• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Keimanan Menurut Agama Khonghucu

KONSEP KEIMANAN AGAMA KHONGHUCU

A. Pengertian Keimanan Menurut Agama Khonghucu

1. Pengertian Agama

Sejarah merupakan rangkaian proses yang mencatat tumbuh kembangnya aneka ragam nilai-nilai sosial religius dan moral, kultur serta persoalan umat manusia yang sepanjang zaman, yang patut kita syukuri sebagai jejak wahyu penciptaan alam semesta dan segala bentuk kehidupan di dalamnya oleh sang Khaliq yang Esa.

Sejarah diturunkan nilai-nilai rokhani lewat aspek religius berbagai agama merupakan yang tak kunjung padam dari karunia kehidupan insani, sebagaimana yang dikehendaki Tuhan.1

Semua agama mencerminkan pengalaman manusia, walaupun masing-masing menurut keaslian adikodrati atau ajaran pokok yang bersifat wahyu, selayang pandang terhadap sejarah, memberi kesan bahwa agama-agama itu berbeda-beda, seperti halnya pengalaman manusia. Laksana musik, pernyataan agama menayangkan rangkaian gejala-gejala pengalaman manusia yang luas dan beraneka warna.2

Sudah diakui secara umum oleh para pengkaji bahwa semua masyarakat yang dikenal di dunia ini, sampai batas tertentu, bersifat religius. Pengakuan ini merupakan kesepakatan mengenai apa sajakah yang membentuk perilaku keagamaan, namun dalam kenyataannya kesepakatan mengenai hal ini lebih sulit bisa diperoleh. Argumen yang dikemukakan mengenai bagaimana cara mendefinisikan agama dan bagaimana membedakannya di satu pihak dengan magi, sains, dan filsafat dan dengan beberapa ilmu sosial.3

1

Sidartanto Duanadjaya, Agama Khonghucu, Matakin, Solo, 2002, hlm. 4

2

Lee T. Dei, Khonghucu Adalah Agama, Matakin, Solo, 1994, hlm. 1

3

E.B. Tylor dalam buku perintisnya, Primitive Culture, yang diterbitkan pada tahun 1871, mengemukakan apa yang dikenal dengan “definisi minimum” agama yang tidak akan memberikan penilaian lagi mengenai sumber atau fungsinya. Dia mendefinisikan agama sebagai “kepercayaan adanya wujud-wujud spiritual. Menurut Red-Cliffe-Brown, salah seorang ahli antropologi, menawarkan definisi yang berusaha memperbaiki ketidaksempurnaan. “Agama” didefinisikan sebagai ekspresi suatu bentuk ketergantungan pada kekuatan di luar diri kita sendiri, yakni kekuatan yang dapat kita katakan sebagai kekuatan spiritual atau kekuatan moral. Menurut pendapat Durkheim, agama adalah sistem yang menyatukan mengenai berbagai kepercayaan dan peribadatan yang berkaitan dengan benda-benda sakral, yakni katakanlah benda-benda yang terpisah dan terlarang, kepercayaan dan peribadatan yang mempersatukan semua orang yang penganutnya ke dalam suatu komunitas moral yang disebut gereja.4

Ahli sosiologi kontemporer dari Amerika, Yinger, menyatakan bahwa dia lebih senang dengan definisi fungsional, dan tetap menyatakan secara dogmatis bahwa “agama merupakan sistem kepercayaan dan peribadatan yang digunakan berbagai bangsa dalam perjuangan mereka mengatasi persoalan-persoalan tertinggi dalam kehidupan manusia. Agama merupakan keengganan untuk menyerah dalam menghadapi frustasi, dan untuk menumbuhkan rasa permusuhan terhadap penghancuran ikatan-ikatan manusia. Jelas bahwa kedua kalimat dalam definisi Yinger itu haus dibaca bersama-sama, sebab bila tidak definisi itu tidak hanya mencakup agama tetapi juga filsafat, sains (ilmu pengetahuan) dan teknologi. Dengan mengambil utuh rumusan itu, jelas bahwa definisi itu merupakan definisi yang maksimum, bukan minimum, karena ia memadukan pandangan yang mengatakan bahwa agama memberikan kemungkinan manusia untuk berjuang supaya berhasil

4

27

menghadapi kecemasan dan kebencian. Yinger mengatakan bahwa pemikiran rasional tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang makna hidup, meski pertanyaan ini hanya bisa diajukan oleh makhluk rasional. Karena itu loncatan keyakinan agama dianggap sebagai salah satu alternatif untuk menghadapi keputusasaan.5

Menurut Clifford Geertz agama adalah “sistem lambang yang berfungsi menegakkan berbagai perasaan dan motivasi yang kuat, berjangkauan luas dan abadi pada manusia dengan merumuskan berbagai konsep mengenai keteraturan umum eksistensi, dan dengan menyelubungi konsepsi ini dengan sejenis tuangan faktualitas sehingga perasaan-perasaan dan motivasi-motivasi itu secara unik tampak realistik.6

Kita lihat bermacam-macam definisi atau pengertian agama, mulai dari pengertian menurut ilmu pengetahuan, peristilahannya sampai kepada definisi agama menurut Agamanya masing-masing. Dalam bahasa Sansekerta istilah “agama” berasal dari: a = kesini dan gam = gaan, go,

gehen, = berjalan-jalan

Sehingga dapat berarti peraturan tradisional, ajaran, kumpulan-kumpulan hukum, pendeknya apa saja yang turun temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan.

Kemudian di kepulauan Nusantara mendapat arti seperti adat, kepercayaan, upacara, pandangan hidup, sopan santun. Sekarang kata agama atau igama/ugama hampir sama artinya dengan religi (Latin) atau

din (Arab).7

Pengertian agama menurut masing-masing agama: a. Pengertian agama menurut agama Hindu

Dalam ajaran agama Hindu “agama’ mengandung pengertian

satya, arta, diksa, tapa, brahma dan yajna. Satya adalah kebenaran

5 Ibid., hlm.31-32 6 Ibid., hlm.32 7

Mudjahadi Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hlm.1-2

yang absolut. Arta adalah dharma atau perundang-undangan yang mengatur hidup manusia. Diksa adalah penyucian. Tapa adalah semua perbuatan suci. Brahma adalah doa atau mantra-mantra. Yajna adalah kurban. Pengertian lain juga disebutkan dharma.

Dharma atau kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan manusia. Agama adalah kepercayaan hidup pada ajaran-ajaran suci yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi yang kekal dan abadi.

b. Pengertian agama menurut agama Budha

Agama dapat diartikan sebagai “suatu badan dari pelajaran keSuSilaan dan filsafat dan pengakuan berdasarkan keyakinan terhadap pelajaran yang diakui baik.” Dalam hal demikian, ajaran Sang Budha itu adalah suatu agama dan umat Budha memiliki suatu agama yang sangat mulia untuk dianut.

Selanjutnya dikatakan juga bahwa agama adalah cara tertentu untuk pemujaan kepada para Dewa-Dewa Agung. Dengan kata para Dewa Agung mereka maksudkan adanya kekuatan gaya tak terlihat yang menguasai alam semesta atau sedikit-dikitnya yang bersangkut paut dengan itu, dengan istilah agama tadi mereka maksudkan sikap seluruhnya yang harus diusahakan terhadap kekuatan-kekuatan gaya-gaya itu.

c. Pengertian agama menurut Islam

• Menurut Prof. K.H.M. Taib Thahir Abdul Mu’in agama adalah suatu peraturan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal, memegang peraturan Tuhan dengan kehendak sendiri, untuk mencapai hidup di dunia dan kebahagiaan kelak di akhirat.

• Menurut Hadijah Salim agama ialah peraturan Allah SWT yang diturunkan-Nya kepada rasul-rasul-Nya yang telah lalu yang berisi perintah, larangan dan sebagainya, yang wajib ditaati oleh umat manusia dan menjadi pedoman serta pegangan hidup, dan barang

29

siapa hidupnya tak terkendalikan niscaya manusia itu akan terjerumus dan tidak akan menentu arah tujuan, maka membahayakan pada diri mereka sendiri.

d. Pengertian agama menurut Kristen Katholik

Agama adalah segala bentuk hubungan manusia dengan yang suci. Terhadap yang suci ini manusia kurang pantas, sama sekali tergantung, takut atau takwa karena sifat-Nya yang dahsyat, tetapi manusia sekaligus merasa pula tertarik kepadanya karena sifat-sifat yang mempesonakan.8

e. Pengertian agama menurut Khonghucu

L iman agama Khonghucu atau Ru Jiao, pengertian agama atau Jiao adalah wahyu Tuhan yang membimbing manusia sebagai rakyat Tuhan atau Tian Ming agar mampu hidup selaras mengikuti benih kebajikan dalam watak sejati, Xing, yang merupakan kuasa firman Tuhan, Tim Ming, agar dengan begitu manusia mampu hidup menempuh jalan suci Dao, jalan hidup yang tegak menggemilangkan firman-Nya. Wahyu Tuhan yang turun melalui para Nabi purba/raja suci itu terangkum sebagai mutiara kebajikan sepanjang sejarah tumbuh kembang nilai-nilai mulia keagamaan Fujiao, yang kini lebih dikenal dunia sebagai agama Khonghucu.9

Fungsi agama adalah sebagai tuntunan hidup yang telah Tian (Tuhan yang Maha Esa) diturunkan melalui para Nabi-Nya untuk menuntun manusia kembali ke jalan suci, jalan yang diridhoi dan dirakhmati semasa hidup di dunia maupun bila sudah saatnya kembali keharibaan kebajikan Tuhan.10

8

Ibid., hlm.2-4

9

Sidarto Buanadjaya, op.cit., hlm.9

10

Setianda Tirtarasa, Menuju Masyarakat Anti Korupsi Perspektif Agama Khonghucu, Departemen Komunikasi dan Informasi, Jakarta, 2006, hlm.117-118

2. Pengertian Keimanan Menurut Agama Khonghucu

Kita sering menyebut kata “iman”, biasanya yang terlintas dalam benak kita adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan dan perkara yang berhubungan dengan hati dan hal-hal yang ghaib.11

Kita juga sering membicarakan tentang keimanan dengan pengaruhnya dalam jiwa dan dalam kehidupan, keimanan yang mencapai puncaknya dan tertanam dalam hati, serta terlukis dalam lubuk jiwa, bukan keimanan yang lemah dan ragu-ragu, keimanan yang terbius dari tidur, tetapi keimanan yang hidup dan terjaga dan kita tahu bahwa yang mempunyai keimanan semacam itu tentu sedikit jumlahnya.

Perbincangan tentang segi-segi agama yang dihayati dan diajarkan agama Khonghucu, bisanya berpusat di sekitar kepercayaan akan adanya roh-roh yang telah meninggal dan mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa. Dalam masa pra Konfucianisme, Tuhan Yang Maha Esa dimengertikan sebagai tenaga tertinggi yang dipribadikan, yang mendikte peristiwa-peristiwa alam dan manusia, menjalankan kekuasaan pemberi hadiah dan hukuman…. Kata Tuhan (Tien).12

Selain memiliki ajaran tentang Thian (Tuhan Yang Maha Esa), Khonghucu juga memiliki ajaran tentang keimanan. Ajaran tentang keimanan itu terdapat dalam kitab SuSi. Oleh umat Khonghucu di Indonesia ajaran Khonghucu yang dapat dalam kitab SuSi, yang berhubungan dengan keimanan dijadikan landasan utama dalam menetapkan konsep keimanan umat Khonghucu di Indonesia.

Selain menjelaskan ajaran keimanan yang terdapat dalam kitab SuSi yaitu kitab yang menjadi dasar agama Khonghucu dewasa ini, terlebih dahulu akan dijelaskan apa pengertian keimanan dalam pandangan

11

Hepi Anda Bastoni, Beriman dengan Segenap Jiwa Raya, Sabili, 22 Maret 2007, hlm.87

12

Lee T. Oei, Ketuhanan Keagamaan Cinta Kasih Keibadahan dalam Konfucianisme, Matakin, Solo, 1994, hlm.11

31

umat Khonghucu di Indonesia.13 Menurut Tjhie Tjay Ing keimanan berasal dari kata “iman” yang artinya ialah kepercayaan atau keyakinan yang berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan yang dipeluk: yaitu menyangkut ketulusan keyakinannya, pengakuan terhadap kebenaran dan kesungguhan dalam mengamalkannya.14

Menurut istilah iman ialah terjemahan dari kata “cheng” yang mengandung makna “sempurna kata, batin dan perbuatan”. Maka iman itu ialah sikap atau suasana batin yang menunjukkan sempurnanya kepercayaan, keyakinan kepada Tian, Tuhan yang Maha Esa, kepada Muduo atau Genta Rokhaninya serta kebenaran ajaran agama yang dibimbingkan.15

Menurut Tjhie Tjay Ing, umat Khonghucu wajib memiliki Sing (iman) terhadap kebenaran yang mereka anut. Ungkapan-ungkapan Khonghucu yang erat hubungannya dengan keimanan, yang terdapat dalam kitab SuSi sebagai berikut : “Iman itulah jalan suci Tuhan, Tuhan yang Maha Esa, berusaha beroleh iman, itulah jalan suci umat manusia yang beroleh iman ialah orang yang setelah memilih kepada yang baik lalu didekap sekokoh-kokohnya” (Bing Cu IVA 12:3)

“Yang mencapai puncak iman tetapi tidak dapat menggerakkan hati, itu belum pernah ada. Bila tiada iman, takkan pula menggerakkan hati.” (Bing Cu IVA, 12:2)

Bing Cu berkata, “Bila pihak bawah tidak dapat kepercayaan dari pihak atas, seperti rakyat pun tidak akan didapat dan pemerintah takkan berjalan lancar untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak atas ada jalannya. Bila tidak dapat menggembirakan orang tua, niscaya tidak akan mendapat kepercayaan dari teman-teman. Untuk dapat menggembirakan orang tua ada jalannya. Bila tidak dapat memenuhi diri dengan iman,

13

M. Ikhsan Tanggoh, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, Pelita Kebajikan, Jakarta, 2005, hlm.51

14

Tjhie Tjay Ing, Tanya Jawab Keimanan Konfusiani, Edisi IV, Genta Harmoni, 2004, hlm.25

15

niscaya tidak dapat menggembirakan orang tua; untuk dapat memenuhi diri dengan iman ada jalannya; bila tidak dapat benar-benar sadar tentang apa yang baik, niscaya tidak dapat memenuhi diri dengan iman”. (Bing Cu IVA 12:1). Dari beberapa ayat kitab SuSi yang berhubungan dengan iman di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang iman. Iman menurut Khonghucu. Beberapa pengertian tersebut adalah:

a. Iman adalah jalan suci Thian

b. Iman berfungsi menggerakkan hati manusia ke arah yang lebih baik c. Iman itu dapat diperoleh kalau manusia dapat berbudi hal-hal yang

baik

d. Untuk dapat menggembirakan orang tua, manusia terlebih dahulu memenuhi dirinya dengan iman.16

Dokumen terkait