• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Metode Inkuiri

5. Macam-macam Metode Inkuiri

Dalam Moh. Amien (1987:136) disebutkan beberapa macam model pembelajaran inkuiri, yaitu:

1) Guided discovery-Inquiry

“Guided discovery-inquiry” digunakan apabila dalam kegiatan pembelajaran guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas untuk siswa. Sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Dalam metode ini, siswa tidak merumuskan suatu permasalahan. Langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan siswa dan apa yang akan dikerjakan siswa disiapkan dan dijelaskan oleh guru.

Inkuiri terbimbing ini menggunakan beberapa proses “discovery”, misalnya mengamati, mengukur, menjelaskan, dan menyimpulkan. Lalu proses inkuiri yang diharapkan dapat dilakukan siswa misalnya merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, dan mengetahui beberapa konsep tentang materi yang akan dipelajari.

Keberhasilan metode ini juga dipengaruhi oleh pengalaman siswa sebelumnya dan kemampuan-kemampuannya.

2) Modified Inquiry

Dalam metode ini, guru hanya memberikan suatu permasalahan saja dan kemudian siswalah yang diundang untuk mencari sendiri cara menyelesaikan masalah tersebut melalui pengamatan atau kegiatan lainnya untuk memperoleh jawabannya. metode ini dapat digunakan oleh guru Sekolah

Dasar kelas bawah dan Taman Kanak-kanak. Siswa akan diajak untuk bereksplorasi. Metode ini juga dapat digunakan oleh kelas yang lebih tinggi dengan tambahan bahwa siswa harus merencanakan suatu prosedur penelitian yang digunakan untuk rancangan melakukan eksperimen. Dalam hal ini, guru hanya menyajikan masalah dan menyediakan alat serta bahan yang akan digunakan untuk pemecahan masalah. Siswa diberi kebebasan untuk menyelesaikan sendiri permasalahannya.

3) Free Inquiry

Dalam metode ini, siswa diajak untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang akan dipelajarinya. Dengan kata lain, siswa mulai diajak untuk mandiri dan berpikir kritis terhadap fenomena yang ada.

Berikut ini beberapa bentuk contoh pertanyaan yang disarankan sebagai suatu landasan untuk menciptakan bentuk-bentuk kegiatan “free inquiry” (Moh. Amien, 1987:144):

a. Problem-problem apakah yang terdapat dalam masyarakat kita yang ingin anda selidiki?

b. Anda telah mempelajari, misalnya tentang garam, ganggang hijau, sinar, panas, polusi, kelakuan hewan, dan sebagainya. Dari pengalaman belajar ini, problem-problem apakah yang ingin anda selidiki? (secara perorangan atau kelompok)

c. Anda telah menyelesaikan eksperimen ini. Dari eksperimen-eksperimen ini apakah yang dapat anda pikirkan? Di antara eksperimen-eksperimen yang telah

anda tetapkan atau pikirkan tersebut, yang manakah yang ingin anda lakukan?

d. Macam cerita “science fiction” apakah yang ingin anda tulis?

4) Invitation Into Inquiry

Artinya undangan atau ajakan untuk menyelidiki. Metode ini melibatkan siswa dalam proses pemecahan masalah yang caranya hampir seperti cara-cara yang dilakukan oleh para ilmuwan. Undangan tersebut memberikan suatu masalah kepada siswa, dan melalui pertanyaan tersebut siswa diajak untuk melakukan kegiatan berikut. (Moh. Amien, 1987:145)

a. Merancang eksperimen b. Merumuskan hipotesis c. Menetapkan kontrol d. Menentukan sebab-akibat e. Menginterpretasi data f. Membuat grafik

g. Menentukan peranan diskusi ddan kesimpulan dalam merencanakan percobaan/penelitian.

h. Mengenal bagaimana kesalahan eksperimental mungkin dapat dikurangi/diperkecil.

Metode ini lebih efektif apabila digunakan untuk siswa sekolah dasar tingkat atas dan sekolah menengah. Hasil dari kegiatan belajar dapat dibuat dalam bentuk tulisan untuk dibaca oleh siswa lain atau juga bisa secara lisan yang digunakan untuk berdiskusi dalam kelompok.

5) Inquiry Role Approach

Dalam Moh. Amien (1987:148,149) dijelaskan bahwa metode ini merupakan metode yang kegiatan belajarnya melibatkan siswa dalam beberapa tim yang masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan “invitation into inquiry”. Tugas dan peran masing-masing anggota tim adalah sebagai berikut.

i. Team Coordinator

“Team Coordinator” bertugas sebagai pemimpin dan penanggung jawab dalam timnya agar tercapai tujuan-tujuan belajarnya. Sebagai pemimpin, anak/orang tersebut harus dapat mengembangkan hubungan antar anggota agar kerja tim atau proses belajar tersebut dapat berjalan dengan baik.

ii. Technical Advisor

“Technical Advisor” adalah seorang ahli tugas analisis dalam membaca dan menafsirkan pernyataan-pernyataan, sehingga tujuannya dapat dimengerti oleh kelompok.

iii. Data Recorder

“Data Recorder” merupakan anggota yang bertanggung jawab dalam mengamati dan mengumpulkan data berupa fakta-fakta dan pertanyaan-pertanyaan dan menjamin bahwa anggota tim mempunyai cukup bukti untuk mendukung ide dan keputusan yang berkaitan dengan masalah.

iv. Process Evaluator

“Process Evaluator” berkerja erat dengan team coordinator untuk mengembangkan kualitas keterampilan “inquiry” kelompoknya. Ia bertanggung jawab dalam memelihara hubungan pribadi dan kerja sama antar anggota, mengevaluasi kualitas partisipasi dan anggotanya, mencatat kerja sama kelompok untuk laporan evaluasi.

Seluruh anggota tim bekerjasama dalam memecahkan masalah-masalah sesuai peranannya maasing-masing. Mereka saling membantu dan melengkapi.

6) Pictorial Riddle

Metode pembelajaran tersebut merupakan metode pembelajaran yang mengembangkan motivasi dan ketertarikan siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Pembelajarannya berawal dari penunjukan atau pemroyeksian suatu “riddle” yang biasanya berupa gambar, poster, atau proyeksi dari transparansi, kemudian guru mengungkapkan suatu pertanyaan yang berkaitan dengan “riddle”.

Dalam Moh. Amien (1987:150), untuk membuat perencanaan suatu riddle, guru harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memilih beberapa konsep atau prinsip yang akan diajarkan atau didiskusikan.

b. Melukis suatu gambar, menunjukkan suatu ilustrasi atau menggunakan potret (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi.

c. Suatu prosedur bergantian adalah untu menunjukkan sesuatu yang tidak sewajarnya, dan kemudian meminta siswa untuk mencari dan menemukan mana yang salah dengan riddle tersebut.

d. Membuat pertanyaan-pertanyaan yang berorientasikan pada proses dan berkaitan dengan riddle yang akan membantu siswa memperoleh pengertian tentang konsep atau prinsip apakah yang terlibat di dalamnya.  

7) Synectic Lesson

“Synectic Lesson” merupakan suatu pendekatan belajar yang memacu bakat-bakat kreatif siswa. Kegiatan-kegiatannya dimulai dengan kegiatan kelompok yang tidak rasional yang kemudian berkembang menuju suatu permasalahan dan pemecahan masalah yang rasional.

Pendekatan ini memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan agar dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan daya kreativitas siswa.

8) Value Clarification (kejelasan nilai-nilai)

Tujuan dari “value Clarification” adalah untuk membantu siswa dalam mengembangkan proses-proses yang digunakan dalam menentukan nilai-nilai mereka sendiri. Dalam pendekatan ini, guru harus bersifat terbuka, artinya guru menerima pandangan atau pendapat siswa dan mau membantu siswa mengungkapkan nilai-nilai lainnya.

Menurut Raths, Harmin, dan Simon dalam Moh. Amien (1987:154), nilai (value) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Dicintai/dikasih sayangi b. Diikuti/dikuatkan secara umum c. Dipilih secara bebas

d. Dipilih dari alternatif-alternatif

e. Dipilih, dan mengetahui konsekuensi-konsekuensinya f. Berkaitan erat dengan nilai lain

Sedangkan petunjuk nilai-nilai meliputi: a. Kepercayaan

b. Sikap

c. Pendapat/pandangan d. Perasaan/intuasi e. Moral. Dan sebagainya

Individu yang memiliki dan mengetahui niali-nilai pribadinya antara lain:

a. Selalu tampak gembira/bangga, percaya pada diri sendiri

b. Bersemangat/bergairah

c. Bersikap positif dalam melakukan persepsi (tanggapan daya memahami) dan reaksi

d. Konsekuen/bertanggung jawab e. Tidak emosional

f. Memiliki tujuan tertentu dalam hidupnya

Individu yang kurang memiliki dan kurang mengetahui nilai-nilai pribadinya antara lain:

a. Adaptasi/acuh tak acuh, lesu

b. Kurang/tidak percaya pada diri sendiri c. Tidak konsekuen

d. Sukar/tidak dapat menyesuaikan diri e. Mudah emosi

f. Tidak tenteram, pikiran sering/selalu kacau dan bingung

Dalam pendekatan ini, bukan hanya proses-proses kognitif tentang pencapaian moral saja yang diperhatikan tetapi juga menyangkut tentang perasaan dan emosi seseorang/individu.

Dalam Moh. Amien (1987:155) dijelaskan bahwa “nilai-nilai merupakan faktor penting yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh siswa untuk masa sekarang maupun besok. Siswa akan merasakan bahwa pendidikan nilai-nilai (value clarification education) adalah penting baginya dan mereka akan merasa senang dan bahagia untuk dapat memberikan pendapat atau ide-idenya”.

Setiap bidang ilmu pengetahuan memiliki niali-nilai penting. Tujuan “value Clarification” bukan untuk merubah nilai-nilai individu siswa, tetapi bertujuan untuk membangkitkan kesadaran tentang bagaimana seseorang atau individu-individu itu sungguh-sungguh merasakan sesuatu dan membuat keputusan-keputusannya sendiri. Pendekatan ini dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran IPA. Dari suatu materi pelajaran dapat dianalisis masalah sosialnya. Misalnya materi tentang: Hewan: Klasifikasi dan struktur. Dapat dimunculkan suatu masalah sosial, yaitu “haruskah kita mengetahui tentang bagaimana kita menentukan kira-kira kapan kita akan mati?”

Dokumen terkait