Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBANGKIT ARGUMEN
DENGAN METODE INVESTIGASI SAINS TERHADAPPENINGKATAN
KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
FAUZIA NUR HUDA
0805748
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBANGKIT ARGUMEN
DENGAN METODE INVESTIGASI SAINS TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS
Oleh
FAUZIA NUR HUDA
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Fauzia Nur Huda 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBANGKIT ARGUMEN DENGAN METODE INVESTIGASI SAINS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA
PADA MATERI FLUIDA STATIS
Oleh: Fauzia Nur Huda
NIM: 0805748
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,
Drs. Muslim, M. Pd. NIP. 196406061990031003
Pembimbing II,
Dr. Andi Suhandi, M.Si. NIP. 196908171994031003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBANGKIT ARGUMEN DENGAN METODE INVESTIGASI SAINS TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS
Fauzia Nur Huda NIM. 0805748
Pembimbing I: Drs. Muslim M.Pd. Pembimbing II: Dr. Andi Suhandi M.Si.
Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penerapan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains terhadap peningkatan kemampuan argumentasi siswa. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan argumentasi bagi siswa. Salah satu cara membantu siswa mengembangkan kemampuan argumentasinya adalah dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan argumentasi. Model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains terdiri dari lima tahap pembelajaran, yaitu tahap: (1) penyajian masalah; (2) menguji penjelasan melalui kegiatan investigasi sains; (3) pembangunan argumen tentatif; (4) sesi argumentasi; dan (5) perumusan argumen hasil pemikiran kelompok. Setiap tahapan pembelajaran tersebut melibatkan langsung aktivitas siswa untuk berlatih mengembangkan kemampuan argumentasi. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experiment dengan desain penelitian one group pretest and posttest. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi tes kemampuan argumentasi, lembar observasi, dan format wawancara. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA pada salah satu SMA Negeri di Kota Garut sebanyak 31 orang yang ditentukan dengan teknik cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan perolehan skor rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) kemampuan argumentasi sebesar 0,58 dengan kategori sedang. Peningkatan aspek kemampuan argumentasi tertinggi dicapai pada kemampuan menyertakan dan menganalisis data dengan perolehan (<g>) sebesar 0,66 kategori sedang, kemampuan membuat klaim dengan perolehan (<g>) sebesar 0,62 kategori sedang, kemampuan memberikan dukungan dengan perolehan (<g>) sebesar 0,55 kategori sedang. Adapun peningkatan terendah pada kemampuan membuat pembenaran dengan perolehan (<g>) sebesar 0,52 kategori sedang. Disimpulkan bahwa penerapan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan argumentasi siswa.
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
C. Model Pembangkit Argumen dengan Metode Investigasi Sains ... .... 15
D. Hubungan Aktivitas Siswa Dalam Model Pembangkit Argumen dengan Metode Investigasi Sains terhadap Kemampuan Argumentasi ... .... 18
E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20
F. Uraian Materi Fluida Statis ... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... .... 29
A. Metode Penelitian ... .... 29
B. Desain Penelitian ... .... 29
C. Populasi, Lokasi dan Subyek Penelitian ... .... 29
D. Instrumen Penelitian ... .... 30
E. Prosedur Penelitian ... .... 34
F. Teknik Pengolahan Data ... .... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... .... 42
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Pembahasan... .... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... .... 64
A. Kesimpulan ... .... 64
B. Saran ... .... 64
DAFTAR PUSTAKA ... .... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... .... 69
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Bagan struktur argumentasi menurut Toulmin (Schen, 2007) ... 11
2.2 Ilustrasi tekanan hisrostatik oleh air ... 21
2.3 Representasi tekanan oleh air pada benda ... 23
2.4 Diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda ketika terapung ... 25
2.5 Diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda pada keadaan melayang ... 26
2.6 Diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda pada keadaan tenggelam ... 27
3.1 Bagan Desain One Group Pre-test and Pos-test... 29
3.2 Diagram Alur Proses Penelitian ... 38
4.1 Contoh data yang diperoleh siswa setelah investigasi sains ... 48
4.2 Contoh argumentasi siswa yang ditulis dalam bentuk poster ... 49
4.3 Grafik Perbandingan Peningkatan setiap Aspek Kemampuan Argumentasi Siswa ... 54
4.4 Grafik Nilai Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir dari Kemampuan Siswa dalam Membuat Klaim ... 54
4.5 Grafik Nilai Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir dari Kemampuan Siswa Menyertakan dan Menganalisis Data ... 57
4.6 Contoh data yang diberikan siswa pada materi fluida statik... 58
4.7 Grafik Nilai Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir dari Kemampuan Siswa dalam Membuat Pembenaran ... 59
4.8 Grafik Nilai Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir dari Kemampuan Siswa Memberikan Dukungan
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Indikator Aspek Kemampuan Argumentasi ... 14
2.2 Kriteria Penskoran Aspek Kemampuan Argumentasi ... 14
2.3 Contoh Argumentasi dalam Fisika ... 15
2.4 Sintaks Model Pembangkit Argumen dengan Metode Investigasi Sains terhadap Aktivitas Guru... 16
2.5 Hubungan antara Sintaks Model Pembangkit Argumen dengan Metode Investigasi Sains terhadap Aspek Kemampuan Argumentasi Siswa dalam ProsesPembelajaran... 18
3.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment ... 29
3.2 Interpretasi Indeks Tingkat Kemudahan Butir Soal ... 33
3.3 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda Butir Soal ... 34
3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Argumentasi ... 35
3.5 Interpretasi Kategori Rata-rata Gain Yang Dinormalisasi ... 39
3.6 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 40
4.1 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Argumentasi Siswa ... 42
4.2 Rekapiltulasi Nilai Rata-rata Tes Awal, Tes Akhir dan Gain yang Dinormalisasi Setiap Aspek Kemampuan Argumentasi ... 43
4.3 Rekapitulasi Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Guru Model Pembangkit Argumen dengan Metode Investigasi Sains ... 44
4.4 Rekapitulasi Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Siswa Model Pembangkit Argumen dengan Metode Investigasi Sains ... 47
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A ... 70
A.1 : RPP Pertemuan 1 Tekanan Hidrostatik ... 71
A.2 : RPP Pertemuan 2 Hukum Archimedes ... 76
A.3 : LKS Tekanan Hidrostatik ... 82
A.4 : LKS Hukum Archimedes ... 86
Lampiran B... 90
B.1 : Lembar Validasi Isi Tes Kemampuan Argumentasi ... 91
B.2 : Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Argumentasi ... 96
B.3 : Soal Tes Kemampuan Argumentasi ... 106
B.4 : Kunci Jawaban Tes Kemampuan Argumentasi... 116
B.5 : Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Argumentasi ... 122
B.6 : Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 128
B.7 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 132
B.7 : Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Aktivitas Siswa ... 136
Lampiran C ... 138
C.1 : Analisis Hasil Judgment Soal Tes Kemampuan Argumentasi ... 139
C.2 : Skor Hasil Uji Reliabilitas (Test-retest) Tes Kemampuan Argumentasi ... 140
C.3 : Perhitungan Koefisien Korelasi (rxy) Reliabilitas Tes Kemampuan Argumentasi ... 142
C.4 : Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Argumentasi ... 143
Lampiran D ... 144
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D.2 : Perhitungan Rata-rata Skor Gain Dinormalisasi (<g>)
Kemampuan Argumentasi Siswa ... 146
D.3 : Perhitungan Rata-rata Skor Gain Dinormalisasi (<g>) Setiap Aspek Kemampuan Argumentasi Siswa ... 148
D.4 : Perhitungan Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Melalui Aktivitas Guru ... 150
D.5 : Perhitungan Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Setiap Tahap Pembelajaran ... 151
Lampiran E... 152
E.1 : Kesediaan Menjadi Penilai Instrumen Penelitian Skripsi ... 153
E.2 : Surat Tugas Membimbing ... 155
E.3 : Hasil Judgment Tes Kemampuan Argumentasi ... 156
E.4 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 167
E.5 : Ringkasan Hasil Wawancara ... 168
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan Pendidikan Nasional seperti yang tertuang dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab. Oleh karena itu diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan untuk
mencapai tujuan tersebut yang tertuang dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Standar Kompetensi Lulusan merupakan kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013).
Keterampilan yang merupakan salah satu kualifikasi dari Standar
Kompetensi Lulusan mengharuskan siswa agar memiliki kemampuan berpikir dan
bertindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai
pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Permendikbud
Nomor 54 Tahun 2013). Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang bisa
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pada tingkat SMA, mata pelajaran
fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri, selain
memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, juga sebagai wahana untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di
dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta
didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan
untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk
SMA mengisyaratkan bahwa pembelajaran fisika hendaknya dilaksanakan secara
2
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup
(Depdiknas, 2006).
Salah satu kemampuan berpikir yang bisa dikembangkan dalam
pembelajaran fisika adalah kemampuan argumentasi. Billig dan Kuhn (dalam
Osborne ,2002) menyatakan bahwa argumentasi merupakan proses berpikir yang
dapat dikembangkan melalui penalaran dalam diskusi kelompok. Dalam
beragumentasi siswa perlu memberikan bukti-bukti (data) dan teori yang akurat
untuk mendukung klaim mereka terhadap suatu permasalahan. Kemampuan
berpikir siswa sangat diperlukan dalam menganalisis bukti dan teori yang
diberikan sehingga argumen yang mereka ajukan bisa diterima oleh orang lain.
Dengan demikian kemampuan argumentasi berhubungan erat dengan kemampuan
berpikir siswa yang merupakan salah satu kompetensi standar yang harus dimiliki
oleh setiap lulusan (siswa).
Perkembangan masalah-masalah sosio-ilmiah dalam lingkungan
masyarakat pada zaman sekarang seperti rekayasa genetik, pemanfaatan nuklir,
bayi tabung, dan lain sebagainya menuntut siswa untuk bisa memberikan
argumentasinya agar tidak terjebak dalam isu-isu negatif yang menyebar di
masyarakat. Klaim (claim) yang diajukan terkadang menimbulkan perdebatan
dikalangan masyarakat sehingga perlu pembuktian dan pembenaran yang jelas
agar klaim yang diajukan menjadi sah dan dapat diterima. Oleh karena itu, proses
pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran fisika, perlu membekali dan
melatih siswa dengan kemampuan argumentasi yaitu kemampuan membuat klaim
(claim) sesuai permasalahan, kemampuan memberikan dan menganalisis
data-data, kemampuan memberikan pembenaran (warrant), dan kemampuan
memberikan dukungan (backing) yang rasional dari teori-teori yang ada sehingga
mendukung klaim yang diajukan. Pembelajaran sains (fisika) harus
mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami dan mempraktekan cara
berargumentasi dalam konteks ilmiah (Osborne et al, 2002).
Gagasan pengembangan kemampuan argumentasi bagi siswa SMA
merupakan kreativitas guru fisika yang dianjurkan untuk mengurangi bercerita
3
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengkonstruksi pengetahuan (Wenning, 2006). Landasan teoretis tersebut
menekankan pula pentingnya guru melakukan perubahan paradigma dalam
memfasilitasi siswa, dari cara pandang: “mengajar adalah berceritera tentang
konsep” menjadi sebuah perspektif ilmiah: “mengajar adalah menggubah
lingkungan belajar dan menyiapkan rangsangan-rangsangan kepada siswa
(Wenning, 2006).
Trent (2009) menyatakan bahwa siswa perlu mempelajari bagaimana
mengkonstruksi struktur argumentasi yang benar, yaitu membuat klaim,
menyertakan dan menganalisis data yang mendukung, membuat pembenaran dan
dukungan. Argumentasi memainkan peran penting dalam membangun eksplanasi,
model dan teori, sebagaimana yang diungkapkan oleh Erduran & Jimenez (2007)
“Scientists use arguments to establish theories, models and explanations of the natural world. Contemporary philosophy of science perspectives emphasize that science is not only the accumulation of evidence of the way the world works. Science includes the construction of theories explaining the way in which the world should be. Thus, science progresses from disputes, conflicts and arguments”
Dengan demikian argumentasi merupakan sebuah proses yang sangat
penting dalam ilmu pengetahuan dan harus diterapkan dalam pembelajaran sains
di sekolah.
Namun, pada kenyataanya proses pembelajaran fisika kurang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan argumentasinya. Dari
hasil studi pendahuluan berupa observasi kegiatan pembelajaran fisika di salah
satu SMA di Garut, diketahui bahwa selama proses pembelajaran siswa kurang
diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan argumentasinya.
Permasalahan yang diberikan kepada siswa selama kegiatan pembelajaran tidak
mengarahkan siswa untuk membuat sebuah klaim, tetapi hanya sebatas
permasalahan yang mengarahkan siswa kepada kegiatan penyelesaian soal
kuantitatif. Selain itu, siswa juga tidak memperoleh kesempatan untuk
menggunakan teori atau konsep yang diperolehnya untuk memperkuat jawaban
yang dibuatnya karena penyelesaian masalah atau soal hanya cukup sampai
4
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diambil kesimpulan bahwa dari keempat aspek argumentasi, yaitu klaim, data,
pembenaran, dan dukungan, hanya aspek data yang biasa dilatihkan kepada siswa
yaitu mengerjakan soal-soal untuk memperoleh angka yang akan menjadi jawaban
dari permasalahan yang diberikan. Sedangkan ketiga aspek lainnya, yaitu klaim,
pembenaran, dan dukungan tidak dilatihkan kepada siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
Hasil studi pendahuluan juga menunjukkan bahwa kemampuan
argumentasi siswa masih rendah. Dari hasil tes kemampuan argumentasi kepada
siswa dalam studi pendahuluan, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) nilai rata-rata
kemampuan siswa dalam membuat klaim adalah 32,2 dari nilai maksimal yaitu
100. (2) nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menyertakan dan menganalisis
data adalah 29,4 dari nilai maksimum yaitu 100. (3) nilai rata-rata kemampuan
siswa dalam membuat pembenaran adalah 22,7 dari nilai masksimum yaitu 100.
(4) nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menyertakan dukungan untuk
melandasi pembenaran adalah 24,5 dari nilai maksimum yaitu 100.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas, maka diperlukan sebuah
proses pembelajaran yang bisa memfasilitasi siswa untuk mengembangkan
kemampuan argumentasinya. Osborne (2002) menyatakan bahwa proses
pembelajaran yang melibatkan argumen dalam pembelajaran harus melibatkan
siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Model pembelajaran yang dapat
dikembangkan untuk melatih kemampuan argumentasi siswa adalah model
pembangkit argumen dengan metode investigasi sains.
Model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains
dikembangkan oleh Sampson (2010). Model ini dirancang untuk melibatkan siswa
dalam kegiatan argumentasi ilmiah. Dalam model ini siswa dibentuk kedalam
beberapa kelompok dan diberi kesempatan untuk mengembangkan argumentasi
mereka dimulai dengan membuat klaim (claim) terhadap permasalahan yang
diberikan. Klaim tersebut memerlukan data sebagai bukti untuk memverifikasi
kebenarannya. Data yang diperlukan bisa diperoleh dari data-data hasil
5
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penyelidikan ilmiah (investigasi sains) pada proses pembelajaran sehingga mereka
bisa memperoleh data-data yang diperlukan dalam membangun argumentasi.
Landasan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains
adalah teori konstruktivisme yang memandang bahwa pengetahuan tidak
dipindahkan dari guru kepada siswa tetapi pengetahuan dibangun dalam pikiran
siswa melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi
baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur
pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai
tempat (Ruseffendi dalam Hamzah, 2008). Piaget mengemukakan bahwa
pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui
tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif siswa bergantung pada seberapa jauh
mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya (Poedjiadi
dalam Hamzah, 2008). Oleh karena itu proses pembelajaran yang dilakukan harus
lebih mengedepankan keaktifan siswa. Guru dalam hal ini hanya bertindak
sebagai fasilitator. Langkah-langkah dalam model pembangkit argumen dengan
metode investigasi sains lebih banyak melibatkan aktivitas siswa selama
pembelajaran karena siswa harus mengembangkan sendiri argumentasinya mulai
dari membuat klaim, melaksanakan kegiatan eksperimen untuk mencari data-data,
membuat pembenaran dan dukungan, dan menyampaikan argumentasinya kepada
kelompok yang lain. Sementara itu peran guru adalah memberikan permasalahan
kepada siswa dan membimbing siswa selama kegiatan eksperimen berlangsung.
Kegiatan eksperimen merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam
sains khususnya fisika. Hal tersebut didasarkan pada fakta bahwa para ilmuwan
fisika mempelajari berbagai fenomena alam yang terjadi melalui serangkaian
kegiatan eksperimen sampai akhirnya mereka menemukan konsep dibalik
terjadinya sebuah fenomena alam. Namun, ada juga ilmuwan fisika yang
mengemukakan terlebih dahulu ide atau gagasannya sampai kemudian
pendapatnya tersebut memang terbukti benar berdasarkan hasil eksperimen yang
dilakukan setelahnya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran fisika harus lebih
mengedepankan keaktifan siswa melalui proses penyelidikan berupa kegiatan
6
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konsep sesuai hasil pengalaman belajar yang didapatnya. National Science
Educational Standard (Wenning, 2004) mendefinisikan kegiatan siswa
berorientasi penyelidikan (inquiry) sebagai berikut:
“the activities of students in which they develop knowledge and understanding of scientific ideas, as well as an understanding of how scientists study the natural world”
Ada beberapa definisi kemampuan yang diperlukan bagi siswa untuk
melaksanakan penyelidikan (investigasi) ilmiah menurut National Science
Educational Standard (Wenning, 2004), yaitu:
“identify questions and concepts that guide scientific investigations, design and conduct scientific investigations, use technology and mathematics to improve investigations and communications, formulate and revise scientific explanations using logic and evidence, recognize and analyze alternative explanations and models, and communicate and
defend a scientific argument”.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak penelitian yang
memfokuskan pada analisis wacana argumentasi dalam konteks pembelajaran
sains (Kelly & Takao, 2002; Zohar & Nemet, 2002). Grooms (2011) dalam
penelitiannya menggunakan model Argumen-Driven Inquiry (ADI) memperoleh
hasil bahwa ada peningkatan kualitas argumen siswa menggunakan model
tersebut. Pembelajaran sains tidak hanya fokus pada hasil seperti pemecahan
masalah, penguasaan konsep atau keterampilan proses sains semata, tetapi juga
perlu melibatkan penggunaan alat lain seperti kemampuan argumentasi.
Berdasarkan pada kondisi seperti yang telah diuraikan di atas dan
mengingat pentingnya kemampuan argumentasi bagi siswa, maka perlu dilakukan
penelitian untuk membekali siswa agar mereka dapat memiliki kemampuan
argumentasi yang baik. Hal inilah yang memotivasi peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan
7
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah
dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembangkit argumen
dengan metode investigasi sains berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan argumentasi siswa SMA pada materi fluida statis?
Masalah tersebut dapat diturunkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan argumentasi siswa sebagai impak
penerapan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains pada
materi fluida statis?
2. Bagaimana peningkatan setiap aspek kemampuan argumentasi siswa sebagai
impak penerapan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains
pada materi fluida statis?
C. Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti maka perlu
dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Kemampuan argumentasi dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan
siswa dalam menuliskan klaim, data, pembenaran, dan dukungan terhadap
permasalahan yang diberikan.
2. Peningkatan kemampuan argumentasi pada penelitian ini dibatasi pada
perubahan nilai tes kemampuan argumentasi siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran berdasarkan rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>).
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan kemampuan argumentasi siswa
sebagai impak penerapan model pembangkit argumen dengan metode
8
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan setiap aspek kemampuan
argumentasi siswa sebagai impak penerapan model dengan metode argumen
berbasis investigasi sains pada materi fluida statis.
E. Manfaat Penelitian
Data hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti tentang potensi
model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains dalam meningkatkan
kemampuan argumentasi siswa yang nantinya dapat memperkaya referensi
tentang hasil penelitian yang sejenis dan dapat dimanfaatkan oleh semua pihak
yang berkepentingan seperti peneliti, guru, mahasiswa dan LPTK .
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap berbagai istilah,
maka perlu dijelaskan beberapa definisi operasional sebagai berikut:
1. Model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang mengarahkan siswa
untuk aktif mengembangkan argumentasi dengan metode investigasi sains
melalui lima tahapan pembelajaran, yaitu tahap: (1) penyajian masalah, (2)
menguji penjelasan melalui kegiatan investigasi sains, (3) pembangkitan
argumen tentatif, (4) sesi argumentasi, dan (5) perumusan argumen hasil
pemikiran kelompok. Keterlaksanaan model pembangkit argumen dengan
metode investigasi sains diobservasi menggunakan lembar observasi.
2. Kemampuan argumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan untuk memberikan bukti dan alasan untuk memperkuat atau
menolak suatu pendapat atau gagasan (claim). Kemampuan memberikan
bukti dan alasan yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam membuat
klaim (claim), memberikan data, memberikan pembenaran (warrant), dan
memberikan dukungan (backing) untuk memperkuat atau menolak pendapat
atau gagasan (claim). Kemampuan argumentasi diukur melalui tes
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pre-experiment design ,yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dampak
awal penggunaan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains
terhadap kemampuan argumentasi siswa. Dalam penelitian ini hanya
menggunakan kelas eksperimen tanpa ada kelas kontrol.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group
pre-test and post-pre-test seperti ditunjukan pada Gambar 3.1.
Pre-test Treatment Post-test
O X O
Gambar 3.1 Bagan Desain One Group Pre-test and Pos-test (Arikunto, 2010)
Pertama-tama siswa diberikan dahulu tes awal (pre-test) yaitu tes kemampuan
argumentasi untuk mengetahui kemampuan argumentasi awal mereka. Setelah itu
siswa diberi perlakukan (treatment) yaitu proses pembelajaran menggunakan
Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains untuk dilatihkan
kemampuan argumentasinya. Setelah pemberian treatment selesai siswa kemudian
diberi kembali tes akhir (post-test) berupa tes kemampuan argumentasi untuk
dilihat apakah ada peningkatan kemampuan argumentasi mereka setelah diberi
perlakuan (treatment).
C. Populasi, Lokasi dan Subyek Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA pada salah satu
SMA di Kabupaten Garut semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Subyek
pada penelitian adalah siswa kelas XI IPA 3 sebanyak 31 orang yang dipilih
30
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Instrumen Penelitian
1. Tes kemampuan argumentasi
Kemampuan argumentasi siswa diukur menggunakan tes. Tes yang
digunakan berupa tes uraian yang terdiri dari enam butir soal. Keenam butir soal
tes tersebut terdiri dari tiga butir soal untuk materi tekanan hidrostatik dan tiga
butir soal untuk materi hukum Archimedes. Masing-masing soal menuntut siswa
mampu: (1) membuat klaim sesuai dengan permasalahan, (2) menganalisis data
untuk mendukung klaim, (3) memberikan pembenaran yaitu menjelaskan
hubungan data terhadap klaim, (4) Melandasi pembenaran untuk mendukung
klaim (dukungan). Keempat kemampuan tersebut sesuai dengan indikator
kemampuan argumentasi yang dikembangkan oleh Sampson (2010).
Tes diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
(treatment) model pembelajaran pembangkit argumen dengan metode investigasi
sains dengan materi fluida statik. Sebelum digunakan, tes kemampuan
argumentasi diuji dahulu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembedanya agar baik, sah, dan dapat dipercaya.
a) Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mampu mengukur apa yang
hendak diukur (Anderson dalam Arikunto, 2013). Tes argumentasi digunakan
untuk mengukur kemampuan argumentasi siswa. Oleh karena itu tes argumentasi
harus valid agar bisa digunakan mengukur kemampuan argumentasi siswa dengan
benar.
Langkah pertama dalam penyusunan tes adalah menentukan materi yang akan
menjadi bahan tes tersebut. Arikunto (2013) menyebutkan bahwa sebuah tes
memiliki validitas isi jika mampu mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar
dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan kepada siswa. Lebih lanjut
Arikunto menyebutkan bahwa sebuah tes memiliki validitas konstruksi apabila
butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir
seperti sesuai dengan indikator.
Validitas isi dan validitas konstruksi dari suatu tes diperoleh melalui penilaian
31
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
validitas isi dan validitas konstruksinya oleh dua orang dosen ahli. Penilaian
kedua validitas tes kemampuan argumentasi tersebut menggunakan lembar
validasi tes kemampuan argumentasi. Dalam lembar tersebut ada tiga aspek yang
dinilai oleh dosen ahli, yaitu kesesuaian butir soal dengan konsep, kesesuaian
butir soal dengan aspek kemampuan argumentasi, dan kesesuaian butir soal
dengan indikator kemampuan argumentasi. Apabila penilaian dari dosen ahli
terhadap masing-masing aspek tersebut sesuai, maka penilai memberi nilai dua (2)
sedangkan apabila penilaiannya tidak sesuai maka penilai memberi nilai satu (1),
masing-masing pada kolom yang disediakan.
b) Reliabilitas
Sebuah tes dikatakan reliabel jika hasil tes menunjukan ketetapan (Arikunto,
2013) maksudnya adalah hasil tes akan memiliki hasil yang tetap apabila diteskan
berkali-kali. Dengan demikian minimal dibutuhkan dua kali pengetesan soal
kepada siswa untuk mengetahui reliabilitas soal tersebut. Metode yang digunakan
untuk mencari reliabilitas tes kemampuan argumentasi adalah metode tes ulang
(Test-retest Method). Soal tes kemampuan argumentasi diujicobakan sebanyak
dua kali kepada siswa yang sama dengan selang waktu antara uji coba pertama
dan uji coba kedua adalah satu minggu. Hasil uji coba tersebut kemudian
dikorelasikan antara hasil ujicoba yang pertama dengan hasil uji coba yang kedua.
Rumus yang digunakan untuk menghitung korelasi tersebut yaitu rumus pearson
product moment dengan angka kasar (Arikunto, 2013).
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
...(3.1)
Dengan :
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X : skor hasil tes pertama
32
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Besar koefisien korelasi yang didapat kemudian diinterpretasikan sesuai
dengan Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment
No Rentang koefisien korelasi (rxy) Kriteria
1 0,8 < rxy ≤ 1,0 Sangat tinggi
2 0,6 < rxy ≤ 0,8 Tinggi
3 0,4 < rxy ≤ 0,6 Cukup
4 0,2 < rxy ≤ 0,4 Rendah
5 0,0 ≤ rxy ≤ 0,2 Sangat rendah
(Arikunto,2013)
c) Tingkat Kemudahan
Soal tes yang baik adalah soal tes yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar (Arikunto, 2013). Bilangan yang menunjukan tingkat kemudahan sebuah tes
dinamakan indeks kemudahan. Untuk menghitung indeks kemudahan digunakan
rumus (Arikunto, 2013):
...(3.2)
Dengan :
P = indeks kemudahan
B = banyaknya siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Besar tingkat kemudahan yang didapat kemudian diinterpretasikan sesuai
33
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2
Interpretasi Indeks Tingkat Kemudahan Butir Soal
Nilai Indeks Kemudahan (P) Kriteria
0.00 – 0.30 Sukar
0.31 – 0.70 Sedang
0.71 – 1.00 Mudah
(Arikunto; 2013)
d) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah
(Arikunto, 2013). Angka yang menunjukan daya pembeda disebut indeks
diskriminasi (D). Untuk menghitung besar daya pembeda soal, digunakan rumus
(Arikunto, 2013):
...(3.3)
Dengan :
D : indeks diskriminasi
: banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
: banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
: banyaknya siswa kelompok atas
: banyaknya siswa kelompok bawah
Besarnya nilai diskriminasi (D) yang didapat kemudian diinterpretasikan
34
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3
Klasifikasi Nilai Daya Pembeda Butir Soal
(Arikunto, 2013)
e) Hasil Judgment dan Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Argumentasi
Berdasarkan hasil judgment keenam butir soal tes argumentasi, diperoleh
hasil bahwa keenam soal argumentasi tersebut ada kesesuaian antara butir soal
dengan konsep, ada kesesuaian antara butir soal dengan aspek kemampuan
argumentasi, dan ada kesesuaian antara butir soal dengan indikator kemampuan
argumentasi. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa keenam soal
argumentasi tersebut memiliki validitas isi dan validitas konstruksi sehingga bisa
digunakan untuk mengukur kemampuan argumentasi siswa. Untuk perhitungan
dan analisis lengkap dari hasil judgment tes kemampuan argumentasi bisa dilihat
pada Lampiran C.2.
Reliabilitas tes kemampuan argumentasi diperoleh setelah mengkorelasikan
hasil uji coba tes pertama dengan hasil uji coba tes kedua. Nilai koefisien korelasi
(rxy) yang didapat sebesar 0,9 yang berada pada kategori sangat tinggi. Dengan
demikian soal tes kemampuan argumentasi tersebut memiliki tingkat reliabilitas
yang sangat tinggi. Untuk perhitungan lebih lengkap dari reliabilitas tes
kemampuan argumentasi bisa dilihat pada Lampiran C.3.
No Nilai Diskriminasi (D) Keterangan
1 0,00 – 0,20 Jelek (poor)
2 0,21 – 0,40 Cukup (satistifactory)
3 0,41 – 0,70 Baik (good)
4 0,71 – 1,00 Baik sekali (excellent)
35
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya soal diuji coba untuk melihat tingkat kemudahan dan daya
pembeda, masing-masing soal. Rekapitulasi hasil uji coba soal tes kemampuan
argumentasi disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Argumentasi
Untuk perhitungan lebih lengkap dari daya pembeda dan tingkat kemudahan
tes kemampuan argumentasi bisa dilihat pada Lampiran C.4. Dari data hasil
judgment dan uji coba tes maka soal yang digunakan dalam penelitian sebanyak
enam soal.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengamati sejauh
mana keterlaksanaan model pembelajaran pembangkit argumen dengan metode
investigasi sains dalam proses pembelajaran. Lembar observasi yang digunakan
ada dua, yaitu lembar observasi aktvitas guru keterlaksanaan model pembelajaran
pembangkit argumen dengan metode investigasi sains dan lembar aktivitas siswa
keterlaksanaan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains. Pada
masing-masing lembar tersebut terdapat tahapan-tahapan dari model pembelajaran
yang digunakan. Pada setiap tahapan terdapat keterangan aktifitas yang dilakukan
oleh guru dan siswa. Jika aktivitas yang dilakukan oleh guru atau siswa sesuai
dengan aktivitas yang terdapat dalam lembar observasi, maka observer memberi No.
Soal
Daya Pembeda Tingkat Kemudahan
Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi
1 0,22 Cukup 0,36 Sedang
2 0,53 Baik 0,39 Sedang
3 0,49 Baik 0,32 Sedang
4 0,21 Cukup 0,34 Sedang
5 0,24 Cukup 0,28 Sukar
36
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tanda ceklis pada sub kolom „ya‟ pada kolom hasil observasi dan jika aktivitas
yang dilakukan oleh guru atau siswa tidak sesuai dengan aktivitas yang terdapat
dalam lembar observasi, maka observer memberi tanda ceklis pada sub kolom
„tidak‟. Apabila ada komentar yang perlu ditambahkan oleh observer, maka observer bisa menuliskannya pada kolom komentar.
3. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi dari
siswa mengenai kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran
menggunakan model pembangkit argumen berlangsung dan kesulitan yang
dialami siswa ketika membangun argumentasinya. Jenis wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas. Yang menjadi responden
dalam wawancara ini adalah dua orang siswa yang masing-masing diambil dari
siswa pada kategori kelas atas dan siswa yang berada pada kategori kelas bawah.
Waktu pelaksanaan kegiatan wawancara ini dilaksanakan setelah siswa selesai
melaksanakan seluruh kegiatan pembelajaran. Data hasil wawancara ini
digunakan sebagai data tambahan untuk menganalisis kesulitan yang dialami
siswa selama proses pembelajaran dan juga kesulitan yang dialami siswa ketika
membangun argumentasinya.
E. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga
tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan masalah yang akan dikaji dengan cara peneliti melakukan studi
pendahuluan melalui kegiatan observasi, yaitu mengamati kegiatan
pembelajaran fisika di dalam kelas.
b. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai
permasalahan yang akan dikaji.
c. Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan penelitian
37
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Membuat dan menyusun instrumen penelitian.
e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, skenario pembelajaran
menggunakan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains,
dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
f. Melakukan judgement instrumen oleh dua orang dosen ahli.
g. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
h. Menganalisis hasil judment dan uji coba instrumen penelitian kemudian
menentukan soal tes yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :
a. Memberikan tes awal (pre-test) untuk mengukur kemampuan argumentasi
siswa sebelum diberi perlakuan (treatment).
b. Memberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan cara menerapkan model
pembangkit argumen dengan metode investigasi sains pada pembelajaran
serta mengobservasi jalannya pembelajaran dengan bantuan observer.
c. Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur peningkatan kemampuan
argumentasi siswa setelah diberi perlakuan (treatment).
d. Melakukan wawancara dengan dua orang siswa.
3. Tahap Akhir
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain :
a. Mengolah data hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) serta
menganalisis hasil instrumen pendukung penelitian lainnya.
b. Membandingkan hasil analisis data instrumen tes antara sebelum diberi
perlakuan (pre-test) dan setelah diberi perlakuan (post-test) untuk melihat dan
menentukan apakah terdapat peningkatan kemampuan argumentasi siswa
setelah diterapkan model pembangkit argumen dengan metode investigasi
sains dalam pembelajaran fisika.
c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan
data.
d. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang sesuai.
38
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Akhir
Studi Kurikulum
Rumusan Masalah
Solusi Permasalahan Studi Litelatur
Studi Pendahuluan
Uji Coba Instrumen Soal Tes Kemampuan Argumnetasi Judgment Validitas Instrumen Soal Tes Kemampuan Argumentasi
Pembuatan Instrumen Penelitian dan
Perangkat Pembelajaran (RPP, skenario pembelajaran, dan LKS)
Observasi Kegiatan Pembelajaran Fisika dengan
menerapkan Model Pembangkit Argumen Dengan metode Investigasi Sains
Posttest Pretest
Pengolahan Data
Kesimpulan
Analisis hasil Judgment dan uji coba instrumen penelitian
39
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Teknik Pengolahan Data
1. Menghitung Peningkatan (Gain) Kemampuan Argumentasi
Untuk melihat peningkatan kemampuan argumentasi siswa setelah penerapan
model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains, dilihat dari selisih
skor hasil tes awal (post-test) dan tes akhir (pre-test). Jika skor hasil tes awal
lebih besar daripada skor hasil tes akhir, maka akan terdapat peningkatan (gain)
kemampuan argumentasi siswa. Untuk mengetahui kriteria peningkatan
kemampuan argumentasi, digunakan kriteria dari gain yang dinormalisasi yang
dikembangkan oleh Hake (1998). Berdasarkan kriteria peningkatan gain yang
dinormalisasi menurut Hake (1998), rumus yang digunakan untuk menghitung
rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) adalah:
Interpretasi nilai gain yang dinormalisasi disajikan seperti pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Interpretasi Kategori Rata-rata Gain Yang Dinormalisasi
Rata-rata Gain yang
Dinormalisasi Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
(Hake, 1998)
2. Analisis Data Hasil Lembar Observasi
Pada penelitian ini yang diobservasi adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa
pada proses pembelajaran menggunakan model pembangkit argumen dengan
metode investigasi sains. Pada lembar observasi ini terdapat beberapa kegiatan
yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Untuk
melihat apakah kegiatan tersebut dilakukan atau tidak oleh guru dan siswa maka
40
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lembar observasi. Jika kegiatan tersebut terlaksana, maka observer menceklis pada
kolom “ya” sedangkan jika tidak terlaksana observer menceklis pada kolom
“tidak”. Skor untuk pilihan “ya” adalah satu (1) sedangkan skor untuk pilihan “tidak” adalah nol (0). Untuk menghitung persentase keterlaksanaan model pembelajaran menggunakan rumus berikut ini:
∑ ∑
Hasil perhitungan keterlaksanaan model pembelajaran tersebut
diinterpretasikan sesuai dengan kriteria keterlaksanan model pembelajaran
menurut Riduan (2012) seperti disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran
No
Interval Persentase
Keterlaksanaan
Pembelajaran (KP)
Interpretasi
1. KP = 0% Tak satupun aktivitas terlaksana
2. 0% – 25% Sebagian kecil aktivitas terlaksana
3. 26% – 50% Hampir setengah aktivitas
terlaksana
4. KP = 50% Setengah aktivitas terlaksana
5. 51% – 75% Sebagian besar aktivitas terlaksana
6 76% - 99% Hampir seluruh aktivitas terlaksana
7 KP = 100 Seluruh aktivitas terlaksana
41
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan dari diketahuinya persentase keterlaksanaan model
pembelajaran secara keseluruhan adalah untuk mengetahui apakah model
pembangkit argumen dengan metode investigasi sains terlaksana
sepenuhnya atau tidak oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di
kota Garut kelas XI IPA 3 semester II mengenai penerapan model pembangkit
argumen dengan metode investigasi sains untuk meningkatkan kemampuan
argumentasi siswa SMA pada materi fluida statis, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kemampuan argumentasi siswa mengalami peningkatan sebagai impak
penerapan model pembelajaran dengan metode investigasi sains pada materi
fluida statis. Hal ini diindikasikan dengan perolehan skor rata-rata gain yang
dinormalisasi (<g>) sebesar 0,58 dengan kategori sedang.
2. Setiap aspek kemampuan argumentasi siswa mengalami peningkatan sebagai
impak penerapan model pembangkit argumen dengan metode investigasi
sains pada materi fluida statis. Urutan peningkatan aspek kemampuan
argumentasi dari yang terbesar ke yang terkecil, yaitu kemampuan
menyertakan dan menganalisis data (data) dengan perolehan skor rata-rata
gain yang dinormalisasi (<g>) sebesar 0,66, kemampuan membuat klaim
(claim) dengan perolehan skor rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>)
sebesar 0,62, kemampuan memberikan dukungan (backing) dengan perolehan
skor rata-rata gain yang dinormalisi sebesar (<g>) 0,55, dan kemampuan
memberikan pembenaran (warrant) dengan perolehan skor rata-rata gain
yang dinormalisasi (<g>) sebesar 0,52. Semua peningkatan aspek
argumentasi tersebut berada pada kategori sedang.
B. Saran
1. Pada penelitian ini kemampuan argumentasi yang dilatihkan kepada siswa
hanya kemampuan siswa untuk membuat klaim, kemampuan memberikan
data untuk mendukung klaim, kemampuan memberikan pembenaran, dan
65
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan untuk menolak atau menyanggah klaim orang lain (rebuttal)
sehingga siswa tidak dilatih untuk membuat argumen sanggahan (counter
argument). Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam membuat argumen sanggahan.
2. Dalam penelitian ini, peningkatan kemampuan argumentasi berada dalam
kategori sedang. Hal itu didasarkan pada hasil tes akhir siswa. Jawaban
siswa dalam memberikan data dan dukungan masih belum maksimal.
Untuk memberikan data dan dukungan dengan benar, maka siswa perlu
menguasai materi dengan benar. Oleh karena itu, untuk lebih
meningkatkan lagi kemampuan argumentasi siswa maka dalam penelitian
selanjutnya disarankan agar pemberian materi kepada siswa lebih
ditingkatkan lagi sehingga siswa bisa menguasai materi dengan lebih baik
lagi.
3. Dari keempat aspek argumentasi, aspek kemampuan memberikan
pembenaran mengalami peningkatan paling kecil, yaitu dengan <g>
sebesar 0,52. Siswa masih belum terbiasa dalam membuat pembenaran.
Oleh karena itu, saran untuk penelitian selanjutnya agar lebih melatih
siswa dalam membiasakan pembenaran. Hal tersebut bisa dilakukan
dengan menambah jumlah waktu penelitian lebih dari dua hari agar siswa
menjadi terbiasa untuk membuat pembenaran. Saran lainnya agar
instrumen tes yang dibuat juga sesuai dengan yang dilatihkan kepada
siswa, yaitu data dan pembenaran yang dibuat berdasarkan hasil kegiatan
investigasi sains juga.
4. Kemampuan argumentasi berhubungan dengan kemampuan berpikir
siswa, khususnya dalam ranah kognitif. Oleh karena itu, saran untuk
penelitian selanjutnya agar meneliti hubungan antara kemampuan
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. (2005). Pokoknya Menulis. Cetakan Pertama. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Daud. (2004). Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Fisika SMA/MA. Jakarta.
Driver, R., Newton, P., & Osborne, J. (2000). Establishing the norms of scientific argumentation in classrooms. Science Education.
Erduran, S., & Jimenez-Aleixandre, M.P. (2007). Argumentation in Science Education. Florida State University-USA: Spinger.
Felder, R.M. & Brent, R. (2003)Designing and Teaching Courses to Satisfy the ABET Engineering Criteria, Journal of Engineering Education, 92 (1), pp 7-25 tersedia online akses 16 okt 2006 http://www.ncsu.edu/felder-public/Papers/ABET_Paper_%28JEE%29.pdf
Gardner, H. (1999) . The dicipline mind: What all students should understand. New York: Simon & Schuster Inc.
Grooms, Jonathon. (2011). Using Argument-Driven Inquiry to Enhance Students' Argument Sophistication When Supporting a Stance in the Context of Socioscientific Issues. Electronic Theses, Treatises and Dissertations. Paper 3950. Florida University State.
Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. [online] Tersedia : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf [ 3 Maret 2010]
Hake, R. R. (2002). Assesment of Physics Teaching Methods. Proceeding of UNESCO-ASPEN Workshop on Active in Physics, University of Peradeniya, Sri Lanka, 2-4 Desember 2002. [online] Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/ [ 3 Maret 2010]
Hamzah, M.Ed, Dr. (2008). Teori Belajar Konstruktivisme. [online]. Tersedia:
67
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelly, G. J., & Takao, A. (2002). Epistemic levels in argument: An analysis of university oceanography students’ use of evidence in writing. Science Education, 86, 314-342.
Kelly, G.J., & Bazerman, C. (2003). How Student Argue Scientific Claims: A Rhetorical-Semantic Analysis. University of California: Oxford University Press.
Keraf, Gorys. (1997). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
McNeill, K. L., Lizotte, D. J., & Krajcik, J. (2006). Supporting students’ construction of scientific explanations by fading scaffolds in instructional materials. The Journal of the Learning Sciences, 15(2), 153-191.
Montaña, G., González, Jennifer., & Castillo, F.D. (2012). Argumentation in the Science Classroom. [online]. Tersedia :
http://ikit.org/SummerInstitute2012/Papers/2998-Gonzalez.pdf
Norris, S., Philips, L. & Osborne, J. (2007). Scientific inquiry: the place of interpretation and argumentation. In J. Luft, R. Bell & J. Gess-Newsome (Eds.), Science as Inquiry in the Secondary Setting. Arlington, VA: NSTA Press.
Osborne, J., Erduran, S., & Simon, S. (2002). Enhancing the quality of argumentation in school science. Journal of Research in Science Teaching, 41(10), 994-1020.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. [online]. Tersedia :
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54. (2013). Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Riduan, Dr. M.BA., (2012). Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Jakarta: Alfabeta
Rutherford, F.J. & Ahlgren, A. (1990). Science for All Americans. New York : Oxford University Press.
Sadler, T. D., & Zeidler, D. L. (2005). The significance of content knowledge for informal reasoning regarding socioscientific issues: Applying genetics knowledge to genetics engineering issues. Science Education, 89, 71-93.
68
Fauzia Nur Huda, 2014
Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Classroom The American Biology Teacher, Vol. 72, No. 7, pages 427– 431.
Schen, Melissa S. (2007). Scientific Reasoning Skills Development in the Introductory Biology Courses for Undergraduates. [online]. Tersedia:
http://etd.ohiolink.edu/send-pdf.cgi/Schen%20Melissa.pdf?osu1187063957
Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Trent, R. (2009). Fostering Students’ Argumentation Skills in Geoscience Education. Journal of Geoscience Education, v. 57, n. 4, September, 2009, p. 224-232
Wenning, C. J. (2006). A pramework for teaching the nature of science. Journal of Physics Teacher Education Online. 3(3). 3-10. Tersedia : http://www . phy.ilstu. edu/ jpteo
Wenning, C. J. (2004). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Journal of Physics Teacher Education Online. Tersedia: http://www . phy.ilstu. edu/ jpteo.
Widyanto, Joko. (2012). SPSS for Windows. Surakarta: Badan Penerbit-FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.