commit to user
i
Wacana Citra Tubuh Ideal Pada Wanita
(Analisis Wacana Majalah FIT Edisi Januari-Juni 2010, Dalam Rubrik Cantik,
Fitnes, Diet dan Nutrisi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Sebagian
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu
Sosial dan
Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi
Disusun oleh :
RISKA FINALIAWATI
D0206019
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini aku persembahkan kepada:
ü Allah SWT, atas rahmat dan ridhoNya. Sumber kekuatan terbesarku.
ü Bapak Ibu ku, atas sumbangan kasih sayang yang sangat berlimpah, baik
materi maupun spiritual. Kalian adalah alasan kebahagiaanku.
ü Mas Astur dan Mbak Sha, atas nasihat dan dukungan yang diberikan padaku
setiap saat. Kalian adalah teladan yang sangat baik untukku. Berkumpul bersama kalian adalah saat yang paling aku nantikan.
ü Shabitaa Aila Zawwa, ponakan kecilku yang lucu. Senang mendengarmu
memanggilku tante.
ü Hasan Sakri Ghozali, buggable, yang selalu mengajari aku tentang perjuangan
hidup. You always fill my emptiness feeling.Thanks for the support.
ü Asri Sindu Prihantini, sahabat terbaikku. Tidak ada alasan untuk diam dan
menyembunyikan sesuatu darimu. Terimakasih atas kesabarannya mendengarkan semua keluh kesahku.
ü Teman-teman CLEO, Rhe, Mel, Indah, Niki, Faradyan, Yuni, Tiento, Intan,
Lusi, Mb. Nanda, proses yang baik menjadi sebuah keluarga.
ü My Partner in crime : Mimin, Sidiq, Candra, Arum Fika, Keshia, Diyun,
commit to user
v
ü Arum Ranistya Diany , atas pinjaman Majalah FIT nya. Kamu memang selalu
dapat diandalkan.
ü RegardeZ, keluarga baru yang akan selalu kurindukan. Kalian lebih dari dari
kelompok kerja buatku.
ü Teman-teman komunikasi angkatan 2006 yang senasib dan seperjuangan.
commit to user
vi MOTTO
D on’t u ever wish u wer e som eone else, u wer e
m eant to be the way u ar e exactly
( Joey M cI ntir e)
Ketekunan akan m engalahkan keter batasan
( penulis)
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “WACANA CITRA TUBUH IDEAL PADA WANITA (Analisis Wacana Majalah FIT Edisi Januari-Juni, Dalam Rubrik Cantik, Fitnes, Diet dan Nutrisi).
Maksud penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir yang harus diselesaikan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret serta memberi masukan kepada pihak yang
berkepentingan.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya pada : 1. Bapak Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D selaku pembimbing skripsi dan sekaligus
pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Suriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
4. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini akan tetapi tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
commit to user
viii
diharapkan demi sempurnanya skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan penyusunan skripsi ini.
Surakarta, Maret 2011
commit to user xiii ABSTRAK
Riska Finaliawati, D0206019, Wacana Citra Tubuh Ideal Pada Wanita (Analisis Wacana Majalah FIT Edisi Januari-Maret 2010, Dalam Rubrik Cantik, Fitnes, Diet dan Nutrisi), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, 2011.
Kecantikan, konon, merupakan anugerah yang terindah bagi seorang wanita. Tidak ada wanita yang tidak ingin tampil cantik. Banyak hal yang diusahakan oleh seorang wanita untuk mewujudkan keinginannya menjadi cantik secara fisik. Namun terkadang usaha yang dilakukan tersebut menjadi boomerang bagi kesehatannya. Banyak wanita memilih untuk menjadi anorexia dan bulimia. Obsesi wanita untuk selalu tampil cantik terkadang tidak diimbangi dengan pikiran yang cerdas bahwa sebenarnya ada kecantikan yang bukan bersifat lahiriah. Timbul dari opini masyarakat yang kian pelik akan keharusan wanita untuk tampil cantik dan anggapan bahwa wanita identik dengan cantik, memicu lahirnya kepercayaan baru bahwa jika wanita tidak cantik tidak ada bagian dari hidup ini yang pantas untuk dinikmati. Sesungguhnya, selain pengaruh langsung dari keluarga dan lingkungan, mungkin tidak ada lagi yang dapat menyebarluaskan dampak dari pemikiran mengenai fitur keindahan tubuh segencar media massa.
Majalah FIT adalah merupakan majalah wanita, anak dari majalah Femina. Mengupas tentang gaya hidup sehat wanita masa kini. Isi yang mendominasi majalah ini adalah tentang bagaimana menciptakan tubuh ideal wanita yang sesuai dengan gaya hidup sehat. Penelitian ini membedah wacana citra tubuh ideal pada wanita yang muncul melalui rubrik cantik, fitness, diet dan nutrisi dan menganalisis sebanyak 15 teks yang terdapat dari ketiga rubrik tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis wacana yang diungkapkan oleh Van Djik. Membedah sebuah artikel dengan melihat struktur teksnya. Peneliti menganalisis teks berdasar elemen-elemen dari struktur makro, struktur mikro dan superstrukturnya.
commit to user xiii ABSTRACT
Riska Finaliawati, D0206019, Woman Ideal Body Image Discourse in “FIT” Magazine. (Discourse Analysis “FIT” Magazine in January to June Periode 2010, on Cantik, Fitnes, Diet dan Nutrisi Rubric) Thesis, Communication Science Program, Social and Political Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta. 2011.
Beauty, indeed as a nicest favour for a woman. No woman who doesn’t want to be beautiful. Many things to be forced by woman to make them look beautiful phisicly. However it can make them unhealthy. Most of woman likes to be anorexia and bulimia. Woman obsession to perform beautiful is not balanced with bright mind that in fact there is inner beauty, so it can’t be seen from phisicly. There are so many social opinions that woman must look beautiful and there are also many opinions that woman are identic with beauty, it make a woman have a new opinion that woman who is not beautiful doesn’t have a part of their life to be enjoyed. Actually, besides the direct influence of family and environment, perhaps nothing can spread the effect of thought about the beauty as peculiar as the mass nedia.
FIT Magazines is a woman magazine, it is branch of Femina. Talk about the lifestyle of healthy woman at present, the contents of the magazine is dominated by how to created woman ideal body suitable with healthy life style. This research analyze 15 text in those three rubrics. This research uses discourse analysis that expresses by Van Djik. It analysis an text by looking at the text structure. The researcher analysis the texts based on the elements from the macro structure, micro structure, and superstructure.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Kecantikan, konon, merupakan anugerah yang terindah bagi seorang
perempuan. Tidak ada perempuan yang tidak ingin tampil cantik. Karena itu
banyak hal yang dipertaruhkan oleh seorang perempuan untuk “menjadi cantik”
(Melliana, 2006:ix).
Menjadi cantik dengan bentuk tubuh yang ideal merupakan idaman bagi
setiap perempuan. Setiap perempuan pastilah mendambakan tampil cantik pada
setiap kesempatan. Baik perempuan tersebut masih remaja, dewasa bahkan yang
berusia senja pun tetap ingin tampil cantik dan menarik dengan kodrat perempuan
yang tak dapat dipungkiri oleh siapa pun. Secara umum dan kasat mata, seseorang
dapat dikatakan cantik bila memiliki bentuk wajah dan tubuh yang enak
dipandang dan proporsional.
Beberapa tokoh menyatakan bahwa perempuan memang harus cantik.
Fatimah Mernissi (dalam Ibrahim dan Suranto, 1988:vii) seorang feminis Islam
yang radikal, pernah menyitir ungkapan: “kecerdasan perempuan terletak pada
kecantikannya dan ketampanan pria terletak pada kecerdasannya”.
Budayawan Y.B. Mangunjiwa (dalam Ibrahim dan Suranto, 1988:vii) juga
pernah mengungkapkan hal serupa yang berasal dari Mauretania: “Keindahan pria
commit to user
2
Riset yang dilakukan oleh Berscheid dan Walster (dalam Synnott, 2003:
137) tentang kekuatan dari kecantikan, dan kejelekan dalam masyarakat
menjelaskan bahwa para siswa berpikir bahwa orang-orang yang berpenampilan
baik umumnya lebih sensitif, baik hati, menarik, kuat, cerdik, rapi, berjiwa sosial,
ramah, dan menyenangkan dari pada orang-orang yang berpenampilan kurang
menarik. Para siswa juga setuju bahwa mereka yang cantik secara seksual, lebih
responsif daripada mereka yang tidak menarik. Menurut Berscheid dan Walster,
efek halo kecantikan ini digambarkan peneliti berbanding lurus dengan efek
tanduk kejelekan. Artinya, pengaruh dari penampilan fisik ini sangat dominan.
Kecantikan lebih penting bagi perempuan daripada pria. Satu indikasinya
adalah bedah plastik. Kira-kira 664 ribu bedah plastik yang dilakukan di Amerika
Serikat pada tahun 1990, sudah ada sekitar satu setengah juta perbaikan wajah
(Synott, 2003: 140).
Keinginan untuk tampil sempurna, cantik, dan langsing merupakan impian
setiap perempuan. Sayangnya, banyak perempuan yang menjadikan kecantikan
menjadi sebuah obsesi, sehingga terkadang mereka menempuh cara-cara
berlebihan untuk menjadi cantik. Tak jarang cara tersebut justru menjadi
bumerang bagi hidupnya, karena cara tersebut dapat menyakiti tubuhnya sendiri,
dan fatal akibatnya jika berujung pada kematian. Anorexia Nervosa dan Bulimia
Nervosa merupakan cara yang sering ditempuh oleh perempuan-perempuan yang
terlalu terobsesi menjadi cantik dan langsing. Namun bukan kecantikan yang
commit to user
3
Anorexia dan Bulimia adalah kelainan pola makan yang sering terjadi
pada perempuan dan merupakan suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri.
Anorexia dan Bulimia merupakan gangguan makan yang menyiksa. Hal tersebut
dikarenakan oleh ketakutan tubuh akan menjadi gemuk setelah makan, dan
ketakutan mental itu akan terpancar melalui penyiksaan fisik. Gejala umum
Anorexia dan Bulimia yaitu depresi, kepercayaan diri yang rendah, penampilan
yang tidak proporsional, hubungan keluarga yang terganggu, nafsu makan
berkurang, sulit mengontrol emosi, mudah terjangkit penyakit, berat badan ringan,
dan kekurangan nutrisi. Ciri khas penderita Anorexia antara lain sebagai berikut
(http://www.info-sehat.com, 23 Oktober 2008) :
1. Biasanya penderita adalah perempuan, baik remaja, dewasa atau yang
baru memasuki masa puber.
2. Tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menekankan pentingnya
prestasi sebagai nilai kebanggaan keluarga.
3. Mempunyai perhatian yang berlebihan tentang kesempurnaan
penampilan.
4. Mempunyai orang tua yang sangat sibuk dengan dunia mereka sendiri.
Penderita anoreksia biasanya merasa harus menjadi sempurna agar
mendapat perhatian dari orang tua mereka.
5. Ditandai dengan perubahan fisik seperti rambut rontok, terhentinya
ovulasi dan menstruasi, detak jantung melambat, tekanan darah rendah
commit to user
4
6. Biasanya memiliki tingkat depresi yang lebih parah dibandingkan
penderita bulimia.
7. Rentan terkena osteoporosis karena asupan kalsium yang rendah.
8. Dapat menyebabkan kerusakan hati dan organ-organ vital lainnya jika
berat badannya turun dibawah batas normal.
Ciri khas penderita bulimia adalah sebagai berikut:
1. Penderita lebih sulit dideteksi karena berat tubuh mereka bisa saja
melebihi batas normal, di bawah batas normal, atau bahkan
mempunyai berat tubuh yang normal.
2. Biasanya penderita adalah perempuan, baik remaja maupun dewasa
muda.
3. Ciri utamanya dapat dilihat dari pola makan seperti makan dalam
jumlah yang banyak dan kemudian dimuntahkan kembali atau
mengonsumsi obat pencahar dan obat diuretik untuk memuntahkan
kembali makanan yang telah disantap.
4. Mempunyai beberapa masalah kesehatan yang muncul akibat
kebiasaan memuntahkan kembali makanan setelah disantap, seperti
terjadinya luka pada dinding perut, radang pada usus buntu, denyut
jantung tidak teratur, kerusakan pada ginjal karena rendahnya asupan
potasium, rusaknya email gigi karena terciptanya produksi asam yang
berlebihan ketika muntah, dan terhentinya menstruasi.
5. Kemarahan tertahan karena ketidakmampuan untuk mengekspresikan
commit to user
5
mengecewakan orang-orang yang mereka cintai dalam lingkungan
mereka.
Bulimia dapat diikuti dengan terjadinya anorexia, demikian pula
sebaliknya. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan dalam pola
makan seperti kelainan genetik, tekanan sosial untuk menjadi langsing, tekanan
dari teman sebaya, dan lain-lain (http://www.info-sehat.com, 23 Oktober 2008).
Banyak kasus anorexia yang berakibat fatal, yaitu yang berujung pada
kematian. Mereka sangat terinspirasi oleh kecantikan tubuh para model–model
langsing. Ukuran pakaian yang mereka dambakan adalah ukuran XXS atau di
dalam dunia mode dikenal dengan ukuran zero. Sederet model cantik menjadi
korban dari anorexia. Ana Caroline Reston, model asal Brasil, meninggal dengan
berat badan hanya 40kg dengan tinggi badan 1,72 m. Dia meninggal dunia karena
infeksi usus yang disebabkan anorexia. Pada 2006, model berusia 22 tahun asal
Uruguay itu mengalami serangan jantung setelah menjalani diet yang hanya
makan daun selada dan minuman bersoda selama tiga bulan
(http://lifestyle.okezone.com, 29 April 2008).
Itulah sebagian dari ironi kecantikan. Fenomena tersebut membuktikan
bagaimana perempuan telah diperbudak oleh standar masyarakat mengenai
kecantikan lahiriah. Obsesi perempuan untuk selalu tampil cantik terkadang tidak
diimbangi dengan pikiran yang cerdas bahwa sebenarnya ada kecantikan yang
bukan bersifat lahiriah. Timbul dari opini masyarakat yang kian pelik akan
commit to user
6
identik dengan cantik, memicu lahirnya kepercayaan baru bahwa jika perempuan
tidak cantik tidak ada bagian dari hidup ini yang pantas untuk dinikmati.
Sesungguhnya, selain pengaruh langsung dari keluarga dan lingkungan,
mungkin tidak ada lagi yang dapat menyebarluaskan dampak dari pemikiran
mengenai fitur keindahan tubuh segencar media massa. Menurut Silerstain,
Perdue, dan Kelly (dalam Melliana, 2006:62) sekelompok peneliti yang
melakukan penelitian pada tahun 1986, dengan menganalisis lekuk–lekuk tubuh
perempuan dalam The Ladies Journal and Vogue mulai 1901 sampai 1980,
menyimpulkan bahwa media massa mempromosikan perempuan bertubuh
langsing sebagai simbol perempuan dengan tubuh yang ideal.
Usaha perempuan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang kurus dengan
berbagai cara, tanpa kurang memperhatikan efeknya bagi kesehatan, merupakan
hasil dari proses internalisasi nilai dari majalah atau iklan kecantikan yang
terus-menerus.
Setiap orang bebas menyusun kata demi kata sehingga menjadi sebuah
karangan bertema yang dimuat dalam media. Baik itu kisah nyata, maupun
sebuah pendapat mengenai realitas kehidupan yang tengah banyak dibicarakan
masyarakat luas. Terkadang memang tidak mudah meninggalkan kesubjektifan
dalam sebuah karya tulis. Apalagi jika berbicara mengenai perempuan.
Kini semenjak bangkitnya reformasi dan kebebasan pers mulai diangkat,
banyak industri media termasuk media perempuan kian berkembang. Sejak awal
majalah perempuan era 1970-an menyimpan kegamangan. Mereka sibuk
commit to user
7
menengah. Femina, yang terbit perdana pada 18 September 1972, misalnya,
semula ingin tampil bersahabat dan mampu menangkap aspirasi kaum perempuan.
Mereka juga menawarkan sajian yang praktis, bersih, dan tidak rumit
(www.langitperempuan.com, 26 Juni 2008 ).
Mengacu Libelle dan Margriet, terbitan Belanda, Femina cenderung
memberi citra perempuan yang bebas dan mandiri, lepas dari belenggu keluarga
ataupun masyarakat. Perempuan tampil sebagai subjek, bukan objek. Di sisi lain
mereka juga menampilkan “rubrik-rubrik domestik” seperti kecantikan, mode
busana, rumah, serta masakan. Tetap menjunjung idealisme, tanpa mengabaikan
keuntungan bisnis. Mereka tumbuh menjadi majalah perempuan kelas menengah
atas. (www.langitperempuan.com,26 Juni 2008).
Menurut Alex Sobur (2002:8) bagi media, bahasa bukan sekedar alat
komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi atau opini. Bahasa juga bukan
sekedar alat komunikasi untuk menggambarkan realitas. Namun, juga menentukan
gambaran atau citra tertentu yang hendak ditanamkan dalam publik. Oleh karena
itu, bahasa tidak hanya diartikan sebagai susunan kalimat untuk menyampaikan
pesan tetapi lebih dari itu, bahasa juga digunakan sebagai alat untuk
mempengaruhi gambaran bahkan memanipulasi pikiran seseorang sehingga
terbentuk frame baru dalam benaknya.
Majalah FIT adalah merupakan majalah perempuan, anak dari majalah
Femina. Mengupas tentang gaya hidup sehat perempuan masa kini. Isi yang
mendominasi majalah ini adalah tentang bagaimana menciptakan tubuh ideal
commit to user
8
Sebenarnya menurut isinya, tak jauh berbeda dengan majalah majalah
pria dewasa yang lain, yaitu FHM, Man’s Health, Playboy yang menjadikan citra
tubuh dan sex appeal perempuan sebagai bahan diskusi yang dominan. Namun,
berbeda dengan majalah pria dewasa yang lain, dimana citra tubuh perempuan
ideal yang dijadikan bahan kupasan negative, di majalah FIT, perempuan tidak
sebagai obyek, melainkan sebagai subyek, yang dapat memberikan inspirasi bagi
perempuan yang lain.
Berangkat dari keunikan tersebut, penulis ingin melihat bagaimana
majalah perempuan, yaitu majalah FIT, mewacanakan citra tubuh ideal seorang
perempuan. Menangkap pesan-pesan yang disampaikan majalah FIT lewat
teks-teksnya. Peneliti mencoba menemukan wacana tersebut dengan menggunakan
pisau analisis wacana. Dari sekian banyak model kerangka analisis teks kualitatif,
peneliti menganggap analisis wacana model Van Djik yang paling relevan dan
paling mungkin digunakan sesuai dengan bahasan yang akan diteliti. Selain itu,
seperti yang kita ketahui bahwa penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk
membuktikan teori, maka dalam perjalanan penelitian nanti, bisa jadi kerangka
wacana Van Djik tidak sama persis digunakan.
B. RUMUSAN MASALAH
“ Bagaimana majalah FIT mengkonstruksi wacana citra tubuh ideal pada
commit to user
9
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui bagaimana majalah FIT mengkonstruksi wacana citra
tubuh ideal pada perempuan melalui rubrik Cantik, Fitnes, Diet dan Nutrisi.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Pembaca Majalah Perempuan
Penelitian ini diharapkan mampu mencerahkan pembaca majalah
perempuan dengan memberikan gambaran mengenai wacana citra tubuh
ideal perempuan, sehingga pembaca dapat menyaring informasi yang
sesuai dengan penerapan pola hidup sehat, dan pembaca tidak terbawa
arus realitas di media.
2. Bagi Penulis Majalah
Melalui penelitian ini diharapkan semoga penulis majalah bisa mengkaji
ulang isi teks yang akan disajikan kepada masyarakat. Seperti
mengurangi gambar-gambar yang vulgar dan juga memberikan
informasi secara eksplisit tentang pentingnya kecantikan hati, atau
kecantikan yang tidak berasal dari fisik.
3. Bagi Pemerintah.
Sebagai pemegang regulasi penyiaran, pemerintah diharapkan cerdas
dalam mengawasi muatan teks sekaligus mampu untuk selektif dalam
memilih media informasi yang baik untuk masyarakat. Sudah saatnya lah
masyarakat mendapat informasi yang baik, benar dan mencerdaskan.
commit to user
10
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu ruang belajar untuk
membedah lebih lanjut tentang wacana citra tubuh perempuan. Sehingga
pada akhirnya akan menghasilkan tinjauan yang komprehensif dan
bermanfaat bagi masyarakat.
E. TELAAH PUSTAKA
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan.
Tanpa melakukan tindak komunikasi, maka segala sesuatunya tidak akan berjalan
dengan lancar. Menurut John Fiske (2006: 9) dalam kajiannya komunikasi terbagi
menjadi dua mahzab. Mahzab yang kedua melihat komunikasi sebagai produksi
dan pertukaran makna. Ia berkenaan dengan bagaimana pesan atau teks
berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna; yakni ia
berkenaan dengan peran teks dalam kebudayaan kita. Dalam implikasinya hal
tersebut berkaitan dengan bagaimana pesan atau isi dalam media massa sebagai
alat atau saluran komunikasi dimaknai oleh khalayaknya.
Ada berbagai macam bentuk–bentuk komunikasi, antara lain komunikasi
intra personal, komunikasi inter personal, dan komunikasi massa.
Komunikasi massa sebenarnya sama seperti bentuk komunikasi yang
lainnya, memiliki unsur–unsur seperti sumber, bidang pengalaman, pesan,
saluran, gangguan dan hambatan, efek, konteks maupun umpan balik
commit to user
11
Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2003:9) mendefinisikan komunikasi
sebagai suatu proses dimana seorang individu (komunikator) menyampaikan
stimulus (biasanya berupa kata) untuk mengubah perilaku individu lain
(komunikan). Sedangkan Effendy mendefinisikan komunikasi adalah sebagai
proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara lisan
maupun tak langsung melalui media. Pesan yang disampaiakan adalah pernyataan
sebagai paduan pikiran dan perasaan dapat berupa ide, info, keluhan, keyakinan
dan sebagainya. Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang umumnya bahasa
(Effendy, 1984:6).
2. Komunikasi massa
Komunikasi massa mempunyai arti sebagai komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media
cetak atau media elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima dengan
serentak di berbagai tempat. Effendy memberikan definisi komunikasi massa
sebagai berikut :
“ jadi yang diartikan komunikasi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tak tampak oleh si penyampai pesan. Pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton televise dan film, tidak tampak oleh si komunikator. Dengan demikian maka jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi melalui media massa bersifat satu arah”
( Effendy, 1984 : 50 ).
Effendy (1984:17–22) menjabarkan ciri–ciri yang dimiliki oleh
commit to user
12
a. Komunikasi massa berlangsung satu arah.
Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada
komunikator.
b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga.
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga,
yakni suatu institusi atau organisasi.
c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum.
Pesan yang disebarluaskan melalui media massa bersifat umum (publik)
karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi
tidak ditujukan kepada perorangan atau sekelompok orang tertentu.
d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.
Ciri lain dari media massa adalah sifatnya yang dapat menimbulkan
keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima
pesan–pesan yang disebarkan.
e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.
Komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota–anggota
masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai
sasaran yang ditujukan komunikator bersifat heterogen.
Sebenarnya salah satu ciri yang paling khas dalam komunikasi massa
adalah sifat media massa. Komunikasi massa nampaknya lebih bertumpu pada
andalan teknologi pembagi pesan dengan menggunakan jasa indusrti untuk
memperbanyak dan melipatgandakannya. Bantuan industri mengakibatkan
commit to user
13
tepat dan terus menerus. Hal ini akan berfungsi mengatur hubungan antara
komunikator dengan komunikan yang dilakukan secara serempak dan menjangkau
pelbagai titik–titik pemukiman manusia di muka bumi pada waktu yang sama
(Liliweri, 1999:38).
Melalui komunikasi massa inilah manusia dapat mengetahui segala hal
yang berada di sekitar lingkungannya, bahkan di seluruh penjuru dunia sekalipun.
Sebagaimana teori peneguhan yang berasal dari mazhab behaviorisme yang
menyatakan bahwa orang menggunakan media massa karena mendatangkan
ganjaran berupa informasi, hiburan, hubungan dengan orang lain, dan sebagainya
(Rakhmat, 2001:214). Disamping karena isi media yang menarik, peristiwa
menggunakan media sering diasosiasikan dengan suasana yang menyenangkan.
Menurut Devito (dalam Ardiyanto dan Erdinaya, 2004:22–23) ada tiga
masalah pokok yang harus diperhatikan dalam memahami fungsi–fungsi media
massa. Pertama, yaitu ketika kita menyimak suatu media massa pasti kita
mempunyai alasan yang unik.Kedua, komunikasi massa menjalankan fungsi yang
berbeda pada setiap pengaksesnya secara individual. Ketiga, fungsi yang
dijalankan komunikasi massa bagi sembarang orang berbeda dari satu waktu ke
waktu yang lain.
Menurut Agee (dalam Ardianto dan Erdinaya, 2004:57) media massa
secara pasti mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk
opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Di sini secara
instan media massa dapat membentuk kristalisasi opini publik untuk melakukan
commit to user
14
3. Majalah
Effendy (2003:20) menuturkan bahwa banyak ahli komunikasi yang
berpendapat tentang yang dimaksudkan dengan komunikasi massa adalah
komunikasi melalui media massa.
Majalah merupakan suatu media informasi di mana pembacanya dapat
menentukan secara topik atau tema artikel yang akan dibaca. Selain itu, dari segi
tempat dan waktu, pembaca mempunyai keleluasaan untuk menetukan waktu dan
tempat yang tepat dan sesuai dengan keinginannya dalam membaca artikel
tersebut. Segmentasi majalah biasanya terpisah secara gender (laki–laki dan
perempuan). Isi dari majalah biasanya terbagi ke dalam beberapa rubrikasi.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Rubrikasi/rubrik di majalah adalah kepala
karangan (ruangan tetap) di surat kabar, majalah, dan sebagainya.
Kurniawan Junaedhi (2001:45) memberikan beberapa definisi majalah :
1. Media Cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan yang terbit setiap
hari.
2. Media cetak itu bersampul, setidak–tidaknya punya wajah, dan
dirancang secara khusus.
3. Media cetak itu dijilid atau sekurang–kurangnya memiliki sejumlah
halaman tertentu.
4. Media cetak itu, harus berformat tabloid atau saku, atau format
commit to user
15
Menurut Shirley Biagi (1990:p.99), majalah dapat dikategorikan menjadi 3
tipe berdasarkan segmen pasarnya, yaitu sebagai berikut :
1. Consumer Magazine
Consumer magazine adalah yang paling popular karena paling mudah
ditemui dalam keseharian. Contoh consumer magazine adalah, femina,
Fit, Cosmopolitan. Dalam hal ini merujuk pada semua majalah yang
dijual bebas ditempat–tempat umum, supermarket dan toko buku.
Consumer magazine menghasilkan keuntungan yang terbesar karena
memiliki jangkauan pembaca yang paling luas dan pemasukan iklan
yang tertinggi.
2. Trade, Technical and Professional Magazine
Trade, technical and professional magazine adalah majalah yang
ditujukan pada kalangan professional tertentu, untuk mendapatkan
berita dan info yang relevan dengan bidang yang dimaksud.
3. Company Magazine
Company magazine adalah majalah yang diterbitkan oleh perusahaan
dan ditujukan untuk karyawan maupun kolega perusahaan tersebut.
Majalah jenis ini biasanya tidak memuat iklan, dan bertujuan utama
untuk mempromosikan perusahaan dan membentuk citra dan image
positif.
Berbeda dengan surat kabar, majalah telah jauh lebih menspesialisasikan
produknya untuk menjangkau konsumen tertentu. Setiap majalah umumnya
commit to user
16
memiliki pasar yang lebih mengelompok. Informasi yang disampaikan majalah
lebih detail dan lengkap serta bisa disimpan, sedangkan pesan dari surat kabar
akan cepat dibuang setelah selesai dibaca. Usia majalah juga jauh lebih panjang
dari usia surat kabar. Majalah pun memiliki kedalaman isi yang jauh berbeda
dengan surat kabar yang hanya menyajikan berita. Di samping itu, majalah
menemani pembaca dengan menyajikan cerita atas berbagai kejadian dengan
tekanan pada unsur menghibur atau mendidik (Kasali, 1992:110).
Menurut Ardianto dan Erdinaya (2004:78) meskipun sama–sama sebagai
media cetak, majalah tetap dapat dibedakan dengan surat kabar, karena majalah
memiliki karakteristik tersendiri, yaitu :
1. Penyajian Lebih Dalam
Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan selebihnya
dwi mingguan, bahkan bulanan (satu bulan sekali). Majalah berita
biasanya terbit mingguan, sehingga para reporternya punya waktu
cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka
juga mempunyai waktu yang leluasa untuk melakukan analisis terhadap
peristiwa tersebut, sehingga penyajian berita dan informasinya dapat
dibahas secara lebih mendalam.
2. Nilai Aktualisasi Lebih Lama.
Apabila nilai aktualisasi surat kabar hanya berumur satu hari, maka
nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Sebagai contoh, kita akan
menganggap usang surat kabar kemarin atau dua hari yang lalu bila kita
commit to user
17
yang terbit dua atau tiga hari yang lalu. Sebagaimana kita alami
bersama, bahwa dalam membaca majalah kita tidak pernah tuntas
sekaligus. Pada hari pertama kita hanya membaca topik yang kita
senangi atau relevan dengan profesi kita, hari esok dan seterusnya kita
membaca topik lain sebagai referensi. Dengan demikian, majalah
mingguan baru tuntas kita baca dalam tempo tiga atau empat hari.
3. Gambar atau Foto Lebih Banyak
Jumlah majalah halaman lebih banyak, sehingga selain penyajian
beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar
atau foto yang lengkap dengan ukuran besar dan kadang – kadang
berwarna, serta kualitas kertas yang digunakannya pun lebih baik.
Foto–foto yang ditampilkan majalah memiliki daya tarik tersendiri,
apalagi apabila foto tersebut sifatnya eksklusif.
Di samping foto, cover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik
tersendiri. Cover adalah ibarat pakaian dan aksesorisnya pada manusia.
Cover majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan
gambar dan warna yang menarik pula. Menarik tidaknya cover suatu
majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya serta konsistesi
keajegan najalah tersebut dalam menampilkan ciri khasnya.
Aktivitas membaca yang dilakukan manusia merupakan salah satu bentuk
penerimaan pesan atau informasi. Melalui media cetak diharapkan pesan–pesan
yang disampaikan melalui saluran komunikasi (media cetak) mampu mengubah
commit to user
18
(1981:52) bahwa membaca adalah usaha menerima pesan atau informasi yang
disampaikan secara tertulis baik melalui surat kabar, majalah, atau lainnya.
Biasanya para pembaca akan selalu mengupas atau mengolah berita yang
diterimanya.
Majalah perempuan menurut Santana (2005:95) adalah majalah yang
mempunyai materi yang cukup bervariasi, mulai dari yang menawarkan tips-tips
dapur hingga majalah yang diisi oleh aktivitas feminis yang menuntut persamaan.
Menurut Myra M. Sidharta (dalam Ibrahim dan Suranto, 1988:117-118)
majalah perempuan adalah majalah yang mempunyai tugas utama meciptakan
dunia khas perempuan. Perempuan yang selama ini dikenal sebagai pengasuh
rumah tangga yang harus baik. Tidak peduli, seberapa berat ia bekerja di luar
rumah, namun ketika berada di dalam rumah, semua kebutuhan anggota
keluarganya harus dipastikan terpenuhi dengan baik. Seperti mengurus anak dan
suami, kebutuhan uang belanja, dan cara merapikan rumah agar selalu rapi.
Semua itu dengan lengkap dipenuhi sebuah majalah. Myra juga menjelaskan,
dibalik stereotype majalah perempuan pada umumnya, setiap majalah
memberikan juga warna khasnya, seperti majalah yang ingin memberikan class
kepada pembacanya dengan menjauhkan dari hal-hal yang bersifat sensasional
dan kontroversial, namun ada juga majalah yang justru mencari popularitas dari
hal-hal yang bersifat sensasional dan kontroversial itu. Hal ini tentu saja
menciptakan kebebasan bagi para perempuan untuk dapat memilih majalah yang
commit to user
19
isinya mengandung petunjuk-petunjuk yang berharga baginya untuk masalahnya
pada waktu ini dan masa mendatang.
3.1Perkembangan majalah
Menurut Alo Liliweri (1992:11) salah satu bentuk media massa yang
dikenal luas sejak masa lalu adalah majalah. Di kalangan kaum elit menurut
Wilson (1989) kehadiran majalah sejak tahun 1704 di Inggris dan di Amerika
serikat majalah baru terbit sekitar tahun 1741. Perkembangan pencetakan majalah
semakin meluas ketika pada tahun 1846 di Inggris mulai digunakan mesin cetak
dengan silinder putar sehingga menambah kapasitas cetak rata-rata 20.000 lembar
cetak perjam.
Namun demikian kehadiran majalah sampai tahun 1830 tidak dapat
dikatakan sebagai media massa karena peruntukannya bagi kaum elit saja.
Kehadirannya sebagai media massa baru baru dimulai sejak tahun 1985. Ketika
itu lahir majalah pertama setelah berakhirnya perang sipil di Eropa yang bakal
melahirkan negara–negara modern. Patut dicatat sampai tahun 1953 majalah
diterbitkan melulu demi pemenuhan masyarakat umum sehingga majalah menjadi
sangat popular. Kemudian beberapa majalah terbit di Amerika Serikat, dan
bahkan dunia pada umumnya. Sebagai contoh terbit majalah Reader’s Digest
tahun 1992, TV Guide tahun 1948, Play Boy tahun 1953. Masing–masing majalah
tersebut dengan caranya sendiri mengeksploitasi nafsu membeli masyarakat
terhadap majalah dengan menyajikan informasi yang sebetulnya informasi
commit to user
20
Sejak tahun 1960-an kehadiran majalah selain mengarah kepada pelayanan
kebutuhan masyarakat maka majalah diarahkan juga kepada khalayak yang lebih
khas apakah karena gaya hidup mereka (psikografis) maupun karena perbedaan
demografisnya. Pada masa antara tahun 1960-an sampai dengan sekarang
beberapa majalah ternama terbit sebagai media massa misalnya LIFE tahun 1972,
1978 yang semuanya mengubah penggunaan perangkat percetakan yang lebih
canggih sejak tahun 1980-an (Liliweri, 1999:12).
Pada tahun 1960-an majalah–majalah organisasi masih memegang peranan
penting, seperti Suara Perwari, Perempuan Sadar (Gerakan Perempuan
Indonesia Sadar), Suara Perempuan, ( Perempuan Demokrat), Mekar (Persit),
Perempuan Indonesia (Gerwani), Saraswati (Perhimpunan Perempuan
Universitas Indonesia), Perempuan Persahi dan lain-lain. Majalah–majalah ini
selain bulletin untuk organisasi juga diterbitkan dengan maksud untuk membina
anggotanya. Barulah pada tahun 1972 Femina diterbitkan di bawah pimpinan
Sofjan Alisjahbana dengan redaksi yang terdiri dari sekelompok perempuan
muda, yang kehausan bahan bacaan, publik Indonesia mulai terkesan. Jumlah
terbitannya mulai meningkat. Perempuan–perempuan mulai sadar, bahwa barang–
barang luar negeri serta hidupnya bukan lagi suatu yang tidak terjangkau.
Keberanian redaksi untuk menyajikan resep–resep masakan asing tentu juga
merangsang imajinasi kaum perempuan. Meskipun teknik pemotretan masih jauh
dari sempurna, penampilan tokoh–tokoh membuat isi majalah semakin menarik,
commit to user
21
mampu menjangkau ke pelosok Indonesia, dimana justru terdapat pelanggannya
(Abdulah, 2000:125).
3.2. Majalah Perempuan
Pada permulaan dekade 70-an terjadilah ledakan majalah hiburan di
Indonesia. Sejumlah majalah beredar, diantaranya majalah perempuan dan
majalah remaja. Jumlah ini terus bertambah, sehingga kaum perempuan dapat
memilih berdasarkan seleranya. Ternyata munculnya majalah perempuan,
disambut dengan antusiasme yang tinggi oleh perempuan. hal ini tentuya sangat
menguntungkan pihak industri media. Akhirnya dapat kita bicarakan arti majalah
perempuan untuk masa kini, mengapa ia dibaca dan diminati, dan apa yang
diharapkan oleh pembacanya serta tugasnya sekarang dan di masa mendatang
(Ibrahim dan Suranto,1988:116-117).
Myra M. Sidharta (dalam Ibrahim dan Suranto, 1988:118-120)
memaparkan tentang sejarah majalah perempuan di Indonesia dengan gambling
dan jelas. Menurutnya, majalah perempuan bermula semenjak jaman R.A Kartini.
Pada masa itu, yaitu masa peralihan ke abad 20 dan majalah berbahasa Indonesia
belumlah ada, sehingga R.A Kartini banyak membaca majalah berbahasa Belanda
dan Cina, salah satunya adalah surat kabar berbahasa Cina, yang dibuat untuk
kaum peranakan Cina Tiong Hwa Wi Sien Po. Majalah perempuan kedua bernama
Poetri Hindia, yang diterbitkan surat kabar Medan Prijaji, yang memuat 3
karangan yang dianggap menarik oleh pembacanya, seperti “Kasapoelah
commit to user
22
karangan lainnya merupakan nasihat-nasihat bagi perempuan-perempuan yang
ditulis oleh pembaca dari Batavia dan tanjung Brebes, dimana redaksinya
seluruhnya dipegang oleh perempuan. Pada tahun 1912 ada dua majalah
diterbitkan di daerah Sumatra dan Pacitan. Warna lokal yang dicerminkan pada
majalah ini adalah bahwa yang pertama berisikan artikel-artikel dengan diselingi
syair-syair dan pantun-pantun, yang memang disenangi orang-orang
minangkabau, sedangkan yang kedua adalah seluruhnya dalam aksara jawa.
Myra M. Sidharta (dalam Ibrahim dan Suranto, 1988:118-125)
menjelaskan sampai tahun 1914 majalah-majalah perempuan yang diterbitkan
oleh organisasi masih memegang peranan yang sangat penting, sehingga kita
dapat melihat terbitnya Soeara Perempoean oleh pergerakan Perempoean.
Organisasi ini juga menerbitkan Perempoean Bergerak di Medan, kemudian
disusul oleh Al Sjarq oleh serikat Kaoem Iboe di Soematra. Selanjutnya banyak
daerah yang mempunyai majalah-majalah perempuan sendiri. Majalah
non-organisasi yang masih tetap terbit sampai sekarang perlu disebut Keluarga
majalah yang diterbitkan oleh Ny. A. Latip yang pernah juga menerbitkan Doenia
Kita sebelum Jepang. Dalam keadaan inilah majalah Model diterbitkan oleh Johny
Ganda. Namun isinya mungkin kurang dapat diterima oleh perempuan-perempuan
waktu itu, karena dianggapnya terlalu lux dan modern. Barulah pada tahun
berikutnya Femina diterbitkan di bawah pimpinan S. Alisjahbana dengan redaksi
yang terdiri dari sekelompok perempuan muda, yang kehausan bahan bacaan,
public Indonesia mulai terkesan. Jumlah terbitannya dengan cepat meningkat,
commit to user
23
kelompok yang sama. Pada waktu persaingan mulai terasa dengan munculnya
sejumlah majalah lain sejenis Femina dan Gadis mulai dengan serangkaian bisnis
di luar majalahnya: pola-pola, kemudian pakaian jadi, sayembara mengarang dan
masakan, perlombaan perancang pakaian, pemilihan putri remaja dan tour ke luar
negeri, yang semuanya turut membantu popularitasnya di mata pembacanya.
Tetapi femina sementara meningkatkan popularitasnya dengan meningkatkan
konsumsi, yakni barang-barang yang dapat dibeli oleh pembacanya,
majalah-majalah lain mencari popularitasnya di bidang lain. Kartini misalnya menyajkan
karangan-karangan yang bersifat “pop”, seringkali controversial. Kali ini kita
dapat menyaksikan lusinan majalah perempuan dipasaran, sedangkan
majalah-majalah yang diterbitkan oleh organisasi-organisasi yang biasanya dapat
diperdagangkan belum terhitung pula.
Menurut Ibrahim dan Suranto (1998:126-127) banyak
perempuan-perempuan membeli majalah bukanlah semata-mata untuk membaca saja,
melainkan untuk memilikinya, sehingga fungsi majalah jauh melebihi bacaan
biasa. Fungsi-fungsi ini antara lain :
a. Memberi informasi tentang kejadian-kejadian di dunia, yang aktual,
maupun yang tidak aktual tetapi mengesankan.
b. Memberi informasi tentang mode, masakan dan sebagainya dan melalui
iklan-iklannya juga komoditi-komoditi yang berguna atau yang
commit to user
24
c. Ia dapat dikonsultasi sewaktu-waktu mengenai kesehatan, kecantikan,
menu masakan dan lain-lain pertanyaan yang penting atau yang akan
menjadi penting.
d. Melalui rubrik-rubrik khusus yang disediakan, pembaca dapat
mengadakan konsultasi tentang masalah pribadinya, tanpa diketahui
identitasnya. Dengan membaca tentang masalah-masalah yang diajukan
oleh orang lain, ia dapat menafsir masalahnya sendiri, sering ia dapat
menemukan jawaban dengan berpikir tentang masalah orang lain.
Menurut Ibrahim dan Suranto (1998:126-127) ditinjau dari arti majalah
bagi seorang perempuan, maka kita dapat membayangkan betapa besarnya potensi
majalah perempuan. Tugas pertama adalah sebagai sumber informasi, tugas kedua
adalah tugas sosio-edukatif. Mengingat pengaruhnya sebagai pencipta citra
perempuan yang diterima oleh kaum perempuan, maka tugas ini meliputi :
a. Memperbaiki gaya hidup perempuan dari gaya hidup pasif-konsumtif
menjadi gaya hidup aktif-kreatif.
b. Meningkatkan selera pembaca, dari bahan bacaan penghibur dan
sensasional provokatif menjadi bahan bacaan berpikir dan berarti.
c. Mendidik kaum perempuan menjadi perempuan yang mengetahui
hak-hak dan batas-batas kewajibannya di dunia yang didominasi oleh pria
ini.
d. Mendidik kaum perempuan untuk menghadapi tugas-tugas dan
commit to user
25
terjadi dewasa ini, adalah kurangnya persiapan generasi tua untuk
menghadapi generasi muda.
e. Dalam tugas yang fturistik ini, para ibu juga harus dibantu untuk
mempersiapkan putra-putri mereka untuk menghadapi masalah-masalah
merek di masa datang. Sedangkan para putrid harus juga dipersiapkan
untuk masa datang ini, tanpa menanamkan kekahawatiran dan
kecemasan terhadap mereka.
Yang perlu diketahui mereka adalah bahwa kehidupan bukan hanya
kesenangan saja, sedangkan tantangan-tantangan tidak dapat dihadapi dengan
kecengengan atau pelarian ke senangan atau lain-lain usaha yang tidak langsung.
Barulah dengan demikain majalah perempuan akan memberi
sumbangannya sebagai pencipta citra perempuan baru yang bertanggung jawab,
karena siap untuk menghadapi tugas-tugas di masa depannya.
4. Kecantikan bagi Perempuan
Dalam abad gaya hidup, penampilan diri itu justru mengalami estetisisasi,”
estetisisasi dalam kehidupan sehari-hari”. Dan bahkan tubuh/diri pun mengalami
estetisisasi tubuh. Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah
proyek, benih penyemaian gaya hidup. “ Kamu bergaya maka kamu ada” adalah
ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern
akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah
industri penampilan (Chaney, 1996:16).
Seperti yang diungkapkan oleh Melliana (2006:17-45) bahwa penampilan
commit to user
26
melihat dirinya dan bagaimana ia dilihat oleh orang lain. Mitos kecantikan,
keindahan tubuh perempuan dapat menimbulkan perasaan iri dan cemburu,
sehingga akan timbul persaingan antara sesama perempuan. Dalam suatu pesta,
bentuk persaingan tersebut sangat kental. Perempuan-perempuan itu akan
membandingkan penampilan yang satu dengan penampilan yang lain Pernyataan
yang diungkapkan oleh Melliana tersebut menjawab pertanyaan mengapa
perempuan dituntut untuk selalu berpenampilan cantik. Dengan penampilannya
perempuan menunjukkan keeksistensiannya. Penekanan penilaian penampilan
fisik perempuan terletak pada proporsionalitas fisik, yaitu pada ukuran dan bentuk
tubuh. Melalui tubuh fisik ini pula seseorang tampil di hadapan orang lain, dan
sebagian besar perempuan menginginkan penampilan yang cantik dan menarik”.
Chaney (1996:17) menambahkan, urusan solek bersolek kini tidak hanya
melulu di sekitar rekayasa tubuh (bodybuilding) yang ditandai dengan
menjamurnya fitness centre atau pusat kebugaran dan menggejalanya kebiasan
berdiet atau operasi plastik dikalangan pria atau perempuan yang gelisah karena
bentuk tubuhnya yang kurang ideal, tapi industri nasihat yang berurusan dengan
penampilan juga tak kalah hebatnya.
Menurut Nancy Etcoff (dalam Chaney, 1996:17-18) salah seorang
psikolog Amerika terkemuka, menyebut gejala tersebut dengan lookism.
Tampaknya urusan tampangisme atau wajahisme (lookism/Faceism) kini mulai
menjadi persoalan serius dalam perburuan kecantikan dan selalu tampil menjadi
yang tercantik. Tidak hanya di pentas dunia fashion, tapi juga dalam kehidupan
commit to user
27
tampilan anda maka akan lebih sukseslah anda dalam kehidupan. Dalam abad
citra, citra mendominasi persepsi kita, pikiran kita, dan juga penilaian kita akan
penampila wajah, kulit, atau tampang seseorang. Melliana (2006:47) menjelaskan
penekanan masyarakat pada penampilan fisik perempuan sebagai salah satu
sumber utama kualitas diri sebetulnya didasari oleh kontrol pada perempuan yang
terletak pada kemampuan perempuan memenuhi mitos kecantikan. jika mereka
berhasil memenuhi tuntutan tubuh ideal dengan menjadi langsing, mereka akan
dianggap positive dan dianggap dapat menyesuaiakan peran.
Kecantikan sangat dijunjung tinggi oleh semua orang, baik perempuan
maupun pria di negara manapun. Hal ini terbukti dengan adanya kontes-kontes
kecantikan yang diadakan di hampir setiap negara di dunia. Melliana (2006:5)
bagi seorang perempuan, berwajah cantik dan bertubuh ramping bukanlah estetika
yang sifatnya privat, melainkan keinginan perempuan untuk mendapatkan
pengakuan sosial yang dituntut oleh masyarakat.
Kontes kecantikan modern yang pertama, jauh berbeda dari mitologi
Yunani mengenai penilaian atas Paris, yang dilakukan oleh Phineas T. Barnum di
Amerika Serikat pada tahun 1854, dengan menjadikan masyarakat sebagai
jurinya. Kontes “Miss America” dimulai pada tahun 1921, kemudian diikuti oleh
‘Miss World” pada tahun 1951, dan “Miss Universe” pada tahun 1952. Belum
termasuk ribuan kompetisi local, di kota-kota, di universitas-universitas dan
sebagainya. Dengan demikian mistik kecantikan semakin diinstitusionalisasikan
commit to user
28
5. Tubuh Ideal
5.1Bentuk Tubuh Ideal Dari Masa ke Masa
Dalam lukisan-lukisan klasik Abad pertengahan, sering kita jumpai
figur-figur perempuan yang bertubuh subur dengan perut, lengan, serta wajah yang
berdaging dan berisi. Sebelum awal abad ini, baentuk tubuh perempuan yang ideal
adalah gemuk dan berlekuk-lekuk layaknya perempuan rumahan. Dari banyak
gambaran yang didapat tentang perempuan, baik lukisan maupun foto, bisa
ditangkap kesan bahwa bentuk tubuh perempuan yang ideal pada masa itu adalah
yang mampu mewakili citra kesuburan.
Tidak diketahui, sejak kapan bentuk tubuh perempuan yang gemuk ini
menjadi sesosok yang ideal. Tetapi para ahli purbakala menemukan figur patung
atau relief yang menggambarkan patung bertubuh gemuk dan subur.
Mellina (2006:63-68) berakhirnya perang dunia kedua pada tahun
1950-an, memberikan dampak perubahan bagi kehidupan pada para kaum perempuan.
Berakhirnya perang dunia membuat para pria yang semula ikut berperang,
kembali ke rumah masing-masing, begitu juga dengan perempuannya. Dalam
masa regresi tersebut perempuan disibukkan dengan urusan domestik, yaitu
urusan rumah tangga. Pikiran mereka terasing di dalam rumah, sehingga pada
tahun 1950-an, para perempuan cenderung kelebihan berat badan. Aktris Marilyn
Monroe, yang mempunyai berat 67kg dengan tinggi 163cm yang juga mempunyai
tubuh berisi dijadikan simbol seks dan dianut sebagai perempuan bertubuh ideal
masa itu. Berbeda dengan masa 1950-an yang memuja tubuh subur, pada masa
commit to user
29
mini yang memperlihatkan sepasang tungkai panjang dan ceking. Media massa,
terutama 1960-an, banyak memunculkan figur langsing, entah proses apa yang
mengawali tubuh langsing ini Nampak di muka media. Di akhir tahun 1960-an,
muncul model langsing bernama Twiggy yang mempunyai berat 49kg, dengan
tinggi badan 170cm. Selain sebagai simbol kecantikan, bentuk tubuh Twiggy
kerap disebut “Inovasi British”. Twiggy, membawa perubahan kebebasan pada
perempuan dengan pembawaannya yang merdeka, professional, dan mandiri
secara ekonomi yang tentu saja bertolak belakang terhadap penggambaran
perempuan di Era sebelumnya bahwa perempuan adalah alat reproduksi.
Bentuk tubuh kurus mencapai puncaknya pada tahun 1980-an, dimana
para gadis mati-matian berdiet untuk memiliki tubuh kurus. Survey yang
dilakukan oleh majalah Glamour terhadap 33.000 perempuan, menyebutkan
bahwa 75% perempuan berusia 18-35 tahun selalu merasa dirinya kegemukan.
Padahal hanya 25% yang secara medis benar-benar overweight. Tapi langsing di
era ini berbeda dengan trend kurus kering di 1960-1970-an. Di era 1980-an, tubuh
langsing tapi atletis, tidak berlemak, dan berpayudara kecil yang menjadi trend.
Kemudian pada masa 1990-an, para perempuan bebas merenovasi fisiknya akibat
adanya berbagai penemuan baru di bidang teknologi kosmetika yang mulai
bermunculan dan memberikan “angin segar” bagi mereka yang merasa tubuhnya
kurang sempurna. Pengelupasan kulit (acid peels), sedot lemak (liposuction),
injeksi kolagen dan penanaman payudara (breast implant) adalah beberapa contoh
keberhasilan teknologi komestika yang membuat tubuh perempuan berubah dari
commit to user
30
selalu saja sangat sulit bagi para perempuan untuk menghindarinya. Selama
isu-isu seputar kecantikan atau keindahan fisik (beauty myth) masih tetap hidup di
tengah-tengah masyarakat, permujaan terhadap bentuk ideal semakin gencar.
Padahal dengan begitu, perempuan malah mengingkari hak untuk dilihat dan
dikagumi apa adanya Bahwa sungguh sebuah ironi ketika perempuan ingin
mencapai standar tubuh ideal tentang tubuhnya, padahal sebenaranya standar itu
selalu berubah dari zaman ke zaman. Oleh karena itu, penerimaan atau penolakan
terhadap bentuk perempuan juga akan selalu berputar (Melliana, 2006:69-73).
5.2 Citra Tubuh Perempuan
Menurut Honigman dan Castle (dalam Melliana, 2006:81) citra tubuh
adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya,
bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dia
pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana
kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya.
Cara kita menilai tubuh kita diwakili oleh bagaimana cara kita
memandang. Aspek aspek kognitif juga berpengaruh di dalamnya. Bentuk tubuh
yang berbeda dari orang lain juga akan mempengaruhi cara pandang kita terhadap
bentuk tubuh.
Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar
merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian
commit to user
31
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa citra
raga adalah pemikiran atau konsep tentang fisik berupa penilaian diri yang
subyektif, evaluasi terhadap diri berdasarkan bagaimana penilaian orang lain
terhadap dirinya, dimana berfungsi sebagai bentuk kontrol sosial. Selain itu
termasuk di dalamnya kesadaran individu dan bagaimana penerimaan terhadap
physical self, yang kemudian akan mendatangkan perasaan senang atau tidak
senang terhadap tubuhnya, sehingga mempengaruhi proses berfikir, perasaan,
keinginan, nilai maupun perilakunya. Citra raga selalu berubah-ubah karena
dikembangkan selama hidup melalui pola interaksi dengan orang lain.
Menurut Melliana (2006:85-89) faktor-faktor yang mempengaruhi citra
raga antara lain :
a. Self Esteem.
Citra tubuh mengacu pada gambaran seseorang tentang tubuhnya yang
dibentuk dalam pikirannya, yang lebih banyak dipengaruhi oleh self
esteem individu itu sendiri, dari pada penilaian orang lain tentang
kemenarikan fisik yang sesungguhnya dimiliki, serta dipengaruhi pula
oleh keyakinan dan sikapnya terhadap tubuh sebagaimana gambaran
ideal dalam masyarakat.
b. Perbandingan dengan orang lain.
Citra tubuh ini secara umum dibentuk dari perbandingan yang
dilakukan seseorang atas fisiknya sendiri dengan standar yang dikenal
oleh lingkungan sosial dan budayanya. Salah satu penyebab
commit to user
32
nyata sering kali dipicu oleh media massa yang banyak menampilkan
fitur dengan tubuh yang dinilai sempurna, sehingga terdapat
kesenjangan dan menciptakan persepsi akan penghayatan tubuhnya
yang tidak atau kurang ideal. Konsekuensinya adalah individu sulit
menerima bentuk tubuhnya.
c. Bersifat dinamis.
Citra tubuh bukanlah konsep yang bersifat statis atau menetap
seterusnya, melainkan mengalami perubahan terus menerus, sensitif
terhadap perubahan suasana hati (mood), lingkungan dan pengalaman
fisik inidvidual dalam merespon suatu peristiwa kehidupan
e. Proses pembelajaran.
Citra tubuh merupakan hal yang dipelajari. Proses pembelajaran citra
tubuh ini sering kali dibentuk lebih banyak oleh orang lain diluar
individu sendiri, yaitu keluarga dan masyarakat, yang terjadi sejak dini
ketika masih kanak-kanak dalam lingkungan keluarga, khususnya cara
orang tua mendidik anak dan di antara kawan-kawan pergaulannya.
Tetapi proses belajar dalam keluarga dan pergaulan ini sesungguhnya
hanyalah mencerminkan apa yang dipelajari dan diharapkan secara
budaya. Proses sosialisasi yang dimulai sejak usia dini, bahwa bentuk
tubuh yang langsing dan proporsional adalah yang diharapkan
lingkungan, akan membuat individu sejak dini mengalami
ketidakpuasan apabila tubuhnya tidak sesuai dengan yang diharapkan
commit to user
33
Melliana mengungkapkan mengenai hubungan psikologis dan bentuk
tubuh. Dimana tubuh menjadi salah satu faktor penentu kondisi psikologis
seseorang. Bukan saja karena pengaruh faalinya yang langsung, melainkan juga
secara tidak langsung melalui proses mental yang dilekatkan seseorang terhadap
tubuhnya (2006:49-50).
5.3Tubuh Langsing, Wajah yang Cantik, dan Fit
Tubuh telah menjadi objek besar dalam proses teoresasi beberapa tahun
terakhir ini. Para feminist berpendapat bahwa dalam meneorikan tubuh, tindakan
memiliki kaitan secara khusus terhadap perempuan, karena secara konvensional
gender melekatkannya dengan tubuh (Gamble, 2004:147).
Tubuh yang diidealkan pada tahun 1990-an adalah tubuh muda kurus
semampai yang terpersonifikasi dalam model Kate Moss. Pada penelitian yang
dilakukan pada majalah Glamour pada tahun 1984 atas 33.000 perempuan yang
mengungkapkan bahwa penurunan berat badan telah menjadi obsesi tertinggi, di
atas obsesi untuk mencapai kesuksesan dalam cinta dan pekerjaan (Gamble,
2004:149).
Myra Macdonald (1995:198) mengungkapkan, ada dua faktor yang
diabaikan dalam pembentukan tubuh yang ideal. Yang pertama adalah tubuh
ramping ideal, membuat tubuh yang montok diacuhkan secara terbuka. Hal ini
karena pengaruh pria yang lebih menyukai tubuh yang tidak terlalu kurus dan
dengan ukuran dada yang proporsional yang sama dengan model yang ada pada
commit to user
34
dominasi pria, dua perancang ternama memikirkan untuk mengenalkan pakaian
yang dapat membuat perempuan nampak langsing.
Sebuah keindahan ideal berdasarkan pada tipe tubuh anak remaja
ditemukan dalam pemujaan terhadap kekurusan, kulit terang dan keanggunan
mengudara dalam balet klasik. Tekanan untuk mendapatkan berat badan ringan
dalam model-model fesyen telah melahirkan eating disorder yang tinggi di antara
para model. Selain itu, tekanan ini juga menciptakan kecenderungan berbahaya
terhadap gejala eating disorder di antara anak perempuan belasan tahun yang
sekarang menganggap good looks (penampilan menarik) sebagai kehormatan
moral, bukannya good works yang dianut pada era seabad silam. (Gamble,
2004:149).
Secara tidak sadar, media yang menggembar-gemborkan kecantikan fisik
perempuan sama halnya dengan melakukan objektivikasi tubuh perempuan. Pada
tahun 1940an banyak pemahat patung membuat patung perempuan telanjang.
Dalam catatan Clark, salah satu pemahat patung perempuan telanjang, tubuh
perempuan disusun dan disempurnakan ke dalam sebuah bentuk yang diidealkan,
yang berfungsi sebagai simbol dari kecantikan perempuan yang dijadikan objek.
Dalam wacana mengenai kesempurnaan ini, tidak ada indikasi kekuatan politik,
ketidakteraturan atau individualitas yang mengganggu pandangan tersebut
(Gamble, 2004:151).
Aristoteles berpendapat bahwa wajah lebih dari kecantikan. Aristoteles
dalam Synnot (1993:147) berpendapat bahwa wajah adalah bagian tubuh yang
commit to user
35
“Wajah jika terlihat tembem menunjukkan kemalasan, seperti anak sapi; jika kurus kering berarti menunjukkan kerajinan, dan jika tulang pipinya menonjol menunjukkan kepengecutan, analog dengan keledai dan rusa. Wajah yang kecil menunjukkan jiwa yang kerdil, seprti kucing dan kera; wajah yang besar berarti tidak bersemangat hidup, seperti keledai dan sapi. Maka dari itu wajah jangan besar atau kecil: ukuran sedanglah yang paling baik”
Wajah juga menjadi penentu dasar bagi persepsi mengenai kecantikan
atau kejelekan individu, dan semua persepsi ini secara tidak langsung membuka
penghargaan diri dan kesempatan hidup kita. Wajah sungguh-sungguh
menyimbolkan diri, dan menandai banyak hal dari bagian diri yang berbeda.
Lebih daripada bagian tubuh lainnya, kita mengidentifikasikan wajah sebagai aku
atau kamu (Synnot, 1993:136).
Synnot (1993:136) menambahkan mendalamnya dan meningkatnya
makna social atas kecantikan pada umumnya, dan wajah pada khususnya,
membuat peningkatan di bidang ekonomi. Di Amerika Serikat, kecantikan
meningkat dari $40 pada tahun 1914 menjadi $18,5 Miliar pada tahun 1990.
Kaczorowski (Synnot, 1993:142) menunjukkan bahwa daya tarik fisik
memiliki efek yang positif dan mendasar bagi keberhasilan social-ekonomi dan
terkait erat dengan pendapatan dan prestise yang memiliki daya tarik, memiliki
pendapatan yang tinggi dibandingkan dengan hanya 27 persen yang tidak
menarik. Dalam bahasa ekonomi, penampilan yang baik memperoleh pendapatan
rata-rata 75% lebih besar daripada mereka yang tidak menarik, dan yang tidak
commit to user
36
menarik. Sedangkan penampilan yang sedang-sedang saja bergerak disekitar
angka-angka itu.
Lola Young dalam Hollows (2000:181) berpendapat bahwa citra
perempuan Eropa Kulit putih sebagai standar kecantikan merajalela: pelbagai citra
tersebut adalah kutub yang berlawanan sekaligus juga bergantung pada citra
feminitas dan seksualitas perempuan kulit hitam.
Gagasan gaya feminis, entah mengutamakan gaya maskulin atau
feminine, diperumit oleh ras dan juga seksualitas. Feminis kulit hitam mencoba
menentang bagaimana praktik fesyen dan kecantikan menganggap bahwa
kecantikan feminism disamakan dengan kecantikan feminine kulit putih. Bagi
banyak perempuan kulit hitam, kecenderungan pada penampilan yang lebih
‘alamiah’ mungkin dimotivasi oleh politik gender, tapi sangat dipengaruhi oleh
paksaan gerakan kekuasaan kulit hitam pada pendefinisian ulang ‘Kulit Hitam’
dan merayakan ‘Afrosentrisitas’.
Menurut Aquarini (2003:89) Ketika gagasan bahwa kebudayaan adalah
partikularistik, kebudayaan hanyalah particular ketika ia dibandingkan dengan apa
yang dianggap universal. Karena itu, untuk menempatkan pemikiran itu ke dalam
tulisan ini, mengatakan bahwa suatu tipe atau jenis tubuh tertentu lebih diterima
dan diterima daripada tipe serta jenis tubuh yang lain berhubungan dengan konsep
adanya tubuh yang dianggap universal, yang kemudian menjadi tolok ukur atas
tubuh-tubuh lain, sedemikian sehingga tubuh lain itu dihirarkikan dan
dibandingkan dengan tubuh “universal” itu. Dalam hal ini, tipe serta jenis tubuh
commit to user
37
dalam hal ini membangun konstruksi identitas dari pemilik berbagai tipe dan jenis
tubuh.
Tubuh yang ditampilkan sebagai yang disukai dan dianggap ideal secara
universal adalah kulit putih. Kulit tubuh putih dimaknai sebagai berbudaya dan
sebagai kebudayaan, serta pada saat yang sama sebagai beradab dan peradaban itu
sendiri. Dari sudut pandang ini, representasi ke-putih-an bukan saja menciptakan
hasrat/kebutuhan untuk menjadi putih secara fisik, tetapi juga untuk menjadi
beradab dan berbudaya. Universalitas tubuh kulit putih tidak begitu saja muncul
dari atau dihasilkan oleh hasrat terhadap transformasi ragawi/alamiah, tetapi lebih
penting dari itu, yakni muncul dari dan dihasilkan oleh hasrat terhadap
transformasi budaya/cultural (Prabasmoro, 2003:90)
Meskipun para kritikus feminist tidak sependapat mengenai pentingnya
praktik fesyen dan kecantikan, tapi mereka cenderung memilki ketertarikan yang
sama pada cara praktik fesyen dan kecantikan menghasilkan identitas yang
digenderkan.
Tahun 90 an, hal yang lebih baru lagi, daya tarik yang berani girl power
dipasangkan dengan kelaki-lakian dalam sebuah periode di mana anak perempuan
harus bergaya seperti anak laki-laki sebagai wujud kemajuan, bukti adanya
elemen-elemen vitalitas dan varietas idealisasi yang kokoh tentang tubuh kurus
yang didukung oleh fesyen milyaran dollar, industry-industri kosmetik dan
pelangsing (Gamble, 2004:149).
Bagi Elizabeth Wilson dalam Adorned in Dreams, fesyen terombang-
commit to user
38
tahun 70-an dibentuk oleh ideology ‘otentisitas’. Adanya pendapat bahwa fesyen
identik dengan objektivikasi berujung pada penolakan fesyen. Janet Radcliffe
Richards berpendapat bahwa mencoba untuk mewujudkan seseorang dalam versi
yang maksimal adalah upaya untuk menciptakan sebuah kesan keliru. Sedangkan
Susan Bordo mendeskripsikan bahwa sifat ‘plastis’ tubuh itulah paradigm
postmodern. Dalam ‘Material Girl: the Effacements of Posmodern Culture’, ia
mengutip majalah Fit: ‘Tantangan tersebut menampilkan diri untuk menyusun
kembali pelbagai hal. Terserah kepada Anda bagaimana memahatnya. Analah
pemahatnya, Proses pemahatan ini mungkin melibatkan kerja keras dalam sebuah
klub kesehatan atau operasi plastik, sebuah fenomena yang berkembang
dikalangan usia 35 tahunan. Dengan demikian, tubuh yang dianggap ideal pada
tahun 90-an bercirikan kurus, kuat, androginik, dan sehat secara fisik; yang
mencirikan ini dari nilai-nilai budaya Barat yang berupa otonomi, ketegaran, daya
saing, kemudaan, control diri; sebuah maskulinisasi dari tubuh perempuan sesuai
dengan tuntutan daya saing baru dalam dunia kerja (Gamble, 2004:160).
Kesehatan tubuh dan bagaimana tubuh dimunculkan dalam publik ikut
mempengaruhi citra tubuh dalam masyarakat. Communicating the Modern Body:
Fritz Kahn’s Popular Images of Human Physiology as an industrialized World.
Cornelius Borck, McGill University) mengungkapkan: