• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Metode Pembelajaran Alquran

2. Macam-Macam Metode Pembelajaran

Dalam rangka mencapai tujuan diperlukan suatu metode yang sangat operasional pula, yaitu metode penyajian materi pendidikan dan pengajaran yang menyangkut pendidikan agama Islam dan keterampilan di lembaga pendidikan.Adapun metode pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam memberikan materi pelajaran Al quran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.Seperti dibawah ini dengan penyesuaian menurut situasi dan kondisi masing-masing.

61

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), Cet. III,hlm 107

1. Metode Ceramah

Sebagaimana dikutif dari bukunya Ramayulis dalam bukunya Metodologi Pendidikan Agama Islam, metode ceramah didefinisikan penerangan dan penuturan lisan oleh pendidik terhadap kelas. Dengan kata lain dapat pula dimaksudkan, bahwa metode ceramah atau lecturing itu dalah sebuah penyajian atau penyampaian informasi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh pendidik terhadap peserta didiknya.62

Metode ini sering banyak sekali dipakai, karena metode ini mudah dilaksanakan. Nabi Muhammad dalam memberikan pelajaran terhadap umatnya banyak menggunakan metode ini selain metode-metode yang lain.

Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.

1) Kelebihan Metode Ceramah a) Guru mudah menguasai kelas. b) Mudah dilaksanakan.

c) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.

d) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar. 2) Kekurangan Metode Ceramah

a) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

b) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.

c) Bila terlalu lama membosankan.

d) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.

62

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), Cet. 6, hlm. 299

e) Menyebabkan anak didik pasif.63

2.Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana seorang pendidik mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara peserta didik. Pendidik mengharapkan dari peserta didik jawaban yang tepat dan berdasarkan fakta. Dalam tanya-jawab, pertanyaan adakalanya dari pihak peserta didik (dalam hal ini pendidik atau peserta didik lain yang menjawab). Apabila peserta didik tidak ada yang menjawabnya barulah pendidik yang menjawab.64

3. Metode Proyek

Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.

1) Kelebihan Metode Proyek

a) Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

b) Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

63

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..,hlm.304 64

2) Kekurangan Metode Proyek

a) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini;

b) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini;

c) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan;

d) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.65

4. Metode Demonstrasi

Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan telah dicoba terlebih dahulu sebelumnya atau didemonstrasikan. Orang yang mendemonstrasikan (pendidik, peserta didik atau orang luar) mempertunjukan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.66

5.Metode Resitasi atau Pemberian Tugas

Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu.

65

Ramayulis Metodologi Pendidikan Agama Islam,, hlm.306 66

Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat.

1) Kelebihan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi

a) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama; dan

b) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.

2) Kekurangan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi

a) Seringkali anak didik melakukan penipuan di mana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri;

b) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan; dan

c) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.67

6. Metode Eksperimen

Yang dimaksud dengan metode eksperimen ialah apabila seseorang peserta didik melakukan sesuatu percobaan setiap proses dari hasil percobaan itu diamati oleh setiap peserta didik. Misalnya: di bangku peserta didik diletakkan segelas asir kemudian dalam gelas itu dimasukan sesendok gula. Kemudian apa yang akan terjadi gula itu melarut dan menghilang dalam air, sedangkan zatnya tetap ada.68

Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data,

67

Ramayulis Metodologi Pendidikan Agama Islam...,hlm.315 68

mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.

1) Kelebihan Metode Eksperimen:

a) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku;

b) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan; dan

c) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

2) Kekurangan Metode Eksperimen

a) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen;

b) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta

c) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.69

7. Metode Diskusi

Dalam pengertian umum, diskusi ialah suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar informasi (information sharing), mempertahankan pendapat (self maintenance), atau pemecahan masalah (problem solving).

69

Salah satu contoh diskusi yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad ialah ketika selesainya perang badar. Dalam perang badar tersebut terdapat 70 orang tawanan perang, diantaranya Abbas bin Abdul Muthalib, Uqaib bin Abu Thalib paman dan sepupu Nabi. Mereka ingin menebus diri mereka sendiri dengan uang tebusan. Maka disanalah Nabi melakukan diskusi bersama sahabat-sahabat beliau yang lain.

1) Kelebihan Metode Diskusi

a) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapaMt dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja). b) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka

saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

c) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.

2) Kekurangan Metode Diskusi

a) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. b) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas;

c) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara; dan Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.70

8.Metode Drill

Metode drill atau disebut latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang akan dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan siap-siagakan. Metode ini banyak digunakan khususnya dalam pembelajaran PAI untuk mengajarkan cara baca Al qur’an yang memerlukan latihan yang terus

menerus.

70

Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.

1) Kelebihan Metode Latihan

a) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.

b) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.

c) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

2) Kekurangan Metode Latihan

a) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian.

b) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. c) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang

merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan. d) Dapat menimbulkan verbalisme.71

9. Metode Sorogan/ hafala

Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa sorog yang berarti menyodorkan, Secara istilah Win Usuluddin menerangkan bahwa metode ini disebut sorogan karena santri/peserta didik menghadap kiai atau ustadz pengajarnya seorang demi seorang dan menyodorkan kitab untuk dibaca dan atau dikaji bersama dengan kiai atau ustadz tersebut. Departemen Agama mendefinisikan metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitik beratkan

71

pada pengembangan kemampuan perseorangan (individual), di bawah bimbingan seorang ustadz atau kiai.72

Sementara itu, Mastuhu dan Zamakhsyari Dhofier menyebut sorogan sebagai cara belajar secara individual antara santri dan kiai, yang kemudian terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya. Secara spesifik Dhofier menambahkan bahwa metode ini diberikan dalam pengajian kepada santri-santri yang telah menguasai pembacaan Al qur’an atau atau sebagai

pembelajaran dasar kepada santri-santri baru yang masih membutuhkan bimbingan individual sebelum mengikuti pengajian kitab di pesantren.

Pengertian lain tentang sorogan disampaikan oleh Abdullah Syukri Zarkasyi, yaitu dalam bentuk pendidikan yang bersifat individual ini para santri satu persatu datang menghadap kiai atau para ustadz (asisten kiai) dengan membawa kitab tertentu. Selanjutnya kiai atau ustadz membacakan kitab tersebut beberapa baris atau kalimat demi kalimat dengan maknanya dengan bahasa yang lazim terdapat dalam dunia pesantren. Setelah selesai, santri mengulangi bacaan tersebut sampai dirasa cukup dan bergantian dengan yang lainnya73.

Ditambahkan oleh Arifin , dalam proses tersebut biasanya santri memberi catatan untuk memberi pengesahan bahwa tanda/catatan tersebut adalah bukti bahwa kitab itu telah dibaca oleh kiai atau ustadznya. Dalam proses pengulangan, santri harus benar-benar menyiapkan diri sebelumnya mengenai hal apa dan bagaimana isi kitab yang bersangkutan yang akan dan sudah diajarkan untuk dapa naik ke jenjang selanjutnya. Dhofier menambahkan, dengan adanya sistem pemaknaan yang sedemikian rupa, santri harus tahu arti maupun fungsi dan kedudukan (i’rob) kata dalam suatu kalimat bahasa Arab, santri diharuskan menguasai pembacaan dan terjamahan tersebut secara tepat dan hanya bisa menerima pelajaran selanjutnya bila telah berulang-ulang mendalami pelajaran sebelumnya. Untuk itu, guru pada tingkatan ini

72

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, ( Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2005) h,73

73

selalu menekankan kualitas dan tidak tertarik untuk mempunyai murid lebih dari 3 atau 4 orang.

Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran tradisional, metode sorogan dianggap sebagai metode yang rumit dan sulit Imran Arifin dan Zamakhsyari Dhofier. Kerumitan metode ini dikarenakan sangat memerlukan kesabaran, kerajinan dan kedisiplinan santri secara pribadi. Ini berarti keberhasilan dalam metode ini dominan sangat ditentukan oleh ketaatan santri itu sendiri terhadap kiai dan ustadznya, meskipun pada hakikatnya penjelasan dari kiai atau ustadz juga ikut menentukan. Menurut Dhofier, banyak peserta didik dengan metode ini di pedesaan yang gagal karena tidak adanya kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid.74

Sebagai model pendidikan dasar, Zamakhsyari Dhofier juga menambahkan bahwa santri sebagai peserta didik harus mematangkan diri pada tingkat sorogan sebelum dapat mengikuti pendidikan tingkat selanjutnya di pesantren. Walaupun metode tersebut dianggap rumit, Qodry A. Azizy menilai bahwa metode sorogan adalah lebih efektif dari pada metode-metode yang lain dalam dunia pesantren. Dengan cara santri menghadap kiai atau ustadz secara individual untuk menerima pelajaran secara langsung, kemampuan santri dapat terkontrol oleh ustadz dan kiainya. 75

Dengan metode sorogan ini, pelajaran yang diberikan oleh pembantu kyai yang disebut dengan badal. Mula-mula badal tersebut membacakan materi yang ditulis dalam bahasa Arab, kemudian menerjemahkan kata demi kata dalam bahasa daerah dan menerangkan maksudnya, setelah itu santri disuruh maju satu persatu disuruh membaca dan mengulangi pelajaran tersebut satu persatu sehingga setiap santri menguasainya.76

74

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, ( Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2005) h,75

75

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren...,h.76 76

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 1995) Cet,I, hlm.145

Sistem ini amat bagus untuk mempercepat sekaligus mengevaluasi penguasaan santri terhadap kandungan kitab/materi yang dikaji.77Dengan menggunakan sistem sorogan ini memungkinkan hubungan kyai dan santri sangat dekat, karena kyai dapat mengetahui kemampuan pribadi santri satu persatu. Akan tetapi, sistem ini membutuhkan kesabaran, ketekunan, ketaatan, dan juga kedisiplinan yang tinggi dari setiap santri.

Model ini biasanya hanya diberikan kepada santri pemula yang memang masih membutuhkan bimbingan khusus secara intensif. Metode ini diakui paling intensif dan efektif, karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk tanya jawab secara langsung. Namun cara ini tentu saja tidak efisien,tetapi masih dipertahankan untuk suatu kitab tertentu saja. Sebab, pada hakikatnya pengajian/pembelajaran metode sorogan inilah pengajaran kitab maupun pelimpahan nilai-nilai sebagai prose “Delivery oe culture”berlangsung sangat intensif.

Dalam metode sorogan ini diharapkan santri memantapkan diri untuk serius karena butuh kedisiplinan dan kesabaran. Metode sorogan terbukti sangatlah efektif sebagai taraf pertama seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. Metode ini memungkinkan seorang guru untuk menguasai, menilai, membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa Arab.

Pengajaran din pesantren hampir seluruhnya dilakukan dengan pembacaan kitab yang dimulai dengan tarjamah syarah, dengan analisa gramatika, (Irab) peninjauan morfologis (Tasrif) dan uraian semantik

(murad,ghard, dan ma’na) dengan penafsiran dan penyimpulan yang bersifat

deduktif, dan kitab tersebut dibaca dengan urut dan tuntas.

Selain hal tersebut di atas, Tim Ditpekapontren Departemen Agama RI juga mencatat beberapa kelebihan metode sorogan sehingga bias disebut sebagai metode yang intensif. Kelebihan-kelebihan tersebut diantaranya:

77

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren; Pendidikan Alternatif Masa Depan , (Jakarta; Gema Insani Press, 1997) Cet.I, hlm.83

a. Ada interaksi individual antara kiai dan santri

b. Santri sebagai peserta didik lebih dapat dibimbing dan diarahkan dalam pembelajarannya, baik dari segi bahasa maupun pemahaman isi kitab. c. Dapat dikontrol, dievaluasi dan diketahui perkembangan dan kemampuan

diri santri.

d. Ada komunikasi efektif antara santri dan pengajarnya.

e. Ada kesan yang mendalam dalam diri santri dan pengajarnya.78

Sementara Qodry Azizy juga menilai kelemahan metode ini dan beberapa metode lainnya yang sering digunakan oleh pesantren) adalah tidak tumbuhnya budaya tanya jawab (dialog) dan perdebatan, sehingga timbul budaya anti kritik terhadap kesalahan yang diperbuat sang pengajar pada saat memberikan keterangan. Dan mungkin inilah yang menyebabkan sebagian ahli dan tenaga pendidikan kontemporer tidak memanfaatkan metode ini sebagai metode pembelajaran resmi.

c. Keistimewaan Metode Sorogan (Talaqi)

Beberapa keistimewaan/kelebihan metode sorogan (Talaqi) adalah : 1. Metode ini sangat bagus untuk mempercepat sekaligus mengevaluasi

penguasaan para santri/murid terhadap kandungan kitab/materi ajar yang dikaji.

2. Dengan metode sorogan ini memungkinkan hubungan antara kyai/guru dengan santri/murid sangat dekat,karena kyai/ guru dapat mengetahui kemampuan pribadi santri/murid satu persatu.

3. Metode sorogan terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama seorang santri/murid yang bercita-cita menjadi seorang alim.

4. Metode ini memungkinkan guru untuk menguasai,menilai, serta membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa arab/materi ajar yang dikaji.

5. Ada komunikasi efektif antara santri/murid dan guru/ pengajarnya.

78

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, ( Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2005) h,81

6. Ada kesan yang mendalam dalam diri santri/murid dan pengajarnya/guru karena bertatap muka langsung dengan adanya dialog ataupun tanya jawab secara langsung.79

7. Dengan metode ini santri/ murid dapat belajar bahasa Arab sekaligus mengetahui ilmu tajwid.

8. Santri/ murid dituntut aktif dalam belajar.

9. Guru dapat membimbing secara maksimal kemampuan santri/murid dalam menguasai materi yang dikaji.

10.Guru dapat mengetahui sejauh mana pemahaman santri/ murid mengenai materi yang disampaikan dalam poses pembelajaran.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkah laku yang dimiliki individu sebagai akibatdari proses belajar yang ditempuh. Hasil belajar yang dimaksud berupa perkembangan sikap dan kepribadian yang sekaligus menjadi tujuan pengajaran yang ingin dicapaipada pokok bahasan studi tertentu yang sering dikaitkan dengan aspek kognitif, efektif, dan aspek psikomotorik.

Pengertian yang lebih luas lagi dinyatakan oleh Nasution, bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu, bukan hanya perubahan mengenai pengetahun, tetapi juga perubahan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penugasan, dan penghargaan pada pribadi individu yang belajar.

Menurut Howard Kingsley, hasil belajar dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

(a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.80

80

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:PT. Remaja Rosda), cet ke-7, h.22

Sementara itu dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni:

1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.

2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajarketerampilam dan

kemampuan bertindak. Ada 6 ranah psikomotorik yakni gerakan refleks, keterampiplan, gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.81

Dokumen terkait