• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KOTA BIMA TAHUN LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

Puji syukur ke hadirat Ilahi atas kesempatan yang diberikan LPPM UK Petra untuk berapresiasi dalam kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan

Pariwisata Daerah Kota Bima Tahun 2014-2029. Pekerjaan ini merupakan suatu

kegiatan yang diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pengembangan dan pembangunan sektor pariwisata kota Bima. Laporan Akhir merupakan laporan tahap penyusunan rencana yang berisikan:

1. Pendahuluan 2. Tinjauan Kebijakan

3. Gambaran Umum Wilayah 4. Profil Kepariwisataan 5. Analisis

6. Rencana Pembangunan Pariwisata

Tersusunnya Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Pembangunan

Pariwisata Daerah Kota Bima Tahun 2014-2029 tidak lepas dari peran serta

instansi terkait dilingkugan pemerintah Kota Bima

Surabaya, November 2014

Tim Penyusun

KATA PENGANTAR

(2)

KATA PENGANTAR _________________________________________________ i DAFTAR ISI ________________________________________________________ ii DAFTAR GAMBAR __________________________________________________ v DAFTAR TABEL __________________________________________________ viii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang _____________________________________________ I - 1 1.2 Maksud dan Tujuan _________________________________________ I - 3 1.3 Dasar Hukum ______________________________________________ I - 4 1.5 Ruang Lingkup Pekerjaan ____________________________________ I - 5 1.5.1 Lokasi _______________________________________________ I - 5 1.5.2 Substansi ____________________________________________ I - 5 1.6 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan _______________________________ I - 7 1.7 Keluaran/Output Produk _____________________________________ I - 10 1.8 Sistematika Laporan _______________________________________ I - 10

BAB II KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

2.1 Rencana Tata Ruang ________________________________________ II - 1 2.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional _____________________ II - 1 2.1.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi _____________________ II - 5 2.1.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten __________________ II - 11 2.1.4 Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan __________________ II - 30 2.2 Rencana Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman

Prioritas ________________________________________________ II - 34 2.3 Rencana Induk Pariwisata Nasional ___________________________ II - 36 2.4 Rencana Induk Pariwisata Nasional ___________________________ II - 36 2.5 Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi

Nusa Tenggara Barat Tahun 2013-2028 (Perda Provinsi Ntb No 7 Tahun

2013) ________________________________________________________ II - 36

DAFTAR ISI

(3)

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV PROFIL KEPARIWISATAAN

4.1 Karakteristik Produk Wisata __________________________________ IV - 1 4.1.1. Obyek dan Daya Tarik Wisata ___________________________ IV - 2 4.1.2. Sarana Pariwisata ___________________________________ IV - 42 4.1.3. Paket Perjalanan ____________________________________ IV - 57 4.1.4. Sarana dan Prasarana Penunjang Pariwisata ______________ IV - 58 4.1.5. Event _____________________________________________ IV - 63 4.2 Karakteristik Pasar ________________________________________ IV - 66 4.2.1. Pola Perjalanan _____________________________________ IV - 66 4.2.2. Karakteristik Wisatawan _______________________________ IV - 66 BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Kebijakan _________________________________________ V – 1 5.2 Analisis Obyek dan Daya Tarik Wisata _________________________ V – 4 5.3 Analisis Pasar ____________________________________________ V - 10 5.4 Analisis Sumber Daya Manusia _______________________________ V - 12 5.5 Analisis SWOT Pariwisata ___________________________________ V - 14

BAB VI RENCANA PEMBANGUNAN

6.1 Tema Pembangunan Pariwisata ______________________________ VI - 1 6.2 Strategi Pembangunan Pariwisata _____________________________ VI - 4 6.3 Indikasi Program Pembangunan Pariwisata _____________________ VI - 9

(4)

Gambar 2. 1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa

Tenggara Barat __________________________________________________ II - 1 Gambar 2. 2 Penetapan Sistem Jaringan Jalan Nasional di Wilayah

Provinsi Nusa Tenggara Barat _______________________________________ II - 3 Gambar 2. 3 Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa

Tenggara Barat __________________________________________________ II - 4 Gambar 2. 4 Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara

Barat __________________________________________________________ II - 6 Gambar 2. 5 Rencana Pola Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat __________ II - 7 Gambar 2. 6 Kawasan Strategis Provinsi Nusa Tenggara Barat _____________ II - 8 Gambar 2. 7 Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Bima _______________ II - 11 Gambar 2. 8 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kota Bima ______ II - 22 Gambar 2. 9 Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Bima __________________ II - 26 Gambar 2. 10 Rencana Kawasan Strategis Kota Bima ___________________ II - 27 Gambar 2. 11 Rencana Peruntukan Lahan Kawasan Sekitar Kesultanan

Bima__________________________________________________________ II - 30 Gambar 2. 12 Rencana Sistem Sirkulasi dan Jaringan Jalan Kawasan

Sekitar Kesultanan Bima __________________________________________ II - 30 Gambar 2. 13 Rencana Penetapan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Sekitar

Kesultanan Bima _______________________________________________ II - 31 Gambar 2. 14 Rencana Penataan Sistem Jaringan Drainase Kawasan

Sekitar Kesultanan Bima __________________________________________ II - 31 Gambar 2. 15 Penetapan Zonasi Penanganan Permukiman Prioritas Kota

Bima__________________________________________________________ II - 32 Gambar 2. 16 Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Pada Zona KB1 ____ II - 33 Gambar 2. 17 Penetapan Lokasi DPN, KPPN dan KSPN Di Seluruh

Wilayah NKRI __________________________________________________ II - 35 Gambar 2. 18 Penetapan Lokasi DPN, KPPN dan KSPN di Provinsi Nusa

Tenggara Barat _________________________________________________ II - 36 Gambar 2. 19 KSPD di Pulau Sumbawa _____________________________ II - 38

(5)

Gambar 2. 20 KSPD Teluk Bima ___________________________________ II - 38 Gambar 3. 1 Batas Administrasi Wilayah Kota Bima Provinsi Nusa

Tenggara Barat _________________________________________________ III - 1 Gambar 3. 2 Kondisi Topografi Wilayah Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) ___ III - 4 Gambar 3. 3 Kondisi Geologi di Wilayah Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) ___ III - 6 Gambar 3. 4 Kondisi Geomorpologi Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) ______ III - 8 Gambar 3. 5 Kondisi Hidrologi Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) __________ III - 9 Gambar 3. 6 Cohort Penduduk Kota Bima ___________________________ III - 14 Gambar 3. 7 Kondisi Eksisting Sistem Drainase Kota Bima ______________ III - 15 Gambar 4. 1 Pantai Lawata _______________________________________ IV - 4 Gambar 4. 2 Pantai Amahami _____________________________________ IV - 4 Gambar 4. 3 Pantai Ni’u __________________________________________ IV – 5 Gambar 4. 4 Pantai Kolo, Lokasi dimana orang-orang sangat ramai

menikmati pantai berbatu pada hari libur _____________________________ IV - 7 Gambar 4. 5 Akses Jalan Provinsi menuju Pantai Kolo __________________ IV - 7 Gambar 4. 6 Pantai Kolo _________________________________________ IV - 8 Gambar 4. 7 Suasana Pantai So Ati dan Bawah Laut So Ati _____________ IV - 10 Gambar 4. 8 Pantai So Ati _______________________________________ IV - 10 Gambar 4. 9 Pantai Ule, Lokasi dimana orang-orang ramai memancing

pada hari libur _________________________________________________ IV - 12 Gambar 4. 10 Bibir Pantai Ule berbatasan langsung dengan jalan raya di

atasnya ______________________________________________________ IV - 12 Gambar 4. 11 Pulau Kambing ____________________________________ IV - 14 Gambar 4. 12 Transportasi di pelabuhan yang menghubungkan kota

dengan kabupaten melewati pulau kambing _________________________ IV - 15 Gambar 4. 13 Taman Ria ________________________________________ IV - 16 Gambar 4. 14 Lanco Gajah, Daya Tariknya hilang di musim Kemarau _____ IV - 18 Gambar 4. 15 Akses ke Lanco Gajah dan Lapangan Untuk Perkemahan ___ IV - 18 Gambar 4. 16 Pemandangan Diwu Monca ___________________________ IV - 19 Gambar 4. 17 Akses Dari Jalan Raya, Ada Warung yang melayani

Penambang Batu ______________________________________________ IV - 20 Gambar 4. 18 Jalan Masuk Ke Diwu Monca __________________________ IV - 20 Gambar 4. 19 Istana Kayu Asi Mbou _______________________________ IV - 22

(6)

Gambar 4. 20 Museum Asi Mbojo _________________________________ IV - 22 Gambar 4. 21 Lare-Lare _________________________________________ IV - 22 Gambar 4. 22 Masjid Sultan Salahudin _____________________________ IV - 24 Gambar 4. 23 Makam Dana Traha _________________________________ IV - 28 Gambar 4. 24 Museum Samparaja _________________________________ IV - 30 Gambar 4. 25 Sentra Kain Tenun __________________________________ IV - 32 Gambar 4. 26 Sentra Pandai Besi _________________________________ IV - 34 Gambar 4. 27 Benteng Asakota ___________________________________ IV - 37 Gambar 4. 28 Langgar Melayu Kuno _______________________________ IV - 39 Gambar 4. 29 Meriam Kuno Lelamase ______________________________ IV - 41 Gambar 4. 30 Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima ___________________ IV - 42 Gambar 4. 31 Persebaran Hotel dan Penginapan _____________________ IV - 45 Gambar 4. 32 Persebaran Agen Perjalanan Wisata ____________________ IV - 48 Gambar 4. 33 Informasi Pariwisata Kota Bima ________________________ IV - 51 Gambar 4. 34 Persebaran Sarana Belanja ___________________________ IV - 53 Gambar 4. 35 Persebaran Sarana Penukaran Uang/Bank _______________ IV - 55 Gambar 4. 36 Persebaran Sarana Transportasi _______________________ IV - 60 Gambar 4. 37 Kalender Event Tahunan _____________________________ IV - 64

(7)

Tabel 2. 1 Penetapan Rencana Jaringan Jalan Nasional __________________ II - 2 Tabel 2. 2 Penetapan Kawasan Andalan di Provinsi Nusa Tenggara Barat ____ II - 5 Tabel 2. 3 Indikasi Program Penanganan Permukiman Prioritas Pada Zona

KB1 ____________________________________________________ II - 34 Tabel 2. 4 Penetapan Lokasi DPN dan KPPN Di Provinsi Nusa Tenggara

Barat ____________________________________________________ II - 35 Tabel 2. 5 Indikasi dan Pentahapan Program Pengembangan Pariwisata

Daerah _________________________________________________ II - 39

Tabel 3. 1 Pembagian Wilayah Administrasi Kecamatan-Kelurahan di Kota

Bima ____________________________________________________ III - 2 Tabel 3. 2 Kondisi Topografi Wilayah Kota Bima _______________________ III - 3 Tabel 3. 3 Kondisi Kemiringan Wilayah Kota Bima ______________________ III - 4 Tabel 3. 4 Kedalaman Efektif Tanah di Wilayah Kota Bima _______________ III - 5 Tabel 3. 5 Sistem Jaringan Irigasi di Wilayah Kota Bima _________________ III - 8 Tabel 3. 6 Kondisi Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kota Bima ____________ III - 10 Tabel 3. 7 Kondisi Suhu Udan dan Kelembaban Kota Bima ______________ III - 10 Tabel 3. 8 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bima Dalam Kurun 5 Tahun _____ III - 11 Tabel 3. 9 Pertumbuhan 9 Sektor PDRB Kota Bima dalam 5 Tahun

Terakhir Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) ____________________ III - 11 Tabel 3. 10 Pertumbuhan 9 Sektor PDRB Kota Bima dalam 5 Tahun

Terakhir Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) ____________________ III - 12 Tabel 3. 11 Jumlah Penduduk Kota Bima Menurut Jenis Kelamin _________ III - 12 Tabel 3. 12 Komposisi Penduduk Kota Bima Tahun 2012 _______________ III - 13 Tabel 3. 13 Jumlah Penduduk Kota Bima Menurut Agama dan

Kepercayaan ____________________________________________ III – 14 Tabel 4. 1 Obyek Daya Tarik Alam Kota Bima _________________________ IV - 2 Tabel 4. 2 Obyek Daya Tarik Budaya Kota Bima ______________________ IV - 20 Tabel 4. 3 Daftar Hotel/Penginapan/Losmen Kota Bima ________________ IV - 43

(8)

Tabel 4. 4 Daftar Agen Perjalanan Kota Bima ________________________ IV - 47 Tabel 4. 5 Daftar Rumah Makan Kota Bima __________________________ IV - 49 Tabel 4. 6 Pasar Di Kota Bima Tahun 2012 __________________________ IV - 52 Tabel 4. 7 Toko Modern Kota Bima Tahun 2012 ______________________ IV - 52 Tabel 4. 8 Fasilitas Bank Kota Bima Tahun 2012 ______________________ IV - 54 Tabel 4. 9 Fasilitas Kesehatan Kota Bima ___________________________ IV - 56 Tabel 4. 10 Fasilitas Pos Kota Bima ________________________________ IV - 57 Tabel 4. 11 Event Pariwisata Kota Bima ____________________________ IV - 63 Tabel 5. 1 Analisis RTRW Nasional dan RTRW provinsi Nusa Tenggara

Barat Berkaitan Dengan Wilayah Perencanaan ____________________ V - 1 Tabel 5. 2 Analisis RTRW Kota Bima Terhadap Wilayah Perencanaan ______ V - 2 Tabel 5. 3 Analisis RIPPNAS Terhadap Wilayah Perencanaan _____________ V - 3 Tabel 5. 4 Kriteria Penilaian Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima __________ V - 5 Tabel 5. 5 Penilaian Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima _________________ V - 9 Tabel 5. 6 Matrik Analisis SWOT Pariwisata Kota Bima __________________ V - 11 Tabel 6. 1 Indikasi Program Pembangunan Pariwisata Kota Bima ________ VI - 10

(9)

1.1 LATAR BELAKANG

Wisata merupakan salah satu sektor yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat di dunia dan mampu menciptakan pendapatan sebesar USD 526 milyar. Pertumbuhan jumlah wisatawan pada dekade 90-an sebesar 4,2% sedangkan pertumbuhan penerimaan dari wisman sebesar 7,2%, bahkan di 28 negara pendapatan tumbuh 17% per tahun.

Prospek pariwisata ke depan sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang besar, berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan 1,602 milyar orang (tahun 2020). Dan akan mampu menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020.

Sebagai sebuah kota yang baru terbentuk di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Bima awalnya merupakan kota administratif. Terbentuk pada tanggal 10 April 2002 melalui Undang-undang tentang Kota Bima Nomor 13 Tahun 2002.

Secara geografis kota Bima yang memiliki luas wilayah 22,25 km2 terletak di tengah-tengah segitiga tujuan pariwisata nasional, yaitu Pulau Bali, Pulau Komodo dan Bunaken (Sulawesi Utara), memiliki potensi serta fungsi strategis sebagai kota transit. Sebagai kota yang membentang kurang lebih 21 km di sepanjang pesisir teluk Bima di mulai dari pintu gerbang NI’U (Kelurahan Kolo) sampai dengan PANTAI KOLO / SO ATI, Bima mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai Kota Tepian Air (Waterfront City).

Disebut berfungsi strategis sebagai kota transit, Bima ternyata menyimpan dan mempunyai aneka wisata alam dan budaya dengan karakteristik yang berbeda dari aneka wisata alam dan budaya di Indonesia.

Kolo adalah sebutan sepanjang pesisir teluk Bima dengan empat teluk nya yang memukau, yaitu So Nggela, Torro Londe, Bonto serta Kolo, disamping pulau Kambing yang terletak tepat di tengah-tengah perairan teluk Bima, adalah satu potensi wisata alam.

(10)

Ingat Bima ingat kuda. Kuda Bima telah lama di kenal sebagai sarana transportasi dalam kehidupan masyarakat lokal, yang kemudian dikembangkan menjadi tradisi lomba pacuan kuda tradisional dengan ke-khasanya tersendiri dalam event budaya lokal, yang di adakan 2 sd 3 kali dalam satu tahun dan merupakan salah satu potensi wisata budaya.

Kerajian tenun ikat atau dalam bahasa Mbojo dikenal dengan MUNA RO MEDI, telah banyak dikenal sebagai kain sarung (tembe), destar (sambolo) dan sejenis ikat pinggang (wen), adalah potensi ekonomi industri kecil yang sudah terkenal dengan corak dank has khusus daerah Bima sudah berkembang sejak jaman kerajaan dan sekarang dapat dikembangkan pula sebagai wisata budaya. Perkampungan Tenun ini bisa kita temukan di daerah Rabadompu, Oi Fo’o dan Ntobo.

Kota Bima ternyata juga merupakan wilayah yang subur bagi tanaman lontar. Air lontar atau yang oleh masyarakat lokal dikenal sebagai Oi Tua, adalah sejenis minuman alami yang banyak dan mudah di jumpai di sepanjang jalan lintas Bima-Sape. Dari pohon lontar masyarakat setempat membuat topi dan payung, yang kemudian dikenal dengan sebutan Paju Longge untuk keperluan upacara adat, yang juga merupakan sebuah potensi wisata alam-budaya.

Kampung Pandai Besi PenanaE dan Nggaro Lo. Pada Kejayaan kerajaan dan Kesultanan Bima merupakan pusat produksi senjata dan peralatan perang kerajaan seperti ; Pedang, Tombak, Keris, Parang dan perelengkapan seperti Sepatu Kuda, Kereta, serta Perlengkapan Keprajuritan lainnya. Yang seiring perkembangan waktu kemudian berubah fungsi sebagai sentra produksi peralatan pertanian dan perkakas rumah tangga, yang juga merupakan potensi wisata industri lokal.

Garoso adalah Sejenis buah Srikaya yang tumbuh subur pada tanah berbatu yang kering seperti di wilayah kota Bima. Tumbuhan yang berasal dari Hindia Barat yang berbuah setelah berumur 3-5 tahun sekarang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di pekarangan, atau tumbuh liar dan bisa diketemukan sampai pada ketinggian 880 mpl, adalah salah satu potensi wisata agro yang sudah terkenal pada masyarakat luas khususnya NTB dan merupakan buah tangan dari Kota Bima

Makam Raja dan Sultan Bima beserta pembesar dan keluarganya terletak di (Dana Taraha) yang terletak diatas sebuah bukit dengan panorama kota dan teluk Bima. Selain itu dapat pula ditemukan di Makam Tolobali serta di Pelataran Mesjid Sultan Salahudin. Museum Asi Mbojo yang adalah situs istana Sultan Bima yang

(11)

terletak di pusat kota Bima juga merupakan salah satu obyek wisata yang megah dan kebanggaan masyarakat Bima dengan berbagai atraksi yang ada di dalamnya dan merupakan sejarah dari Kerajaan dan kesultanan Bima. Hanta U’a Pua upacara adat yang di gelar turun temurun,yang merupakan sejarah prosesi terbentuknya Pemerintahan Kesultanan Bima dari Pemerintahan Kerajaan, adalah sebuah potensi wisata cagar budaya. Disamping itu masih banyak potensi wisata lainnya termasuk deposit dan tambang batu marmer khas Bima.

Dari gambaran potensi aneka wisata yang ada dan dimiliki, tidaklah berlebihan jika kemudian kota Bima mengembangkan visi pembangunan pariwisata sebagai guna mendorong pembangunan dan peningkatan kualitas Kepariwisataan yang berwawasan Budaya, Ramah Lingkungan dan Melibatkan Peran Serta Masyarakat Luas. Oleh karena kesemua tersebut dalam deskripsi diatas, guna mengakselerasi serta mengimplementasi visi pembangunan pariwisata kota Bima secara bertahap, terpadu dan berkelanjutan, maka perlu disusun Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Kota Bima, Nusa Tenggara Barat 2014-2029.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kota Bima adalah untuk :

a) Mengindentifikasi serta menginventarisasi potensi dan pembangunan wisata di kota Bima.

b) Menemu kenali simpul-simpul wisata beserta masing-masing karakteristiknya, event dan atraksi wisata dan kondisi infrastruktur-pendukung langsung masing-masing simpulsimpul wisata, termasuk kekuatan dan kelemahannya.

c) Menemu kenali linkage antar masing-masing simpul wisata yang ada di dalam wilayah kota Bima, termasuk linkage dengan simpul-simpul wisata di luar kota Bima. Beserta kendala yang menyertainya.

d) Menyatukan pandangan diantara sektor pembangunan lainnya di destinasi pariwisata terhadap pentingnya pariwisata dalam konteks pembangunan daerah e) Menyusun perencanaan pembangunan kepariwisataan yang mampu meningkatkan

kualitas kepariwisataan di ODTW dan kawasan

Adapun Tujuan dari kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kota Bima adalah untuk:

(12)

a) Merancang sebuah Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah yang Komprehensif, terpadu dan berkelanjutan serta berdaya saing yang sesuai dengan karakteristik fisik dan non fisik daerah, serta nilai-nilai agama dan budaya masyarakat setempat

b) Memberikan arah kebijakan dalam membangun kepariwisataan yang dilandasi dengan kebijakan pembangunan serta memberikan pedoman tentang perencanaan yang dibutuhkan dalam pembangunan pariwisata.

c) Memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai pembangunan potensi kebudayaan dan pariwisata yang meliputi daya tarik wisata, usaha sarana wisata, usaha jasa wisata dan usaha lain pendukung pariwisata.

d) RIPPDA dapat menjadi acuan bagi seluruh stakeholder pariwisata agar dapat bekerjasama secara positif dalam mekanisme kerjasama untuk pembangunan kepariwisataan.

1.3 DASAR HUKUM

Dasar hukum yang melatarbelakangi pentingnya kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kota Bima antara lain a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman

b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana

d. Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang

e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

f. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, Tentang Bangunan Gedung

g. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang Lingkungan Hidup

h. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(13)

k. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

l. Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan n. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/.2010 Tentang Pedoman

Revitalisasi Kawasan

o. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 Tentang Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan

p. Permen PU No 5 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pemetaan Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Bidang Pekerjaan Umum

q. Permen PU No 9 Tahun 2010 Tentang Ped. Pengamanan Pantai

r. Permen PU No 15 Tahun 2012 Tentang Ped. Penyusunan RTR Kawasan Strategis Nasional

s. Keputusan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor : KM.1/OT.001/MKP/2011, tentang Pembentukan Tim Seleksi Unsur Penentu Kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia;

t. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM.110/OT.001/MPEK/2012, tentang Pembentukan Tim Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

u. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-2029 v. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bima Tahun 2008-2013

w. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bima Tahun 2011-2031

1.4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN 1.4.1 LOKASI

Lingkup Penyusunan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kota Bima secara garis besar terbagi dalam 2 (dua) hal, yaitu

(14)

lingkup wilayah dan lingkup substantif. Lingkup wilayah menunjukkan batas wilayah perencanaan secara fisik, lingkup substantif menunjukkan kedalam materi yang dibahas dalam penyusunan rencana

Lingkup wilayah Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) mencakup seluruh wilayah adiministrasi kota Bima

1.4.2 SUBSTANSI

1 Persiapan, meliputi

a. Menyiapkan peta garis terkoreksi berskala minimal 1 : 25000 b. Koordinasi dengan SKDP terkait kebutuhan data spasial dan sector c. Penyiapan desain survey

d. Penggalian informasi dan aspirasi masyarakat secara langsung melalui kuesioner

e. Studi literatur mencakup komparasi kebijakan di tingkat pusat hingga daerah, studi pembanding/preseden, pendekatan eco wisata.

2 Identifikasi profil wilayah

a. Identifikasi simpul-simpul wisata beserta masing-masing karakteristiknya b. Identifikasi infrastruktur-pendukung langsung masing-masing simpul-simpul

wisata,termasuk kekuatan dan kelemahannya.

c. Identifikasi linkage antar masing-masing simpul wisata yang ada di dalam wilayah kota Bima, termasuk linkage dengan simpul-simpul wisata di luar kota Bima beserta kendala yang menyertainya.

d. Analisis SWOT, evaluasi dan penetapan rangking simpul-simpul wisata. e. Rekomendasi Pembangunan Fisik, Kelembagaan dan Peran Serta,

Kebijakan daerah dalam pembangunan Pariwisata, Kebijakan daerah dalam pembangunan sektor ekonomi, Karakteristik daerah (fisik lingkungan alam, sosial ekonomi dan budaya), Produk wisata, Koordinasi lintas sektor serta Karakteristik pasar dan pemasaran pariwisata

f. Perumusan kebijakan program dan Sasaran pembangunan pariwisata g. Draft Peraturan Daerah/Peraturan Walikota Tentang RIPDA

3 Skenario Pembangunan

a. Perwilayahan Pembangunan destinasi pariwisata daerah b. Pembangunan Daya Tarik Wisata

(15)

d. Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum dan Fasilitas Pariwisata e. Pemberdayaan Masyarakat melalui Kepariwisataan

f. pembangunan investasi di bidang pariwisata. 4 Penetapan Sasaran Pembangunan Pariwisata

1.5 TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Tahapan pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kota Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat meliputi

1. Koordinasi Awal Kegiatan

Kordinasi dilakukan segera setelah proses kontrak antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan mitra kerjasama selesai. Rapat akan diselenggarakan oleh PPK, dengan agenda sebagai berikut:

a. Penjelasan lingkup tugas konsultan/mitra kerjasama b. Penjelasan tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan c. Penjelasan deliniasi kawasan studi

d. Jadwal penyampaian dan pembahasan laporan e. Perkenalan tenaga ahli Tim Penyedia Jasa

f. Penjelasan sistem koordinasi antara mitra kerjasama dengan tim teknis Pemerintah Daerah.

2. Penyusunan Laporan Pendahuluan

Segera setelah rapat koordinasi awal, tim tenaga ahli konsultan/mitra kerjasama segera menyusun Laporan Pendahuluan serta bahan tayangan yang akan disampaikan pada Rapat Laporan Pendahuluan yang setidaknya memuat substansi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam indikator keluaran

3. Workshop Pembahasan Laporan Pendahuluan

Tim tenaga ahli mitra kerjasama segera mengagendakan dan menyelenggarakan Rapat Pendahuluan di daerah dengan mengundang seluruh tim teknis. Dalam Workshop Laporan Pendahuluan tersebut harus disusun Berita Acara Pembahasan Laporan Pendahuluan yang berisi kesepakatan terhadap substansi Laporan Pendahuluan sebagaimana diatur dalam Indikator Keluaran

(16)

4. Pelaksanaan Survey oleh Tim Konsultan

Tim tenaga ahli konsultan/mitra kerjasama segera melaksanakan survey lokasi sesuai dengan rencana survey yang telah ditetapkan pada pembahasan Laporan Pendahuluan. Dalam pelaksanaan survey tim konsultan diharapkan dapat mengidentifikasi potensi dan permasalahan serta factor pembatas lingkungan sehingga menjadi acuan dalam scenario pembangunan pariwisata daerah.

5. Pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGD)

Tim tenaga ahli mitra kerjasama segera mengagendakan dan menyelenggarakan Focus Group Discussion Pertama (FGD) dengan mengundang tim teknis daerah dan seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah.

Dalam Focus Group Discussion Pertama (FGD) tersebut tim tenaga ahli menyampaikan hasil survey awal lokasi untuk dapat dikonfirmasi oleh pihak terkait serta mengidentifikasi sebanyak-banyaknya aspirasi daerah terkait keterpaduan pembangunan di lokasi studi dari masing-masing pihak pemangku kepentingan di daerah yang akan diselaraskan menggunakan perangkat berupa Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah.

Di akhir pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGD) wajib disusun Berita Acara FGD yang ditandatangani bersama oleh peserta yang memuat kesepakatan bersama sebagai berikut:

a. Pengesahan deliniasi kawasan studi oleh pihak berwenang Pemerintah Daerah.

b. Identifikasi potensi dan permasalahan lokal kawasan serta penetapan visi pembangunan pariwisata.

c. Draft Sistematika Dokumen Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah.

d. Penetapan daftar kegiatan serta lokasi pembangunan sarana dan prasarana pariwisata pada spot-spot kawasan yang prioritas.

6. Penyusunan Laporan Antara

Segera setelah dilaksanakannya survey lokasi dan Focus Group Discussion Pertama (FGD), tim tenaga ahli mitra kerjasama segera menyusun Laporan Antara serta bahan tayangan yang akan disampaikan pada Rapat

(17)

Pembahasan Laporan Antara yang setidaknya memuat materi hasil pelaksanaan survey dan hasil pembahasan serta kesepakatan Focus Group Discussion (FGD)

7. Rapat Pembahasan Laporan Antara

Sesuai dengan jadwal dan agenda yang telah disepakati, tim tenaga ahli Mitra Kerjasama segera mengagendakan dan menyelenggarakan Rapat Laporan Antara dengan mengundang tim teknis, serta unsur Pemerintah Daerah termasuk diantaranya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas terkait lainnya, unsur kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta unsur asosiasi/komunitas masyarakat yang terkait dengan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah ini.

Pembahasan Laporan Antara diselenggarakan di daerah, Dalam rapat pembahasan Laporan Antara tersebut tim tenaga ahli mitra kerjasama menyampaikan hasil pelaksanaan survey dan hasil pembahasan serta kesepakatan Focus Group Discussion Pertama (FGD) dalam bentuk Laporan Antara.

Di akhir pelaksanaan Pembahasan Laporan Antara wajib disusun Berita Acara Pembahasan Laporan Antara yang ditandatangani bersama oleh peserta yang hadir. Notulensi tersebut pada intinya merupakan catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama hasil pemaparan Laporan Antara yang perlu ditindaklanjuti oleh konsultan dalam rangka penyempurnaan Laporan Antara.

Segera setelah dilaksanakannya pembahasan Laporan Antara di daerah, tim tenaga ahli konsultan segera memperbaiki substansi materi sesuai dengan catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama yang terjadi pada tahap pembahasan Laporan Antara di daerah.

Setelah seluruh perbaikan selesai dilakukan, tim tenaga ahli mitra kerjasama segera menyampaikan produk Laporan Antara yang telah diperbaiki tersebut disertai dengan Berita Acara FGD dan Berita Acara Pembahasan Laporan Antara kepada tim teknis untuk mendapat persetujuan.

8. Pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Draft Akhir

Pada tahap ini tim tenaga ahli konsultan didampingi dengan tim teknis menyampaikan paparan yang lengkap dan utuh mencakup keseluruhan materi Dokumen Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) dan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Rencana Induk Pembangunan

(18)

Pariwisata Daerah di hadapan kepala daerah (Bupati/Walikota) beserta jajarannya.

Adapun hasil dari paparan ini ialah pernyataan tertulis “disetujui” atau “disetujui dengan catatan” keseluruhan dokumen tersebut oleh kepala daerah (Bupati/Walikota) yang dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Laporan Draft Akhir dan ditandatangani bersama oleh kepala daerah (Bupati/Walikota), Tim Teknis serta Tim Tenaga Ahli Mitra Kerjasama.

1.6 KELUARAN/OUTPUT PRODUK

Hasil dari kegiatan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah sesuai dengan ketentuan yang termuat dalam Kerangka Acuan Kerja serta Berita Acara Persetujuan Tim Teknis

1.7 SISTEMATIKA LAPORAN BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang, Tujuan, Sasaran, Dasar Hukum dan Ruang lingkup pekerjaan, Tahapan Pelaksanaan Kegiatan, Out Laporan dan Sistematika

BAB II TINJAUAN PERATURAN DAN KEBIJAKAN YANG BERKAITAN DENGAN WILAYAH PERENCANAAN

Bab ini menguraikan tentang peraturan sebagai dasar penyusunan dan kebijakan dan studi yang berkaitan dengan wilayah perencanaan.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum kawasan berdasarkan hasil pengamatan awal pendahuluan dan studi literatur.

BAB IV PROFIL KEPARIWISATAAN

Bab ini menguraikan tentang profil kepariwisataan berdasarkan hasil pengamatan dan studi literatur.

BAB V ANALISIS

Menguraikan analisis kebijakan, kewilayahan, kepariwisataan dan pasar serta wisatawan

BAB VI RENCANA PEMBANGUNAN PARIWISATA KOTA BIMA

Menguraikan konsep pembangunan, strategi dan program pembangunan pariwisata Kota Bima

(19)

2.1 RENCANA TATA RUANG

2.1.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL

Dalam PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi :

a. sistem perkotaan nasional

b. sistem jaringan transportasi nasional c. sistem jaringan energi nasional

d. sistem jaringan telekomunikasi nasional e. sistem jaringan sumber daya air

Hal yang perlu dicermati dalam kebijakan struktur ruang wilayah nasional dalam penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kota Bima adalah penetapan sistem perkotaan dan sistem jaringan transportasi nasional.

Dalam sistem perkotaan nasional, pusat Kegiatan Nasional di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditetapkan berada di Mataram, sedangkan untuk Pusat Kegiatan wilayah berada di Praya, Raba, dan Sumbawa Besar. Rencana struktur Ruang Wilayah Nasional secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2. 1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Barat

(20)

Sistem jaringan transportasi mencakup

1. Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan nasional (lihat Tabel II.1), jaringan jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan.

2. Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan (dengan

simpul Pelabuhan Nasional Lembar, Bima dan Lombok) dan alur pelayaran.

3. Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan (Pusat Penyebaran Sekunder Bandar Udara Selaparang Mataram dan Pusat Penyebaran Tersier Bandar Udara Muhammad Salahudin) dan ruang udara untuk penerbangan.

(21)

Gambar 2. 2 Penetapan Sistem Jaringan Jalan Nasional di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

A.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional

Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas kawasan lindung nasional dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional. Kawasan Lindung diprovinsi Nusa Tenggara Barat meliputi Suaka Marga Satwa Gunung Tambora, Cagar Alam Tofo Kota Lambu, Cagar Alam Pulau Sangiang, Cagar Alam Pulau Panjang, Cagar Alam Jereweh, Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman Hutan Raya Nuraksa, Taman Wisata Alam Bangko2, Taman Nasional Tanjung Tampa, Taman Wisata Alam Danau Rawa Taliwang, Taman Wisata Alam Laut Gili Meno, Gili Ayer, Gili Trawangan, Taman Wisata Alam Laut Pulau Moyo, Taman Wisata Alam Laut Pulau Satonda, Taman Wisata Alam Laut Gili Sulat dan Gili Lawang Taman Wisata Alam Laut Pulau Gili Banta, Taman Buru Pulau Moyo. Penetapan Rencana Pola Ruang Provinsi NTB secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.3

(22)

Gambar 2. 3 Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Hal lain yang perlu dicermati dalam arahan pola ruang provinsi NTB adalah penetapan kawasan andalan dan kawasan strategis. Kawasan andalan di yang ditetapkan di provinsi Nusa Tenggara Barat secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2. 2 Penetapan Kawasan Andalan di Provinsi Nusa Tenggara Barat

No Kawasan Andalan Fungsi

1 Kawasan Lombok dan Sekitarnya Pertanian, Industri, Pariwisata, Pertambangan dan Perikanan 2 Kawasan Bima Pertanian, Industri, Pariwisata

dan Perikanan

3 Kawasan Sumbawa dan sekitarnya Pertanian, Industri, Pariwisata, Pertambangan dan Perikanan 4 Kawasan Andalan Laut Selat Lombok Perikanan laut dan pariwisata Sumber: PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

Sedangkan untuk penetapan Kawasan Strategis Nasional yang ditetapkan di provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi Kawasan Pengembangan Ekonomi

(23)

2.1.2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1. Struktur Ruang

Rencana struktur pemanfaatan ruang wilayah adalah membentuk sistem pelayanan yang berhirarki di seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat sehingga terjadi pemerataan pelayanan, mendorong pertumbuhan wilayah di perdesaan dan perkotaan.

Sistem perkotaan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditetapkan sebagai berikut:

 PKN (Pusat Kegiatan Nasional). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKN memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup nasional atau melayani beberapa provinsi. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKN di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalahMataram

 PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKW memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup provinsi atau beberapa kabupaten. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah di Praya, Sumbawa Besar, dan Raba.  Terdapat pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari dapat

ditetapkan sebagai PKW promosi (PKWp). Kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk berfungsi sebagai PKWp di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Gerung, Tanjung, Selong, Taliwang, Dompu, dan Woha.

 PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan pada lingkup lokal, yaitu skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKL di Provinsi Nusa Tenggara Barat yakni berada di Lembar, Narmada, Kopang, Sengkol, Mujur, Bayan, Pemenang, Masbagik, Keruak, Labuhan Lombok, Poto Tano, Jereweh, Alas, Empang, Lunyuk, Lenangguar, Labangka, Calabai, Kempo, Hu’u, Kilo, Kore, O’o, Sila, Tangga, Wawo, Wera dan Sape.

2. Pola Ruang

Pola ruang wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi rencana pengembangan kawasan lindung dan rencana pengembangan kawasan budidaya. Rencana pola ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.5

(24)
(25)
(26)

3. Kawasan Strategis

Kawasan Strategis merupakan kawasan yang didalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang Lainnya, peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1. Kawasan strategis dari kepentingan pertumbuhan ekonomi di provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi

a. Mataram Metro meliputi Kota Mataram, Kecamatan Batulayar, Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Lingsar, Kecamatan Narmada, Kecamatan Labuapi dan Kecamaan Kediri dengan sektor unggulan perdagangan-jasa, industri dan pariwisata

b. Senggigi-Tiga Gili (Air, Meno, dan Trawangan) dan sekitarnya di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara dengan sektor unggulan pariwisata, industri dan perikanan

c. Agropolitan Rasimas di Kabupaten Lombok Timur dengan sector unggulan pertanian, industri, dan pariwisata

d. Kute dan sekitarnya di Kabupaten Lombok Tengah, sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat dan sebagian wilayah Kabupaten Lombok Timur dengan sektor unggulan pariwisata, industri dan perikanan

e. Agroindustri Pototano berada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan sektor unggulan pertanian dan industri

f. Agropolitan Alas Utan berada di Kabupaten Sumbawa dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pariwisata g. Lingkar Tambang Batu Hijau dan Dodo Rinti berada di Kabupaten Sumbawa

Barat dan Kabupaten Sumbawa dengan sektor unggulan pertambangan, pertanian dan pariwisata

h. Teluk Saleh dan sekitarnya berada di Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Dompu masing-masing beserta wilayah perairannya dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata, pertanian, peternakan, dan industri

i. Agropolitan Manggalewa berada di Kabupaten Dompu dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan dan industri

j. Hu’u dan sekitarnya berada di Kabupaten Dompu dengan sector unggulan pariwisata, industri, pertanian, dan perikanan

(27)

k. Teluk Bima dan sekitarnya berada di Kabupaten Bima dan Kota Bima dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata dan industri

l. Waworada-Sape dan sekitarnya berada di Kabupaten Bima dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata dan industry

2. Kawasan strategis dari kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi:

a. Kawasan Ekosistem Puncak Ngengas Selalu Legini berada di Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa

b. Kawasan Ekosistem Gunung Tambora berada di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima

c. Kawasan Ekosistem Hutan Parado berada di Kabupaten Dompu dan Bima d. Kawasan Ekosistem Pulau Sangiang berada di Kabupaten Bima.

Rencana kawasan strategis di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.6

(28)
(29)

2.1.3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BIMA

Kebijakan yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bima sesuai dengan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bima terdapat beberapa hal pokok yang ditetapkan sehubungan dengan pengembangan struktur ruang dan pola ruang di wilayah kota seperti terdapat pada Tabel 2.3

1. STRUKTUR RUANG

Pengembangan struktur ruang wilayah kota Bima meliputi penetapan pusat pelayanan dan sistem jaringan prasarana wilayah

A. Pusat-pusat pelayanan wilayah kota meliputi : a. Pusat pelayanan kota

Pusat pelayanan kota meliputi : pusat pelayanan Kota Bima di Kecamatan Rasanae Barat, sebagian Kecamatan Asakota dan sebagian Kecamatan Mpunda yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala nasional serta pariwisata skala regional.

b. Sub pusat pelayanan kota

 Sub pusat pelayanan kota di Kecamatan Mpunda yang meliputi Kelurahan Penatoi, Kelurahan Sadia dan Kelurahan Sambinae dan berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan, administrasi umum, dan pendidikan skala regional;

Sub pusat pelayanan kota di Kecamatan Raba yang meliputi

Kelurahan Rabangodu Utara, Kelurahan Rabadompu Timur, dan Kelurahan Rabadompu Barat dan berfungsi sebagai pusat kegiatan industri kecil dan kerajinan serta pusat pelayanan kesehatan skala regional; dan

 Sub pusat pelayanan kota di Kelurahan Oi Fo'o dan Kelurahan Nitu Kecamatan Rasanae Timur yang berfungsi sebagai pusat peruntukan industri.

c. Pusat lingkungan.

 Kelurahan Jatiwangi yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal, dan pusat pelayanan kesehatan skala lokal;

 Kelurahan Mande yang berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pusat perdagangan jasa skala regional;

(30)

 Kelurahan Manggemaci yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal serta sebagai pusat pelayanan umum;

 Kelurahan Santi yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal;

 Kelurahan Kodo dan sekitarnya yang berfungsi sebagai pusat pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, pusat perdagangan dan jasa skala lokal, pusat pelayanan kesehatan skala lokal, dan simpul transportasi skala lokal; dan

Kelurahan Kolo yang berfungsi sebagai pusat pariwisata bahari, pusat perdagangan dan jasa skala lokal, dan pusat pelayanan kesehatan skala lokal.

Rencana struktur ruang wilayah Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada

Gambar 2.7

(31)

B. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kota meliputi:

a. Rencana Sistem Jaringan Transportasi

Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas pengembangan sistem jaringan jalan, penanganan jalan, pengembangan jembatan, pengembangan terminal, pengembangan sarana dan prasarana angkutan umum. Rencana sistem jaringan jalan di Kota mencakup:

 Pengembangan sistem jaringan jalan arteri primer yang merupakan Jalan Negara, meliputi: Jalan Sultan Salahudin - Jalan Martadinata, Jalan Soekarno – Hatta - Jalan Ir. Sutami; dan Jalan lintas Kumbe – Sape.

 Pengembangan sistem jaringan jalan kolektor primer, meliputi: Pengembangan Jalan Negara Jalan Sonco Tengge – Kumbe.  Pengembangan sistem jaringan jalan kolektor sekunder yang

merupakan jalan provinsi, meliputi: Jalan Gajah Mada, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Gatot Subroto, Jalan Lingkar Pelabuhan dan Jalan Melayu- Kolo.

 Pengembangan sistem jaringan jalan lokal primer yang merupakan jalan Kota meliputi: Jalan Tongkol, Jalan Sulawesi – Jalan Flores, Jalan Patimura, Jalan Oi Foo, Jalan Penanae – Kendo, Jalan Nitu, Jalan Nungga, Jalan Dodu, Jalan Lelamase, Jalan Ntobo.

 Pengembangan sistem jaringan jalan lingkungan dikembangkan pada tiap-tiap lingkungan.

Rencana penanganan jalan dilakukan melalui:  Pembangunan Jalan

1) pembangunan jalan di Kecamatan Rasanae Barat dan Kecamatan Mpunda, meliputi:

 Pembangunan jalan lingkar luar selatan (outer ring road) yang menghubungkan Lingkungan Oi Niu Kelurahan Dara – Kelurahan Nitu – Kelurahan Kumbe

 Pembangunan jalan lingkar luar utara yang menghubungkan Pelabuhan Laut Bima di Kelurahan Tanjung – Kedo Kelurahan Melayu – Tolotongga

(32)

Kelurahan Melayu – Kelurahan Jatiwangi – Kelurahan Santi

 Pelebaran jalan di Sultan M. Salahuddin menjadi 2 (dua) jalur mulai dari Perbatasan Kota – Kabupaten Bima sampai dengan Pelabuhan Laut Bima

 Pembangunan jalan baru dari Lingkungan Oi Niu Kelurahan Dara - Kelurahan Nitu – Kelurahan Rontu;  Pembangunan jalan di sepanjang pesisir pantai (Coastal

road) mulai dari Lingkungan Amahami – Bina Baru Selatan – Bina Baru Utara – Pelabuhan Laut

 Pembangunan jalan tembus dari belakang Markas Brimob (area perumnas) sampai ke pertigaan sampang (Sambinae – Panggi) menyusuri kaki bukit sebelah selatan

 Pembangunan jalan tembus Sambinae – Sadia

 Pembangunan jalan tembus Panggi – Mande – Lewirato; dan

 Pembangunan jalan tembus mulai dari Jalan Gatot Subroto Kelurahan Santi ke timur sampai di belakang SMAN 4 Kelurahan Penatoi.

2) pembangunan jalan baru di Kecamatan Raba meliputi:  Pembangunan jalan tembus dari Rite ke Penanae;  Pembangunan jalan tembus Ntobo–Wenggo

Penanae;dan

 Pembangunan jalan mulai dari jalan Gajah Mada– Nggaro Kumbe.

 Peningkatan jalan

1) peningkatan fungsi jaringan jalan Soncotengge – Panggi – Rontu - Kumbe

2) peningkatan fungsi jaringan jalan Melayu – Kolo 3) peningkatan jalan Nungga – Lelamase

4) peningkatan jalan Jatibaru - Matakando 5) peningkatan jalan Toloweri – Kabanta 6) peningkatan jalan Penanae

(33)

7) peningkatan jalan Jendral Sudirman (mulai dari Terminal Dara – persimpangan Sadia)

8) peningkatan jalan di Sabali – Nungga.

 Pemeliharaan jalan yang meliputi seluruh ruas jalan yang ada di wilayah kota.

Rencana pengembangan terminal meliputi:

 merelokasi terminal Dara dengan membangun terminal Type A di area reklamasi pantai di lingkungan Oi Ni’u Kelurahan Dara;  revitalisasi dan pengembangan Terminal Jatibaru untuk

mendukung pengembangan wilayah kota bagian Utara;

 merelokasi terminal tipe C Kumbe ke Kelurahan Lampe untuk mendukung pengembangan wilayah kota bagian Timur; dan  Mengembangkan terminal bongkar muat barang.

Pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum mencakup:  Mempertahankan trayek angkutan dalam kota yang sudah ada

sekarang dan dengan menambah trayek angkutan dalam kota yang baru sesuai dengan perubahan hierarki jalan dan pemindahan lokasi terminal yang meliputi:

1) Trayek A: Oi Niu-Paruga-Tanjung – Sarae -Melayu-Kolo (PP)

2) Trayek B: Oi Niu-Tanjung – Melayu -Jatiwangi-Jatibaru (PP) 3) Trayek C : Oi Niu – Dara – Tanjung - Paruga – Jalan

Soekarno Hatta – Jalan Ir. Sutami – Lampe (PP)

4) Trayek D : Oi Niu – Sambinae – Panggi – Rontu – Rabangodu Selatan – Rabadompu – Kumbe – Lampe (PP) 5) Trayek E : Oi Niu – Sambinae – Sadia – Santi –

Matakando – Jatibaru (PP)

6) Trayek F : Oi Niu – Pelabuhan – Na’e – Salama-Monggonao - Penatoi – Penaraga – Rabadompu – Kumbe – Lampe (PP)

7) Trayek G : Oi Niu – Paruga – Sarae – Manggemaci – Sadia – Rabangodu Selatan – Rabadompu – Kumbe – Lampe (PP)

(34)

8) Trayek H : Oi Niu – Sambinae – Panggi – Rontu – Oi Foo – Kumbe – Lampe (PP)

9) Trayek I : Oi Niu – Tanjung – Salama – Karara – Penatoi – Sadia – Rontu – Oi Fo’o – Kumbe – Lampe (PP).  Mengembangkan trayek angkutan yang keluar kota yang

meliputi:

1) Trayek Oi Ni’u – Nitu – Oi Fo’o - Kumbe – Lampe (PP) 2) Trayek Lampe – Nungga – Lelamase (PP)

3) Trayek Oi Ni’u – Tanjung – Na’e – Salama – Santi – Matakando – Rite – Ntobo – Busu (PP)

4) Trayek Oi Ni’u – Tanjung – Nae – Salama – Santi – Rite – Ntobo

5) Trayek Oi Niu – Paruga – Salama – Karara – Penatoi – Penaraga – Penanae – Kendo (PP).

 Menyediakan halte-halte angkutan umum dalam kota  Sistem jaringan transportasi laut

Sistem jaringan transportasi laut meliputi:  tatanan pelabuhan terdiri dari:

1) tatanan pelabuhan untuk pelabuhan pengumpan, pengumpul, pelabuhan bongkar muat, dan pelabuhan rakyat 2) perluasan dan pengembangan pelabuhan bongkar muat

barang, dan pelabuhan rakyat di Kelurahan Tanjung

3) peningkatan kelengkapan prasarana dan sarana pelabuhan laut, seperti pembangunan dan perluasan dermaga sandar, revitalisasi fasilitas bongkar muat barang dan pergudangan, serta sarana prasarana penunjang lainnya.

 jalur pelayaran mencakup: pengembangan rute pelayaran nasional dan regional yang, rute wisata, dan rute pelayaran rakyat.

b. Rencana Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan

Rencana sistem jaringan energi terdiri atas:  Pembangkit tenaga listrik

(35)

 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Oi Niu di Kelurahan Dara

 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Raba di Kelurahan Monggonao

 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bonto di Kelurahan Kolo

 Pengembangan bio-energi dengan memanfaatkan hasil olahan sampah dan potensi tanaman jarak

 Mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL), pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

 Jaringan tenaga listrik

 Pengembangan jaringan transmisi tegangan tinggi (SUTT) mulai dari Bonto Kelurahan Kolo – Kelurahan Jatiwangi – Kelurahan Matakando – Kelurahan Rabadompu Barat - Kelurahan Rabadompu Timur - Kelurahan Kodo - Kelurahan Oi Fo’o sampai ke wilayah Kabupaten Bima

 Pengembangan jaringan distribusi meliputi jaringan tegangan menengah (JTM) di sepanjang jalan arteri dan jalan kolektor dalam wilayah kota, serta jaringan tegangan rendah di seluruh ruas jalan yang ada dalam wilayah kota

 Pengembangan jaringan tegangan rendah (JTR) di sepanjang jalan dalam wilayah kota

 Pengembangan Gardu Induk di wilayah Kelurahan Rabadompu Barat

 Distribusi bahan bakar minyak dan gas.

 Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan bahan bakar minyak dan gas

 Memelihara depo bahan bakar minyak dan gas di Kelurahan Dara Kecamatan Rasanae Barat

 Mempertahankan lokasi SPBU Amahami di Kelurahan Dara, SPBU Taman Ria di Kelurahan Manggemaci,dan SPBU Penatoi di Kelurahan Penatoi, serta mengembangkan SPBU minyak dan gas yang baru di wilayah kota

(36)

c. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi pada kawasan permukiman dan kegiatan perkotaan lainnya. Rencana sistem jaringan telekomunikasi meliputi:

 Peningkatan jaringan telepon kabel mencakup:

 peningkatan kapasitas terpasang dan distribusi Sentral Telepon Otomat (STO);

 pengembangan telepon rumah dan telepon umum;

 pengembangan distribusi jaringan sambungan telepon dari STO ke pelanggan;

 pengembangan jaringan baru di seluruh wilayah Kota; dan  pemasangan jaringan kabel telepon di bawah tanah yang

terintegrasi dan terpadu dengan jaringan infrastruktur lainnya dalam kawasan perkotaan.

 Peningkatan jaringan telepon nirkabel mencakup:

 menata menara telekomunikasi dan BTS (Base Transceiver Station) terpadu secara kolektif antar operator di seluruh kecamatan yang lokasinya ditetapkan dengan Peraturan Walikota;

 mengembangkan teknologi telematika berbasis teknologi modern pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan; dan

 peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan yang berbasis teknologi internet.

d. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Rencana sistem jaringan sumber daya air terdiri atas:

 Konservasi sumber daya air, dilakukan melalui: perlindungan dan pelestarian sumber daya air, pengelolaan kualitas air, pengendalian pencemaran air.

 Pendayagunaan sumber daya air, dilakukan melalui penatagunaan, penyediaan, penggunaan, dan pengembangan air baku.

(37)

 Pelayanan irigasi melayani areal pertanian yang ditetapkan sebagai budidaya tanaman pangan berkelanjutan dan areal pertanian hortikultura yang ditetapkan berdasarkan rencana pola ruang

 Pelayanan irigasi melayani Kelurahan Dodu, Kelurahan Lampe, Kelurahan Kodo, Kelurahan Nungga, Kelurahan Kumbe, Kelurahan Rabadompu Timur, Kelurahan Ntobo, Kelurahan Rite, Kelurahan Jatibaru, Kelurahan Rabangodu Selatan, Kelurahan Panggi

 Pemeliharaan, peningkatan pelayanan dan efektivitas pengelolaan air pada sistem prasarana irigasi untuk memelihara ketersediaan air.

e. Rencana Sistem Jaringan Persampahan

Pengembangan sistem jaringan persampahan dilakukan untuk menanggulangi dan mengelola produksi sampah dari kegiatan masyarakat kota. Pengelolaan dan penanggulangan sampah dilakukan melalui:

 Mewujudkan hirarki proses/prasarana pengelolaan sampah dari rumah tangga – kolektif – kawasan – terpusat;

 Penerapan teknologi/sistem pemilahan sampah dengan cara :

 Sistem pemilahan teknologi pengelolaan dan pengolahan sesuai dengan karakteristik sampah di wilayah pelayanan sebelum sampah diangkut ke TPA

 Penerapan teknologi tepat guna dalam pengolahan sampah dengan sasaran meminimalkan sampah masuk ke TPA

 Pengelolaan sampah di TPA dilakukan dengan menggunakan sistem sanitary landfill

 Pengembangan sistem terpusat pada daerah perkotaan tingkat kepadatan tinggi dan pengembangan sistem individual atau pengelolaan setempat pada daerah terpencil tingkat kepadatan rendah

 Memilah jenis sampah organik dan anorganik untuk dikelola melalui konsep 3R (Reduce, Recycle, Reuse)

(38)

 Pengelolaan sampah untuk dikembangkan menjadi energi alternatif seperti gas metan maupun pupuk kompos

 Pengembangan dan pengelolaan TPA So Mango Kodo, Kelurahan Kodo Kecamatan Rasana’e Timur seluas 8 Ha sampai dengan beroperasinya TPA Regional di Kecamatan Woha Kabupaten Bima  Penyusunan aturan-aturan yang tegas mengenai pembuangan

sampah.

f. Rencana sistem drainase

Rencana sistem jaringan drainase kota dilakukan untuk pengendalian banjir dan genangan. Sistem jaringan drainase kota meliputi

 Sistem jaringan drainase primer ditetapkan dalam rangka melayani kawasan perkotaan dan terintegrasi dengan sungai.

 Sistem jaringan drainase sekunder, tersier dan lokal menggunakan sistem saluran samping jalan sejajar dengan pengembangan jaringan jalan.

 Pengembangan sistem jaringan drainase serta pengendalian banjir dan genangan dilakukan melalui:

 Penyediaan saluran drainase pada kawasan terbangun dan kawasan rawan genangan

 Pengembangan dan penataan sistem aliran Sungai Melayu, Sungai Padolo, Sungai Romo sebagai saluran utama

 Pengembangan sistem pengendalian banjir lintas kota-kabupaten dari hilir-hulu di bawah koordinasi Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk sungai-sungai yang sering menimbulkan banjir di wilayah Kota

 Normalisasi sungai di kawasan permukiman atau pusat kegiatan dengan cara pengerukan pada sungai yang dangkal, pelebaran sungai, serta pengamanan di kawasan sepanjang sempadan sungai

 Normalisasi saluran yang sudah tidak mampu menampung air hujan maupun air limbah dengan memperlebar saluran dan/atau memperdalam dasar saluran

(39)

 Membangun tanggul-tanggul beberapa sungai yang dekat dengan permukiman penduduk sesuai tinggi elevasi yang dianjurkan

 Membatasi kegiatan budidaya terbangun pada hulu sungai secara ketat

 Pembangunan saluran drainase permanen pada kawasan permukiman padat dengan menerapkan konsep gravitasi dan mengikuti bentuk kontur alam

 Menyediakan ruang yang memadai pada kanan-kiri saluran drainase untuk kegiatan perawatan dan pemeliharaan saluran secara berkala

 Pengembangan jaringan drainase sistem tertutup di kawasan perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan industri, jalan-jalan utama, dan kawasan yang mempunyai lebar jalan yang kecil

 Pengembangan jaringan drainase sistem terbuka di kawasan permukiman dan di sepanjang jaringan jalan

 Membangun sistem drainase tertutup dan terbuka pada kanan-kiri jalan dengan arah pengaliran disesuaikan dengan kondisi topografi setempat

g. Rencana Jalur Evakuasi Bencana

Rencana jalur evakuasi bencana dilakukan untuk tempat keselamatan dan ruang berlindung jika terjadi bencana banjir, gelombang pasang/tsunami dan abrasi pantai, dan gempa bumi. Rencana jalur evakuasi bencana dilakukan melalui:

 Pengaturan jalur-jalur evakuasi untuk menjauhi lokasi-lokasi genangan dan bencana banjir yang melalui Jalan Jenderal Sudirman (dari Terminal Dara menuju Dana Taraha) – Jalan Pelita Sonco Tengge Sambinae, Jalan Gatot Subroto Kelurahan Santi, Jalan Soekarno Hatta, Jalan Gatot Subroto Kelurahan Sambinae, Jalan Ir. Sutami serta jalur-jalur evakuasi yang mengarah ke utara melalui Jalan Melayu - Kolo

(40)

 Pengaturan jalur-jalur evakuasi bencana gelombang pasang/tsunami dan abrasi pantai yang mengarah ke timur melalui Jalan Pelita Sonco Tengge, Jalan Jenderal Sudirman Danataraha, Jalan Gatot Subroto, dan jalan di sepanjang pesisir pantai

 Pengaturan jalur-jalur evakuasi bencana gempa bumi pada setiap ruas jalan di wilayah Kota

Gambar 2. 8 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kota Bima 2. POLA RUANG

Penetapan pola ruang wilayah kota Bima diwujudkan melalui :

a. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung

 Kawasan hutan lindung; Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a di wilayah kota berada pada Kelompok Hutan Maria (RTK.25) di kecamatan Rasanae Timur seluas 323,80 Ha.

(41)

 Kawasan perlindungan setempat;

 Kawasan sempadan sungai meliputi sungai besar dan sungai kecil, yaitu Sungai Lampe, Sungai Dodu, Sungai Nungga, Sungai Kendo, Sungai Busu, Sungai Jatiwangi, dan Sungai Romo, Sungai Padolo, Sungai Melayu;

 Kawasan sempadan pantai berlokasi di Kelurahan Kolo, Kelurahan Melayu, Kelurahan Tanjung, dan Kelurahan Dara; dan

 Kawasan sekitar mata air di wilayah Kota tersebar di beberapa kecamatan antara lain di sumber mata air Temba Serinci I, Temba Serinci II, Oi Wontu, Temba Ongge, Temba Rombo I, Temba Rombo II, Oi Mbo I, Oi Mbo II, Mpangga, Na’a I, Na’a II, dan Mata air Nungga.

 Kawasan rawan bencana alam meliputi:

 Kawasan rawan banjir terletak di sepanjang sungai Lampe, Sungai Dodu, Sungai Kendo, Sungai Jatiwangi, Sungai Melayu, Sungai Padolo, Sungai Romo dan wilayah pesisir sepanjang pantai;

 Kawasan rawan tsunami dan gelombang pasang terletak di kawasan pantai bagian barat Kota;

 Kawasan gempa bumi meliputi seluruh wilayah Kota; dan  Kawasan rawan longsor terletak di jalan Lampe lokasi Oimbo,

Rontu, Rite, Penatoi, Wenggo, PenanaE, dan Nungga.  Kawasan cagar budaya

Kawasan cagar budaya adalah seluas 25,35 Ha meliputi:

 Kawasan cagar budaya Istana Kesultanan Bima (Museum Asi Mbojo) di Kelurahan Paruga

 Kawasan cagar budaya Makam Datuk Dibanta Tolobali Kelurahan Sarae

 Kawasan cagar budaya Kompleks Danataraha Kelurahan Dara Rencana pengelolaan kawasan cagar budaya dilakukan melalui:

 mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan cagar budaya melalui kegiatan konservasi bangunan dan lingkungan; dan

(42)

 pembangunan infrastruktur pendukung di sekitar kawasan cagar budaya.

 RTH.

Pengembangan kawasan RTH di Kota Bima direncanakan kurang lebih 3.859,26 hektar mencakup :

 RTH taman Kelurahan : 18,59 hektar  RTH taman Kecamatan : 19,36 hektar  RTH taman kota : 187, 2 hektar  RTH sempadan sungai : 584,53 hektar  RTH sempadan/median jalan : 127,13 hektar  RTH sempadan pantai : 250 hektar  Hutan kota : 1250 hektar  RTH lapangan : 31, 4 hektar

 TPU : 42,18 hektar

 Jalur Hijau : 58,73 hektar  RTH lahan pertanian berkelanjutan : 2.253 hektar  RTH perbukitan/areal perkebunan : 3.632 hektar

b. Rencana pengembangan kawasan budidaya.

Pengembangan kawasan budidaya di Kota Bima meliputi Kawasan peruntukan hutan produksi, Kawasan peruntukan permukiman, Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa, Kawasan peruntukan perkantoran, Kawasan peruntukan industri, Kawasan peruntukan pariwisata, Kawasan peruntukan sektor informal, Kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau, Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana, Kawasan peruntukan pendidikan, Kawasan peruntukan kesehatan, Kawasan peruntukan peribadatan, Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan, Kawasan peruntukan pertanian, Kawasan peruntukan perikanan, Kawasan peruntukan pertambangan.

Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan pariwisata baik nasional, regional, dan local. Kawasan peruntukan pariwisata mencakup

Kawasan peruntukan pariwisata pantai dilakukan di pesisir pantai

(43)

Kelurahan Jatiwangi dan Pantai Bonto – Kolo – So Ati Kelurahan Kolo dengan luas kawasan kurang lebih 72 Ha

Kawasan peruntukan pariwisata belanja khususnya produk

kerajinan, dilakukan di Kelurahan Ntobo, Kelurahan Rabadompu Timur dan Kelurahan Nitu

Kawasan peruntukan pariwisata budaya dilakukan di Kelurahan

Paruga, Kelurahan Sarae, Kelurahan Nitu, Kelurahan Ntobo dan Kelurahan Melayu

Kawasan peruntukan pariwisata religi dilakukan di Kelurahan

Paruga dan Kelurahan Pane

Kawasan peruntukan pariwisata kuliner, dilakukan di Kelurahan

Dara, Kelurahan Paruga, Kelurahan Sadia, dan Kelurahan Manggemaci

Pengembangan kawasan pariwisata dilakukan melalui:  Penataan kawasan pariwisata di Kota

 Reklamasi terbatas pantai Ni’u-Amahami untuk pengembangan kawasan pariwisata

 Mempertahankan budaya lokal dan bangunan bersejarah yang ada  Mengembangkan kampung wisata di Kelurahan Ntobo dan Kelurahan

Nitu

 Pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata di Kota melalui pengadaan sarana promosi dan sistem informasi pariwisata, pameran, pentas seni, festival budaya, serta acara kepariwisataan lainnya  Pengembangan program paket-paket pariwisata yang sudah ada dan

yang akan dikembangkan di kota

 Membangkitkan industri pariwisata di Kota dalam upaya menarik investor

 Pembangunan infrastuktur pendukung untuk mempermudah jangkauan terhadap destinasi pariwisata

 Penyusunan Rencana Induk Pariwisata dan DED (Detail Engineering Design) untuk kawasan pariwisata

(44)

Rencana Pola Ruang Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut ini

Gambar 2. 9 Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Bima c. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Kota.

Pengembangan Kawasan Strategis di wilayah Kota Bima meliputi:

Kawasan strategis nasional; Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu (KAPET) Bima

Kawasan strategis provinsi; Kawasan Teluk Bima dan sekitarnya  Kawasan strategis kota meliputi :

 Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek ekonomi

1) Kawasan Pantai Teluk Bima yang meliputi Pantai Amahami – Ni’u di Kelurahan Dara, Pantai Ule – Songgela

Kelurahan Jatiwangi dan Pantai Bonto – So Ati Kelurahan Kolo dengan sektor unggulan pariwisata

2) Kawasan Pasar Raya yang meliputi di Kelurahan Sarae, Kelurahan Tanjung, Kelurahan Dara, dan Kelurahan Paruga dengan sektor unggulan perdagangan dan jasa; dan

(45)

3) Kawasan Oi Fo’o yang meliputi Kelurahan Oi Fo’o, Kelurahan Nitu, dan Kelurahan Rontu dengan sektor unggulan industri dan pertambangan.

 Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek sosial budaya Kawasan Asi Mbojo dan sekitarnya meliputi Kelurahan Paruga, Kelurahan Sarae, Kelurahan Melayu, dan Kelurahan Dara  Kawasan strategis kota dari sudut kepentingan lingkungan

Kawasan Hutan Maria di Kelurahan Lampe dan Kawasan Nanga Nae Kapenta di Kelurahan Jatibaru dan Kelurahan Kolo yang berfungsi konservasi.

Rencana pengembangan kawasan strategis kota bima secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.10

Gambar 2. 10 Rencana Kawasan Strategis Kota Bima 2.1.4 RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan

rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana

(46)

umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.

Kegiatan penyusunan RTBL Kawasan Istana Kesultanan Bima yang di fasilitasi oleh kementerian PU, ditetapkan visi pengembangan sebagai berikut

“Mewujudkan Kawasan Istana Kesultanan Bima sebagai kawasan wisata budaya dan wisata pantai yang produktif, aman, berkelanjutan dan berjati diri Kota Bimaguna menuju masyarakat maju dan mandiri” “

Dari visi tersebut diatas, ditetapkan beberapa scenario pengembangan antara lain sebagai berikut:

 Membentuk koridor perdagangan dan jasa sepanjang ruas jalan kolektor sekunder dan arteri sekunder dengan membagi blok blok yang dapat dikembangkan secara intensif menuju kawasan istana.

 Mengembangkan ruas jalan arteri Primer (Soekarno – Hatta dan Jl. Sultan Salahudin) dengan lebar 20 m dan mempertahankan kolektor sekunder seperti saat ini . Kondisi ini merupakan penyesuaian dari RTRW Kota Bima dimana pada kolektor sekunder kondisi di lapangan tidak memungkinkan untuk dilakukan pelebaran karena tidak adanya lahan.

 Mengembangkan jalan lingkungan minimal 3 (tiga) meter) atau paling tidak dapat di lalui oleh kendaraan pemadam kebakaran.

Mengembangkan komponen lansekap / taman yang terpadu pada

setiap pembangunan fisik, sebagai bentuk nyata pembangunan kota yang bernuasa pedesaan yang alami.

Menciptakan kawasan Amahami sebagai urban amenity baru di

kawasan perencanaan melalui disain figure ground, urban struktur, rencana landuse (tata guna lahan makro) dan space use (tata guna lahan mikro), mengembangkan citra kawasan dengan mengembangkan distrik dan memperkuat landmark, memperkuat simpul dan edge, disain ruang terbuka, street furniture.

 Menciptakan kawasan sekitar istana Bima sebagai etalse kota Bima berlanggam adat istana Bima

Gambar

Gambar 2. 1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa Tenggara  Barat
Gambar 2. 2 Penetapan Sistem Jaringan Jalan Nasional di Wilayah Provinsi Nusa  Tenggara Barat
Gambar 2. 3 Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa Tenggara  Barat
Gambar 2. 4 Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui penetapan rencana induk pembangunan kepariwisataan (RIPPARDA) diharapkan dapat menopang dan menunjang tujuan pembangunan di Kabupaten Badung yang

(3) Strategi untuk pengendalian implementasi rencana Pembangunan Destinasi Pariwisata Daerah, KSPD, dan KPPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c dilakukan

Implementasi kebijakan rencana tata ruang wilayah dalam pengadaan ruang terbuka hijau merupakan suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah kota Bima dalam menindak

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara

Yang dimaksud dengan “Pembangunan Destinasi Pariwisata” adalah upaya terpadu dan sistematik seluruh komponen Destinasi Pariwisata dalam rangka menciptakan, meningkatkan

18 LAMPIRAN 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH KABUPATEN BANTUL..

Penyusunan Rencana kerja merupakan salah satu upaya sistematis Dinas Pariwisata Kota Bima dalam melakukan penyusunan rencana program dan kegiatan tahunan untuk mewujudkan

Penyusunan RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2021-2026 memperhatikan dan berpedoman pada kebijakan nasional yang termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN Tahun