• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menganalisis tentang Konsep Keimanan Menurut Agama Khonghucu

KONSEP KEIMANAN AGAMA KHONGHUCU

A. Menganalisis tentang Konsep Keimanan Menurut Agama Khonghucu

Agama Khonghucu yang asli disebut Ru Jiao atau agama bagi umat yang lembut. Agama yang disebarkan oleh Khonghucu maka agama ini sering disebut dengan agama Khonghucu. Agama menurut Khonghucu adalah wahyu Tuhan yang membimbing manusia sebagai rakyat Tuhan agar mampu hidup selaras mengikuti kebajikan dan watak sejati yang merupakan kuasa firman Tuhan, dengan begitu manusia mampu hidup menempuh jalan suci atau beriman kepada Tuhan yang Maha Esa.

Keimanan berasal dari kata iman yang artinya ialah kepercayaan atau keyakinan yang berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan yang dipeluk yaitu menyangkut ketulusan keyakinannya, pengakuan terhadap kebenaran dan kesungguhan dalam mengamalkannya.

Istilah iman sering disebut dengan kata Cheng yang berarti sempurna kata, batin dan perbuatan. Maka iman itu adalah sikap atau suasana batin yang menunjukkan sempurna kepercayaannya, keyakinan kepada Tian (Tuhan Yang Maha Esa) kepada Genta rohaninya serta kebenaran ajaran agama Khonghucu.

Iman disini tidak dimaksudkan selesai dengan menyempurnakan diri sendiri, melainkan menyempurnakan segenap wujud, cinta kasih yang menyempurnakan diri dan bijaksana itulah untuk menyempurnakan segenap wujud. Inilah kebajikan watak sejati dan inilah keesaan luar dalam dari jalan suci.

Di dalam ajaran agama Khonghucu, mereka juga mempercayai adanya Thian (Tuhan yang Maha Esa) dan ajaran tentang keimanan. Umat Khonghucu juga melakukan pengakuan iman dengan mempercayai firman Thian yang sering diumpamakan watak sejati. Hidup mengikuti watak sejati itulah dinamakan menempuh jalan suci, itulah yang dinamakan dengan agama. Adapun jalan suci yang dibawakan ajaran ini ialah menggemilangkan

kebajikan yang bercahaya, mengasihi rakyat dan berhenti pada puncak kebaikan.

Pengertian yang menyangkut iman kepada Tuhan yang Maha Esa. Itu tersurat di semua kitab agama Khonghucu, baik dalam kitab suci yang lima atau Wu Jing maupun kitab suci yang empat atau Susi. Mengenai keberadaan Tuhan, dalam pengertian fisik tidak dapat dikatakan dimana Tian berada. Hanya di dalam rasa, kesadaran dan iman yang dihayati keberadaan disebutkan di tempat yang Maha Luhur dan Maha Mulia. Kitab Konfusian menyebutkan Tuhan Yang Maha Esa mempunyai sifat-sifat yang utama atau empat kebajikan Tuhan (Si De) yakni Yuan (Maha Kuasa, Maha Sempurna, Khalik semesta alam, yang menjadi mulia dan berpulang semua makhluk dan benda). Sifat utama kedua Heng (Yang Maha Besar, Maha Indah, Maha Luhur). Sifat utama ketiga Li (Maha pemberkah yang menjadikan hukum sebab akibat, maka ada sifat utama, keempat Zheny (Maha Kuasa, Maka Kokoh).

Apakah dosa itu? Dosa (Zui) adalah segala perbuatan yang melanggar jalan suci (Doa), mengingkari kebajikan, yang meninggalkan bahkan bertentangan dengan cinta kasih, kebenaran, susila dan kebijaksanaan dan dilakukan secara sadar. Dosa terbesar adalah perbuatan Ni Tian (Melawan Tian dan melanggar Hukum-Nya) dan Wu Do (meninggalkan jalan suci) sehingga orang itu akan merusak diri dan menjadi pencuri/perusak kemanusiaan.1

Di dalam ajaran agama Khonghucu terdapat delapan jalan pengakuan iman, pertama, sepenuh iman percaya kepada Tian (Tuhan yang Maha Esa),

kedua, sepenuh iman menjunjung kebajikan, ketiga, sepenuh iman

menegakkan firman gemilang, keempat, sepenuh iman menyadari adanya nyawa dan rokh, kelima, sepenuh iman memupuk cita bakti, keenam, sepenuh iman mengikuti genta rokhani Nabi Khonghucu, ketujuh, sepenuh iman

1

Khonghucu, Tata Nilai Etika-Moral Berdasarkan Iman, Kedaulatan Rakyat, 7 Mei 2006, hlm.15

44

memuliakan kitab Wujing dan SuSi, Kedekapan, sepenuh iman menempuh jalan suci.

Nabi Khonghucu bukanlah pencipta ajaran atau agama baru dan yang meninggalkan atau menolak ajaran terdahulunya. Apa yang tersurat di dalam Wujing menjadi pokok dasar di dalam agama Khonghucu dengan SuSi atau kitab yang empat sebagai kitab suci yang pokok. Sungguh tidak salah kalau Nabi Khonghucu adalah bukan seorang pendiri sebuah agama baru tetapi Nabi Khonghucu jelas seorang pembaru dari pada suatu ajaran yang sudah ada.

Hal ini adalah sangat penting dakwah keimanan seorang umat Khonghucu, khususnya dalam hal bagaimana wajib beriman kepada Tian atau Shang Di Tuhan yang Maha Esa, yang Maha Kuasa. Dan umat Khonghucu wajib benar-benar meyakini kebenaran sabda Nabi Khonghucu, “Aku hanya meneruskan, tidak menciptakan aku sangat menaruh percaya dan suka kepada yang kuno (kitab-kitab suci pembawa kebenaran itu).2

Ungkapan Khonghucu yang erat hubungannya dengan keimanan, yang terdapat dalam kitab SuSi adalah sebagai berikut:

“Iman itu adalah jalan suci Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa; berusaha beroleh iman, itulah jalan suci manusia, yang beroleh iman ialah orang yang telah memilih kepada yang baik lalu didekap sekokoh-kokohnya.” (Bing Cu IVA, 12:3)

“Yang mencapai puncak iman tetapi tidak dapat menggerakkan hati, itu belum pernah ada. Bila tiada iman, takkan pula dapat menggunakan hati.” (Bing Cu IVA, 12 :2)

Khonghucu tidak hanya berbicara mengenai moral atau etika semata namun juga berbicara mengenai Tuhan yang Maha Esa (Thian). Thian adalah sumber dari segala yang ada di dunia ini. Konsep Thian yang digambarkan kitab-kitab Khonghucu atau Thien atau Thim yang bersifat roh (Tiong Yong XV: 1,2,3), ada Tuhan Yang Maha Esa (Siang Tee) (Tiong Yong XVIII : 6)

2

Tjhie Tjay Ing, Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah Jiwa Etika dan Moral Kofuciani, Edisi II, Genta Harmoni, 2004, hlm.41

Dalam kitab Tiong Yong (tengah sempurna) ada ayat-ayat yang berbicara tentang Tuhan yang Maha Esa yaitu:

“Firman Thian (Tuhan yang Maha Esa) itulah dinamai watak sejati. Hidup mengikuti watak sejati itulah dinamai menempuh jalan suci. Bimbingan menempuh jalan suci itulah dinamai agama” (Tiong Yong Bab Utama: 1)

“Nabi (Khonghucu) bersabda, sungguh Maha Besarlah kebijakan Kwi

Sien (tuhan yang Maha Roh)” (Tiong Yong XV:1)

“Demikianlah menjadikan umat manusia di dunia berpuasa, membersihkan hati, menggunakan pakaian lengkap, dan sujud bersembah yang kepada-Nya. Sungguh Maha Besar Dia (Thian) rasanya di atas dan di kanan kiri kita” (Tiong Yong XV:3)3

Dokumen terkait