• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Pengumpulan Data dan Instrumen

Sesuai dengan peubah dan masalahnya, penelitian ini memerlukan dua macam data, yaitu ( 1 ) skor pre-test, ( 2 ) skor post-test. Pengumpulan data dan instrumennya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Pengumpulan Data dan Instrumen

PEUBAH DATA PENGUMPULAN INSTRUMEN

1. Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing Lembar Kerja kelompok

Setiap pertemuan RPP dan LKS

2. Hasil Belajar 1. Skor pre-test 2. Skor post-test 1. Pre-test 2. Post-test Soal yang sama untuk pre-test dan post-test berupa 10 soal isian singkat dan 5 soal uraian

H. Penyusunan Instrumen

1. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP dikembangkan dengan format sebagai berikut. Ada empat bagian pokok dari RPP. Yaitu (1) Identitas yang berisi nama sekolah, mata pelajaran, hari, tanggal, pertemuan ke , kelas, semester, alokasi waktu, unit/tema (2) Informasi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, dan sub materi pokok, (3) Rancangan pembelajaran, dan (4) Sumber dan media pembelajaran. Rancangan pembelajaran terdiri atas tiga bagian pokok yaitu kegiatan awal / membuka pelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/menutup pelajaran yang masing-masing ditetapkan alokasi waktunya sebagai pedoman. Untuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran.

CONTOH FORMAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Pertemuan .... Satuan Pendidikan : ... Mata Pelajaran : ... Hari, tanggal : ... Kelas : ... Semester : ... Alokasi Waktu : ... I. Standar Kompetensi II. Kompetensi Dasar III. Indikator Hasil Belajar IV. Materi Pokok

V. Sub Materi Pokok VI. Rencana Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (.... menit) 2. Kegiatan Inti (.... menit) 3. Kegiatan akhir (.... menit) VII. Sumber dan Media Pembelajaran

a. Sumber Pembelajaran

2. Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS dikembangkan dengan format sebagai berikut. Ada tiga bagian pokok dari LKS yaitu: (1) Identitas yang berisi nama sekolah, mata pelajaran, hari, tanggal, pertemuan ke , kelas, semester, alokasi waktu, unit/tema (2) Informasi tentang kompetensi dasar, indikator, materi pokok, dan sub materi pokok, (3) Kegiatan belajar, dan pada akhir pertemuan selalu dilakukan refleksi guru dan siswa.

Untuk Lembar Kerja Siswa (LKS) selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran.

CONTOH FORMAT LEMBAR KERJA SISWA (LKS) Pertemuan .... Satuan Pendidikan : ... Mata Pelajaran : ... Hari, tanggal : ... Kelas : ... Semester : ... Alokasi Waktu : ...

I. Indikator Hasil Belajar

... II. Petunjuk (untuk siswa)

... III. Kegiatan Belajar

a. Kegiatan Belajar 1

... b. Kegiatan Belajar 2

... IV. Refleksi (dijawab siswa setelah seluruh kegiatan belajar selesai):

1. Kesulitan apa yang masih kamu alami?

... 2. Bagaimana perasaanmu setelah mengikuti pembelajaran ini?

3. Penyusunan Soal-Soal Pre-test dan Post-test a. Alat ukur

Alat ukur dalam penelitian ini berupa soal pre test dan post test. Untuk pre test dan post test digunakan soal yang sama. Digunakan soal tes yang berbentuk sepuluh soal isian singkat dan lima soal uraian.

b. Jenis Validitas

Validitas adalah ukuran kemampuan alat ukur mengukur atau mengungkapkan kemampuan atau kompetensi yang diukur. Alat ukur dinyatakan valid apabila dapat mengukur atau mengungkapkan keadaan yang sebenarnya.

Jenis validitas dalam penelitian ini adalah validitas isi. Isi berarti materi pelajaran, jadi dalam penelitian ini soal disusun berdasarkan tujuan pembelajaran dengan memasukkan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada isi pembelajaran. Untuk validasi dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

Distribusi soal dapat dilihat pada kisi-kisi soal di bawah ini. Sedangkan untuk bentuk soalnya beserta kunci jawaban selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran.

Proses penyusunan soal-soal berupa tes tertulis (untuk Pre Test dan Post Test)

Jenis tes : Tes Tertulis.

Materi : Perpindahan dan penghantar panas. Soal disusun dengan kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 2. Kisi-kisi Penyusunan Soal

KD: Mendeskripsikan energi panas yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

Tujuan Pembelajaran

Nomor Soal

Isian (jumlah jawaban) Uraian

1 2 3 4 Mudah Sedang Sulit Siswa mampu

mendeskripsikan

perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

2, 5, 8, 9 4 1 3 - 13, 15 - Siswa mampu menggolong-golongkan benda penghantar panas dan yang bukan.

7, 10

6 11 - 12, 14

I. Analisis Data

1. Penentuan Skor

Penentuan skor yang akan digunakan adalah sebagai berikut. a. Soal Isian

• Soal dengan 1 jawaban

Tabel 3. Kriteria Skor soal isian 1 jawaban

Kriteria Skor

Benar 1 Salah 0

• Soal dengan 2 jawaban

Tabel 4. Kriteria Skor soal isian 2 jawaban

Kriteria Skor

Benar semua 2

Benar satu 1

Salah semua 0

• Soal dengan 3 jawaban

Tabel 5. Kriteria Skor soal isian 3 jawaban

Kriteria Skor

Benar semua 3

Benar satu 1

Salah semua 0

• Soal dengan 4 jawaban

Tabel 6. Kriteria Skor soal isian 4 jawaban

Kriteria Skor Benar semua 4 Benar tiga 3 Benar dua 2 Benar satu 1 Salah semua 0 b. Soal Uraian

Tabel 7. Kriteria Skor soal uraian

Kriteria Skor Soal Sulit 5 (skor maksimal)

Soal Sedang 3 (skor maksimal) Soal Mudah 2 (skor maksimal) Menjawab tetapi salah 1

Soal Isisan = 17 Soal Uraian = 18 + Total Skor = 35 Nilai =

x 100 = 100

2. Metode Analisis Data

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing efektif dalam pencapaian hasil belajar siswa. Maka dari itu, akan dihitung rata-rata skor pre-test dan juga rata-rata-rata-rata skor post-test untuk dibandingkan hasilnya. Perbedaan skor pre-test dan skor post-test akan diuji signifikansinya.

Rumus-rumus yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

a. Menghitung mean pre-test (x1)

N x x =

i

1

b. Menghitung mean post-test (x2)

N x x =

i

c. Menguji perbedaan mean skor pre-test dan mean skor post-test (Harapannya: x2 > x1)

Ho: x2x1 H1: x2 > x1

Diuji dengan test satu sisi, pada taraf signifikansi 5%, dengan menggunakan rumus t satu kelompok (kelompok dependen)

) 1 ( ) ( 2 2 1 2 − − − =

N N N D D x x tobs (D = x2 – x1, derajat kebebasan dB = N – 1) tobs ≤ tkrit, Ho diterima.

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian mengenai tiga hal, yaitu pelaksanaan penelitian, deskripsi data, hasil penelitian serta pembahasan. Pada bab ini akan dijelaskan gambaran tentang penelitian yang telah dilakukan di SD Kanisius Prontakan, hasil penelitian serta pembahasannya. Uraian hasil penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu “Apakah pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing tentang perpindahan dan penghantar panas efektif dalam hal pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan?”

A. Pelaksanaan Penelitian

Serangkaian kegiatan untuk melakukan penelitian tersebut dilaksanakan sebanyak tujuh kali pertemuan. Pertemuan pertama digunakan untuk mengambil data yang berupa skor dari pre tes. Data yang didapat tersebut diambil agar peneliti mengetahui kondisi awal siswa dalam pengertiannya terhadap perpidahan serta penghantar panas. Ada sedikit perubahan ketika dilakukan pre-tes, yaitu ada tiga siswa laki-laki yang tidak berangkat sekolah, dua siswa tanpa alasan dan satu siswa sakit.

Pertemuan ke dua sampai pertemuan ke lima digunakan untuk melaksanakan pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing. Pertemuan ke dua untuk

materi perpindahan panas secara konveksi pada zat cair. Pertemuan ke tiga untuk materi perpindahan panas secara konveksi pada zat gas. Pertemuan ke empat digunakan untuk perpindahan panas secara konduksi dan radiasi. Dan pertemuan ke lima, yaitu pertemuan pembelajaran terakhir adalah untuk materi penggolongan benda penghantar panas yang baik/konduktor dan benda penghantar panas yang buruk/isolator.

Setiap pertemuan pembelajaran siswa melakukan percobaan dalam kelompok dengan alat-alat yang sudah dipersiapkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, diharapkan siswa dapat bekerja dengan kelompoknya untuk menemukan pengetahuannya sendiri melalui percobaan-percobaan yang dilakukan, namun pada kenyataannya peneliti masih banyak berperan, terutama pada pembelajaran yang pertama. Siswa masih kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan sebelum pembelajaran atau pada waktu apersepsi. Pada pertemuan selanjutnya siswa mengalami peningkatan sedikit demi sedikit dalam hal sikap. Mereka mulai berani untuk mengajukan pertanyaan, namun dalam kegiatannya dan dalam penggunaan alat tidak jarang siswa masih meminta bantuan peneliti. Hal ini peneliti maklumi, karena mereka memang rata-rata belum pernah menggunakan alat seperti stopwatch, pembakar spiritus, tabung piala, dan sebagainya.

Setiap awal pembelajaran setelah apersepsi, peneliti menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan siswa dan nama alat-alat yang akan digunakan serta mendemonstrasikan penggunaannya, namun karena ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan dan sulit menangkap penjelasan

cepat dan singkat, maka ada beberapa siswa masih bertanya dan meminta bantuan dalam kegiatannya. Saat pengerjaan soal-soal dalam Lembar Kerja juga siswa kadang-kadang masih tetap membutuhkan bimbingan dari peneliti. Selanjutnya, untuk mengetahui peningkatan pencapaian hasil belajar, peneliti mengadakan post tes pada pertemuan ke enam. Post tes tersebut menggunakan soal yang sama, baik jumlah maupun pertanyaan yang sama dengan soal yang digunakan untuk pre tes. Siswa yang mengikuti post tes hanya 13 siswa, karena ada dua siswa yang tidak mengikuti proses sama sekali sejak pertemuan pertama hinggga pertemuan terakhir dan satu siswa lagi yang tidak mengikuti pre test sehingga siswa tidak dimasukkan sebagai sampel. Hal tersebut merupakan hal biasa bagi sekolah, mengingat lokasi penelitian yang belum begitu maju. Kesadaran masyarakat untuk belajar atau memotivasi anak agar bersekolah masih kurang.

Pertemuan terakhir peneliti gunakan untuk pengisian quisioner dari dosen peneliti untuk mengetahui perasaan siswa selama pembelajran dengan metode inkuiri terbimbing berlangsung. Pada saat pengisian quesioner peneliti benar tidak ikut campur, sehingga apa yang siswa jawab benar-benar merupakan jawaban dari siswa sendiri tanpa dipengaruhi peneliti untuk kepentingan tertentu. Peneliti hanya menjelaskan maksud dari pertanyaan yang tidak dipahami oleh siswa saja.

Penelitian ini berlangsung tidak seperti yang direncanakan pada awal mula. Ada hal yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh peneliti sehingga banyak terjadi perubahan pada waktu pelaksanaan. Hal itu disebabkan karena

siswa kelas VI sedang dalam masa ujian praktek, uji coba dan sebaginya, sedangkan jumlah guru pada sekolah tempat penelitian berjumlah sangat terbatas, bahkan kurang. Jadi, peneliti terpaksa mengubah waktu bahkan mengurangi waktu pembelajaran.

Selain merasa kurang puas akan waktu pelaksanaan, peneliti juga merasa kurang puas karena banyak sekali kelemahan atau kekurangan saat menjadi guru. Peneliti merasa belum mampu menerapkan metode inkuiri terbimbing dengan baik. Hal itu didukung dengan perolehan atau pencapaian hasil belajar yang akan dibahas selanjutnya.

B. Deskripsi Data

Pemerolehan data pada penelitian ini merupakan data kuantitatif. Data kuantitatif tersebut diperoleh dari pengerjaan soal-soal pada saat Pre-Tes dan Post-Tes oleh siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. Jumlah siswa seharusnya adalah 16 anak, namun yang mengikuti tes hanya 13 anak karena ada 2 anak yang tidak masuk sekolah dan 1 tidak mengikuti pre test. Pre-tes dilakukan sebelum pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa. Sedangkan post-tes dilakukan setelah seluruh pertemuan atau pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing. Berikut ini adalah hasil pre-test dan post-test siswa dengan KKM yang telah ditetapkan oleh SD Kanisius Prontakan sebesar 62.

Tabel 8. Hasil Pre-Tes

No. Nama Skor Nilai

Keterangan Tuntas Tidak Tuntas

1. Robertus Bejowuri 10 29 √

2. Antonia Veriasih 8 23 √

3. Aluysius Aven P. 17 49 √

4. Y. Bayu Priyantoro 11 31 √

5. Ch. Ika Sri Utari 25 71 √

6. Dani 11 31 √ 7. Margareta Kasihani 16 46 √ 8. Margareta Noviani 21 60 √ 9. M. Agus Benizi 19 54 √ 10. Nurbertus Juni F. 20 57 √ 11. Paulina Berliani 14 40 √ 12. Prihatin 8 23 √ 13. Elisabet Yuli 26 74 √ Total 206 588 Rata-rata 15,85 45,23 Tertinggi 26 74 Terendah 8 23

Persentase siswa yang mencapai KKM yaitu 15,38%. Persentase siswa yang tidak mencapai KKM yaitu 84,62%

Tabel 9. Hasil Post-Tes

No. Nama Skor Nilai

Keterangan Tuntas Tidak Tuntas

1. Robertus Bejowuri 15 43 √

2. Antonia Veriasih 15 43 √

3. Aluysius Aven P. 23 66 √

4. Y. Bayu Priyantoro 19 54 √

5. Ch. Ika Sri Utari 29 83 √

6. Dani 13 37 √ 7. Margareta Kasihani 22 63 √ 8. Margareta Noviani 30 86 √ 9. M. Agus Benizi 21 60 √ 10. Nurbertus Juni F. 27 77 √ 11. Paulina Berliani 28 80 √ 12. Prihatin 19 54 √ 13. Elisabet Yuli 29 83 √ Total 290 829 Rata-rata 22,31 63,76 Tertinggi 30 86 Terendah 13 37

Persentase siswa yang mencapai KKM yaitu 53,85%. Persentase siswa yang tidak mencapai KKM yaitu 46,15%

Tabel 10. Peningkatan Skor Siswa No. Nama x1 x2 D 1 Bejo 10 15 5 25 2 Veri 8 15 7 49 3 Aven 17 23 6 36 4 Bayu 11 19 8 64 5 Ika 25 29 4 16 6 Dani 11 13 2 4 7 Kasih 16 22 6 36 8 Novi 21 30 9 81 9 Beni 19 21 2 4 10 Nur 20 27 7 49 11 Ani 14 28 14 196 12 Atin 8 19 11 121 13 Yuli 26 29 3 9

Σ

206 290 84 690 Keterangan:

x1 = skor awal siswa/skor pre-test

x2 = skor akhir siswa/ skor post-test

D = selisih skor perolehan siswa dari pre-test dan post-test (X2-X1) / kenaikan skor

Berdasarkan data perolehan skor yang disajikan dalam tabel 8. dan tabel 9. dapat dilihat pula dari tabel 10. tentang selisih perolehan skor pre-test dan post-test bahwa ada siswa yang mengalami banyak peningkatan namun ada pula yang hanya mengalami sedikit peningkatan. Peningkatan skor tertinggi adalah 14 dan peningkatan skor terendah adalah 2.

C. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan hasil dari analisis data. Hasil tersebut diperoleh dari peningkatan skor dan nilai atau hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing. Cara menghitung efektif atau tidaknya penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah dengan mencari atau menghitung rata-rata skor atau rata-rata nilai pre-tes dan juga post-tes lalu hasilnya dibandingkan. Perbedaan skor atau nilai tersebut diuji signifikansinya.

a. Menghitung mean pre-tes

      =    N

x x =

i

      5,85 

b. Menghitung mean post-tes

N x x =

i 2   ,

c. Menghitung perbedaan skor pre-tes dan post-tes

Perbedaan skor perolehan hasil belajar siswa yang diharapkan adalah

1 2

x

x >

H

o

: x

2

x

1

H1: x

2

>x

1

Perolehan hasil belajar siswa diuji dengan test satu sisi, pada taraf signifikansi 5%, dengan menggunakan rumus t satu kelompok (kelompok dependen) ) 1 ( ) ( 2 2 1 2 − − − =

N N N D D x x tobs   (D = x2 – x1, derajad kebebasan dB = N – 1)

tobs

tkrit

, Ho diterima.

) 1 ( ) ( 2 2 1 2 − − − =

N N N D D x x tobs ) 1 13 ( 13 13 ) 84 ( 690 85 , 15 31 , 22 2 − − − = obs t ) 12 ( 13 13 7056 690 46 , 6 − = obs t 156 77 , 542 690 46 , 6 − = obs t 156 23 , 147 46 , 6 = obs t 94 , 0 46 , 6 = obs t 97 , 0 46 , 6 = obs t 66 , 6 = obs t dB = N – 1 = 13 – 1 = 12

tkrit

atau harga kritis pada taraf signifikansi 5% pada derajad kebebasan 12 adalah 2,179.

D. Pembahasan 1. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil dari analisis data di atas, diperoleh data-data sebagai berikut. Mean atau rata-rata skor pre test (x1) adalah 15,85 ; mean skor post test (x2) adalah 22,31; tobs sebesar 6,66 dan derajad kebebasannya adalah 12 (dari N-1, di mana N=jumlah seluruh siswa yang melakukan test, yaitu 13). Untuk uji signifikansinya peneliti mengambil taraf 5%. Harga kritis pada taraf signifikansi 5 % dengan derajat kebebasan (dB) 12 adalah 2,179.

Penelitian ini dikatakan efektif apabila terjadi peningkatan pencapaian hasil belajar yang signifikan setelah dilakukan uji signifikasi. Dari data dan analisisnya, diperoleh hasil tobs > tkrit = 6,66 > 2,179. Pencapaian hasil belajar siswa berada di atas harga kritis, jadi jelas bahwa ada peningkatan.

2. Peningkatan Hasil

Data awal yang diperoleh peneliti adalah data skor setelah dilakukan Pre-test. Dari nilai siswa yang peneliti olah dari data skor tersebut, peneliti mengetahui jumlah siswa yang memenuhi dan yang tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah

ditetapkan. Dari 13 siswa, hanya ada 2 siswa yang memenuhi KKM, dan 11 siswa belum memenuhi KKM. Jika diubah dalam bentuk persentase, sebanyak 15,38 % dinyatakan layak lulus dan 84,62% dinyatakan tidak layak lulus.

Data ke dua adalah data skor dari post-test. Dari nilai siswa, ada 7 siswa yang memenuhi KKM, dan 6 siswa tidak memenuhi KKM. Jika dipersentasekan, sebanyak 53,85 % dinyatakan layak lulus dan 46,15% dinytakan tidak layak lulus.

Dari pre-test dan post-test yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa peningkatan yang terjadi masih sedikit. Besar kecilnya peningkatan pencapaian hasil belajar siswa lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 8. , tabel 9. , dan tabel 10. di atas.

3. Pelaksanaan

a. Kualitas Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian ini peneliti rasakan masih belum optimal. Karena terganggu oleh jadwal ujian praktek kelas VI dan keterbatasan jumlah guru, konsentrasi peneliti menjadi kurang terfokus dan pembelajaran belum berjalan sesuai rencana. Selain itu, peneliti juga belum banyak berpengalaman menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran.

Pengalaman siswa sebelumnya dan kemampuan-kemampuan siswa yang diteliti juga menjadi faktor penentu keberhasilan

penerapan metode inkuiri terbimbing ini dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran, terutama saat pertemuan pertama siswa masih merasakan bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. Namun walau begitu sudah tampak ketertarikan dan semangat siswa untuk melakukan pembelajaran.

Untuk pertemuan berikutnya, siswa tampak antusias dan bersemangat ingin segera belajar. Terlihat dan sering terdengar dari mereka keingintahuan mereka tentang apa lgi kira-kira yang akan mereka pelajari. Mereka tampak senang namun masih tetap membutuhkan bimbingan dari guru/peneliti.

Dari segi alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembelajaran, peneliti sudah sangat mengusahakan. Sekolah tempat penelitian tergolong sangat minim alat peraga. Jadi alat dan bahan yang dibutuhkan sebagian besar disiapkan oleh peneliti. Alat dan bahan tersebut pun sudah cukup membuat siswa tertarik, karena mereka belum pernah melihatnya bahkan menggunakannya.

Penelitian tersebut sangat bermanfaat, tidak hanya bagi peneliti saja namun bagi guru lain di sekolah tersebut. Guru menjadi tertarik dengan metode yang dipergunakan dan termotivasi untuk menciptakan pembelajaran yang mengaktifkan.

b. Nilai Positif dari Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Terbimbing

Dari penelitian yang sudah dilaksanakan, peneliti menemukan beberapa hal positif dari pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing.

Dari siswa, banyak hal mengejutkan yang peneliti rasakan. Dalam hal sikap, siswa menjadi semakin dapat memupuk kerjasama dengan teman. Dalam pembagian kelompok, peneliti membagi secara heterogen, tiap kelompok terdapat siswa yang tergolong pintar dan kurang pintar, dengan harapan agar siswa yang pintar dapat membimbing dam membantu balajar siswa yang kurang pintar. Selanjutnya, di samping memupuk kerja sama pembelajaran ini menumbuhkan keberanian siswa untuk mengungkapkan pertanyaan dan pendapat mereka.

Dalam situasi dan proses pembelajaran juga tampak banyak perbedaan dari pembelajaran biasanya. Siswa tampak lebih ceria, senang, bersemangat dan rasa ingin tahunya tumbuh. Berbeda dari pembelajaran biasanya yang lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, siswa belajar dengan metode tersebut tampak bosan dan tidak berminat untuk belajar, dengan kata lain, siswa malas-malasan. Mereka sering terlihat mengantuk dan tidak bersemangat. Tidak ada antusias untuk melakukan sesuatu, tidak banyak pertanyaan yang mereka ungkapkan, tidak banyak pula

tanggapan untuk menjawab pertanyaan dari guru. Siswa cenderung pasif sebagai penerima atau wadah saja, sedangkan guru cenderung aktif dan sebagai pentransfer konsep.

Dari peneliti sendiri, hal positif yang dapat dirasakan adalah peneliti menjadi senang dan termotivasi untuk mencobakan metode-metode belajar baru yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan materi yang akan dipelajari. Peneliti ingin membuat siswa senang belajar.

Dari guru-guru tempat penelitian, guru-guru merasa tertarik dengan metode pembelajaran yang peniliti cobakan. Mereka ingin menciptakan situasi pembelajaran siswa aktif.

c. Nilai Negatif dari Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Terbimbing

Nilai negatif dari pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing tidak banyak dirasakan dan ditemukan oleh peneliti. Pembelajaran tersebut memang berhasil memupuk kerjasama dalam kelompok namun justru menciptakan persaingan antar kelompok. Yang peneliti inginkan sebenarnya terjadi komunikasi antar kelompok. Pada saat pengambilan alat dan bahan untuk percobaan juga terjadi hal-hal yang kurang baik, ada beberapa siswa yang berebut dan berujung kekesalan dan permusuhan.

4. Keterbatasan Penelitian

Yang menjadikan penelitian tersebut terbatas adalah dalam hal peralatan, waktu, kemampuan peneliti dan kemampuan siswa yang diteliti.

Dalam hal peralatan, peneliti menemukan kesulitan untuk pengadaannya karena sekolah tempat penelitian tidak memiliki alat-alat yang dibutuhkan.

Untuk waktu pelaksanaan, penelitian banyak terganggu karena rencana waktu pelaksanaan mendekati tes kendali mutu tengah semester. Akhirnya penelitian menjadi tertunda. Selain itu juga ada beban lain yaitu berhubungan dengan kewajiban ujian praktek dan uji coba untuk siswa kelas VI dengan jumlah guru yang kurang. Padahal waktu pengambilan data untuk penelitian tersebut telah ditentukan oleh pihak yang berwenang. Peneliti merasa kesulitan mengatur waktu dan menjaga kesehatan tubuh. Sehingga pada saat pertemuan ke dua peneliti melakukan penelitian dengan kondisi tidak sehat.

Kemampuan peneliti tentang metode yang diteliti juga masih kurang mendalam dan tentunya menjadi faktor yang membuat penelitian terlaksana kurang baik. Hal itu berpengaruh dalam pengolahan proses pembelajaran.

Faktor lain yang membatasi penelitian ini adalah kemampuan siswa dan pengalaman sebelumnya. Siswa belum berpengalaman menggunakan atau mengoperasikan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dan

belum terbiasa belajar dengan metode yang menuntut mereka untuk menemukan pengetahuannya sendiri.

62 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 13 siswa Kelas IV SD Kanisius Prontakan tahun ajaran 2009/2010 dan dari hasil pengolahan data, dapat dilihat bahwa setelah melakukan kegiatan belajar IPA pada materi perpindahan dan penghantar panas dengan metode Inkuiri Terbimbing terjadi peningkatan dalam hal perolehan hasil belajar. Skor rata-rata pada saat pre test adalah 15,85 dan jika dinyatakan dalam bentuk nilai yang sudah diolah, persentase siswa yang dinyatakan memenuhi KKM adalah 15,38%. Sedangkan skor rata-rata post test adalah 22,31, persentase siswa yang dinyatakan memenuhi KKM 53,84 % .

Dari mean skor pre test dan mean skor post test dilakukan uji t dan didapat tobs sebesar 6,66, sedangkan tkrit pada taraf 5% yaitu sebesar 2,179.

tobs > tkrit = 6,66 > 2,179. Artinya ada perbedaan secara signifikan antara mean skor pre test dan mean skor post test.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing efektif dalam pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas pada siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. Dengan begitu metode Inkuiri Terbimbing perlu digunakan dalam pembelajaran IPA.

B. Saran

Untuk penelitian serupa yang akan datang, peneliti harus benar-benar

Dokumen terkait