• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar pada siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar pada siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan."

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

viii   

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA TENTANG PERPINDAHAN DAN PENGHANTAR PANAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DALAM HAL PENCAPAIAN HASIL BELAJAR PADA

SISWA KELAS IV SD KANISIUS PRONTAKAN Kristofora Ratna Raras

Universitas Sanata Dharma 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan.

Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Prontakan cabang Magelang pada semester 2 tahun ajaran 2009/2010, tepatnya pada bulan April 2010. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 13. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode inkuiri terbimbing. Perpindahan panas yang dibahas dalam penelitian ini adalah perpindahan panas secara konveksi, konduksi dan radiasi, sedangkan yang dimaksud penghantar panas adalah penggolongan benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik dan benda yang sulit menghantarkan panas. KKM mata pelajaran IPA untuk SD Kanisius Prontakan adalah 62. Pengumpulan datanya dengan pemberian pre test dan post test. Efektivitas pencapaian hasil belajar dalam penelitian ini ditentukan dengan membandingkan mean pre test dan post test.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan metode Inkuiri Terbimbing pada materi perpindahan dan penghantar panas cukup efektif untuk siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pencapaian hasil belajar. Pada waktu dilakukan pre test hanya 2 atau sekitar 15,38 % siswa yang mencapai KKM, sedang pada post test, jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 7 atau sekitar 53,84% siswa. Setelah dihitung, mean pre testnya sebesar 15,85; mean post test sebesar 22,31; dan setelah dilakukan uji t didapat tobs sebesar 6,66 sedangkan harga kritis pada taraf

signifikansi 5 % adalah 2,179. Oleh karena tobs lebih besar daripada tkrit , berarti

ada perbedaan yang signifikan antara mean pre test dan mean post test.

(2)

ix   

ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF SCIENCE LEARNING ABOUT TRANSFER AND CONDUCTOR OF HEAT USING GUIDED INQUIRY METHOD ON ATTAINING RESULT OF STUDY ON FOURTH GRADE STUDENTS OF

KANISIUS PRONTAKAN ELEMENTARY SCHOOL

Kristofora Ratna Raras Sanata Dharma University

2010

This research is aimed to find out the effectiveness of science learning abaout transfer and conductor of heat using Guided Inquiry method on attaining result of study on fourth grade students of Kanisius Prontakan Elementary School.

The research is done in Kanisius Prontakan Elementary School in Magelang on the second semester in the educational year of 2009/2010, exactly in April 2010. The subject of the research is fourth grade that amount of thirteen students. Learning method that used in this research is Guided Inquiry method. Heat transfer that discussed in this research is heat transfer on convection, conduction, and radiation ways, meanwhile heat conduction there is classify goods that can transmit heat better and goods that cannot transmit heat. Minimum Completeness Criteria on science for Kanisius Prontakan Elementary School is 62. The data gathering is done by giving pre test and post test. The effectiveness of study outcome is determined by compare the mean of pre test and post test.

The result of analyzing data shows that the use of Guided Inquiry method on transfer and heat conductor is effective enough to fourth grade students of Kanisius Prontakan Elementary School. This is proved by the increasing of attaining study outcome. There just 2 or about 15,38% students that achieved Minimum Completeness Criteria on pre test, on post test, there are 7 or about 53,84% student achieved the Minimum Completeness Criteria. After being count, the mean of pre test is 15,85; the mean of post test is 22,31; and after t test it’s found tobs is 6,66 while tkrit or critical value on significant standard 5% is 2,179. Because tobs is bigger than tkrit, it means there is a significant difference between the mean of pre test and post test.

(3)

EF

PERPI

MEN

D

PADA

PRO F

EKTIVIT

INDAHAN

NGGUNAK

DALAM H

A SISWA

Diajuk Mem Program OGRAM ST J FAKULTA UN

TAS PEMB

N DAN PE

KAN MET

HAL PENC

KELAS I

kan untuk M mperoleh G m Studi Pen

Kristof NIM UDI PEND JURUSAN I S KEGURU NIVERSITA YO

BELAJAR

ENGHAN

TODE IN

CAPAIAN

IV SD KA

SKRIPSI

Memenuhi S Gelar Sarjan ndidikan Gu

oleh: fora Ratna R M: 08113419

IDIKAN G ILMU PEN UAN DAN I AS SANATA GYAKART 2010

RAN IPA

NTAR PAN

KUIRI TE

N HASIL B

ANISIUS P

(4)

EF

PERPI

MEN

D

PADA

PRO F

EKTIVIT

INDAHAN

NGGUNAK

DALAM H

A SISWA

Diajuk Mem Program OGRAM ST J FAKULTA UN

TAS PEMB

N DAN PE

KAN MET

HAL PENC

KELAS I

kan untuk M mperoleh G m Studi Pen

Kristof NIM UDI PEND JURUSAN I S KEGURU NIVERSITA YO i

BELAJAR

ENGHAN

TODE IN

CAPAIAN

IV SD KA

SKRIPSI

Memenuhi S Gelar Sarjan ndidikan Gu

oleh: fora Ratna R M: 08113419

IDIKAN G ILMU PEN UAN DAN I AS SANATA GYAKART 2010

RAN IPA

NTAR PAN

KUIRI TE

N HASIL B

ANISIUS P

(5)
(6)
(7)

iv   

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya yang sederhana ini kupersembahkan untuk: 1. Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus yang selalu menjaga,

membimbing, memberkati dan menolongku 2. Almamaterku, Universitas Sanata Dharma 3. Ibuku dan keluargaku tercinta 4. Untuk Kakak, (Ardhiaka Agus Saputra) dan keluarga tercinta

(8)

v   

MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu

akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”

(Lukas 11:9)

Seseorang berkata:

“Urip golek Urup”

“Kesalahan adalah bagian penting dari suatu proses belajar karena

dari kesalahan tersebut kita belajar untuk menjadi benar. ”

“Melakukan Kesalahan tidak selalu buruk, selama kita tidak

menjadikannya sebagai kebiasaan.”

(9)

vi   

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 Oktober 2010

Penulis

(10)

vii   

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Kristofora Ratna Raras

Nomor Mahasiswa : 081134193

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA TENTANG PERPINDAHAN DAN PENGHANTAR PANAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DALAM HAL PENCAPAIAN HASIL BELAJAR PADA

SISWA KELAS IV SD KANISIUS PRONTAKAN

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Intenet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal: 7 Oktober 2010 Yang menyatakan

(11)

viii   

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA TENTANG PERPINDAHAN DAN PENGHANTAR PANAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DALAM HAL PENCAPAIAN HASIL BELAJAR PADA

SISWA KELAS IV SD KANISIUS PRONTAKAN Kristofora Ratna Raras

Universitas Sanata Dharma 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan.

Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Prontakan cabang Magelang pada semester 2 tahun ajaran 2009/2010, tepatnya pada bulan April 2010. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 13. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode inkuiri terbimbing. Perpindahan panas yang dibahas dalam penelitian ini adalah perpindahan panas secara konveksi, konduksi dan radiasi, sedangkan yang dimaksud penghantar panas adalah penggolongan benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik dan benda yang sulit menghantarkan panas. KKM mata pelajaran IPA untuk SD Kanisius Prontakan adalah 62. Pengumpulan datanya dengan pemberian pre test dan post test. Efektivitas pencapaian hasil belajar dalam penelitian ini ditentukan dengan membandingkan mean pre test dan post test.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan metode Inkuiri Terbimbing pada materi perpindahan dan penghantar panas cukup efektif untuk siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pencapaian hasil belajar. Pada waktu dilakukan pre test hanya 2 atau sekitar 15,38 % siswa yang mencapai KKM, sedang pada post test, jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 7 atau sekitar 53,84% siswa. Setelah dihitung, mean pre testnya sebesar 15,85; mean post test sebesar 22,31; dan setelah dilakukan uji t didapat tobs sebesar 6,66 sedangkan harga kritis pada taraf

signifikansi 5 % adalah 2,179. Oleh karena tobs lebih besar daripada tkrit , berarti

ada perbedaan yang signifikan antara mean pre test dan mean post test.

(12)

ix   

ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF SCIENCE LEARNING ABOUT TRANSFER AND CONDUCTOR OF HEAT USING GUIDED INQUIRY METHOD ON ATTAINING RESULT OF STUDY ON FOURTH GRADE STUDENTS OF

KANISIUS PRONTAKAN ELEMENTARY SCHOOL

Kristofora Ratna Raras Sanata Dharma University

2010

This research is aimed to find out the effectiveness of science learning abaout transfer and conductor of heat using Guided Inquiry method on attaining result of study on fourth grade students of Kanisius Prontakan Elementary School.

The research is done in Kanisius Prontakan Elementary School in Magelang on the second semester in the educational year of 2009/2010, exactly in April 2010. The subject of the research is fourth grade that amount of thirteen students. Learning method that used in this research is Guided Inquiry method. Heat transfer that discussed in this research is heat transfer on convection, conduction, and radiation ways, meanwhile heat conduction there is classify goods that can transmit heat better and goods that cannot transmit heat. Minimum Completeness Criteria on science for Kanisius Prontakan Elementary School is 62. The data gathering is done by giving pre test and post test. The effectiveness of study outcome is determined by compare the mean of pre test and post test.

The result of analyzing data shows that the use of Guided Inquiry method on transfer and heat conductor is effective enough to fourth grade students of Kanisius Prontakan Elementary School. This is proved by the increasing of attaining study outcome. There just 2 or about 15,38% students that achieved Minimum Completeness Criteria on pre test, on post test, there are 7 or about 53,84% student achieved the Minimum Completeness Criteria. After being count, the mean of pre test is 15,85; the mean of post test is 22,31; and after t test it’s found tobs is 6,66 while tkrit or critical value on significant standard 5% is 2,179. Because tobs is bigger than tkrit, it means there is a significant difference between the mean of pre test and post test.

(13)

x   

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih, yang senantiasa memberikan rahmat, petunjuk, dan kasihnya hingga skripsi ini pada akhirnya selesai dikerjakan. Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran IPA tentang Perpindahan dan Penghantar Panas dengan Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing dalam Hal Pencapaian Hasil Belajar Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Prontakan” ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis sangat yakin bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan, bimbingan, nasihat, kerjasama dan bantuan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak yang tidak semua dapat penulis sebutkan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Puji Purnomo, M. Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah banyak berupaya agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsinya.

3. Ibu Dra. Maslichah Asy’ari, M. Pd., selaku dosen Pembimbing I yang selalu sabar memberikan bimbingan, semangat dan bantuan selama penulis mengerjakan karya ilmiah ini serta memberi ketenangan dan mencarikan jalan keluar ketika penulis dan teman-teman menghadapi masalah.

4. Bapak Drs. Fr. Kartika Budi, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang sudah berusaha sekuat tenaga untuk memberikan bimbingan walau dalam keadaan tidak sehat.

(14)

xi   

6. Seluruh dosen PGSD maupun dari luar PGSD yang pernah memberikan bekal ilmu selama penulis menuntut ilmu di PGSD Universitas Sanata Dharma.

7. Segenap karyawan PGSD dan BAAK yang banyak membantu dan penuh dengan kesabaran melayani dan memberikan kemudahan dalam administrasi.

8. Bapak Heribertus Suwarsono selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Prontakan yang telah memberikan tempat belajar mengajar, membantu penulis dalam banyak hal, mendukung serta memberikan ijin dan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian dan mengerjakan skripsi ini. 9. Ibu Maria Goreti Rahayu Setyowati, S. Pd., yang telah bersedia

membantu penulis dan merelakan waktunya untuk menjadi guru pamong.

10.Para guru SD Kanisius Prontakan yang selalu memberikan dukungan, bantuan menjagakan kelas IV yang sering penulis tinggal, memberikan semangat, dan doanya.

11.Murid-murid SD Kanisius prontakan terutama Kelas IV yang telah banyak mendukung serta membantu penulis dengan kerja samanya ketika penulis mempersiapkan, melakukan penelitian dan mengerjakan skripsi.

12.Ibuku tercinta, Florentina Suratmi yang menjadi semangat penulis menyelesaikan karya ini. Ibu yang tegar dan tidak pernah lelah ataupun lupa untuk mendoakan dan memenuhi kebutuhan penulis yang tidak sedikit.

13.Kakak-kakakku yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta pertolongan.

14.Ardhiaka Agus Saputra yang selalu setia di sampingku, mengantar kemanapun penulis pergi, membantu penulis ketika mengalami kesulitan serta memberikan kasih sayangnya yang tiada henti.

(15)

xii   

16.Ayah, kakak-kakak, dan adik-adik di Muntilan atas pengertian dan doanya.

17.Mas Gendon yang telah banyak membantu dan mendukung. Terima kasih camcordernya.

18.Suster Rosari, AK atas doanya.

19.Pak Yoyon, donatur sekolah atas kebijaksanaan, dukungan dan doanya. 20.Teman-teman penulis (Mbak Iznu, Roni, Ocha, Pongky, dkk) yang

sering menanyakan kapan penulis selesai mengerjakan skripsi dan ujian. Terutama untuk mbak Iznu yang menyediakan tempat untuk beristirahat. 21.Teman-teman kelompok Penelitian Kolaboratif IPA ( Yuli, Lilis,

Hartini, dan Wiyan) yang telah banyak dan sabar memberikan bantuan kepada penulis yang masih kurang berpengalaman membuat karya ilmiah.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan kekeliruan karena penulis adalah seseorang yang sedang belajar. Namun penulis berharap, semoga karya sederhana yang jauh dari sempurna ini dapat berguna bagi teman-teman mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma yang akan melakukan penelitian dan menghasilkan karya tulis yang lebih baik.

(16)

xiii   

DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 7

(17)

xiv   

D. Batasan Pengertian ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... 10

B. Metode Pembelajaran 1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 11

2. Macam Metode Pembelajaran ... 11

C. Metode Inkuiri 1. Pengertian Metode Inkuiri ... 15

2. Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan atau Metode Inkuiri ... 16

3. Proses Belajar Melalui Inkuiri ... 17

4. Peranan Guru dan Proses Belajar-Mengajar Melalui Metode Inkuiri ... 18

5. Macam-macam Metode Inkuiri ... 18

6. Kekurangan dan Kelebihan Metode Inkuiri Terbimbing... 26

D. Perpindahan Panas ... 28

E. Benda Penghantar dan Bukan Penghantar Panas ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

C. Peubah ... 32

D. Jenis Penelitian ... 33

E. Desain Penelitian ... 33

F. Perlakuan ... 33

(18)

xv   

1. Penyusunan RPP ... 35 2. Penyusunan LKS ... 37 3. Penyusunan Soal-soal Pre Test dan Post Test ... 39 I. Analisis Data

1. Penentuan Skor ... 41 2. Metode Analisis Data ... 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian ... 45 B. Deskripsi Data ... 48 C. Hasil Penelitian ... 52 D. Pembahasan

1. Hasil Penelitian ... 55 2. Peningkatan Hasil ... 55 3. Pelaksanaan

a. Kualitas Pelaksanaan ... 56 b. Nilai Positif dari Pembelajaran dengan Metode Inkuiri

Terbimbing ... 58 c. Nilai Negatif dari Pembelajaran dengan Metode Inkuiri

Terbimbing ... 59 4. Keterbatasan Penelitian ... 60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(19)

xvi   

DAFTAR GAMBAR

(20)

xvii   

DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman

Tabel 1. Pengumpulan Data dan Instrumen ... 34

Tabel 2. Kisi-kisi Penyusunan Soal ... 40

Tabel 3. Kriteria Skor Soal Isian 1 Jawaban... 41

Tabel 4. Kriteria Skor Soal Isian 2 Jawaban... 41

Tabel 5. Kriteria Skor Soal Isian 3 Jawaban... 41

Tabel 6. Kriteria Skor Soal Isian 4 Jawaban... 42

Tabel 7. Kriteria Skor Soal Uraian... 42

Tabel 8. Hasil Pre Test ... 49

Tabel 9. Hasil Post Test ... 50

(21)

xviii   

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: RPP Lampiran 2: LKS

Lampiran 3: Soal Pre Test dan Post Test Lampiran 4: LKS yang sudah diisi Siswa

Lampiran 5: Soal Pre Test dan Post Test yang Sudah Dikoreksi

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki Sumber Daya Alam yang berlimpah. Untuk menjadi negara yang maju dengan memanfaatkan kekayaan yang ada maka masyarakat memerlukan pendidikan yang cukup sesuai bidangnya. Pendidikan tersebut tidak hanya untuk kemajuan negara namun juga demi kelestarian alam, mengingat alam sangat berpengaruh pada kehidupan manusia.

Pemerintah berupaya keras dalam bidang pendidikan demi kemajuan sumber daya manusia. Sebagai bukti dari upaya itu adalah dengan perbaikan kurikulum pendidikan dari periode ke periode pemerintahan. Kurikulum pendidikan saat ini ditetapkan sebagai Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP pada dasarnya adalah KBK yang dikembangkan. Dalam kurikulum tersebut tiap-tiap satuan pendidikan menyusun seluruh administrasi sekolah masing-masing berdasarkan potensi dan keadaan sekolah itu sendiri, membuat kebijakan-kebijakan sekolah dan melaksanakan pendidikan sesuai programnya masing-masing.

(23)

hidup yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik sebagai bekal untuk masa depannya. Tidak hanya kecakapan dalam hal menerima ilmu namun kecakapan dalam hal proses dan keterampilan untuk mendapatkan ilmu pengetahuannya.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok di jenjang pendidikan sekolah dasar, bahkan IPA juga digunakan sebagai salah satu mata pelajaran untuk Ujian Negara atau Ujian Akhir yang berstandar Nasional (UASBN). Maka dari itu, agar didapat hasil yang baik tentunya metode pembelajarannya pun harus benar-benar dipersiapkan dengan matang dan diperhatikan oleh guru.

IPA berkaitan dengan alam dan seisinya, yang merupakan tempat hidup siswa lengkap dengan peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala alam yang terjadi. Untuk itu, dalam mencari tahu dan menanamkan konsep-konsep IPA kepada siswa alangkah lebih baik apabila pembelajarannya dilakukan secara kongkrit. Dari benda-benda dan proses yang nyata tersebut diharapkan dapat membuat anak belajar yang sesungguhnya, sehingga hasil dari belajar IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan-pengetahuan atau konsep-konsep yang sudah ada dan telah dibukukan saja, namun hasil belajar yang didapat melalui suatu proses penemuan ataupun pembuktian oleh anak sendiri.

(24)

tersimpan untuk jangka waktu yang lebih lama bahkan tidak akan terlupakan, daripada pengetahuan yang hanya didapatnya dengan cara menghafalkan.

Selama ini metode yang digunakan oleh sebagian besar guru untuk mengajar IPA di sekolah dasar adalah metode mengajar yang masih tradisional dan bersifat informatif, yaitu guru cenderung menggunakan metode bercerita, berceramah, atau bahkan mendikte, dan siswa hanya duduk, mendengarkan dan mencatat. Metode yang digunakan terkesan tidak menyenangkan dan siswa tidak berperan banyak dalam belajarnya. Dalam pembelajaran secara tradisional bukan siswa yang aktif namun guru yang lebih aktif dan menjadi pusat dalam pembelajaran. Siswa hanya berperan sebagai penerima informasi. Siswa tidak aktif mencari pengetahuannya dan hanya membayangkan hal-hal yang diceritakan oleh gurunya. Jadi pengetahuan-pengetahuan yang belum pernah dilihatnya tidak dapat dibayangkan sama sekali. Maka dari itu biasanya siswa menjadi kurang termotivasi untuk belajar, bahkan banyak yang merasa bosan sehingga siswa mencari kesibukan dan asik dengan kegiatannya sendiri atau tidak jarang pula siswa tampak mengantuk.

(25)

namun pengetahuan yang didapatnya dari menghafal tersebut tidak akan bertahan lama dan ketika berganti materi anak tersebut akan melupakannya. Pembelajaran ini lebih memudahkan guru karena guru tidak repot mempersiapkan rencana pembelajaran dan alat-alat yang digunakan untuk belajar.

Sudah banyak metode pembelajaran yang dirancang untuk mengatasi pembelajaran yang tradisional dan bersifat informatif tersebut, namun dalam penelitian ini peneliti akan mencobakan sebuah model atau metode pembelajaran yang sesuai dan dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran aktif yang diharapkan tersebut bertujuan agar bukan hanya hasil akhirnya saja yang ditekankan, namun juga keterampilan prosesnya dalam mencari pengetahuan, sehingga pengetahuan yang mereka terima dapat bertahan lama. Selain itu, apabila siswa diaktifkan dan diajak untuk bergerak, mereka akan merasa senang dan lebih termotivasi untuk belajar. Perasaan senang dan motivasi belajar ini sangat penting bagi anak, karena perasaan tersebut berpengaruh pada prestasi atau hasil belajarnya.

(26)

merupakan perkembangan dari metode diskoveri melibatkan siswa secara langsung dalam proses pencarian pengetahuan. Pengetahuan siswa berawal dari suatu pertanyaan yang mengganggu pikirannya atau mendorongnya untuk mencari tahu alasan atau jawabannya. Dalam Moh. Amin (1987:126) dijelaskan bahwa dalam kegiatannya, siswa melakukan pengamatan, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, menarik kesimpulan dan sebagainya.

Dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengetahui efektivitas pembelajaran IPA dalam hal pencapaian hasil belajar, khususnya pada materi perpindahan dan penghantar panas. Menyesuaikan dengan materi yang akan diambil, metode pembelajaran yang akan digunakan adalah metode inkuiri. Metode inkuiri merupakan sebuah metode pembelajaran yang cocok untuk IPA karena dalam proses belajarnya siswa berperan aktif untuk mencari dan menemukan pengetahuannya sendiri melalui praktek atau percobaan.

(27)

Melalui metode inkuiri terbimbing ini diharapkan siswa menjadi berminat untuk mengikuti pembelajaran IPA yang akan dirancang berbeda dari pembelajaran sebelum-sebelumnya, sebab siswa akan melakukan aktivitas dalam pembelajaran ini dan berusaha menemukan sendiri pengetahuannya. Pembelajaran berawal dari permasalahan yang disajikan oleh guru.

Selain itu melalui metode inkuiri terbimbing yang akan digunakan ini diharapkan dapat mempermudah siswa untuk memahami materi tentang macam-macam cara panas berpindah dan benda yang merupakan penghantar panas dan bukan penghantar panas. Untuk materi tersebut jelas sangat membutuhkan suatu percobaan agar siswa benar-benar dapat membuktikan kebenaran teori dari buku teks siswa.

(28)

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dan dengan mempertimbangkan terbatasnya waktu, maka penelitian dibatasi hanya pada usaha untuk meneliti efektivitas pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar pada siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010. Dalam pembelajaran, penulis akan membahas tentang perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi, serta penggolongan benda penghantar panas dan benda bukan penghantar panas.

C. Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah: apakah pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing efektif dalam hal pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan?

D. Batasan Pengertian 1. Hasil Belajar

• Hasil belajar merupakan suatu perubahan perilaku pada individu yang diperoleh dari atau setelah melakukan kegiatan atau proses belajarnya. • Dalam penelitian ini, hasil belajar berupa skor atau nilai yang diraih

(29)

2. Perpindahan Panas

Jenis perpindahan panas yang akan dibahas dalam pembelajaran yaitu perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

3. Penggolongan Benda

Melalui pembelajaran ini siswa juga akan dapat menggolongkan benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik/konduktor dan benda yang sulit menghantarkan panas/isolator.

4. Metode inkuiri

Metode inkuiri adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswanya untuk menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.

5. Metode Inkuiri Terbimbing

Metode inkuiri terbimbing adalah salah satu jenis metode inkuiri yang dalam pembelajaran masih sangat memungkinkan guru untuk memberikan arahan yang cukup luas sehingga siswa tahu apa yang harus dilakukan.

E. Tujuan Penelitian

(30)

penghantar panas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing efektif dalam hal pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini tentunya diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya:

1. Bagi Peneliti

Untuk mengembangkan kemampuan merencanakan kegiatan pembelajaran sesuai kaidah PAIKEM dengan mempertimbangkan kebutuhan dan materi pelajaran agar dapat meningkatkan mutu siswa. 2. Bagi Sekolah

Masukan bagi sekolah sebagai usaha peningkatan kualitas pendidikan. 3. Bagi Guru

Memberi masukan bagi guru tentang manfaat penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA.

4. Bagi Siswa

(31)

10 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

(Moh. Surya dalam cafestudi061.wordpress.com/2008/09/11)

Dari pengertian belajar di atas dapat diambil sebuah pengertian bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan perilaku pada individu yang diperoleh dari atau setelah melakukan kegiatan atau proses belajarnya.

Menurut Gagne dalam Trianto (2007:129-130), hasil belajar meliputi lima kemampuan, yaitu:

1) Kemampuan intelektual, misalnya kemampuan menguasai suatu konsep.

2) Informasi verbal, yaitu pengetahuan yang disajikan dalam bentuk gagasan, misalnya fakta, kejadian pribadi.

3) Sikap

(32)

5) Strategi kognitif, merupakan suatu proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir.

Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah skor dan atau nilai yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar.

B. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Akhmad Sudrajat dalam wordpress.com, 9 Februari 2010)

2. Macam Metode Pembelajaran

Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Ceramah

(33)

pembelajaran yang tujuannya untuk pembentukan sikap dan keterampilan. Untuk pembelajaran IPA, metode ceramah ini tidak cocok digunakan apabila tidak diintegrasikan dengan metode lainnya. Metode ceramah ini baik digunakan apabila bahan atau materi cukup diingat dalam jangka waktu pendek. Dalam IPA mungkin baik digunakan ketika pembahasan kerja siswa dan bila ada materi yang langka.

2) Demonstrasi

(34)

3) Tanya-Jawab

Metode tanya-jawab sangat baik untuk guru dan siswa. Hal ini biasa gur gunakan untuk mengetahui kemampuan siswa.

Dalam proses pembelajaran, pertanyaan merupakan hal yang sangat penting. Misalnya, apabila dalam diri siswa muncul pertanyaan berarti siswa tersebut mengalami prses belajar sesungguhnya dan benar-benar berpikir. Dari pertanyaan menunjukkan bahwa siswa memiliki rsa ingin tahu akan suatu hal.

Dalam buku “Proses Belajar Mengajar” karya J.J. Hasibuan dan Moedjiono(1986:14) dijelaskan bahwa pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan:

a. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar

b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan

c. Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya

d. Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik

e. Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas

4) Diskusi

J.J.Hasibuan (1986:20) menyatakan bahwa diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.

(35)

memberi kesempatan kepada siswa secara berkelompok untuk membahas suatu permasalahan. Dari permasalahan tersebut siswa dalam kelompok memperbincangkannya untuk saling bertukar atau berbagi pendapat, pengetahuan, atau informasi yang diketahuinya. Dengan cara tersebut mereka akan menemukan sebuah jawaban atau kesimpulan.

5) Simulasi

Simulasi merupakan tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja. Menurut Gilstrap dalam J.J.Hasibuan(1986:27), simulasi dapat berbentuk: role playing atau bermain peran, psikodrama, dan permainan.

Langkah-langkah pelaksanaan simulasi dalam J.J.Hasibuan(1986:27-28) adalah sebagai berikut:

a. Penentuan topik dan tujuan simulasi

b. Guru memberikan gambaran secara garis besar situasi yang akan disimulasikan.

c. Guru memimpin pengorganisasian kelompok, peran-peranan yang akan dimainkan, pengaturan ruangan, pengaturan alat, dan sebagainya.

d. Pemilihan pemegang peranan.

e. Guru memberikan keterangan tentang peranan yang akan dilakukan.

f. Guru memberikan kesempatan untuk mempersiapkan diri kepada kelompok dan pemegang peranan.

g. Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi. h. Pelaksanaan simulasi.

(36)

6) Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok merupakan metode belajar yang mengarahkan siswa untuk melakukan pembelajaran dengan cara bekerja dalam kelompok-kelompok.

C. Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Salah satu metode pembelajaran yang belum disebutkan di atas adalah metode inkuiri. Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang ada.

Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary (dalam Iskandar, 1996) inkuiri berarti pertanyaan atau penyelidikan. Dengan arti tersebut Piaget (dalam Iskandar, 1996) mendefinisikan pendekatan inkuiri sebagai pendidikan yang mempesiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri. Sedangkan menurut Kuslan dan Stone (dalam Iskandar, 1996) pendekatan inkuiri merupakan pendekatan dalam pembelajaran dimana guru dan siswa mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan.

(37)

mentalnya sendiri. Proses-proses mental tersebut misalnya dengan kegiatan mengamati, menggolongkan, membuat dugaan sementara, menjelaskan, mngukur, menarik kesimpulan, dan sebagainya.

Inkuiri merupakan merupakan perluasan-perluasan dari discovery, namun pada proses belajarnya, tingkatan proses-proses mental pada inkuiri lebih tinggi, seperti merumuskan permasalahan, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya. (Moh. Amien, 1987:126-127)

2. Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Inkuiri

Dalam Iskandar, 1996, pembelajaran dengan menggunakan metode atau pendekatan inkuiri memiliki karakteristik sebagai berikut.

1) Menggunakan keterampilan-keterampilan proses IPA

2) Tidak ada keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu.

3) Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui terlebih dahulu, dan tidak ada dalam buku pelajaran.

4) Siswa bersemangat sekali untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.

5) Proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan-pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana kita mengetahui”, serta “betulkah kesimpulan kita ini?”.

6) Suatu masalah ditemukan lalu dipersempit hingga terlihat kemungkinan masalah itu dapat dipecahkan oleh siswa.

7) Hipotesa dirumuskan oleh siswa.

8) Siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data, melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca ddan menggunakan sumber-sumber lain.

9) Semua usul itu dinilai bersama, bila ditentukan pula asumsi-asumsi, keterlibatan-keterlibatan dan kesukaran-kesukaran. 10) Siswa melakukan penelitian, secara individu atau kelompok,

(38)

11) Siswa mengolah data dan mereka sampai pada kesimpulan sementara. Juga diusahakan untuk memberikan penjelasan-penjelasan secara ilmiah.

3. Proses Belajar Melalui Inkuiri

Dalam Moh. Amien (1987:164) dijelaskan proses-proses belajar dengan metode Inkuiri, yaitu:

a. Bertanya, artinya dalam pembelajaran dengan metode ini anak tidak hanya sekedar mendengarkan, menghafal atau mencatat. Anak diberi kesempatan bahkan diharapkan anak lebih banyak bertanya untuk memulai penyelidikannya.

b. Bertindak, artinya anak tidak hanya melihat dan mendengarkan saja ilmu yang akan didapatnya. Dengan metode ini anak diajak untuk melakukan beberapa tindakan untuk mendapatkan pengetahuannya.

c. Mencari cara untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah (dari pertanyaannya), tidak hanya sekedar mendapatkannya. Artinya jawaban atas pertanyaan sebelumnya dicari oleh anak sendiri, tidak hanya menerima jawaban dari guru.

d. Menemukan masalah, tidak hanya mempelajari fakta-fakta yang sudah ditemukan.

(39)

g. Berpikir, artinya anak tidak hanya melamun atau membayangkan saja. Namun dalam kegiatannya, otak anak diajak untuk berpikir. h. Menghasilkan, tidak hanya menggunakan.

i. Menyusun, tidak hanya mengumpulkan.

j. Menciptakan, tidak hanya memprodusir kembali. k. Menerapkan, tidak hanya mengingat-ingat saja. l. Mengeksperimentasikan, tidak hanya membenarkan.

m.Memberi kritikan yang dapat membangun atau menjadikan semakin baik, tidak hanya menerima.

n. Merancang, tidak hanya melaksanakan.

o. Mengevaluasi dan menghubungkan, tidak hanya mengulangi.

4. Peranan Guru dalam Proses Belajar-Mengajar Melalui Inkuiri Dalam Moh. Amien (1987:164) dipaparkan beberapa peranan guru dalam proses belajar-mengajar melalui inkuiri, yaitu:

a. Menstimulir dan menantang untuk berpikir.

b. Memberikan keluwesan untuk berpendapat, berinisiatif, dan bertindak.

c. Memberikan dukungan untuk ber-inkuiri.

d. Menentukan diagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya.

e. Mengidentifikasikan dan menggunakan “teachable moment” yang sebaik-baiknya.

5. Macam-macam Metode Inkuiri

(40)

1) Guided discovery-Inquiry

“Guided discovery-inquiry” digunakan apabila dalam kegiatan pembelajaran guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas untuk siswa. Sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Dalam metode ini, siswa tidak merumuskan suatu permasalahan. Langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan siswa dan apa yang akan dikerjakan siswa disiapkan dan dijelaskan oleh guru.

Inkuiri terbimbing ini menggunakan beberapa proses “discovery”, misalnya mengamati, mengukur, menjelaskan, dan menyimpulkan. Lalu proses inkuiri yang diharapkan dapat dilakukan siswa misalnya merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, dan mengetahui beberapa konsep tentang materi yang akan dipelajari.

Keberhasilan metode ini juga dipengaruhi oleh pengalaman siswa sebelumnya dan kemampuan-kemampuannya.

2) Modified Inquiry

(41)

Dasar kelas bawah dan Taman Kanak-kanak. Siswa akan diajak untuk bereksplorasi. Metode ini juga dapat digunakan oleh kelas yang lebih tinggi dengan tambahan bahwa siswa harus merencanakan suatu prosedur penelitian yang digunakan untuk rancangan melakukan eksperimen. Dalam hal ini, guru hanya menyajikan masalah dan menyediakan alat serta bahan yang akan digunakan untuk pemecahan masalah. Siswa diberi kebebasan untuk menyelesaikan sendiri permasalahannya.

3) Free Inquiry

Dalam metode ini, siswa diajak untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang akan dipelajarinya. Dengan kata lain, siswa mulai diajak untuk mandiri dan berpikir kritis terhadap fenomena yang ada.

Berikut ini beberapa bentuk contoh pertanyaan yang disarankan sebagai suatu landasan untuk menciptakan bentuk-bentuk kegiatan “free inquiry” (Moh. Amien, 1987:144):

a. Problem-problem apakah yang terdapat dalam masyarakat kita yang ingin anda selidiki?

b. Anda telah mempelajari, misalnya tentang garam, ganggang hijau, sinar, panas, polusi, kelakuan hewan, dan sebagainya. Dari pengalaman belajar ini, problem-problem apakah yang ingin anda selidiki? (secara perorangan atau kelompok)

(42)

anda tetapkan atau pikirkan tersebut, yang manakah yang ingin anda lakukan?

d. Macam cerita “science fiction” apakah yang ingin anda tulis?

4) Invitation Into Inquiry

Artinya undangan atau ajakan untuk menyelidiki. Metode ini melibatkan siswa dalam proses pemecahan masalah yang caranya hampir seperti cara-cara yang dilakukan oleh para ilmuwan. Undangan tersebut memberikan suatu masalah kepada siswa, dan melalui pertanyaan tersebut siswa diajak untuk melakukan kegiatan berikut. (Moh. Amien, 1987:145)

a. Merancang eksperimen b. Merumuskan hipotesis c. Menetapkan kontrol d. Menentukan sebab-akibat e. Menginterpretasi data f. Membuat grafik

g. Menentukan peranan diskusi ddan kesimpulan dalam merencanakan percobaan/penelitian.

h. Mengenal bagaimana kesalahan eksperimental mungkin dapat dikurangi/diperkecil.

(43)

5) Inquiry Role Approach

Dalam Moh. Amien (1987:148,149) dijelaskan bahwa metode ini merupakan metode yang kegiatan belajarnya melibatkan siswa dalam beberapa tim yang masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan “invitation into inquiry”. Tugas dan peran masing-masing anggota tim adalah

sebagai berikut.

i. Team Coordinator

“Team Coordinator” bertugas sebagai pemimpin dan penanggung jawab dalam timnya agar tercapai tujuan-tujuan belajarnya. Sebagai pemimpin, anak/orang tersebut harus dapat mengembangkan hubungan antar anggota agar kerja tim atau proses belajar tersebut dapat berjalan dengan baik.

ii. Technical Advisor

“Technical Advisor” adalah seorang ahli tugas analisis dalam membaca dan menafsirkan pernyataan-pernyataan, sehingga tujuannya dapat dimengerti oleh kelompok.

iii. Data Recorder

“Data Recorder” merupakan anggota yang bertanggung jawab dalam mengamati dan mengumpulkan data berupa fakta-fakta dan pertanyaan-pertanyaan dan menjamin bahwa anggota tim mempunyai cukup bukti untuk mendukung ide dan keputusan yang berkaitan dengan masalah.

iv. Process Evaluator

(44)

Seluruh anggota tim bekerjasama dalam memecahkan masalah-masalah sesuai peranannya maasing-masing. Mereka saling membantu dan melengkapi.

6) Pictorial Riddle

Metode pembelajaran tersebut merupakan metode pembelajaran yang mengembangkan motivasi dan ketertarikan siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Pembelajarannya berawal dari penunjukan atau pemroyeksian suatu “riddle” yang biasanya berupa gambar, poster, atau proyeksi dari transparansi, kemudian guru mengungkapkan suatu pertanyaan yang berkaitan dengan “riddle”.

Dalam Moh. Amien (1987:150), untuk membuat perencanaan suatu riddle, guru harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memilih beberapa konsep atau prinsip yang akan diajarkan atau didiskusikan.

b. Melukis suatu gambar, menunjukkan suatu ilustrasi atau menggunakan potret (gambar) yang menunjukkan konsep, proses, atau situasi.

c. Suatu prosedur bergantian adalah untu menunjukkan sesuatu yang tidak sewajarnya, dan kemudian meminta siswa untuk mencari dan menemukan mana yang salah dengan riddle tersebut.

(45)

7) Synectic Lesson

“Synectic Lesson” merupakan suatu pendekatan belajar

yang memacu bakat-bakat kreatif siswa. Kegiatan-kegiatannya dimulai dengan kegiatan kelompok yang tidak rasional yang kemudian berkembang menuju suatu permasalahan dan pemecahan masalah yang rasional.

Pendekatan ini memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan agar dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan daya kreativitas siswa.

8) Value Clarification (kejelasan nilai-nilai)

Tujuan dari “value Clarification” adalah untuk membantu siswa dalam mengembangkan proses-proses yang digunakan dalam menentukan nilai-nilai mereka sendiri. Dalam pendekatan ini, guru harus bersifat terbuka, artinya guru menerima pandangan atau pendapat siswa dan mau membantu siswa mengungkapkan nilai-nilai lainnya.

Menurut Raths, Harmin, dan Simon dalam Moh. Amien (1987:154), nilai (value) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Dicintai/dikasih sayangi b. Diikuti/dikuatkan secara umum c. Dipilih secara bebas

d. Dipilih dari alternatif-alternatif

e. Dipilih, dan mengetahui konsekuensi-konsekuensinya f. Berkaitan erat dengan nilai lain

(46)

Sedangkan petunjuk nilai-nilai meliputi: a. Kepercayaan

b. Sikap

c. Pendapat/pandangan d. Perasaan/intuasi e. Moral. Dan sebagainya

Individu yang memiliki dan mengetahui niali-nilai pribadinya antara lain:

a. Selalu tampak gembira/bangga, percaya pada diri sendiri

b. Bersemangat/bergairah

c. Bersikap positif dalam melakukan persepsi (tanggapan daya memahami) dan reaksi

d. Konsekuen/bertanggung jawab e. Tidak emosional

f. Memiliki tujuan tertentu dalam hidupnya

Individu yang kurang memiliki dan kurang mengetahui nilai-nilai pribadinya antara lain:

a. Adaptasi/acuh tak acuh, lesu

b. Kurang/tidak percaya pada diri sendiri c. Tidak konsekuen

d. Sukar/tidak dapat menyesuaikan diri e. Mudah emosi

f. Tidak tenteram, pikiran sering/selalu kacau dan bingung

Dalam pendekatan ini, bukan hanya proses-proses kognitif tentang pencapaian moral saja yang diperhatikan tetapi juga menyangkut tentang perasaan dan emosi seseorang/individu.

(47)

Setiap bidang ilmu pengetahuan memiliki niali-nilai penting. Tujuan “value Clarification” bukan untuk merubah nilai-nilai individu siswa, tetapi bertujuan untuk membangkitkan kesadaran tentang bagaimana seseorang atau individu-individu itu sungguh-sungguh merasakan sesuatu dan membuat keputusan-keputusannya sendiri. Pendekatan ini dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran IPA. Dari suatu materi pelajaran dapat dianalisis masalah sosialnya. Misalnya materi tentang: Hewan: Klasifikasi dan struktur. Dapat dimunculkan suatu masalah sosial, yaitu “haruskah kita mengetahui tentang bagaimana kita menentukan kira-kira kapan kita akan mati?”

6. Kekurangan dan Kelebihan Metode Inkuiri Terbimbing

Metode yang dipakai untuk penelitian ini merupakan metode yang menurut peneliti sesuai untuk materi yang diambil, namun tentunya metode ini bukanlah metode yang terbaik di antara metode-metode belajar yang lain. Metode inkuiri terbimbing ini tetap mempunyai kekurangan disamping kelebihannya.

Kekurangan dan kelebihan dari metode inkuiri terbimbing menurut peneliti antara lain adalah sebagai berikut.

Kekurangan

(48)

guru juga harus kreatif dan tidak malas. Guru harus benar-benar mengawasi siswa saat melakukan praktek atau percobaan. Hal tersebut dapat menjadi kekurangan dari metode inkuiri karena apabila tidak dapat mengaturnya dengan baik maka pembelajaran tersebut akan sia-sia dan membuang-buang waktu. Selain itu guru sulit untuk mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

Kelebihan

- Berdasarkan penelitian Schlenker yang dikutip dalam Joyce dan Weil (1992:198), pembelajaran dengan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. (Trianto, 2007:136)

- Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan. (Gulo dalam Trianto, 2007:137)

(49)

D. Perpindahan Panas

Dalam Lisa Magloff (2002:11) diterangkan bahwa panas adalah gerakan atom. Ketika suatu zat menjadi lebih panas, atomnya bergerak lebih cepat. Energi panas selalu bergerak dari suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah. Contohnya, ketika sebuah panci digunakan untuk memasak di atas api. Panasnya segera menyebar ke atas dari panci bagian bawah yang paling dekat dengan api. Atom-atom dari bagian bawah panci tersebut menabrak atom-atom yang lebih dingin, lalu atom-atom yang lebih dingin tersebut mengambil gerakan dari atom-atom yang lebih panas. Lalu gerakan tersebut menyebar.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat dimengerti bahwa salah satu sifat energi panas adalah dapat berpindah. Materi ini dipelajari dalam jenjang sekolah dasar kelas IV.

Perpindahan panas dapat dibedakan menjadi tiga cara, yaitu:

• Perpindahan panas secara Konduksi, yaitu perpindahan panas pada zat padat tanpa diikuti perpindahan bagian-bagian dari zat itu sendiri.

Contohnya: pada saat mengaduk minum yang panas dengan menggunakan sendok dari alumunium. Lama-kelamaan panas dapat merambat sampai bagian ujung yang kita pegang.

(50)

Contohnya: pada saat memasak air, dengan percobaan kita memasukkan potongan-potongan kecil kertas. Yang akan terjadi adalah kertas tersebut lama-lama akan bergerak berputar dari bawah. Hal tersebut menunjukkan bahwa panas bergerak dari suhu yang tinggi ke suhu yang lebih rendah. Air pada bagian bawah yang lebih dekat dengan sumber panas akan bergerak naik ke air yang lebih dingin.

• Perpindahan panas secara Radiasi, yaitu perpindahan panas dari suatu benda panas ke suatu benda yang dingin melalui pancaran atau tanpa zat perantara. (Ayo Belajar Ilmu Pengetahuan alam, 2008:140-142)

Contohnya: pakaian basah yang dijemur di bawah terik matahari lama-kelamaan bisa menjadi kering karena terkena panas dari pancaran matahari tersebut.

E. Benda Penghantar dan Bukan Penghantar Panas

Beberapa zat dapat menghantarkan panas lebih mudah daripada zat-zat lain. Masing-masing zat mempunyai kecepatan yang berbeda dalam menghantarkan panas.

(51)

permukaannya. Karena panas ini tidak dihantarkan dengan cepat, permukaan benda tersebut segera menjadi sehangat tangan kita. Setelah beberapa detik tidak ada perbedaan antara suhu di dalam tubuh kita dan suhu kulit kita yang menyentuh materialnya, sehingga saraf-saraf kita tidak merasakan perbedaan suhu. Isolator terasa hangat.

Sedangkan untuk logam dan keramik berbeda. logam dan keramik merupakan penghantar panas yang baik. Panas yang berpindah dari tangan kita kemudian dihantarkan dengan cepat, meninggalkan permukaan material dan kulit kita sehingga material tersebut lebih dingin daripada bagian dalam tubuh kita. Saraf-saraf kita merasakannya dan mengatakan kepada otak bahwa logam dan keramik terasa dingin.

Konduktor panas adalah bahan yang mudah menghantarkan panas. Sedangkan, isolator adalah bahan yang sulit menghantarkan panas. (Fokus, buku ajar acuan pengayaan Ilmu Pengetahuan Alam, 2009:14)

(52)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010. 2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Prontakan.

Alamat: Braman, Ngargomulyo, Dukun, Magelang, Jawa Tengah. Kode pos 56482.

3. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. Jumlah siswa seharusnya adalah 16 anak, 7 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Namun yang dipakai sebagai subyek dalam penelitian ini hanya 13 anak karena 2 anak yang tidak pernah masuk sekolah dan 1 anak yang tidak mengikuti pre test.

4. Obyek Penelitian

Obyek yang diteliti adalah pencapaian hasil belajar siswa tentang perpindahan dan penghantar panas.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

(53)

Prontakan, yang seharusnya berjumlah 16 siswa. Berdasar penjelasan pada setting penelitian di atas, maka sampel yang dipakai hanya 13 siswa.

C. Peubah

1. Jenis Peubah

Dalam penelitian ini terdapat dua peubah yaitu, (1) pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dan (2) hasil belajar siswa.

2. Definisi Operasional Peubah

a. Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing adalah pembelajaran di dalm kelas dimana siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip-prinsip jawaban dari permasalahan yang ada, namun guru masih menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa.

Langkah-langkah pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing adalah guru mengemukakan suatu permasalahan lalu siswa bekerja atau melakukan kegiatan untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan tersebut di bawah bimbingan dan petunjuk dari guru. b. Hasil belajar siswa adalah hasil yang diperoleh siswa setelah

mengerjakan soal-soal dari guru. Hasil belajar bertujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa.

(54)

Hasil belajar sebelum mendapat perlakuan merupakan skor pre-test. 2) Hasil belajar setelah mendapat perlakuan

Hasil belajar setelah mendapat perlakuan merupakan skor post-test.

D. Jenis Penelitian

Penelitian tersebut termasuk jenis penelitian Pra Eksperimen atau Semi Eksperimen.

E. Desain Penelitian

Dalam rencana penelitian ini desain yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

Dibandingkan hasilnya Gambar 1. F. Perlakuan

Secara berturut-turut siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan dalam penelitian ini mendapati perlakuan:

1. Dikenai pre-test

2. Dilakukan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing 3. Dikenai post-test

Pre-test Pembelajaran dengan metode

[image:54.612.101.508.236.549.2]
(55)

G. Pengumpulan Data dan Instrumen

[image:55.612.104.508.218.604.2]

Sesuai dengan peubah dan masalahnya, penelitian ini memerlukan dua macam data, yaitu ( 1 ) skor pre-test, ( 2 ) skor post-test. Pengumpulan data dan instrumennya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Pengumpulan Data dan Instrumen

PEUBAH DATA PENGUMPULAN INSTRUMEN

1. Pembelajaran dengan menggunakan

metode inkuiri terbimbing

Lembar Kerja kelompok

Setiap pertemuan RPP dan LKS

2. Hasil Belajar 1. Skor pre-test 2. Skor post-test

1. Pre-test 2. Post-test

Soal yang sama untuk pre-test dan post-test

(56)

H. Penyusunan Instrumen

1. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(57)

CONTOH FORMAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Pertemuan ....

Satuan Pendidikan : ... Mata Pelajaran : ... Hari, tanggal : ... Kelas : ... Semester : ... Alokasi Waktu : ...

I. Standar Kompetensi II. Kompetensi Dasar III. Indikator Hasil Belajar IV. Materi Pokok

V. Sub Materi Pokok VI. Rencana Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (.... menit) 2. Kegiatan Inti (.... menit) 3. Kegiatan akhir (.... menit) VII. Sumber dan Media Pembelajaran

a. Sumber Pembelajaran

(58)

2. Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS dikembangkan dengan format sebagai berikut. Ada tiga bagian pokok dari LKS yaitu: (1) Identitas yang berisi nama sekolah, mata pelajaran, hari, tanggal, pertemuan ke , kelas, semester, alokasi waktu, unit/tema (2) Informasi tentang kompetensi dasar, indikator, materi pokok, dan sub materi pokok, (3) Kegiatan belajar, dan pada akhir pertemuan selalu dilakukan refleksi guru dan siswa.

(59)

CONTOH FORMAT LEMBAR KERJA SISWA (LKS) Pertemuan ....

Satuan Pendidikan : ... Mata Pelajaran : ... Hari, tanggal : ... Kelas : ... Semester : ... Alokasi Waktu : ...

I. Indikator Hasil Belajar

... II. Petunjuk (untuk siswa)

... III. Kegiatan Belajar

a. Kegiatan Belajar 1

... b. Kegiatan Belajar 2

... IV. Refleksi (dijawab siswa setelah seluruh kegiatan belajar selesai):

1. Kesulitan apa yang masih kamu alami?

... 2. Bagaimana perasaanmu setelah mengikuti pembelajaran ini?

(60)

3. Penyusunan Soal-Soal Pre-test dan Post-test a. Alat ukur

Alat ukur dalam penelitian ini berupa soal pre test dan post test. Untuk pre test dan post test digunakan soal yang sama. Digunakan soal tes yang berbentuk sepuluh soal isian singkat dan lima soal uraian.

b. Jenis Validitas

Validitas adalah ukuran kemampuan alat ukur mengukur atau mengungkapkan kemampuan atau kompetensi yang diukur. Alat ukur dinyatakan valid apabila dapat mengukur atau mengungkapkan keadaan yang sebenarnya.

Jenis validitas dalam penelitian ini adalah validitas isi. Isi berarti materi pelajaran, jadi dalam penelitian ini soal disusun berdasarkan tujuan pembelajaran dengan memasukkan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada isi pembelajaran. Untuk validasi dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

(61)

Proses penyusunan soal-soal berupa tes tertulis (untuk Pre Test dan Post Test)

Jenis tes : Tes Tertulis.

[image:61.612.104.537.220.652.2]

Materi : Perpindahan dan penghantar panas. Soal disusun dengan kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 2. Kisi-kisi Penyusunan Soal

KD: Mendeskripsikan energi panas yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

Tujuan Pembelajaran

Nomor Soal

Isian (jumlah jawaban) Uraian

1 2 3 4 Mudah Sedang Sulit Siswa mampu

mendeskripsikan

perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

2, 5, 8, 9

4 1 3 - 13, 15 -

Siswa mampu

menggolong-golongkan benda penghantar panas dan yang bukan.

7, 10

6 11 - 12, 14

(62)

I. Analisis Data

1. Penentuan Skor

Penentuan skor yang akan digunakan adalah sebagai berikut. a. Soal Isian

• Soal dengan 1 jawaban

Tabel 3. Kriteria Skor soal isian 1 jawaban

Kriteria Skor

Benar 1 Salah 0

• Soal dengan 2 jawaban

Tabel 4. Kriteria Skor soal isian 2 jawaban

Kriteria Skor

Benar semua 2

Benar satu 1

Salah semua 0

• Soal dengan 3 jawaban

Tabel 5. Kriteria Skor soal isian 3 jawaban

Kriteria Skor

Benar semua 3

(63)

Benar satu 1

Salah semua 0

• Soal dengan 4 jawaban

Tabel 6. Kriteria Skor soal isian 4 jawaban

Kriteria Skor

Benar semua 4

Benar tiga 3

Benar dua 2

Benar satu 1

Salah semua 0

b. Soal Uraian

Tabel 7. Kriteria Skor soal uraian

Kriteria Skor Soal Sulit 5 (skor maksimal)

Soal Sedang 3 (skor maksimal) Soal Mudah 2 (skor maksimal) Menjawab tetapi salah 1

(64)

Soal Isisan = 17

Soal Uraian = 18

+

Total Skor = 35

Nilai =

x 100 = 100

2. Metode Analisis Data

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing efektif dalam pencapaian hasil belajar siswa. Maka dari itu, akan dihitung rata-rata skor pre-test dan juga rata-rata-rata-rata skor post-test untuk dibandingkan hasilnya. Perbedaan skor pre-test dan skor post-test akan diuji signifikansinya.

Rumus-rumus yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

a. Menghitung mean pre-test (x1)

N x x1 =

i

b. Menghitung mean post-test (x2)

(65)

c. Menguji perbedaan mean skor pre-test dan mean skor post-test

(Harapannya: x2 > x1) Ho: x2 ≤ x1

H1: x2 > x1

Diuji dengan test satu sisi, pada taraf signifikansi 5%, dengan menggunakan rumus t satu kelompok (kelompok dependen)

) 1 ( ) ( 2 2 1 2 − − − =

N N N D D x x tobs

(D = x2 – x1, derajat kebebasan dB = N – 1)

tobs ≤ tkrit, Ho diterima.

(66)

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian mengenai tiga hal, yaitu pelaksanaan penelitian,

deskripsi data, hasil penelitian serta pembahasan. Pada bab ini akan

dijelaskan gambaran tentang penelitian yang telah dilakukan di SD Kanisius

Prontakan, hasil penelitian serta pembahasannya. Uraian hasil penelitian ini

bertujuan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu “Apakah pembelajaran

IPA dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing tentang perpindahan

dan penghantar panas efektif dalam hal pencapaian hasil belajar siswa kelas

IV SD Kanisius Prontakan?”

A. Pelaksanaan Penelitian

Serangkaian kegiatan untuk melakukan penelitian tersebut

dilaksanakan sebanyak tujuh kali pertemuan. Pertemuan pertama digunakan

untuk mengambil data yang berupa skor dari pre tes. Data yang didapat

tersebut diambil agar peneliti mengetahui kondisi awal siswa dalam

pengertiannya terhadap perpidahan serta penghantar panas. Ada sedikit

perubahan ketika dilakukan pre-tes, yaitu ada tiga siswa laki-laki yang tidak

berangkat sekolah, dua siswa tanpa alasan dan satu siswa sakit.

Pertemuan ke dua sampai pertemuan ke lima digunakan untuk

melaksanakan pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas

(67)

materi perpindahan panas secara konveksi pada zat cair. Pertemuan ke tiga

untuk materi perpindahan panas secara konveksi pada zat gas. Pertemuan ke

empat digunakan untuk perpindahan panas secara konduksi dan radiasi. Dan

pertemuan ke lima, yaitu pertemuan pembelajaran terakhir adalah untuk

materi penggolongan benda penghantar panas yang baik/konduktor dan benda

penghantar panas yang buruk/isolator.

Setiap pertemuan pembelajaran siswa melakukan percobaan dalam

kelompok dengan alat-alat yang sudah dipersiapkan oleh peneliti. Dalam

penelitian ini, diharapkan siswa dapat bekerja dengan kelompoknya untuk

menemukan pengetahuannya sendiri melalui percobaan-percobaan yang

dilakukan, namun pada kenyataannya peneliti masih banyak berperan,

terutama pada pembelajaran yang pertama. Siswa masih kurang aktif dalam

mengajukan pertanyaan sebelum pembelajaran atau pada waktu apersepsi.

Pada pertemuan selanjutnya siswa mengalami peningkatan sedikit demi

sedikit dalam hal sikap. Mereka mulai berani untuk mengajukan pertanyaan,

namun dalam kegiatannya dan dalam penggunaan alat tidak jarang siswa

masih meminta bantuan peneliti. Hal ini peneliti maklumi, karena mereka

memang rata-rata belum pernah menggunakan alat seperti stopwatch,

pembakar spiritus, tabung piala, dan sebagainya.

Setiap awal pembelajaran setelah apersepsi, peneliti menjelaskan

langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan siswa dan nama alat-alat yang

akan digunakan serta mendemonstrasikan penggunaannya, namun karena ada

(68)

cepat dan singkat, maka ada beberapa siswa masih bertanya dan meminta

bantuan dalam kegiatannya. Saat pengerjaan soal-soal dalam Lembar Kerja

juga siswa kadang-kadang masih tetap membutuhkan bimbingan dari peneliti.

Selanjutnya, untuk mengetahui peningkatan pencapaian hasil belajar,

peneliti mengadakan post tes pada pertemuan ke enam. Post tes tersebut

menggunakan soal yang sama, baik jumlah maupun pertanyaan yang sama

dengan soal yang digunakan untuk pre tes. Siswa yang mengikuti post tes

hanya 13 siswa, karena ada dua siswa yang tidak mengikuti proses sama

sekali sejak pertemuan pertama hinggga pertemuan terakhir dan satu siswa

lagi yang tidak mengikuti pre test sehingga siswa tidak dimasukkan sebagai

sampel. Hal tersebut merupakan hal biasa bagi sekolah, mengingat lokasi

penelitian yang belum begitu maju. Kesadaran masyarakat untuk belajar atau

memotivasi anak agar bersekolah masih kurang.

Pertemuan terakhir peneliti gunakan untuk pengisian quisioner dari

dosen peneliti untuk mengetahui perasaan siswa selama pembelajran dengan

metode inkuiri terbimbing berlangsung. Pada saat pengisian quesioner

peneliti benar tidak ikut campur, sehingga apa yang siswa jawab

benar-benar merupakan jawaban dari siswa sendiri tanpa dipengaruhi peneliti untuk

kepentingan tertentu. Peneliti hanya menjelaskan maksud dari pertanyaan

yang tidak dipahami oleh siswa saja.

Penelitian ini berlangsung tidak seperti yang direncanakan pada awal

mula. Ada hal yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh peneliti sehingga

(69)

siswa kelas VI sedang dalam masa ujian praktek, uji coba dan sebaginya,

sedangkan jumlah guru pada sekolah tempat penelitian berjumlah sangat

terbatas, bahkan kurang. Jadi, peneliti terpaksa mengubah waktu bahkan

mengurangi waktu pembelajaran.

Selain merasa kurang puas akan waktu pelaksanaan, peneliti juga

merasa kurang puas karena banyak sekali kelemahan atau kekurangan saat

menjadi guru. Peneliti merasa belum mampu menerapkan metode inkuiri

terbimbing dengan baik. Hal itu didukung dengan perolehan atau pencapaian

hasil belajar yang akan dibahas selanjutnya.

B. Deskripsi Data

Pemerolehan data pada penelitian ini merupakan data kuantitatif. Data

kuantitatif tersebut diperoleh dari pengerjaan soal-soal pada saat Pre-Tes dan

Post-Tes oleh siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. Jumlah siswa

seharusnya adalah 16 anak, namun yang mengikuti tes hanya 13 anak karena

ada 2 anak yang tidak masuk sekolah dan 1 tidak mengikuti pre test. Pre-tes

dilakukan sebelum pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing, dengan

tujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa. Sedangkan post-tes dilakukan

setelah seluruh pertemuan atau pembelajaran dengan menggunakan metode

inkuiri terbimbing. Berikut ini adalah hasil pre-test dan post-test siswa

(70)
[image:70.612.101.527.143.632.2]

Tabel 8. Hasil Pre-Tes

No. Nama Skor Nilai

Keterangan

Tuntas Tidak Tuntas

1. Robertus Bejowuri 10 29 √

2. Antonia Veriasih 8 23 √

3. Aluysius Aven P. 17 49 √

4. Y. Bayu Priyantoro 11 31 √

5. Ch. Ika Sri Utari 25 71 √

6. Dani 11 31 √

7. Margareta Kasihani 16 46 √

8. Margareta Noviani 21 60 √

9. M. Agus Benizi 19 54 √

10. Nurbertus Juni F. 20 57 √

11. Paulina Berliani 14 40 √

12. Prihatin 8 23 √

13. Elisabet Yuli 26 74 √

Total 206 588

Rata-rata 15,85 45,23

Tertinggi 26 74

Terendah 8 23

Persentase siswa yang mencapai KKM yaitu 15,38%.

(71)
[image:71.612.101.527.123.607.2]

Tabel 9. Hasil Post-Tes

No. Nama Skor Nilai

Keterangan

Tuntas Tidak Tuntas

1. Robertus Bejowuri 15 43 √

2. Antonia Veriasih 15 43 √

3. Aluysius Aven P. 23 66 √

4. Y. Bayu Priyantoro 19 54 √

5. Ch. Ika Sri Utari 29 83 √

6. Dani 13 37 √

7. Margareta Kasihani 22 63 √

8. Margareta Noviani 30 86 √

9. M. Agus Benizi 21 60 √

10. Nurbertus Juni F. 27 77 √

11. Paulina Berliani 28 80 √

12. Prihatin 19 54 √

13. Elisabet Yuli 29 83 √

Total 290 829

Rata-rata 22,31 63,76

Tertinggi 30 86

Terendah 13 37

Persentase siswa yang mencapai KKM yaitu 53,85%.

(72)
[image:72.612.103.508.125.604.2]

Tabel 10. Peningkatan Skor Siswa

No. Nama x1 x2 D

1 Bejo 10 15 5 25

2 Veri 8 15 7 49

3 Aven 17 23 6 36

4 Bayu 11 19 8 64

5 Ika 25 29 4 16

6 Dani 11 13 2 4

7 Kasih 16 22 6 36

8 Novi 21 30 9 81

9 Beni 19 21 2 4

10 Nur 20 27 7 49

11 Ani 14 28 14 196

12 Atin 8 19 11 121

13 Yuli 26 29 3 9

Σ

206 290 84 690

Keterangan:

x1 = skor awal siswa/skor pre-test

(73)

D = selisih skor perolehan siswa dari pre-test dan post-test (X2-X1) /

kenaikan skor

[image:73.612.101.516.269.699.2]

Berdasarkan data perolehan skor yang disajikan dalam tabel 8. dan

tabel 9. dapat dilihat pula dari tabel 10. tentang selisih perolehan skor pre-test

dan post-test bahwa ada siswa yang mengalami banyak peningkatan namun

ada pula yang hanya mengalami sedikit peningkatan. Peningkatan skor

tertinggi adalah 14 dan peningkatan skor terendah adalah 2.

C. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan hasil dari analisis data. Hasil tersebut

diperoleh dari peningkatan skor dan nilai atau hasil belajar yang dicapai siswa

setelah melakukan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing. Cara

menghitung efektif atau tidaknya penggunaan metode inkuiri terbimbing

dalam pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah

Gambar

Gambar 1. Desain Penelitian ................................................
F.Gambar 1.  Perlakuan
Tabel 1. Pengumpulan Data dan Instrumen
Tabel  2. Kisi-kisi Penyusunan Soal
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam riwayat as-Shahihain untuk hadits ini disebutkan, "Barangsiapa yang berani melakukan sesuatu yang masih diragukan bahwa sesuatu itu berdosa, maka dia tidak

Abstrak— Becak wisata kota Blitar adalah sarana transportasi wisata dalam berkeliling mengunjungi objek wisata kota Blitar, sebagai transportasi utama dalam tujuan wisata maka

Atas pertimbangan dari data tentang penyakit hemoroid serta tidak terdapat data yang diperlukan tentang prevalensi penyakit hemoroid di Kota Pontianak maka penulis

Perbedaannya adalah pada injeksi intravena tidak mengeluarkan darah dari vena, tetapi memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena1. Teknik flebotomi dan injeksi

NURUL HANIEF M. Peranan BP4 dalam Pembinaan Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah pada Calon Pengantin di KUA Kecamatan Kraton Yogyakarta Tahun 2014/2015. Fakultas

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, peneliti akan melakukan penelitian mengenai potensi pajak hiburan yang dimiliki Tulungagung kemudian melihat seberapa besar kontribusi

Artinya adalah jika secara keseluruhan variabel bebas dalam penelitian ini bernilai sama dengan nol, maka besarnya nilai variabel terikat dalam hal ini Niat Beli