• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Komunikasi massa

3.2. Majalah Perempuan

Pada permulaan dekade 70-an terjadilah ledakan majalah hiburan di Indonesia. Sejumlah majalah beredar, diantaranya majalah perempuan dan majalah remaja. Jumlah ini terus bertambah, sehingga kaum perempuan dapat memilih berdasarkan seleranya. Ternyata munculnya majalah perempuan, disambut dengan antusiasme yang tinggi oleh perempuan. hal ini tentuya sangat menguntungkan pihak industri media. Akhirnya dapat kita bicarakan arti majalah perempuan untuk masa kini, mengapa ia dibaca dan diminati, dan apa yang diharapkan oleh pembacanya serta tugasnya sekarang dan di masa mendatang (Ibrahim dan Suranto,1988:116-117).

Myra M. Sidharta (dalam Ibrahim dan Suranto, 1988:118-120) memaparkan tentang sejarah majalah perempuan di Indonesia dengan gambling dan jelas. Menurutnya, majalah perempuan bermula semenjak jaman R.A Kartini. Pada masa itu, yaitu masa peralihan ke abad 20 dan majalah berbahasa Indonesia belumlah ada, sehingga R.A Kartini banyak membaca majalah berbahasa Belanda dan Cina, salah satunya adalah surat kabar berbahasa Cina, yang dibuat untuk kaum peranakan Cina Tiong Hwa Wi Sien Po. Majalah perempuan kedua bernama

Poetri Hindia, yang diterbitkan surat kabar Medan Prijaji, yang memuat 3 karangan yang dianggap menarik oleh pembacanya, seperti “Kasapoelah Firmannja orang prampoewan” oleh Carmen Sylva, Ratu dari Roemenia. Dua

commit to user 22

karangan lainnya merupakan nasihat-nasihat bagi perempuan-perempuan yang ditulis oleh pembaca dari Batavia dan tanjung Brebes, dimana redaksinya seluruhnya dipegang oleh perempuan. Pada tahun 1912 ada dua majalah diterbitkan di daerah Sumatra dan Pacitan. Warna lokal yang dicerminkan pada majalah ini adalah bahwa yang pertama berisikan artikel-artikel dengan diselingi syair-syair dan pantun-pantun, yang memang disenangi orang-orang minangkabau, sedangkan yang kedua adalah seluruhnya dalam aksara jawa.

Myra M. Sidharta (dalam Ibrahim dan Suranto, 1988:118-125) menjelaskan sampai tahun 1914 majalah-majalah perempuan yang diterbitkan oleh organisasi masih memegang peranan yang sangat penting, sehingga kita dapat melihat terbitnya Soeara Perempoean oleh pergerakan Perempoean. Organisasi ini juga menerbitkan Perempoean Bergerak di Medan, kemudian disusul oleh Al Sjarq oleh serikat Kaoem Iboe di Soematra. Selanjutnya banyak daerah yang mempunyai majalah-majalah perempuan sendiri. Majalah non- organisasi yang masih tetap terbit sampai sekarang perlu disebut Keluarga

majalah yang diterbitkan oleh Ny. A. Latip yang pernah juga menerbitkan Doenia Kita sebelum Jepang. Dalam keadaan inilah majalah Model diterbitkan oleh Johny Ganda. Namun isinya mungkin kurang dapat diterima oleh perempuan-perempuan waktu itu, karena dianggapnya terlalu lux dan modern. Barulah pada tahun berikutnya Femina diterbitkan di bawah pimpinan S. Alisjahbana dengan redaksi yang terdiri dari sekelompok perempuan muda, yang kehausan bahan bacaan, public Indonesia mulai terkesan. Jumlah terbitannya dengan cepat meningkat, demikian juga dengan Gadis yang diterbitkan pada tahun berikutnya oleh

commit to user 23

kelompok yang sama. Pada waktu persaingan mulai terasa dengan munculnya sejumlah majalah lain sejenis Femina dan Gadis mulai dengan serangkaian bisnis di luar majalahnya: pola-pola, kemudian pakaian jadi, sayembara mengarang dan masakan, perlombaan perancang pakaian, pemilihan putri remaja dan tour ke luar negeri, yang semuanya turut membantu popularitasnya di mata pembacanya. Tetapi femina sementara meningkatkan popularitasnya dengan meningkatkan konsumsi, yakni barang-barang yang dapat dibeli oleh pembacanya, majalah- majalah lain mencari popularitasnya di bidang lain. Kartini misalnya menyajkan karangan-karangan yang bersifat “pop”, seringkali controversial. Kali ini kita dapat menyaksikan lusinan majalah perempuan dipasaran, sedangkan majalah- majalah yang diterbitkan oleh organisasi-organisasi yang biasanya dapat diperdagangkan belum terhitung pula.

Menurut Ibrahim dan Suranto (1998:126-127) banyak perempuan- perempuan membeli majalah bukanlah semata-mata untuk membaca saja, melainkan untuk memilikinya, sehingga fungsi majalah jauh melebihi bacaan biasa. Fungsi-fungsi ini antara lain :

a. Memberi informasi tentang kejadian-kejadian di dunia, yang aktual, maupun yang tidak aktual tetapi mengesankan.

b. Memberi informasi tentang mode, masakan dan sebagainya dan melalui iklan-iklannya juga komoditi-komoditi yang berguna atau yang sewaktu-waktu akan berguna.

commit to user 24

c. Ia dapat dikonsultasi sewaktu-waktu mengenai kesehatan, kecantikan, menu masakan dan lain-lain pertanyaan yang penting atau yang akan menjadi penting.

d. Melalui rubrik-rubrik khusus yang disediakan, pembaca dapat mengadakan konsultasi tentang masalah pribadinya, tanpa diketahui identitasnya. Dengan membaca tentang masalah-masalah yang diajukan oleh orang lain, ia dapat menafsir masalahnya sendiri, sering ia dapat menemukan jawaban dengan berpikir tentang masalah orang lain. Menurut Ibrahim dan Suranto (1998:126-127) ditinjau dari arti majalah bagi seorang perempuan, maka kita dapat membayangkan betapa besarnya potensi majalah perempuan. Tugas pertama adalah sebagai sumber informasi, tugas kedua adalah tugas sosio-edukatif. Mengingat pengaruhnya sebagai pencipta citra perempuan yang diterima oleh kaum perempuan, maka tugas ini meliputi :

a. Memperbaiki gaya hidup perempuan dari gaya hidup pasif-konsumtif menjadi gaya hidup aktif-kreatif.

b. Meningkatkan selera pembaca, dari bahan bacaan penghibur dan sensasional provokatif menjadi bahan bacaan berpikir dan berarti. c. Mendidik kaum perempuan menjadi perempuan yang mengetahui hak-

hak dan batas-batas kewajibannya di dunia yang didominasi oleh pria ini.

d. Mendidik kaum perempuan untuk menghadapi tugas-tugas dan masalah-masalah di kemudian hari. Karena “jurang generasi” yang

commit to user 25

terjadi dewasa ini, adalah kurangnya persiapan generasi tua untuk menghadapi generasi muda.

e. Dalam tugas yang fturistik ini, para ibu juga harus dibantu untuk mempersiapkan putra-putri mereka untuk menghadapi masalah-masalah merek di masa datang. Sedangkan para putrid harus juga dipersiapkan untuk masa datang ini, tanpa menanamkan kekahawatiran dan kecemasan terhadap mereka.

Yang perlu diketahui mereka adalah bahwa kehidupan bukan hanya kesenangan saja, sedangkan tantangan-tantangan tidak dapat dihadapi dengan kecengengan atau pelarian ke senangan atau lain-lain usaha yang tidak langsung.

Barulah dengan demikain majalah perempuan akan memberi sumbangannya sebagai pencipta citra perempuan baru yang bertanggung jawab, karena siap untuk menghadapi tugas-tugas di masa depannya.

Dokumen terkait