• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KEIMANAN AGAMA KHONGHUCU

B. Macam-macam Keimanan

1. Delapan Ajaran Iman

Agama Khonghucu di Indonesia mengajak umat mengutamakan perlunya menegakkan iman (Cheng) sebagaimana disuratkan dalam kitab Tengah Sempurna, “iman itu harus disempurnakan sendiri dan jalan suci (TAO) itu harus dijalani sendiri. Iman itulah pangkal suatupun tiada. Maka seorang Susilawan memuliakan iman” (Zhong Yong XXIV: 1&2), “Berlaksana benda tersedia lengkap di dalam diri, kalau memeriksa diri ternyata penuh iman, sesungguhnya tiada kebahagiaan yang lebih besar dari ini.” (Meng Zi VIIA : 4).

Seorang umat Khonghucu wajib beriman akan kebenaran yang dikaruniakan Tian sebagaimana tersurat dalam kitab Zhong Young firman Tuhan itu dikatakan firman sejati (Xing), hidup mengikuti watak sejati itulah dinamai dalam suci (DAD), bimbingan menempuh jalan suci itulah dinamai agama (JIAO). Adapun jalan suci yang dibawakan ajaran besar (agama) ini, ialah menggemilangkan kebajikan yang bercahaya (Ming De),

16

33

mengasihi rakyat (Tian), dan berhenti pada puncak kebaikan (Zhi Shan). Demikian mengapa seorang umat Khonghucu wajib mengutamakan perilaku kebajikan dalam hidupnya dan diimani sebagai perwujudan satya dan bakti kepada Thian, dan di dalam kebajikan hidupnya ber… dan diberkati. Hal ini dapat dihayati dalam salam iman yang berbunyi “Hanya kebajikan berkenan kepada Tian” (Wei De Dong Thian; Shu Jing II, II, III, 21) dan dijawab, “Marilah bersama kita miliki yang satu itu, kebajikan” (Xian You Yi De, Shu Jing IV, VI, III, 3)

Sesungguhnya, suatu ajaran etika dan moral yang tidak didasari iman kepada Tian atau kepada ibadah agama, tidak akan memiliki nilai yang sempurna bagi manusia. Sistematika dan pendidikan moral secara praktis mungkin dapat memberi tuntunan bagi manusia dalam pergaulan bermasyarakat dan menjadi pembimbing dan panduan untuk sukses dalam bekerja dan berusaha, namun tidak akan memberikan kedamaian batin yang sempurna, karena bagi manusia hidup ini bukan sekedar soal perut, meskipun benar dikatakan, “Perut tidak dapat menunggu”. Karena, seorang umat Khonghucu perlu menegakkan pilar agamanya dengan delapan pengakuan iman.17

Delapan pengakuan iman berisi: a. Adanya Thian

- Sing Sie Hong Thian (sepenuh iman percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa)

- Buji Bu Gi (jangan mendua hati, jangan bimbang) - Siang Tee Liem Li (Tuhan yang Maha Tinggi besertamu) b. Adanya nilai mutlak pentingnya kebajikan

- Sing Cun Koot Til (Sepenuhnya iman menjunjung kebajikan) - Bu Wan Hut Kai (tiada jarak jauh tidak terjangkau)

- Khik Hiang Thian Siem (sungguh hati Tuhan merahmati)

17

Tjie Tjy Ing, Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah Jiwa Etika dan Moral Khonghucu, Edisi Kedua, Genta Harmoni, 2004, hlm.40

c. Adanya firman/takdir/watak sejati

- Sing Liep Bing-bing (sepenuh iman menegakkan firman gemilang) - Cun Siem Yang Sing (jagalah hati, rawatlah watak sejati)

- Cik Ti Su Thian (demikian mengenal/mengabdi Tuhan) d. Adanya roh (Sien) dan nyawa (Kwi)

- Sing Ti Kwi Sien (sepenuh iman sadar adanya nyawa dan roh) - Cien Siu Kwa yok (tekunlah membina diri, kurang keinginan) - Hwat kai Tiong Ciat (bila nafsu timbul, jagalah tetap dibatas

tengah)

e. Adanya perwalian orang tua atas anak-anaknya

- Sing Yang Haw Su (sepenuhnya iman merawat cinta berbakti) - Liep Sien Hing Too (tegakkan diri menempuh jalan suci) - I Hian Hu Boo (demi memuliakan ayah bunda)

f. Adanya Thian menjadi Nabi Khonghucu sebagai genta rohani - Sing Sun Bok Tok (sepenuh iman mengikuti genta rohani) - Ci Cun Ci Sing (yang terjunjung, Nabi Agung)

- Ing Poo Thian Bing (yang dilindungi firman Tuhan) g. Adanya Kebenaran kitab suci SuSi

- Sian Khiem SuSi (sepenuh iman memuliakan SuSi) - Thian He Tsi King (kitab suci besar dunia)

- Liep Bing Tsi Pun (pokok besar tegakkan firman) h. Adanya jalan suci yang agung

- Sing Hing Tai Too (sepenuh iman menempuh jalan suci yang agung)

- Su Ji Put Li (sekejap pun tidak terpisah)

- Bung Kiong Ci Hiu (tempat sentosa yang tanpa batas).18

Ini suatu kenyataan, etika dan moral yang tidak didasari iman kepada Tian yang Maha Esa dan ibadah agama, itu akan tidak ubahnya

18

Tjhie Tjay Ing, Pokok-pokok Keimanan Konfusionisme (Agama Khonghucu), Matakin, Solo, tth., hlm.2

35

dengan sebuah bangunan, yang sekalipun betapa megah, tetapi dibangun di atas pasir dan bila suatu saat ada topan atau gempa, akan mendadak hancur berantakan.19 Keimanan seseorang bisa juga diibaratkan sebagai pondasi, apabila pondasi itu kuat maka kuatlah keimanan seseorang dan apabila pondasi itu tidak kuat maka seseorang akan jauh dari agama.

Agama (JIAO) bukanlah sekedar ajaran tentang pemujaan (Zong

Jiao) atau ajaran untuk orang hidu dalam kerahasiaan dan melakukan

perbuatan aneh-aneh (Zhong Yong X : 1). Agama adalah bimbingan karunia Tian bagi manusia untuk membangun pribadi atau membina diri, untuk menempuh jalan suci (DAO), untuk menggenapi tuntunan watak sejatinya, dengan sepenuh iman menegakkan firman Tian, menggemilangkan kebajikan yang bercahaya itu, untuk mengamalkan kebajikan itu dalam hidupnya dan mengusahakan sebaik-baiknya. Sehingga boleh mencapai puncak baik (Zhi Shan), lewat tuntunan Nabi sebagai utusan atau genta rokhani (Mu Duo) Tian yang Maha Esa.

Nabi Khonghucu bersabda: “Seorang yang tanpa kepercayaan (tidak dapat dipercaya), entah apa yang dapat dilakukan? Itu seumpama kereta besar yang tidak mempunyai sepasang gandaran atau seumpama kereta kecil yang tidak mempunyai sebuah gandaran, entah bagaimana menjalankannya? (Lu Yu II: 22).20

Untuk memperteguh iman dalam menempuh jalan suci, harus dapat meninggalkan 4 larangan:

1) Yang tidak susila jangan dibicarakan (Hwie Lee But Gan) 2) Yang tidak susila jangan dilihat (Hwie Lee But Si)

3) Yang tidak susila jangan didengar (Hwie Lee But Si) 4) Yang tidak susila jangan dilakukan (Hwie Lee But Tong).21

19

Tjhie Tjay Ing, Edisi II, op.cit., hlm.41

20

Ibid., hlm.41

21

Thio Tiong Gie, “Agama Kebajikan; Agama Universal Perspektif Khonghucu”, Makalah Seminar 3 September 2003, di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang

2. Konsep ketuhanan dalam agama Khonghucu

Tuhan adalah hakekat yang pertama, tetapi dalam kesadaran kita yang terang, tidak mengartikan sebagai yang pertama. Dalam kesadaran dan pengertian kita, yang kita sentuh adalah benda-benda atau jasmaniah. Dalam pengertian demikian, kita mengerti bahwa diri kita sendiri serba terhubung dengan alam jasmani.22 Dan kita terkadang terlena dengan kepentingan dunia, sehingga kita lali terhadap kewajiban sebagai makhluk Tuhan.

Sebenarnya, pengertian tentang adanya Tuhan itu tidak timbul melalui kodrat manusia, tetapi timbul karena pengaruh agama-agama. Pandangan ini berpangkal pada Tuhan, dapat kita mulai suatu pandangan dengan bertolak pada manusia. Manusia merupakan cinta kasih, cinta kasih bukan merupakan sesuatu yang pasif melainkan sesuatu yang aktif, katakanlah cinta kasih sebagai dorongan. Dorongan ini menuju ke arah sesama manusia. Pada hakekatnya juga ke arah Tuhan. Sebab dorongan itu berasal dari Tuhan dan merupakan kebahagiaan, pada akhirnya tiada sesuatu yang dapat memenuhinya, kecuali Tuhan sendiri. Agama juga merupakan kebutuhan mutlak untuk dijadikan pegangan dalam hidup dan untuk melawan badai kesukaran yang datang pada manusia. Dalam agama orang menyerahkan dirinya kepada Tuhan dan dirasakan sebagai syarat mutlak untuk berbahagia di dunia ini.23

Istilah Tuhan dalam agama Khonghucu pada umumnya disebut Thian atau Siang Tee, Tuhan/Thian mempunyai sifat-sifat antara lain: a. Maha Sempurna, Khalik/Pencipta, yang menjadikan alam semesta ini

(Gwon)

b. Maha meliputi, menjalin, menembusi dimanapun (Hing)

c. Maha Murah, yang menurunkan rahmat, yang menjadikan orang menuai hasil perbuatannya (Li)

22

Lee T. Oei, Kesaksian Adanya Tuhan Yang Maha Esa di Dalam Agama Konfucian, Matakin, Solo, 1992, hlm.14

23

37

d. Yang Maha kokoh, yang mempunyai hukum abadi (Ling). (Kitab Ya King)

e. Dilihat tiada tampak, di dengar tiada terdengar, namun tiap wujud tiada yang tanpa Dia.

f. Adapun kenyataan Tuhan itu tidak boleh diperkirakan, lebih-lebih tidak dapat ditetapkan.

g. Sungguh Maha Besar Dia, sehingga terasakan di atas dan di kanan kiri kita.

h. Tuhan yang Maha Tinggi dan pendukung semuanya itu tiada bersuara dan tiada berbau. Demikian Maha kesempurnaan-Nya.

i. Tuhan menjadikan segenap wujud masing-masing selalu dibantu sesuai dengan sifatnya.

Maka sungguh jelas sifat-Nya yang halus itu, sehingga tidak dapat disembunyikan dari iman kita. (Kita Tiong Yong Bab XV bab XXXII).24

Selain istilah Thien atau Thian yang banyak dijumpai dalam kitab-kitab Khonghucu, kita juga mengenal istilah Thian Li dan Thian Ming. a. Thian Li

Thian adalah Tuhan yang Maha Esa atau sesuatu yang absolut, yang mutlak dan tidak dijadikan oleh siapapun, segala sesuatu yang berada di alam semesta ini berjalan menurut hukum-hukumnya. Pengaturan hukum itu disebut Thien Li ini sebenarnya pada pengertian Thian yang mengalami perluasan pada masa Neo Konfusionisme. Jadi, Thian Li itu sendiri bukan nama lain dari Thian, tetapi lebih dekat dengan pengertian firman Thian atau hukum-hukum dan peraturan yang bersumber dari Thian.

b. Thim Ming

Thian Ming dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dijadikan atau sesuatu yang terjadi. Manusia harus menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kehendak Tuhan atau Thian. Kunci untuk

24

melaksanakan Thian Ming adalah kebajikan. Siapa yang gagal dalam melaksanakan tugasnya, berarti ia kehilangan mandat (amanat atau tugas) sedangkan orang yang menumbuhkembangkan kebajikan akan hidup harmonis dan akan berhasil hidupnya, sebenarnya pengertian Thian Li dan Thian Ming tidak jauh berbeda, namun pengertian Thian Ming lebih diarah pada perbuatan yang dilakukan oleh manusia sesuai dengan mandat atau perintah yang berasal dari Thian. Thian Li juga berarti perintah namun masih bersifat umum, dan bersifat anjuran yang harus dilakukan manusia. Dalam Thian Ming anjuran itu sudah dilakukan manusia, namun ada yang berhasil menumbuhkembangkan perintah itu dan ada yang tidak.25

25

39

BAB IV ANALISIS

Dokumen terkait