• Tidak ada hasil yang ditemukan

APBD II Sumber: Dokumen RPKPP Tahun 2012

C. Makam Dana Traha

13. Lokasi : Dara, Rasanae Barat, Di Pusat Kota, 1 km dari terminal Dara, 4 km dari Museum Asi Mbojo

14. Daya tarik : Sejarah dan pemandangan teluk dan kota bima Makam Danataraha terletak di atas sebuah puncak bukit yang bernama Bukit Danataraha. Bukit ini berada pada ketinggian 65 m dari permukaan laut, berhawa sejuk, dikelilingi perbukitan yang indah, dan hamparan laut Teluk Bima dapat terlihat jelas dari lokasi ini. Luas areal makam sekitar 1.250 m2 15. Skala Pemasaran : lokal

16. Jumlah Pengunjung : ramai di depan area makam di sore hari 17. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)

KM/WC umum : tidak ada

Parkir : tidak ada

Musholla : tidak ada

Tempat Makan : ada, warung pedagang kaki lima

Toko : tidak ada

Souvenir : tidak ada

Keamanan : sarana keamanan makam

Kebersihan : sarana kebersihan makam 18. Aksesbilitas

Sarana transportasi : Kendaran Pribadi Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau Waktu Tempuh Dari Kota : di pusat kota

19. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : edukasi sejarah, budaya religi

20. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan : -

21. ODTW Lain Yang Dekat : Museum Asi Mbojo, Istana Kayu Asi Mbou, Masjid Sultan Salahudin, Taman Ria

22. Potensi/Prospek Pengembangan : area sekitar bisa dikembangkan seperti taman bungkul surabaya menggabungkan wisata budaya sejarah dengan sarana sosialisasi

Makam Danatraha terletak di atas sebuah puncak bukit yang bernama Bukit Danatraha. Lokasi makam berada di wilayah Kampung Dara, Kelurahan Paruga, Kecamatan Rasanae Barat. Bukit ini berada pada ketinggian 65 m dari permukaan

laut, berhawa sejuk, dikelilingi perbukitan yang indah, dan hamparan laut Teluk Bima dapat terlihat jelas dari lokasi ini. Luas areal makam sekitar 1.250 m2. Letaknya 4 km dari bangunan Museum Asi Mbojo. Juga dekat dengan Terminal Bus Dara kira-kira 1 km. Semua jenis kendaraan dapat menjangkau sampai di atas bukit. Dari lokasi makam dapat disaksikan keindahan panorama alam Kota Bima dengan latar belakang Teluk Bima dan pegunungan yang mengelilingi Kota Bima. Para raja yang dimakamkan di Danataraha adalah Sultan I Abdul Kahir yang merupakan raja pertama yang menerima Islam di awal abad 17 dan menjadikan Kerajaan Bima sebagai kerajaan yang berazaskan Islam dan sebutan raja berubah menjadi sultan (wafat pada tanggal 22 Desember 1640), Wazir Abdul Somad Ompu La Muni (wafat tahun 1701), Datu Sagiri yaitu putri Sultan Sumbawa yang menjadi istri Sultan Abdul Hamid, Sultan Ibrahim, Sultan Abdul Aziz, Karaeng Popo pahlawan Makassar (wafat tahun1602) dan Sultan Abdul Kahir II. Sultan Abdul Kahir II yang wafat pada tahun 2002 ini merupakan sultan terakhir yang menjabat Kepala Daerah Swapraja Bima ketika daerah kesultanan dirubah menjadi daerah swapraja periode tahun 1951-1956.

Makam Sultan Abdul Kahir terletak pada deretan paling utara, terdiri atas enam undakan dan satu teras. Setiap undakan terdiri atas empat balok batu padas. Pada undakan keenam terdapat tulisan huruf Arab yang keadaannya sudah rusak karena faktor alam sehingga tidak terbaca dengan jelas. Dari goresan-goresan yang masih tersisa, kemungkinan bunyi tulisan itu adalah “Laa Ilaha Illallah Muhammada Rasulullah”. Nisannya ada dua buah, berbentuk gada, bagian dasar segi empat, dan bagian tengah segi delapan bergerigi makin ke atas makin besar. Pada bagian dasarnya terdapat ragam hias bunga.

Makam Wazir Abdul Somad Ompu La Muni, terletak di sebelah timur makam Abdul Kahir. Makam ini bercungkup, bentuk cungkupnya seperti “iglo” atau rumah tinggal orang Eskimo di Kutub Utara. Bagian dasar cungkup segi empat berukuran panjang 538 cm, lebar 368 cm, dan tinggi 57 cm. Atap cungkup yang bentuknya melengkung berukuran tinggi 267 cm. Pada bagian puncak terdapat dua nisan dari batu padas yang bentuknya seperti gada. Nisan ini adalah nisan semu karena nisan yang sebenarnya ada pada makam di dalam cungkup. Pintu cungkup menghadap selatan, berbentuk melengkung dengan tinggi 133 cm. Adapun makam Datu Sagiri terletak pada deretan bagian selatan. Pada sisi dalam nisan kepala dan kaki

terdapat tulisan dengan huruf Arab, bahasa Melayu, menyebutkan nama tokoh yang dimakamkan.

Secara umum sampai dengan dasawarsa tahun 1970-an kondisi Makam Danataraha dan Makam Tolobali keterawatannya kurang sehingga tingkat kerusakan yang dialaminya relatif tinggi. Kedua makam tersebut kini telah dilakukan pemugaran. Pada tahun 1983/1984 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan melakukan studi kelayakan untuk pemugarannya. Pemugaran akhirnya dilaksanakan pada tahun 1996 dan menjadi benda cagar budaya yang dilindungi oleh undang-undang.

Gambar 4. 23 Makam Dana Traha D. Museum Samparaja

1. Nama ODTW : Museum Samparaja

2. Lokasi : Manggemaci, Mpunda di Pusat Kota, 1 km dari Museum Asi Mbojo

3. Daya tarik : Sejarah, Benda Peninggalan Kerajaan/Kesultanan, Museum Samparaja merupakan museum yang ada di Kota Bima selain Museum Asi Mbojo. Museum ini terletak di Jalan Gajah Mada Kelurahan Moggonao Kota Bima. Museum ini berisi benda-benda peninggalan sejarah dan kepurbakalaan. Museum ini tidak bisa dipisahkan dengan Museum Asi Mbojo. Museum ini mengoleksi naskah-naskah kuno abad ke-17 hingga abad ke-19. Naskah tersebut ditulis dalam huruf Arab-Melayu. Di sini disimpan koleksi benda-benda budaya etnis Bima seperti aneka pakaian adat yang dipakai pihak kesultanan sejak zaman lampau. Adapula koleksi pakaian pengantin dari emas dan perak serta benda-benda peralatan makan dari perak.

4. Skala Pemasaran : lokal

5. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai) Sepi

6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)

KM/WC umum : ada

Parkir : ada

Musholla : ada

Tempat Makan : ada

Toko : ada

Souvenir : tidak ada

Keamanan : sarana keamanan kota Kebersihan : sarana kebersihan kota 7. Aksesbilitas

Sarana transportasi : Kendaran Pribadi dan angkutan kota Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau

Waktu Tempuh Dari Kota : di pusat kota

8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : edukasi sejarah 9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan : -

10. ODTW Lain Yang Dekat : Masjid Sultan Salahudin, Makam DanaTraha, Museum Asi Mbojo dan Istana Kayu Asi Mbou, taman ria

11. Potensi/Prospek Pengembangan : bisa menjadi bagian dari city tour

Museum Samparaja merupakan museum yang ada di Kota Bima selain Museum Asi Mbojo. Museum ini terletak di Jalan Gajah Mada Kelurahan Moggonao Kota Bima. Museum ini berisi benda-benda peninggalan sejarah dan kepurbakalaan. Museum ini tidak bisa dipisahkan dengan Museum Asi Mbojo. Pemiliknya adalah Hj. Siti Maryam, putri mantan Sultan Bima M. Salahuddin. Status museum adalah milik swasta. Diresmikan pada tanggal 10 Agustus 1995 dan bernaung di bawah Y ayasan Museum Kebudayaan Samparaja Bima. Lokasinya di Jalan Gajah Mada Kampung Karara, kira-kira satu km ke arah timur Museum Asi Mbojo.

Umumnya benda koleksi di museum tersebut sebelumnya pernah menempati Istana Bima. Namun benda-benda bersejarah yang ada merupakan koleksi pribadi. Di sini disimpan koleksi benda-benda budaya etnis Bima seperti

aneka pakaian adat yang dipakai pihak kesultanan sejak zaman lampau. Adapula koleksi pakaian pengantin dari emas dan perak serta benda-benda peralatan makan dari perak.

Museum ini mengoleksi naskah-naskah kuno abad ke-17 hingga abad ke-19. Naskah tersebut ditulis dalam huruf Arab-Melayu. Salah satu koleksinya adalah naskah kuno yang ditulis oleh sultan pertama yaitu Sultan Abdul Kahir. Naskah kuno tersebut ditulis sebagai rasa terima kasih pada orang Wera yang pernah menyelamatkannya untuk meloloskan diri ke Gowa-Makassar ketika dikejar pamannya yang memberontak. Sultan menulis pesan khusus yang ditulis pada hari Sabtu, tanggal 17 Syawal tahun 1060 H atau tanggal 17 Oktober 1650 M di atas kertas perak. Sultan berpesan kepada Jeneli Sape untuk diperhatikan oleh Sultan Bima menyangkut hak khusus orang Wera.

Gambar 4. 24 Museum Samparaja E. Sentra Kerajinan Tenun

1. Nama ODTW : Sentra Tenun Kota Bima

2. Lokasi : RabaDumpo Timur, Raba 15 menit masih di sekitar pusat Kota

3. Daya tarik : Wisata Belanja, Kain Tenun 100rb-1juta

4. Skala Pemasaran : Lokal, Internasional (bagian dari city tour agen perjalanan di kota bima)

5. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai) Cukup ramai hari minggu atau insidental

6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)

KM/WC umum : tidak ada

Parkir : tidak ada, di tepi jalan raya

Musholla : ada

Tempat Makan ada

Toko : ada

Souvenir : ada

Keamanan : keamanan kampung

Kebersihan : kebersihan kampung 7. Aksesbilitas

Sarana transportasi : Kendaran Pribadi dan angkutan kota Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau

Waktu Tempuh Dari Kota : 15 menit masih di sekitar pusat kota

8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : peningkatan ekonomi bagi pengrajin tenun

9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan : -

10. ODTW Lain Yang Dekat : Sentra Pandai Besi, Taman Ria, Museum Asi Mbojo, Masjid Sultan Salahuddin

11. Potensi/Prospek Pengembangan : Menyediakan Cinderamata Kota Bima, City Tour

Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence

Ke Timur

Diwu Monca Sentra Tenun

Sentra Pandai Besi

Gambar 4. 25 Sentra Kain Tenun

Desa Raba Dompu menarik untuk dikunjungi karena kegiatan sehari-hari masyarakat di desa ini adalah menenun baik di rumahnya masing-masing maupun pada sentra industri. Ciri khas tenunan dari Raba Dompu ini adalah tenunan khas Bima yang dikenal sebagai kain nggoli dan kain salungka atau songket yang memakai benang emas. Desa ini telah dikenal menjadi salah satu daya tarik wisata yang banyak dikunjungi oleh para tamu nusantara maupun mancanegara.

Di sentra kerajinan di desa ini terdapat art shop yang menjual kain tenun baik yang masih berupa kain maupun yang telah dibuatkan baju, jas, sarung, tas jinjing wanita, kopiah, sandal dan taplak meja. Produksi kain tenun di Raba Dompu semakin berkembang seiring dengan adanya peraturan dari pemkot yang

Salah satu etalase Sentra Tenun Rabadompu

Kampung Tenun

Salah Satu Koperasi/Pemasaran Tenun Bima

Salah Satu Rumah Pengrajin tenun di sentra tenun

memberlakukan pemakaian tenunan bagi pegawai pemerintahan pada hari sabtu. Para wanita di desa selalu siap mendemontrasikan keterampilan mereka.

Dokumen terkait