• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBANGKIT ARGUMEN DENGAN METODE INVESTIGASI SAINS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBANGKIT ARGUMEN DENGAN METODE INVESTIGASI SAINS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBANGKIT ARGUMEN

DENGAN METODE INVESTIGASI SAINS TERHADAPPENINGKATAN

KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

FAUZIA NUR HUDA

0805748

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBANGKIT ARGUMEN

DENGAN METODE INVESTIGASI SAINS TERHADAP PENINGKATAN

KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS

Oleh

FAUZIA NUR HUDA

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Fauzia Nur Huda 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBANGKIT ARGUMEN DENGAN METODE INVESTIGASI SAINS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA

PADA MATERI FLUIDA STATIS

Oleh: Fauzia Nur Huda

NIM: 0805748

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,

Drs. Muslim, M. Pd. NIP. 196406061990031003

Pembimbing II,

Dr. Andi Suhandi, M.Si. NIP. 196908171994031003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

(4)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBANGKIT ARGUMEN DENGAN METODE INVESTIGASI SAINS TERHADAP PENINGKATAN

KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS

Fauzia Nur Huda NIM. 0805748

Pembimbing I: Drs. Muslim M.Pd. Pembimbing II: Dr. Andi Suhandi M.Si.

Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penerapan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains terhadap peningkatan kemampuan argumentasi siswa. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan argumentasi bagi siswa. Salah satu cara membantu siswa mengembangkan kemampuan argumentasinya adalah dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan argumentasi. Model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains terdiri dari lima tahap pembelajaran, yaitu tahap: (1) penyajian masalah; (2) menguji penjelasan melalui kegiatan investigasi sains; (3) pembangunan argumen tentatif; (4) sesi argumentasi; dan (5) perumusan argumen hasil pemikiran kelompok. Setiap tahapan pembelajaran tersebut melibatkan langsung aktivitas siswa untuk berlatih mengembangkan kemampuan argumentasi. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experiment dengan desain penelitian one group pretest and posttest. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi tes kemampuan argumentasi, lembar observasi, dan format wawancara. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA pada salah satu SMA Negeri di Kota Garut sebanyak 31 orang yang ditentukan dengan teknik cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan perolehan skor rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) kemampuan argumentasi sebesar 0,58 dengan kategori sedang. Peningkatan aspek kemampuan argumentasi tertinggi dicapai pada kemampuan menyertakan dan menganalisis data dengan perolehan (<g>) sebesar 0,66 kategori sedang, kemampuan membuat klaim dengan perolehan (<g>) sebesar 0,62 kategori sedang, kemampuan memberikan dukungan dengan perolehan (<g>) sebesar 0,55 kategori sedang. Adapun peningkatan terendah pada kemampuan membuat pembenaran dengan perolehan (<g>) sebesar 0,52 kategori sedang. Disimpulkan bahwa penerapan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan argumentasi siswa.

(5)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

C. Model Pembangkit Argumen dengan Metode Investigasi Sains ... .... 15

D. Hubungan Aktivitas Siswa Dalam Model Pembangkit Argumen dengan Metode Investigasi Sains terhadap Kemampuan Argumentasi ... .... 18

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20

F. Uraian Materi Fluida Statis ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... .... 29

A. Metode Penelitian ... .... 29

B. Desain Penelitian ... .... 29

C. Populasi, Lokasi dan Subyek Penelitian ... .... 29

D. Instrumen Penelitian ... .... 30

E. Prosedur Penelitian ... .... 34

F. Teknik Pengolahan Data ... .... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... .... 42

(6)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Pembahasan... .... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... .... 64

A. Kesimpulan ... .... 64

B. Saran ... .... 64

DAFTAR PUSTAKA ... .... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... .... 69

(7)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Bagan struktur argumentasi menurut Toulmin (Schen, 2007) ... 11

2.2 Ilustrasi tekanan hisrostatik oleh air ... 21

2.3 Representasi tekanan oleh air pada benda ... 23

2.4 Diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda ketika terapung ... 25

2.5 Diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda pada keadaan melayang ... 26

2.6 Diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda pada keadaan tenggelam ... 27

3.1 Bagan Desain One Group Pre-test and Pos-test... 29

3.2 Diagram Alur Proses Penelitian ... 38

4.1 Contoh data yang diperoleh siswa setelah investigasi sains ... 48

4.2 Contoh argumentasi siswa yang ditulis dalam bentuk poster ... 49

4.3 Grafik Perbandingan Peningkatan setiap Aspek Kemampuan Argumentasi Siswa ... 54

4.4 Grafik Nilai Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir dari Kemampuan Siswa dalam Membuat Klaim ... 54

4.5 Grafik Nilai Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir dari Kemampuan Siswa Menyertakan dan Menganalisis Data ... 57

4.6 Contoh data yang diberikan siswa pada materi fluida statik... 58

4.7 Grafik Nilai Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir dari Kemampuan Siswa dalam Membuat Pembenaran ... 59

4.8 Grafik Nilai Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir dari Kemampuan Siswa Memberikan Dukungan

(8)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Indikator Aspek Kemampuan Argumentasi ... 14

2.2 Kriteria Penskoran Aspek Kemampuan Argumentasi ... 14

2.3 Contoh Argumentasi dalam Fisika ... 15

2.4 Sintaks Model Pembangkit Argumen dengan Metode Investigasi Sains terhadap Aktivitas Guru... 16

2.5 Hubungan antara Sintaks Model Pembangkit Argumen dengan Metode Investigasi Sains terhadap Aspek Kemampuan Argumentasi Siswa dalam ProsesPembelajaran... 18

3.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment ... 29

3.2 Interpretasi Indeks Tingkat Kemudahan Butir Soal ... 33

3.3 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda Butir Soal ... 34

3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Argumentasi ... 35

3.5 Interpretasi Kategori Rata-rata Gain Yang Dinormalisasi ... 39

3.6 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 40

4.1 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Argumentasi Siswa ... 42

4.2 Rekapiltulasi Nilai Rata-rata Tes Awal, Tes Akhir dan Gain yang Dinormalisasi Setiap Aspek Kemampuan Argumentasi ... 43

4.3 Rekapitulasi Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Guru Model Pembangkit Argumen dengan Metode Investigasi Sains ... 44

4.4 Rekapitulasi Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Siswa Model Pembangkit Argumen dengan Metode Investigasi Sains ... 47

(9)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A ... 70

A.1 : RPP Pertemuan 1 Tekanan Hidrostatik ... 71

A.2 : RPP Pertemuan 2 Hukum Archimedes ... 76

A.3 : LKS Tekanan Hidrostatik ... 82

A.4 : LKS Hukum Archimedes ... 86

Lampiran B... 90

B.1 : Lembar Validasi Isi Tes Kemampuan Argumentasi ... 91

B.2 : Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Argumentasi ... 96

B.3 : Soal Tes Kemampuan Argumentasi ... 106

B.4 : Kunci Jawaban Tes Kemampuan Argumentasi... 116

B.5 : Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Argumentasi ... 122

B.6 : Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 128

B.7 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 132

B.7 : Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Aktivitas Siswa ... 136

Lampiran C ... 138

C.1 : Analisis Hasil Judgment Soal Tes Kemampuan Argumentasi ... 139

C.2 : Skor Hasil Uji Reliabilitas (Test-retest) Tes Kemampuan Argumentasi ... 140

C.3 : Perhitungan Koefisien Korelasi (rxy) Reliabilitas Tes Kemampuan Argumentasi ... 142

C.4 : Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Argumentasi ... 143

Lampiran D ... 144

(10)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D.2 : Perhitungan Rata-rata Skor Gain Dinormalisasi (<g>)

Kemampuan Argumentasi Siswa ... 146

D.3 : Perhitungan Rata-rata Skor Gain Dinormalisasi (<g>) Setiap Aspek Kemampuan Argumentasi Siswa ... 148

D.4 : Perhitungan Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Melalui Aktivitas Guru ... 150

D.5 : Perhitungan Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Setiap Tahap Pembelajaran ... 151

Lampiran E... 152

E.1 : Kesediaan Menjadi Penilai Instrumen Penelitian Skripsi ... 153

E.2 : Surat Tugas Membimbing ... 155

E.3 : Hasil Judgment Tes Kemampuan Argumentasi ... 156

E.4 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 167

E.5 : Ringkasan Hasil Wawancara ... 168

(11)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan Pendidikan Nasional seperti yang tertuang dalam Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung

jawab. Oleh karena itu diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan untuk

mencapai tujuan tersebut yang tertuang dalam Standar Kompetensi Lulusan.

Standar Kompetensi Lulusan merupakan kriteria mengenai kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan

(Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013).

Keterampilan yang merupakan salah satu kualifikasi dari Standar

Kompetensi Lulusan mengharuskan siswa agar memiliki kemampuan berpikir dan

bertindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai

pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Permendikbud

Nomor 54 Tahun 2013). Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang bisa

mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pada tingkat SMA, mata pelajaran

fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri, selain

memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, juga sebagai wahana untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di

dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta

didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan

untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk

SMA mengisyaratkan bahwa pembelajaran fisika hendaknya dilaksanakan secara

(12)

2

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup

(Depdiknas, 2006).

Salah satu kemampuan berpikir yang bisa dikembangkan dalam

pembelajaran fisika adalah kemampuan argumentasi. Billig dan Kuhn (dalam

Osborne ,2002) menyatakan bahwa argumentasi merupakan proses berpikir yang

dapat dikembangkan melalui penalaran dalam diskusi kelompok. Dalam

beragumentasi siswa perlu memberikan bukti-bukti (data) dan teori yang akurat

untuk mendukung klaim mereka terhadap suatu permasalahan. Kemampuan

berpikir siswa sangat diperlukan dalam menganalisis bukti dan teori yang

diberikan sehingga argumen yang mereka ajukan bisa diterima oleh orang lain.

Dengan demikian kemampuan argumentasi berhubungan erat dengan kemampuan

berpikir siswa yang merupakan salah satu kompetensi standar yang harus dimiliki

oleh setiap lulusan (siswa).

Perkembangan masalah-masalah sosio-ilmiah dalam lingkungan

masyarakat pada zaman sekarang seperti rekayasa genetik, pemanfaatan nuklir,

bayi tabung, dan lain sebagainya menuntut siswa untuk bisa memberikan

argumentasinya agar tidak terjebak dalam isu-isu negatif yang menyebar di

masyarakat. Klaim (claim) yang diajukan terkadang menimbulkan perdebatan

dikalangan masyarakat sehingga perlu pembuktian dan pembenaran yang jelas

agar klaim yang diajukan menjadi sah dan dapat diterima. Oleh karena itu, proses

pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran fisika, perlu membekali dan

melatih siswa dengan kemampuan argumentasi yaitu kemampuan membuat klaim

(claim) sesuai permasalahan, kemampuan memberikan dan menganalisis

data-data, kemampuan memberikan pembenaran (warrant), dan kemampuan

memberikan dukungan (backing) yang rasional dari teori-teori yang ada sehingga

mendukung klaim yang diajukan. Pembelajaran sains (fisika) harus

mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami dan mempraktekan cara

berargumentasi dalam konteks ilmiah (Osborne et al, 2002).

Gagasan pengembangan kemampuan argumentasi bagi siswa SMA

merupakan kreativitas guru fisika yang dianjurkan untuk mengurangi bercerita

(13)

3

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengkonstruksi pengetahuan (Wenning, 2006). Landasan teoretis tersebut

menekankan pula pentingnya guru melakukan perubahan paradigma dalam

memfasilitasi siswa, dari cara pandang: “mengajar adalah berceritera tentang

konsep” menjadi sebuah perspektif ilmiah: “mengajar adalah menggubah

lingkungan belajar dan menyiapkan rangsangan-rangsangan kepada siswa

(Wenning, 2006).

Trent (2009) menyatakan bahwa siswa perlu mempelajari bagaimana

mengkonstruksi struktur argumentasi yang benar, yaitu membuat klaim,

menyertakan dan menganalisis data yang mendukung, membuat pembenaran dan

dukungan. Argumentasi memainkan peran penting dalam membangun eksplanasi,

model dan teori, sebagaimana yang diungkapkan oleh Erduran & Jimenez (2007)

“Scientists use arguments to establish theories, models and explanations of the natural world. Contemporary philosophy of science perspectives emphasize that science is not only the accumulation of evidence of the way the world works. Science includes the construction of theories explaining the way in which the world should be. Thus, science progresses from disputes, conflicts and arguments”

Dengan demikian argumentasi merupakan sebuah proses yang sangat

penting dalam ilmu pengetahuan dan harus diterapkan dalam pembelajaran sains

di sekolah.

Namun, pada kenyataanya proses pembelajaran fisika kurang memberikan

kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan argumentasinya. Dari

hasil studi pendahuluan berupa observasi kegiatan pembelajaran fisika di salah

satu SMA di Garut, diketahui bahwa selama proses pembelajaran siswa kurang

diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan argumentasinya.

Permasalahan yang diberikan kepada siswa selama kegiatan pembelajaran tidak

mengarahkan siswa untuk membuat sebuah klaim, tetapi hanya sebatas

permasalahan yang mengarahkan siswa kepada kegiatan penyelesaian soal

kuantitatif. Selain itu, siswa juga tidak memperoleh kesempatan untuk

menggunakan teori atau konsep yang diperolehnya untuk memperkuat jawaban

yang dibuatnya karena penyelesaian masalah atau soal hanya cukup sampai

(14)

4

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diambil kesimpulan bahwa dari keempat aspek argumentasi, yaitu klaim, data,

pembenaran, dan dukungan, hanya aspek data yang biasa dilatihkan kepada siswa

yaitu mengerjakan soal-soal untuk memperoleh angka yang akan menjadi jawaban

dari permasalahan yang diberikan. Sedangkan ketiga aspek lainnya, yaitu klaim,

pembenaran, dan dukungan tidak dilatihkan kepada siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

Hasil studi pendahuluan juga menunjukkan bahwa kemampuan

argumentasi siswa masih rendah. Dari hasil tes kemampuan argumentasi kepada

siswa dalam studi pendahuluan, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) nilai rata-rata

kemampuan siswa dalam membuat klaim adalah 32,2 dari nilai maksimal yaitu

100. (2) nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menyertakan dan menganalisis

data adalah 29,4 dari nilai maksimum yaitu 100. (3) nilai rata-rata kemampuan

siswa dalam membuat pembenaran adalah 22,7 dari nilai masksimum yaitu 100.

(4) nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menyertakan dukungan untuk

melandasi pembenaran adalah 24,5 dari nilai maksimum yaitu 100.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas, maka diperlukan sebuah

proses pembelajaran yang bisa memfasilitasi siswa untuk mengembangkan

kemampuan argumentasinya. Osborne (2002) menyatakan bahwa proses

pembelajaran yang melibatkan argumen dalam pembelajaran harus melibatkan

siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Model pembelajaran yang dapat

dikembangkan untuk melatih kemampuan argumentasi siswa adalah model

pembangkit argumen dengan metode investigasi sains.

Model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains

dikembangkan oleh Sampson (2010). Model ini dirancang untuk melibatkan siswa

dalam kegiatan argumentasi ilmiah. Dalam model ini siswa dibentuk kedalam

beberapa kelompok dan diberi kesempatan untuk mengembangkan argumentasi

mereka dimulai dengan membuat klaim (claim) terhadap permasalahan yang

diberikan. Klaim tersebut memerlukan data sebagai bukti untuk memverifikasi

kebenarannya. Data yang diperlukan bisa diperoleh dari data-data hasil

(15)

5

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyelidikan ilmiah (investigasi sains) pada proses pembelajaran sehingga mereka

bisa memperoleh data-data yang diperlukan dalam membangun argumentasi.

Landasan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains

adalah teori konstruktivisme yang memandang bahwa pengetahuan tidak

dipindahkan dari guru kepada siswa tetapi pengetahuan dibangun dalam pikiran

siswa melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi

baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur

pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai

tempat (Ruseffendi dalam Hamzah, 2008). Piaget mengemukakan bahwa

pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui

tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif siswa bergantung pada seberapa jauh

mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya (Poedjiadi

dalam Hamzah, 2008). Oleh karena itu proses pembelajaran yang dilakukan harus

lebih mengedepankan keaktifan siswa. Guru dalam hal ini hanya bertindak

sebagai fasilitator. Langkah-langkah dalam model pembangkit argumen dengan

metode investigasi sains lebih banyak melibatkan aktivitas siswa selama

pembelajaran karena siswa harus mengembangkan sendiri argumentasinya mulai

dari membuat klaim, melaksanakan kegiatan eksperimen untuk mencari data-data,

membuat pembenaran dan dukungan, dan menyampaikan argumentasinya kepada

kelompok yang lain. Sementara itu peran guru adalah memberikan permasalahan

kepada siswa dan membimbing siswa selama kegiatan eksperimen berlangsung.

Kegiatan eksperimen merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam

sains khususnya fisika. Hal tersebut didasarkan pada fakta bahwa para ilmuwan

fisika mempelajari berbagai fenomena alam yang terjadi melalui serangkaian

kegiatan eksperimen sampai akhirnya mereka menemukan konsep dibalik

terjadinya sebuah fenomena alam. Namun, ada juga ilmuwan fisika yang

mengemukakan terlebih dahulu ide atau gagasannya sampai kemudian

pendapatnya tersebut memang terbukti benar berdasarkan hasil eksperimen yang

dilakukan setelahnya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran fisika harus lebih

mengedepankan keaktifan siswa melalui proses penyelidikan berupa kegiatan

(16)

6

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsep sesuai hasil pengalaman belajar yang didapatnya. National Science

Educational Standard (Wenning, 2004) mendefinisikan kegiatan siswa

berorientasi penyelidikan (inquiry) sebagai berikut:

the activities of students in which they develop knowledge and understanding of scientific ideas, as well as an understanding of how scientists study the natural world

Ada beberapa definisi kemampuan yang diperlukan bagi siswa untuk

melaksanakan penyelidikan (investigasi) ilmiah menurut National Science

Educational Standard (Wenning, 2004), yaitu:

identify questions and concepts that guide scientific investigations, design and conduct scientific investigations, use technology and mathematics to improve investigations and communications, formulate and revise scientific explanations using logic and evidence, recognize and analyze alternative explanations and models, and communicate and

defend a scientific argument”.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak penelitian yang

memfokuskan pada analisis wacana argumentasi dalam konteks pembelajaran

sains (Kelly & Takao, 2002; Zohar & Nemet, 2002). Grooms (2011) dalam

penelitiannya menggunakan model Argumen-Driven Inquiry (ADI) memperoleh

hasil bahwa ada peningkatan kualitas argumen siswa menggunakan model

tersebut. Pembelajaran sains tidak hanya fokus pada hasil seperti pemecahan

masalah, penguasaan konsep atau keterampilan proses sains semata, tetapi juga

perlu melibatkan penggunaan alat lain seperti kemampuan argumentasi.

Berdasarkan pada kondisi seperti yang telah diuraikan di atas dan

mengingat pentingnya kemampuan argumentasi bagi siswa, maka perlu dilakukan

penelitian untuk membekali siswa agar mereka dapat memiliki kemampuan

argumentasi yang baik. Hal inilah yang memotivasi peneliti untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan

(17)

7

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah

dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembangkit argumen

dengan metode investigasi sains berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan argumentasi siswa SMA pada materi fluida statis?

Masalah tersebut dapat diturunkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan argumentasi siswa sebagai impak

penerapan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains pada

materi fluida statis?

2. Bagaimana peningkatan setiap aspek kemampuan argumentasi siswa sebagai

impak penerapan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains

pada materi fluida statis?

C. Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti maka perlu

dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Kemampuan argumentasi dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan

siswa dalam menuliskan klaim, data, pembenaran, dan dukungan terhadap

permasalahan yang diberikan.

2. Peningkatan kemampuan argumentasi pada penelitian ini dibatasi pada

perubahan nilai tes kemampuan argumentasi siswa sebelum dan sesudah

pembelajaran berdasarkan rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>).

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan kemampuan argumentasi siswa

sebagai impak penerapan model pembangkit argumen dengan metode

(18)

8

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan setiap aspek kemampuan

argumentasi siswa sebagai impak penerapan model dengan metode argumen

berbasis investigasi sains pada materi fluida statis.

E. Manfaat Penelitian

Data hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti tentang potensi

model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains dalam meningkatkan

kemampuan argumentasi siswa yang nantinya dapat memperkaya referensi

tentang hasil penelitian yang sejenis dan dapat dimanfaatkan oleh semua pihak

yang berkepentingan seperti peneliti, guru, mahasiswa dan LPTK .

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap berbagai istilah,

maka perlu dijelaskan beberapa definisi operasional sebagai berikut:

1. Model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang mengarahkan siswa

untuk aktif mengembangkan argumentasi dengan metode investigasi sains

melalui lima tahapan pembelajaran, yaitu tahap: (1) penyajian masalah, (2)

menguji penjelasan melalui kegiatan investigasi sains, (3) pembangkitan

argumen tentatif, (4) sesi argumentasi, dan (5) perumusan argumen hasil

pemikiran kelompok. Keterlaksanaan model pembangkit argumen dengan

metode investigasi sains diobservasi menggunakan lembar observasi.

2. Kemampuan argumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan untuk memberikan bukti dan alasan untuk memperkuat atau

menolak suatu pendapat atau gagasan (claim). Kemampuan memberikan

bukti dan alasan yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam membuat

klaim (claim), memberikan data, memberikan pembenaran (warrant), dan

memberikan dukungan (backing) untuk memperkuat atau menolak pendapat

atau gagasan (claim). Kemampuan argumentasi diukur melalui tes

(19)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pre-experiment design ,yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dampak

awal penggunaan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains

terhadap kemampuan argumentasi siswa. Dalam penelitian ini hanya

menggunakan kelas eksperimen tanpa ada kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group

pre-test and post-pre-test seperti ditunjukan pada Gambar 3.1.

Pre-test Treatment Post-test

O X O

Gambar 3.1 Bagan Desain One Group Pre-test and Pos-test (Arikunto, 2010)

Pertama-tama siswa diberikan dahulu tes awal (pre-test) yaitu tes kemampuan

argumentasi untuk mengetahui kemampuan argumentasi awal mereka. Setelah itu

siswa diberi perlakukan (treatment) yaitu proses pembelajaran menggunakan

Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains untuk dilatihkan

kemampuan argumentasinya. Setelah pemberian treatment selesai siswa kemudian

diberi kembali tes akhir (post-test) berupa tes kemampuan argumentasi untuk

dilihat apakah ada peningkatan kemampuan argumentasi mereka setelah diberi

perlakuan (treatment).

C. Populasi, Lokasi dan Subyek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA pada salah satu

SMA di Kabupaten Garut semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Subyek

pada penelitian adalah siswa kelas XI IPA 3 sebanyak 31 orang yang dipilih

(20)

30

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Instrumen Penelitian

1. Tes kemampuan argumentasi

Kemampuan argumentasi siswa diukur menggunakan tes. Tes yang

digunakan berupa tes uraian yang terdiri dari enam butir soal. Keenam butir soal

tes tersebut terdiri dari tiga butir soal untuk materi tekanan hidrostatik dan tiga

butir soal untuk materi hukum Archimedes. Masing-masing soal menuntut siswa

mampu: (1) membuat klaim sesuai dengan permasalahan, (2) menganalisis data

untuk mendukung klaim, (3) memberikan pembenaran yaitu menjelaskan

hubungan data terhadap klaim, (4) Melandasi pembenaran untuk mendukung

klaim (dukungan). Keempat kemampuan tersebut sesuai dengan indikator

kemampuan argumentasi yang dikembangkan oleh Sampson (2010).

Tes diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

(treatment) model pembelajaran pembangkit argumen dengan metode investigasi

sains dengan materi fluida statik. Sebelum digunakan, tes kemampuan

argumentasi diuji dahulu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

pembedanya agar baik, sah, dan dapat dipercaya.

a) Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mampu mengukur apa yang

hendak diukur (Anderson dalam Arikunto, 2013). Tes argumentasi digunakan

untuk mengukur kemampuan argumentasi siswa. Oleh karena itu tes argumentasi

harus valid agar bisa digunakan mengukur kemampuan argumentasi siswa dengan

benar.

Langkah pertama dalam penyusunan tes adalah menentukan materi yang akan

menjadi bahan tes tersebut. Arikunto (2013) menyebutkan bahwa sebuah tes

memiliki validitas isi jika mampu mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar

dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan kepada siswa. Lebih lanjut

Arikunto menyebutkan bahwa sebuah tes memiliki validitas konstruksi apabila

butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir

seperti sesuai dengan indikator.

Validitas isi dan validitas konstruksi dari suatu tes diperoleh melalui penilaian

(21)

31

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

validitas isi dan validitas konstruksinya oleh dua orang dosen ahli. Penilaian

kedua validitas tes kemampuan argumentasi tersebut menggunakan lembar

validasi tes kemampuan argumentasi. Dalam lembar tersebut ada tiga aspek yang

dinilai oleh dosen ahli, yaitu kesesuaian butir soal dengan konsep, kesesuaian

butir soal dengan aspek kemampuan argumentasi, dan kesesuaian butir soal

dengan indikator kemampuan argumentasi. Apabila penilaian dari dosen ahli

terhadap masing-masing aspek tersebut sesuai, maka penilai memberi nilai dua (2)

sedangkan apabila penilaiannya tidak sesuai maka penilai memberi nilai satu (1),

masing-masing pada kolom yang disediakan.

b) Reliabilitas

Sebuah tes dikatakan reliabel jika hasil tes menunjukan ketetapan (Arikunto,

2013) maksudnya adalah hasil tes akan memiliki hasil yang tetap apabila diteskan

berkali-kali. Dengan demikian minimal dibutuhkan dua kali pengetesan soal

kepada siswa untuk mengetahui reliabilitas soal tersebut. Metode yang digunakan

untuk mencari reliabilitas tes kemampuan argumentasi adalah metode tes ulang

(Test-retest Method). Soal tes kemampuan argumentasi diujicobakan sebanyak

dua kali kepada siswa yang sama dengan selang waktu antara uji coba pertama

dan uji coba kedua adalah satu minggu. Hasil uji coba tersebut kemudian

dikorelasikan antara hasil ujicoba yang pertama dengan hasil uji coba yang kedua.

Rumus yang digunakan untuk menghitung korelasi tersebut yaitu rumus pearson

product moment dengan angka kasar (Arikunto, 2013).

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

...(3.1)

Dengan :

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X : skor hasil tes pertama

(22)

32

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Besar koefisien korelasi yang didapat kemudian diinterpretasikan sesuai

dengan Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment

No Rentang koefisien korelasi (rxy) Kriteria

1 0,8 < rxy ≤ 1,0 Sangat tinggi

2 0,6 < rxy ≤ 0,8 Tinggi

3 0,4 < rxy ≤ 0,6 Cukup

4 0,2 < rxy ≤ 0,4 Rendah

5 0,0 ≤ rxy ≤ 0,2 Sangat rendah

(Arikunto,2013)

c) Tingkat Kemudahan

Soal tes yang baik adalah soal tes yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sukar (Arikunto, 2013). Bilangan yang menunjukan tingkat kemudahan sebuah tes

dinamakan indeks kemudahan. Untuk menghitung indeks kemudahan digunakan

rumus (Arikunto, 2013):

...(3.2)

Dengan :

P = indeks kemudahan

B = banyaknya siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Besar tingkat kemudahan yang didapat kemudian diinterpretasikan sesuai

(23)

33

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2

Interpretasi Indeks Tingkat Kemudahan Butir Soal

Nilai Indeks Kemudahan (P) Kriteria

0.00 – 0.30 Sukar

0.31 – 0.70 Sedang

0.71 – 1.00 Mudah

(Arikunto; 2013)

d) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah

(Arikunto, 2013). Angka yang menunjukan daya pembeda disebut indeks

diskriminasi (D). Untuk menghitung besar daya pembeda soal, digunakan rumus

(Arikunto, 2013):

...(3.3)

Dengan :

D : indeks diskriminasi

: banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

: banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

: banyaknya siswa kelompok atas

: banyaknya siswa kelompok bawah

Besarnya nilai diskriminasi (D) yang didapat kemudian diinterpretasikan

(24)

34

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3

Klasifikasi Nilai Daya Pembeda Butir Soal

(Arikunto, 2013)

e) Hasil Judgment dan Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Argumentasi

Berdasarkan hasil judgment keenam butir soal tes argumentasi, diperoleh

hasil bahwa keenam soal argumentasi tersebut ada kesesuaian antara butir soal

dengan konsep, ada kesesuaian antara butir soal dengan aspek kemampuan

argumentasi, dan ada kesesuaian antara butir soal dengan indikator kemampuan

argumentasi. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa keenam soal

argumentasi tersebut memiliki validitas isi dan validitas konstruksi sehingga bisa

digunakan untuk mengukur kemampuan argumentasi siswa. Untuk perhitungan

dan analisis lengkap dari hasil judgment tes kemampuan argumentasi bisa dilihat

pada Lampiran C.2.

Reliabilitas tes kemampuan argumentasi diperoleh setelah mengkorelasikan

hasil uji coba tes pertama dengan hasil uji coba tes kedua. Nilai koefisien korelasi

(rxy) yang didapat sebesar 0,9 yang berada pada kategori sangat tinggi. Dengan

demikian soal tes kemampuan argumentasi tersebut memiliki tingkat reliabilitas

yang sangat tinggi. Untuk perhitungan lebih lengkap dari reliabilitas tes

kemampuan argumentasi bisa dilihat pada Lampiran C.3.

No Nilai Diskriminasi (D) Keterangan

1 0,00 – 0,20 Jelek (poor)

2 0,21 – 0,40 Cukup (satistifactory)

3 0,41 – 0,70 Baik (good)

4 0,71 – 1,00 Baik sekali (excellent)

(25)

35

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya soal diuji coba untuk melihat tingkat kemudahan dan daya

pembeda, masing-masing soal. Rekapitulasi hasil uji coba soal tes kemampuan

argumentasi disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Argumentasi

Untuk perhitungan lebih lengkap dari daya pembeda dan tingkat kemudahan

tes kemampuan argumentasi bisa dilihat pada Lampiran C.4. Dari data hasil

judgment dan uji coba tes maka soal yang digunakan dalam penelitian sebanyak

enam soal.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengamati sejauh

mana keterlaksanaan model pembelajaran pembangkit argumen dengan metode

investigasi sains dalam proses pembelajaran. Lembar observasi yang digunakan

ada dua, yaitu lembar observasi aktvitas guru keterlaksanaan model pembelajaran

pembangkit argumen dengan metode investigasi sains dan lembar aktivitas siswa

keterlaksanaan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains. Pada

masing-masing lembar tersebut terdapat tahapan-tahapan dari model pembelajaran

yang digunakan. Pada setiap tahapan terdapat keterangan aktifitas yang dilakukan

oleh guru dan siswa. Jika aktivitas yang dilakukan oleh guru atau siswa sesuai

dengan aktivitas yang terdapat dalam lembar observasi, maka observer memberi No.

Soal

Daya Pembeda Tingkat Kemudahan

Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

1 0,22 Cukup 0,36 Sedang

2 0,53 Baik 0,39 Sedang

3 0,49 Baik 0,32 Sedang

4 0,21 Cukup 0,34 Sedang

5 0,24 Cukup 0,28 Sukar

(26)

36

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tanda ceklis pada sub kolom „ya‟ pada kolom hasil observasi dan jika aktivitas

yang dilakukan oleh guru atau siswa tidak sesuai dengan aktivitas yang terdapat

dalam lembar observasi, maka observer memberi tanda ceklis pada sub kolom

„tidak‟. Apabila ada komentar yang perlu ditambahkan oleh observer, maka observer bisa menuliskannya pada kolom komentar.

3. Wawancara

Wawancara pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi dari

siswa mengenai kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran

menggunakan model pembangkit argumen berlangsung dan kesulitan yang

dialami siswa ketika membangun argumentasinya. Jenis wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas. Yang menjadi responden

dalam wawancara ini adalah dua orang siswa yang masing-masing diambil dari

siswa pada kategori kelas atas dan siswa yang berada pada kategori kelas bawah.

Waktu pelaksanaan kegiatan wawancara ini dilaksanakan setelah siswa selesai

melaksanakan seluruh kegiatan pembelajaran. Data hasil wawancara ini

digunakan sebagai data tambahan untuk menganalisis kesulitan yang dialami

siswa selama proses pembelajaran dan juga kesulitan yang dialami siswa ketika

membangun argumentasinya.

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga

tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Menentukan masalah yang akan dikaji dengan cara peneliti melakukan studi

pendahuluan melalui kegiatan observasi, yaitu mengamati kegiatan

pembelajaran fisika di dalam kelas.

b. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai

permasalahan yang akan dikaji.

c. Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan penelitian

(27)

37

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Membuat dan menyusun instrumen penelitian.

e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, skenario pembelajaran

menggunakan model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains,

dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

f. Melakukan judgement instrumen oleh dua orang dosen ahli.

g. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

h. Menganalisis hasil judment dan uji coba instrumen penelitian kemudian

menentukan soal tes yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :

a. Memberikan tes awal (pre-test) untuk mengukur kemampuan argumentasi

siswa sebelum diberi perlakuan (treatment).

b. Memberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan cara menerapkan model

pembangkit argumen dengan metode investigasi sains pada pembelajaran

serta mengobservasi jalannya pembelajaran dengan bantuan observer.

c. Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur peningkatan kemampuan

argumentasi siswa setelah diberi perlakuan (treatment).

d. Melakukan wawancara dengan dua orang siswa.

3. Tahap Akhir

Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain :

a. Mengolah data hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) serta

menganalisis hasil instrumen pendukung penelitian lainnya.

b. Membandingkan hasil analisis data instrumen tes antara sebelum diberi

perlakuan (pre-test) dan setelah diberi perlakuan (post-test) untuk melihat dan

menentukan apakah terdapat peningkatan kemampuan argumentasi siswa

setelah diterapkan model pembangkit argumen dengan metode investigasi

sains dalam pembelajaran fisika.

c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan

data.

d. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang sesuai.

(28)

38

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Akhir

Studi Kurikulum

Rumusan Masalah

Solusi Permasalahan Studi Litelatur

Studi Pendahuluan

Uji Coba Instrumen Soal Tes Kemampuan Argumnetasi Judgment Validitas Instrumen Soal Tes Kemampuan Argumentasi

Pembuatan Instrumen Penelitian dan

Perangkat Pembelajaran (RPP, skenario pembelajaran, dan LKS)

Observasi Kegiatan Pembelajaran Fisika dengan

menerapkan Model Pembangkit Argumen Dengan metode Investigasi Sains

Posttest Pretest

Pengolahan Data

Kesimpulan

Analisis hasil Judgment dan uji coba instrumen penelitian

(29)

39

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Teknik Pengolahan Data

1. Menghitung Peningkatan (Gain) Kemampuan Argumentasi

Untuk melihat peningkatan kemampuan argumentasi siswa setelah penerapan

model pembangkit argumen dengan metode investigasi sains, dilihat dari selisih

skor hasil tes awal (post-test) dan tes akhir (pre-test). Jika skor hasil tes awal

lebih besar daripada skor hasil tes akhir, maka akan terdapat peningkatan (gain)

kemampuan argumentasi siswa. Untuk mengetahui kriteria peningkatan

kemampuan argumentasi, digunakan kriteria dari gain yang dinormalisasi yang

dikembangkan oleh Hake (1998). Berdasarkan kriteria peningkatan gain yang

dinormalisasi menurut Hake (1998), rumus yang digunakan untuk menghitung

rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) adalah:

Interpretasi nilai gain yang dinormalisasi disajikan seperti pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Interpretasi Kategori Rata-rata Gain Yang Dinormalisasi

Rata-rata Gain yang

Dinormalisasi Kategori

Tinggi

Sedang

Rendah

(Hake, 1998)

2. Analisis Data Hasil Lembar Observasi

Pada penelitian ini yang diobservasi adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa

pada proses pembelajaran menggunakan model pembangkit argumen dengan

metode investigasi sains. Pada lembar observasi ini terdapat beberapa kegiatan

yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Untuk

melihat apakah kegiatan tersebut dilakukan atau tidak oleh guru dan siswa maka

(30)

40

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lembar observasi. Jika kegiatan tersebut terlaksana, maka observer menceklis pada

kolom “ya” sedangkan jika tidak terlaksana observer menceklis pada kolom

“tidak”. Skor untuk pilihan “ya” adalah satu (1) sedangkan skor untuk pilihan “tidak” adalah nol (0). Untuk menghitung persentase keterlaksanaan model pembelajaran menggunakan rumus berikut ini:

Hasil perhitungan keterlaksanaan model pembelajaran tersebut

diinterpretasikan sesuai dengan kriteria keterlaksanan model pembelajaran

menurut Riduan (2012) seperti disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran

No

Interval Persentase

Keterlaksanaan

Pembelajaran (KP)

Interpretasi

1. KP = 0% Tak satupun aktivitas terlaksana

2. 0% – 25% Sebagian kecil aktivitas terlaksana

3. 26% – 50% Hampir setengah aktivitas

terlaksana

4. KP = 50% Setengah aktivitas terlaksana

5. 51% – 75% Sebagian besar aktivitas terlaksana

6 76% - 99% Hampir seluruh aktivitas terlaksana

7 KP = 100 Seluruh aktivitas terlaksana

(31)

41

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan dari diketahuinya persentase keterlaksanaan model

pembelajaran secara keseluruhan adalah untuk mengetahui apakah model

pembangkit argumen dengan metode investigasi sains terlaksana

sepenuhnya atau tidak oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran

(32)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di

kota Garut kelas XI IPA 3 semester II mengenai penerapan model pembangkit

argumen dengan metode investigasi sains untuk meningkatkan kemampuan

argumentasi siswa SMA pada materi fluida statis, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Kemampuan argumentasi siswa mengalami peningkatan sebagai impak

penerapan model pembelajaran dengan metode investigasi sains pada materi

fluida statis. Hal ini diindikasikan dengan perolehan skor rata-rata gain yang

dinormalisasi (<g>) sebesar 0,58 dengan kategori sedang.

2. Setiap aspek kemampuan argumentasi siswa mengalami peningkatan sebagai

impak penerapan model pembangkit argumen dengan metode investigasi

sains pada materi fluida statis. Urutan peningkatan aspek kemampuan

argumentasi dari yang terbesar ke yang terkecil, yaitu kemampuan

menyertakan dan menganalisis data (data) dengan perolehan skor rata-rata

gain yang dinormalisasi (<g>) sebesar 0,66, kemampuan membuat klaim

(claim) dengan perolehan skor rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>)

sebesar 0,62, kemampuan memberikan dukungan (backing) dengan perolehan

skor rata-rata gain yang dinormalisi sebesar (<g>) 0,55, dan kemampuan

memberikan pembenaran (warrant) dengan perolehan skor rata-rata gain

yang dinormalisasi (<g>) sebesar 0,52. Semua peningkatan aspek

argumentasi tersebut berada pada kategori sedang.

B. Saran

1. Pada penelitian ini kemampuan argumentasi yang dilatihkan kepada siswa

hanya kemampuan siswa untuk membuat klaim, kemampuan memberikan

data untuk mendukung klaim, kemampuan memberikan pembenaran, dan

(33)

65

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan untuk menolak atau menyanggah klaim orang lain (rebuttal)

sehingga siswa tidak dilatih untuk membuat argumen sanggahan (counter

argument). Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam membuat argumen sanggahan.

2. Dalam penelitian ini, peningkatan kemampuan argumentasi berada dalam

kategori sedang. Hal itu didasarkan pada hasil tes akhir siswa. Jawaban

siswa dalam memberikan data dan dukungan masih belum maksimal.

Untuk memberikan data dan dukungan dengan benar, maka siswa perlu

menguasai materi dengan benar. Oleh karena itu, untuk lebih

meningkatkan lagi kemampuan argumentasi siswa maka dalam penelitian

selanjutnya disarankan agar pemberian materi kepada siswa lebih

ditingkatkan lagi sehingga siswa bisa menguasai materi dengan lebih baik

lagi.

3. Dari keempat aspek argumentasi, aspek kemampuan memberikan

pembenaran mengalami peningkatan paling kecil, yaitu dengan <g>

sebesar 0,52. Siswa masih belum terbiasa dalam membuat pembenaran.

Oleh karena itu, saran untuk penelitian selanjutnya agar lebih melatih

siswa dalam membiasakan pembenaran. Hal tersebut bisa dilakukan

dengan menambah jumlah waktu penelitian lebih dari dua hari agar siswa

menjadi terbiasa untuk membuat pembenaran. Saran lainnya agar

instrumen tes yang dibuat juga sesuai dengan yang dilatihkan kepada

siswa, yaitu data dan pembenaran yang dibuat berdasarkan hasil kegiatan

investigasi sains juga.

4. Kemampuan argumentasi berhubungan dengan kemampuan berpikir

siswa, khususnya dalam ranah kognitif. Oleh karena itu, saran untuk

penelitian selanjutnya agar meneliti hubungan antara kemampuan

(34)

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. (2005). Pokoknya Menulis. Cetakan Pertama. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Daud. (2004). Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Fisika SMA/MA. Jakarta.

Driver, R., Newton, P., & Osborne, J. (2000). Establishing the norms of scientific argumentation in classrooms. Science Education.

Erduran, S., & Jimenez-Aleixandre, M.P. (2007). Argumentation in Science Education. Florida State University-USA: Spinger.

Felder, R.M. & Brent, R. (2003)Designing and Teaching Courses to Satisfy the ABET Engineering Criteria, Journal of Engineering Education, 92 (1), pp 7-25 tersedia online akses 16 okt 2006 http://www.ncsu.edu/felder-public/Papers/ABET_Paper_%28JEE%29.pdf

Gardner, H. (1999) . The dicipline mind: What all students should understand. New York: Simon & Schuster Inc.

Grooms, Jonathon. (2011). Using Argument-Driven Inquiry to Enhance Students' Argument Sophistication When Supporting a Stance in the Context of Socioscientific Issues. Electronic Theses, Treatises and Dissertations. Paper 3950. Florida University State.

Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. [online] Tersedia : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf [ 3 Maret 2010]

Hake, R. R. (2002). Assesment of Physics Teaching Methods. Proceeding of UNESCO-ASPEN Workshop on Active in Physics, University of Peradeniya, Sri Lanka, 2-4 Desember 2002. [online] Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/ [ 3 Maret 2010]

Hamzah, M.Ed, Dr. (2008). Teori Belajar Konstruktivisme. [online]. Tersedia:

(35)

67

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelly, G. J., & Takao, A. (2002). Epistemic levels in argument: An analysis of university oceanography students’ use of evidence in writing. Science Education, 86, 314-342.

Kelly, G.J., & Bazerman, C. (2003). How Student Argue Scientific Claims: A Rhetorical-Semantic Analysis. University of California: Oxford University Press.

Keraf, Gorys. (1997). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

McNeill, K. L., Lizotte, D. J., & Krajcik, J. (2006). Supporting students’ construction of scientific explanations by fading scaffolds in instructional materials. The Journal of the Learning Sciences, 15(2), 153-191.

Montaña, G., González, Jennifer., & Castillo, F.D. (2012). Argumentation in the Science Classroom. [online]. Tersedia :

http://ikit.org/SummerInstitute2012/Papers/2998-Gonzalez.pdf

Norris, S., Philips, L. & Osborne, J. (2007). Scientific inquiry: the place of interpretation and argumentation. In J. Luft, R. Bell & J. Gess-Newsome (Eds.), Science as Inquiry in the Secondary Setting. Arlington, VA: NSTA Press.

Osborne, J., Erduran, S., & Simon, S. (2002). Enhancing the quality of argumentation in school science. Journal of Research in Science Teaching, 41(10), 994-1020.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. [online]. Tersedia :

http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54. (2013). Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Riduan, Dr. M.BA., (2012). Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Jakarta: Alfabeta

Rutherford, F.J. & Ahlgren, A. (1990). Science for All Americans. New York : Oxford University Press.

Sadler, T. D., & Zeidler, D. L. (2005). The significance of content knowledge for informal reasoning regarding socioscientific issues: Applying genetics knowledge to genetics engineering issues. Science Education, 89, 71-93.

(36)

68

Fauzia Nur Huda, 2014

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Classroom The American Biology Teacher, Vol. 72, No. 7, pages 427– 431.

Schen, Melissa S. (2007). Scientific Reasoning Skills Development in the Introductory Biology Courses for Undergraduates. [online]. Tersedia:

http://etd.ohiolink.edu/send-pdf.cgi/Schen%20Melissa.pdf?osu1187063957

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Trent, R. (2009). Fostering Students’ Argumentation Skills in Geoscience Education. Journal of Geoscience Education, v. 57, n. 4, September, 2009, p. 224-232

Wenning, C. J. (2006). A pramework for teaching the nature of science. Journal of Physics Teacher Education Online. 3(3). 3-10. Tersedia : http://www . phy.ilstu. edu/ jpteo

Wenning, C. J. (2004). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Journal of Physics Teacher Education Online. Tersedia: http://www . phy.ilstu. edu/ jpteo.

Widyanto, Joko. (2012). SPSS for Windows. Surakarta: Badan Penerbit-FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gambar

Gambar 2.1  Bagan struktur argumentasi menurut Toulmin (Schen, 2007) ......................
Tabel  2.1  Indikator Aspek Kemampuan Argumentasi ..........................................
Gambar 3.1 Bagan Desain One Group Pre-test and Pos-test (Arikunto, 2010)
Tabel 3.1
+6

Referensi

Dokumen terkait

----.2010.Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&amp;D.Bandung:

Apa materi pendidikan pemakai untuk tutorial perpustakaan yang dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan pemakai.. Kapan pendidikan

Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan..

DSLAM adalah sebuah piranti dalam jaringan komputer, yang diletakkan di kantor sentral telepon terdekat yang menerima sinyal dari koneksi banyak pelanggan DSL / Sambungan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur tanaman terhadap produksi TBS (Tandan Buah Segar) perkebunan kelapa sawit rakyat di

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Yaya Sukaya 2016 Universitas

Sepengetahuan kita, hewan laut adalah sejenis ikan, akan tetapi ternyata tidak hanya ikan yang ada disana.. Hewan ini tidak menyerupai ikan laut, ada yang seperti ulat, durian,

Luka tembak pada kepala merupakan contoh yang baik untuk melihat kelainan dimaksud (Idries, 1997). Pada tempat masuknya peluru, lubang yang terjadi pada tabula