• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

D. MAHASISWA

Winkel (1997) menyatakan bahwa masa mahasiswa meliputi rentang usia dari 18/19 tahun dampai 24/25 tahun. Rentang usia mahasiswa dapat dibagi-bagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I s/d semester IV; dalam periode waktu 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa dari semester V s/d semester VIII. Sedangkan menurut Depdiknas (2005), Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar secara sah pada salah satu program akademik, profesi, dan vokasi Universitas.

Mahasiswa dalam hal ini pada rentang usia dewasa awal termasuk dalam tahap pencapaian (achieving stage), yaitu tahap di mana individu

menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai kemandirian dan kompetensi, misalnya dalam hal karir dan keluarga (Papalia, 2003). Mahasiswa banyak menghabiskan waktu di kampus dimana mahasiswa banyak melakukan penggalian secara intelektual dan perkembangan individu, dimana kampus merupakan tempat di mana mahasiswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu secara intelektual, meningkatkan kemampuan dalam bekerja, dan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan. Memilih untuk kuliah merupakan suatu gambaran untuk memperoleh karir di masa depan dan hal ini akan cenderung mempengaruhi pola pikir individu.

Pada mahasiswa, terjadi peningkatan dalam hal penalaran dan cara berpikir. Perry (dalam Papalia, 2003) menyatakan bahwa terjadi perubahan pola berpikir pada masa transisi dari sekolah menengah menuju kampus, yaitu pola berpikir yang awalnya kaku berubah menjadi fleksibel dan dapat memilih sesuatu dengan bebas namun penuh dengan komitmen. Individu dewasa awal juga telah dapat mengenali bahwa pada masyarakat dan individu yang berbeda, masing-masing memiliki sistem nilai tersendiri. Selain itu, individu dewasa awal juga mampu untuk mencapai komitmen yang bersifat relatif, yaitu individu dapat membuat pertimbangan sendiri dan memilih nilai serta kepercayaan yang benar menurutnya. Menurut Piaget (dalam Papalia, 2003) individu dewasa awal termasuk dalam tahap berpikir postformal, yaitu pola pikir yang matang dan didasarkan pada pengalaman dan intuisi subjektif namun tetap berlandaskan pada logika dan

dapat digunakan untuk mengatasi ketidakpastian, ketidakkonsistenan, pertentangan, dll.

Individu dewasa awal berada pada tahap perkembangan emosi di mana individu mencari suatu hubungan yang dekat baik secara emosional maupun secara fisik. Individu mampu menyampaikan keadaan emosi yang ada pada dirinya dan telah memiliki empati. Emosi individu pada usia dewasa awal cenderung bersifat konsisten dan tidak mengalami banyak perubahan. Pada masa dewasa, individu akan semakin tidak emosional dan cemas, individu pada usia dua puluhan (dewasa awal) akan lebih emosional dibandingkan dengan individu pada usia-usia yang lebih tua.

Gambar 2

Siklus Indera Penciuman

Ketika kita menghirup aroma yang ada di sekitar kita, aroma tersebut akan melekat ke reseptor sel di dalam hidung yaitu suatu tempat yang bisa

memicu sinyal syaraf. Sinyal-sinyal ini diproses di dalam suatu tempat yang dikenal sebagai olfactory bulb (bola penciuman) yaitu salah satu bagian dari otak. Setelah itu, sinyal yang masuk akan dikonversikan menjadi suatu pola listrik yang dikirim ke korteks otak besar dan daerah lainnya di otak yang dikenalinya. Setelah itu loop inhibitor local akan mampu mengenali bau yang tercium dengan tepat. Proses antara masuknya bau ke hidung sampai dikenalinya bau tersebut oleh otak memakan waktu jauh kurang dari satu detik (Rouby et al, 2002).

Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau (smell receptors). Reseptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian diproses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita, apakah itu harumnya aroma parfum atau menyengat nya bau selokan (Rouby et al, 2002).

Dari pembahasan diatas, salah satu yang dapat mempengaruhi kemampuan mengingat adalah emosi. Keadaan emosi individu akan mempengaruhi proses belajarnya karena perhatian individu terhadap lingkungan akan berkurang intensitasnya pada saat berada pada emosi negatif (suasana hati yang negatif). Menurut Hunt & Ellis (2004) suasana hati yang negatif akan mengarahkan pemrosesan informasi tidak berjalan

dengan efektif dan akan berdampak pada kemampuan mengingat individu. Oleh karena itu, perlu diberikan stimulus yang menyenangkan berupa aroma. Pitman (2004) menyatakan bahwa penggunaan aroma yang menyenangkan dapat digunakan pada saat individu mengalami suasana hati yang negatif, dan penggunaan aroma dapat menimbulkan efek santai dan tenang, berpengaruh terhadap suasana hati, menenangkan saraf dan juga dapat meningkatkan retensi ingatan individu pada informasi yang dipelajari.

Mekanisme kerja aroma dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sistem sirkulasi tubuh dan penciuman. Beberapa penelitian ilmiah juga menunjukkan manfaat dari aroma dalam mempengaruhi jiwa dan tingkat emosional individu. Secara spesifik, aroma dapat mempengaruhi proses dasar biologis individu. Resepstor pembauan di hidung berkaitan langsung ke area limbic di otak individu melalui olfactory bulbs yang terletak di dekat otak bagian depan dan tiap reseptor sel aroma mengirim satu axon ke olfactory bulbs, dimana itu membentuk sinapsis dengan dendrit dari mitra cells. Olfactory tract axons bekerja langsung pada amigdala dan dua wilayah dari limbic cortex yaitu pyrifrom cortex dan enthorinal cortex. Amygdala mengirim informasi pembauan ke hipotalamus, enthorinal cortex mengirimnya ke hippocampus dan pyrifrom cortex mengirimnya ke hipotalamus dan ke orbitofrontal cortex dimana hal tersebut sangat terkait dengan wilayah tempat penyimpanan memori di otak yaitu otak bagian depan (Carlson, 2005). Area limbik memiliki kaitan khusus pada wilayah otak yang langsung mempengaruhi lebih dari proses yang utama terjadi pada tubuh kita seperti mengatur detak jantung, tekanan

darah, ketegangan otot dan temperatur kulit. Satu hal yang penting, area limbik merupakan pusat dari hippocampus dimana memori disimpan dalam otak yang memiliki kaitan di otak bagian depan (frontal lobes). Sejak sinyal pembauan berproses di area limbik, bukan hal yang mengejutkan bahwa bau juga dapat mempengaruhi memori seseorang (Bensafi M, Rouby C, Farget V, et al, 2002).

E. PENGARUH AROMA TERHADAP KEMAMPUAN

MENGINGAT

Memori memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kata yang diucapkan serta segala sesuatu ada di dunia ini dan semua aktivitas yang terjadi sepanjang kehidupan individu merupakan fungsi dari memori. Tanpa adanya memori, proses kehidupan individu tidak akan berlangsung dengan baik. Proses kehidupan individu tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut dengan proses belajar. Dalam proses belajar ini, memori berperan sangat aktif karena tanpa adanya keterlibatan memori dalam proses belajar, proses belajar yang dilakukan oleh individu tidak akan pernah berhasil. Dengan adanya memori, individu dapat mengolah informasi yang diterima sebagai bahan yang terdapat di dalam proses belajar.

Salah satu metode yang digunakan untuk membangkitkan memori adalah dengan menggunakan stimulus yang menyenangkan. Stimulus yang menyenangkan yang dimaksud adalah aroma ataupun bebauan yang

menyenangkan. Bau ataupun aroma, baik menyenangkan ataupun tidak menyenangkan dapat dapat berdampak pada mood (Rouby et al, 2002).

Bau atau aroma mempunyai peran yang sangat kuat. Bau mempengaruhi kita pada tingkat fisik, psikologis, dan sosial. Secara umum, aroma mengelilingi manusia dan tanpa disadari betapa pentingnya aroma atau bau dalam kehidupan manusia. Bau dapat membangkitkan tanggapan emosional yang kuat. Sebuah aroma yang terkait dengan pengalaman yang baik dapat membawa kegembiraan dengan cepat. Aroma yang tidak menyenangkan juga dapat membuat memori kita menjadi buruk (Classen, 1994).

Aroma memiliki kemampuan luar biasa untuk memicu memori karena aroma secara langsung menghubungkan ke bagian otak yang menyimpan ingatan secara emosional, dan penelitian baru menunjukkan bahwa aroma juga dapat mengkonsolidasikan pengetahuan baru dan memfasilitasi belajar (Jensen, 2007).

Para peneliti telah menguji pengaruh aroma selama bertahun-tahun. Bebauan akan mengaktifkan wilayah primitif di dalam otak seperti amigdala dan talamus, yang merespon bahaya, kesenangan dan makanan. Oleh karena itu, bebauan asing akan mendapat prioritas besar dalam otak. Salah satu bagian yang secara khusus peka terdahap aroma adalah sistem limbik, yang bertanggung jawab atas perhatian seseorang. Sensasi bebauan diolah dengan cara yang berbeda dibandingkan sensasi indrawi lainnya dan langsung menuju otak tanpa halangan apapun. Aroma akan membangkitkan pengalaman emosional positif. Arousal yang diakibatkan oleh emosi positif

akan menstimulasi hipotalamus untuk mengontrol sistem endokrin yang bertugas untuk mengeluarkan hormone (Jensen, 2007).

Bagi manusia, bau memiliki kekuatan yang cepat yang dapat memanggil ingatan, emosi, dan suasana hati yang diasosiasikan dengan bau- bau yang individu hirup (Floyd dkk, 1988). Mekanisme kerja aroma dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sistem sirkulasi tubuh dan penciuman. Beberapa penelitian ilmiah juga menunjukkan manfaat dari aroma dalam mempengaruhi jiwa dan tingkat emosional individu. Secara spesifik, aroma dapat mempengaruhi proses dasar biologis individu. Resepstor pembauan di hidung berkaitan langsung ke area limbic di otak individu melalui olfactory bulbs yang terletak di dekat otak bagian depan dan tiap reseptor sel aroma mengirim satu axon ke olfactory bulbs, dimana itu membentuk sinapsis dengan dendrit dari mitra cells. Olfactory tract axons bekerja langsung pada amigdala dan dua wilayah dari limbic cortex yaitu pyrifrom cortex dan enthorinal cortex. Amygdala mengirim informasi pembauan ke hipotalamus, enthorinal cortex mengirimnya ke hippocampus dan pyrifrom cortex mengirimnya ke hipotalamus dan ke orbitofrontal cortex dimana hal tersebut sangat terkait dengan wilayah tempat penyimpanan memori di otak yaitu otak bagian depan (Carlson, 2005). Area limbik memiliki kaitan khusus pada wilayah otak yang langsung mempengaruhi lebih dari proses yang utama terjadi pada tubuh kita seperti mengatur detak jantung, tekanan darah, ketegangan otot dan temperatur kulit. Satu hal yang penting, area limbik merupakan pusat dari hippocampus dimana memori disimpan dalam otak yang memiliki

kaitan di otak bagian depan (frontal lobes). Sejak sinyal pembauan berproses di area limbik, bukan hal yang mengejutkan bahwa bau juga dapat mempengaruhi memori seseorang (Bensafi M, Rouby C, Farget V, et al, 2002).

Telah banyak penelitian yang meneliti tentang efek aroma, baik efek aroma terhadap kesehatan maupun efek aroma terhadap kemampuan mengingat. Ada beberapa penelitian yang menghubungkan aroma dengan ingatan. Penelitian yang dilakukan di Yale University yang melibatkan 72 mahasiswa (36 laki-laki, 36 perempuan) yang berhubungan dengan aroma. Aroma yang digunakan pada eksperimen ini adalah aroma coklat. Aroma tersebut disebarluaskan ke dalam ruangan laboratorium dengan ukuran 35’ x 11’. Eksperimen ini terdiri dari 40 kata sifat dalam bahasa inggris. Subjek berpartisipasi dalam dua sesi eksperimen selama 24 jam. Pada sesi pertama, subjek diminta untuk menulis kebalikan dari setiap kata. Keesokan harinya, mereka diberi waktu 10 menit untuk meyelesaikan tugas yang sama, dengan menjawab paling tidak setengah dari jawaban aslinya. Penelitian yang menggunakan aroma juga dilakukan oleh Jennifer Ret. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa aroma lavender diyakini dapat meningkatkan daya ingat dalam belajar, mendapatkan efek yang menyenangkan selama belajar, dapat menimbulkan efek santai dan tenang, berpengaruh pada mood, meningkatkan retensi ingatan pada informasi yang dipelajari. Hal ini ditunjukkan dari kelompok eksperimen yang terpapar aroma lavender lebih tepat dalam mengingat kata-kata yang diujikan daripada kelompok control yang tidak terpapar aroma apapun. Selain itu, aroma juga dapat

meningkatkan produktivitas kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Kornelius dan Anggadewi menghasilkan bahwa aroma lemon dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Pitman (2004) dalam bukunya yang berjudul Aromatherapy: A Practical Approach dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks. Selain itu, lavender dipercaya bisa membantu terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran. Sedangkan wewangian lemon digunakan menenangkan suasana. Aroma yang menyenangkan dapat membantu individu semakin percaya diri, merasa lebih santai, dapat menenangkan saraf, tetapi tetap membuat individu sadar.

Dokumen terkait