• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan

Status pemanfaatan suatu sumberdaya ikan laut sangat penting dilakukan, karena dengan mengetahuinya dapat diduga apakah upaya penangkapan yang telah dilakukan terhadap suatu sumberdaya tersebut kurang optimal, sudah optimal atau telah berlebih. Pemanfaatan terhadap suatu sumberdaya yang tidak dikelola dengan baik seperti eksploitasi yang berlebih akan mengancam kelestariannya, bahkan akan memberikan dampak yang sangat buruk terhadap ekonomi dan sosial nelayan. Metode analisis status pemanfaatan menggunakan model biologi Schaefer.

Schaefer dalam mengembangkan konsepnya berdasarkan pada asumsi bahwa stok perikanan tersebut bersifat homogen (single stock / spesies), fungsi pertumbuhan yang logistik dan area terbatas (Zulbainarni 2012). Pada bab 2 telah dijabarkan bahwa keseluruhan tuna madidihang yang didaratkan di PPP Labuhan Lombok ditangkap menggunakan pancing tangan, dengan mengasumsikan lokasi penangkapannya berada di Laut Flores. Asumsi yang digunakan oleh Schaefer di modelnya sudah mencukupi pada bab ini, yaitu stok homogen perikanan yang dipilih adalah tuna madidihang, menggunakan fungsi logistik yang akan dijelaskan pada metode dan Laut Flores sebagai area yang dibatasi.

Model biologi Schaefer sering digunakan dan dianggap sebagai metode paling mudah oleh beberapa ahli dan peneliti dalam menganalisis status pemanfaatan perikanan yang ditujukan untuk menentukan nilai sustainable yield

dengan tujuan akhir adalah pengelolaan, tetapi dalam kenyataannya terdapat beberapa kekeliruan di dalam proses analisis yang masih terus dipertahankan hingga saat ini. Kekeliruan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap nilai dan indikator biologi dan jika dilanjutkan ke dalam analisis sosial dan ekonomi diduga akan sangat merugikan kepada pihak yang berkecimpung di dalamnya. Maka dari itu, tujuan pada bab ini adalah untuk menemukan titik penting dalam proses analisis model Schaefer, menemukan teknik proses analisis model Schaefer yang paling baik secara logika, menghitung nilai sustainable yield (hmsy dan Emsy) dan menduga status pemanfaatan perikanan tuna madidihang.

Metode

Jenis data yang digunakan pada bab ini adalah data sekunder. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data jumlah trip penangkapan ikan, total produksi (kg) ikan tuna madidihang yang didaratkan di PPP Labuhan Lombok dari tahun 2010 sampai 2014. Data sekunder diperoleh dari USAID-IMACS Indonesia, MDPI dan PPP Labuhan Lombok selama lima tahun. Analisis pada bab ini menggunakan model biologi Schaefer.

Schaefer dalam mengembangkan konsepnya berdasarkan pada asumsi bahwa stok perikanan tersebut bersifat homogen (single stock atau spesies), fungsi pertumbuhan yang kuadratik dan area yang terbatas (Zulbainarni 2012). Sehingga dalam penelitian ini hanya menggunakan tuna madidihang sebagai stok perikanan yang homogen, lokasi penangkapan yang dilakukan di Laut Flores (Gambar 14) dan fungsi kuadratik sebagai berikut seperti dalam Sparre dan Venema (1999):

17

( ) ( )

Sehingga untuk menentukan nilai parameter fungsi produksi lestari (a dan

b) yang biasa digunakan untuk persamaan (1) yaitu:

Proses hubungan regresi linear antara upaya penangkapan ( ) dengan hasil tangkapan per upaya penangkapan ( ), seperti yang dijelaskan dalam Sparre dan Venema (1999), Fauzi (2010) dan Zulbainarni (2012):

Persamaan (2) memperlihatkan bahwa jika melalui proses regresi linear, maka ruas kiri dan kanan dari sama dengan pada Persamaan (1) dibagi oleh . Sehingga, perhitungan parameter (a dan b) dalam Siagian dan Sugiarto (2002):

∑ ( ) ( ) [(∑ ) (∑ )]

[∑( )] (∑ )

∑ (∑ )

Gambar 14 Peta lokasi penangkapan tuna madidihang

Setelah mendapatkan nilai parameter a dan b, pada Persamaan (1) dapat dideferensialkan untuk mendapatkan nilai Maximum Sustainable Yield (MSY) baik nilai maksimum dari upaya penangkapan (fmsy) dan juga hasil tangkapan (Ymsy). Maka untuk mendapatkan nilai kedua MSY tersebut dengan cara:

18

Langkah terakhir yaitu menghitung tingkat pemanfaatan ( ) dan tingkat pengupayaan ( dengan cara mempersenkan jumlah hasil tangkapan dan jumlah upaya pada tahun tertentu terhadap nilai hasil tangkapan optimum:

Hasil

Proses hubungan kuadratik/logistic/polynomial ordo 2 antara upaya penangkapan ( ) dengan hasil tangkapan ( ). Perlu diketahui bahwa pada Persamaan (1) tidak memiliki intersep, maka Saya membuat:

∑( )( ) ∑ ( ) ∑ ( ) ∑ ( ) ( ) ∑ ( )

Persamaan (9) sampai dengan (14) merupakan perhitungan yang ditujukan tanpa menggunakan intersep dalam menentukan nilai a dan b. Setelah keenam nilai dari persamaan-persamaan tersebut telah diketahui, maka nilai a dan b dapat dihitung dengan:

Dengan menggunakan kedua proses tersebut, maka nilai parameter b dari Persamaan (16) dan a dari Persamaan (15) dapat digunakan untuk Persamaan (1). Gambar 15 menggambarkan perbedaan luas kurva, persamaan dan nilai (Ymsy dan

fmsy) berdasarkan dua metode analisis dalam menentukan nilai parameter fungsi produksi lestari (a dan b). Luas kurva pada analisis hubungan regresi linear sederhana lebih kecil dari analisis hubungan kuadratik. Persamaan dari keduanya juga berbeda yang dapat dilihat dari masing-masing parameter fungsi produksi lestarinya. Begitu juga untuk nilai Ymsy dan fmsy, bahwa pada analisis hubungan regresi linear sederhana lebih kecil dari analisis hubungan kuadratik.

19

Gambar 15 Perbedaan luas kurva, persamaan dan nilai (Ymsy dan fmsy) fungsi produksi lestari dari proses analisis hubungan regresi linear sederhana (atas) dan hubungan kuadratik/polynomial ordo dua (bawah)

Dengan perbedaan luas kurva, persamaan dan nilai (Ymsy dan fmsy) berdasarkan dua metode analisis dalam menentukan nilai parameter fungsi produksi lestari (a dan b), secara otomatis juga akan memberikan perbedaan nilai tingkat pemanfaatan ( ) dan tingkat pengupayaan ( seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Perbandingan nilai tingkat pemanfaatan dan pengupayaan tuna madidihang berdasarkan teknik linear dengan pangkat dua

Tahun Teknik Linear Teknik Pangkat dua

TP(i) TPu(i) TP(i) TPu(i) 2010 38,33% 20,47% 29,01% 14,59% 2011 52,49% 32,17% 39,73% 22,94% 2012 27,74% 15,18% 20,99% 10,82% 2013 73,68% 42,75% 55,77% 30,49% 2014 56,06% 38,59% 42,43% 27,52%

Ket : TP(i) = Tingkat pemanfaatan pada tahun ke-i

TPu(i) = Tingkat pengupayaan pada tahun ke-i

Pembahasan

Para ahli dan peneliti dalam bidang perikanan menunjukan dan memberikan cara analisis data untuk membuat model biologi Schaefer yaitu dengan proses regresi linear sederhana yang menghubungkan upaya penangkapan ( ) dengan

h = 42,1129E - 0,000668E2 0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 Ha sil T ang ka pa n (kg ) Emsy = 31.536 hmsy = 664.037 h = 39,6748E - 0,0004485E2 0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 Ha sil T ang ka pa n (kg )

Upaya Penangkapan (trip)

2010 2011 2012 2013 2014 Emsy = 44.227 hmsy = 877.340

20

hasil tangkapan per upaya penangkapan ( ) (Sparre dan Venema 1999; Budiman et al. 2006; Kadafi et al. 2006; Irham et al. 2008; Sobari dan Muzakir 2008; Sobari et al. 2008; Haryani et al. 2009; Diniah et al. 2010; Fauzi 2010; Sobari dan Febrianto 2010; Hulaifi 2011; Rosalina et al. 2011; Sibagariang et al.

2011; Sriati 2011; Wuaten et al. 2011; Yusfiandayani dan Sobari 2011; Utami et al. 2012; Triarso 2012; Zulbainarni 2012; Karnan et al. 2012; Kawimbang et al.

2012; Irhamsyah et al. 2013; Kumaat et al. 2013; Latupeirissa 2013; Nurhayati 2013; Rahmawati et al. 2013; Febriani et al. 2014; Sandria et al. 2014; Sharfina et al. 2014; Patria et al. 2014; Noija et al. 2014; Santoso 2016), tetapi dalam penelitian ini telah diperlihatkan bahwa pernyataan dan penggunaan metode tersebut masih belum tepat karena proses regresi linear sederhana yang digunakan hanya untuk mempermudah perhitungan nilai parameter fungsi produksi lestari (a

dan b). Proses regresi linear sederhana yang mungkin memang disarankan oleh Schaefer pada saat itu dapat diduga bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan mesin hitung belum sehebat atau secanggih pada saat ini, sehingga mungkin beliau menyarankan untuk menggunakan proses regresi linear sederhana untuk menentukan parameter a dan b dalam fungsi produksi lestarinya. Indra (2007) menyatakan bahwa estimasi parameter a dan b untuk persamaan yield-effort dari model Schaefer melibatkan teknik non linear dan Pangalila et al. (2014) menggunakan teknik regresi polinomial untuk menentukan koefisen-koefisien dan menghitung nilai sustainable yield.

Persamaan 1 menunjukan bahwa analisis model biologi Schaefer merupakan fungsi produksi lestari. Fungsi tersebut memiliki sifat kuadratik atau polynomial ordo dua atau pangkat dua yang menghubungkan upaya penangkapan ( ) dengan hasil tangkapan ( ). Pada Persamaan 1 juga dapat dilihat secara detail bahwa fungsi tersebut tidak memiliki intersep atau intersep = 0. Hal tersebut sangat jelas karena intersep akan memberikan suatu nilai positif atau negatif pada saat upaya penangkapan nol atau tidak ada, dan jika secara logika bahwa upaya penangkapan nol atau tidak ada, maka hasil tangkapan juga tidak ada. Kalangan matematika dan statistika sudah membuat penyelesaian untuk menghitung seluruh koefisien dan intersep dari sifat kuadratik atau polynomial ordo dua atau pangkat dua tersebut, tetapi belum ditemukan yang memaparkan bagaimana cara menghilangkan intersep atau membuat intersep = 0. Maka dari itu, pada penelitian ini dibuat rumus seperti pada Persamaan (5) sampai (12) yang dikembangkan dari Siagian dan Sugiarto pada tahun 2002. Secara logika, jika menggunakan proses regresi linear sederhana, sesungguhnya nilai parameter a dan b adalah milik upaya penangkapan ( ) dengan hasil tangkapan per upaya penangkapan ( ), bukan upaya penangkapan ( ) dengan hasil tangkapan ( ), maka tidaklah sesuai nilai koefisien tersebut digunakan lalu dideferensialkan dalam fungsi produksi lestari. Gambar 15 menunjukan bahwa terdapat perbedaan dalam bentuk kurva, model dan nilai-nilai Ymsy dan fmsy dari setiap proses analisis yang menggunakan teknik regresi linear sederhana dengan polynomial berordo atau pangkat dua atau kuadratik.

Teknik linearisasi nilai Ymsy dan fmsy lebih kecil dibandingkan dengan pangkat dua. Begitu juga dengan nilai tingkat pemanfaatan dan pengupayaan tuna madidihang berdasarkan kedua teknik analisis menghasilkan hasil yang berbeda,

21 bahwa teknik linear memiliki nilai yang lebih kecil daripada teknik pangkat dua. Perbedaan nilai antara kedua teknik tersebut disebabkan oleh perbedaan nilai parameter a dan b dari setiap teknik analisis pada fungsi produksi lestari. Hal ini sangat fatal jika masih diterapkan dalam pengelolaan perikanan Indonesia dan jika dilanjutkan dalam perhitungan ekonomi.

Walaupun terdapat perbedaan kurva, model dan nilai pada kedua proses tersebut, namun posisi lima tahun dalam fungsi produksi lestari dan pertumbuhan populasi alami memiliki persamaan dalam hal status pemanfaatannya. Pada Gambar 15 menunjukan hasil tangkapan pada tahun 2011 dan 2014 berada di dalam kurva, tetapi pada tahun 2010, 2012 dan 2013 berada di luar, sehingga status pemanfaatan tuna madidihang berdasarkan kedua kurva tersebut diduga masih dalam keadaan belum optimal, hal tersebut dilihat berdasarkan titik lima tahun pada kedua kurva yang terletak disebelah kiri dari nilai fmsy dan di bawah nilai Ymsy, sehingga masih dimungkinkan untuk menambahkan upaya penangkapannya

Kesimpulan

Penelitian ini telah membandingkan dua proses perhitungan parameter a dan

b melalui regresi linear dengan kuadratik/polynomial ordo dua/pangkat dua dalam model Schaefer, menghitung nilai produksi lestari (Ymsy dan fmsy) dan menduga status pemanfaatan tuna madidihang. Hasil menunjukan bahwa proses regresi linear belum tepat untuk proses perhitungan parameter a dan b, karena berdasarkan model Schaefer dan asumsi yang digunakannya, maka disarankan untuk menggunakan proses hubungan kuadratik/polynomial ordo dua/pangkat dua dalam proses perhitungan parameter a dan b. Nilai produksi lestari untuk Ymsy = 877.340 kg dan fmsy= 44.227 trip. Berdasarkan titik lima tahun dari data, maka status pemanfaatan perikanan tuna madidihang diduga masih belum optimal.

Saran

Bagi para peneliti yang merencanakan penggunaan model Schaefer harus mengerti terlebih dahulu mengenai fungsi produksi lestari yang dijelaskan olehnya. Perhitungan dalam penentuan parameter a dan b disarankan menggunakan jalur kuadratik atau polinomial ordo dua atau pangkat dua, karena lebih sesuai dengan asumsi yang digunakan oleh Schaefer.

Pada penelitian ini hanya menggunakan data sebanyak lima tahun, sehingga perlu dilakukan penelitian lagi dengan data yang lebih dari lima tahun. Bagi yang melanjutkan penelitian ini disarankan untuk membandingkan nilai koefisien determinasi dan korelasi dari kedua jenis proses hubungan tersebut. Hasil analisis menduga bahwa tuna madidihang yang ditangkap di Laut Flores lalu didaratkan di PPP Labuhan Lombok masih belum optimal, sehingga masih dapat dilakukan penambahan upaya penangkapan sampai dengan batas fmsy.

22

4

DISTRIBUSI FREKUENSI PANJANG DAN BERAT

TUNA MADIDIHANG YANG DIDARATKAN DI PPP

Dokumen terkait