5. Masquerade (penyamaran) tindakan perundungan dengan cara pelaku memalsukan identitasnya dan mengirim pesan ataupun memposting gambar yang membuat korbanya terlihat jelek. Bentuk masquerade pada perilaku Cyberbullying seringkali terjadi dengan membuat nama akun yang berbeda dengan identitas aslinya, kemudian akun palsu (fake) tersebut menyebarkan pesan atau memposting tentang kejelekan korban yang pada akhirnya akan berdampak pada psikis dari korban.

6. Outing merupakan perundungan dunia maya dengan cara mengirim gambar atau data pribadi seseorang yang bersifat sensitif atau memalukan serta menyebarluaskan pesan yang sama kepada khalayak banyak. Contoh dari perilau outing yaitu menyebarkan rahasia orang lain atau foto-foto pribadi orang lain, tentunya hal ini berdampak negatif pada korban yang merasa tertekan bahwa aib yang terkait dirinya menjadi hal yang umum dan diketahui banyak orang.

7. Pengeksklusian (exclusion), adalah perundungan yang dilakukan dengan cara mengeluarkan seseorang secara kasar dari forum atau grup online.

Secara umum perilaku exclusion bisanya didasari oleh adanya tidak suka kepada seseorang, kemudian akibat ketidaksukaanya tersebut pelaku akan mengeluarkan orang tersebut dari online group dengan sepihak serta dengan perilaku yang kasar kepada orang tersebut.

Price dan Dalgleish (2010) dalam Mutma, (2019:169) terdapat empat bentuk Cyberbullying yaitu:

1. Called Name (hadiah Nama Negatif)

Hadiah nama negatif adalah bentuk agresi Cyberbullying buat memberi label buruk terhadap korban. pemberian nama negatif atau yang kerap diklaim name-calling artinya galat satu bentuk Cyberbullying yang paling membahayakan. pemberian nama negatif merupakan berbahaya karena memaksa buat mengecap seseorang yang bukan dirinya.

2. Image of Victim Spread (Penyebaran Foto)

Pada tiap perkara pelaku menampilkan foto pribadi korban yang diunggah kedalam sosial media serta dijadikan hinaan secara masif. Image of victim spread merupakan wujud berasal ungkapan aktualisasi diri pelaku buat menghibur dirinya juga orang lain menggunakan memakai foto korban menjadi objek hiburan. tetapi penyebaran foto langsung korban merupakan aksi buat membentuk malu korban. Bentuk serangan bullying ekspresi dapat ditinjau berasal komentar yang ditulis pada tiap foto yang pada tampilkan.

3. Threatened Physical Harm (Mengancam Keselamatan Fisik)

Cyberbullying juga bisa mengancam keselematan orang lain. pada hal ini, komentar-komentar yang berisi kata “meninggal” atau “bunuh” sebagai erat kaitannya dengan eksistensi keselataman orang lain pada dunia konkret.

4. Opinion Slammed (pendapat yang merendahkan)

Opini merendahkan adalah pendapat yang ditulis pelaku pada korban buat menghina keadaan atau penampilan korban. pada pengamatan terhadap keseluruhan kasus, terdapat komentar-komentar yang bermuatan Cyberbullying yaitu merendahkan korban.

Selanjutnya dijelaskan tentang bentuk-bentuk Cyberbullying oleh Betts (2016: 14) bahwa pada Cyberbullying setidaknya terdapat dua bentuk yang sangat umum terjadi, pertama yaitu Cyberbullying yang secara langsung dan Cyberbullying yang tidak langsung. Cyberbullying secara lansgung merupakan bentuk Cyberbullying yang dilakukan dengan cara memberikan chat personal kepada lawan yang akan di-bully dengan menggunakan akun asli dan nama asli penyerang. Namun pada bentuk kedua yaitu Cyberbullying yang tidak langsung tersebut dilakukan dengan memberikan secara tidak langsung kepada pihak yang di-bullly misalnya dengan menggunakan kata sindiran, penggunaan akun palsu serta hanya menyebarkan perilaku tidak pantas di media sosial.

Macam-macam Cyberbullying juga disampaikan oleh Marsinun dan Riswanto (2020: 107) dalam kajian empirisnya yang berjudul Perilaku Cyberbullying Remaja di Media Sosial diketahui bahwa terdapat beberapa jenis-jenis Cyberbullying di media sosial yaitu body shaming, mode atau fashion, barang KW atau palsu, kisah asmara, wajah kurang canting atau kurang tampan, serta adanya pernyataan diskriminasi oleh satu pihak kepada pihak tertentu.

Peraturan tentang Cyberbullying dan segala bentuk konten yang memuat penghinaan dan merugikan orang lain secara tegas sudah diatur di Indonesia, hal ini disampaikan oleh Indriani et al. (2016: 9) bahwa secara spesifik dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 telah di atur sedemikian rupa, larangan content yang memiliki muatan penghinaan dan atau

pencemaran nama baik ini sebenarnya berusaha untuk memberikan perlindungan atas hak-hak seseorang atau individu.

Berdasarkan kenyataan tersebut diketahui bahwa Cyberbullying secara nyata memiliki bentuk-bentuk umum yang terkait dengan penggunaan di media sosial misalnya dengan menyerang secara langsung dan secara tidak langsung, namun terdapat pula Cyberbullying yang berupa flaming, harassment, Cyberbullying, denigration, masquerade, outing, exclusion, called name, image of victim spread, threatened physical harm dan opinion slammed.

Dokumen terkait