• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN

3. Makna Belajar dan Hasil Belajar

Proses belajar mengajar adalah suatu proses berlangsungnya kegiatan belajar yang dilakukan oleh pelajar atau peserta didik dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau pembimbing. Proses ini juga dapat dikatakan

sebagai proses “menerima – memberi” dalam arti peserta didik menerima

pelajaran dan pendidik memberi pelajaran.

Melalui proses belajar, seorang pelajar atau peserta didik yang tadinya tidak tahu suatu hal menjadi tahu. Proses belajar ini sebenarnya merupakan

20

masalah yang kompleks karena proses belajar terjadi dalam arti seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar tanpa dapat terlihat secara lahiriah (terjadi dalam pikiran orang) yang disebut proses intern.16 Sedangkan proses ekstern merupakan pencerminan terjadinya proses intern peserta didik yang merupakan indikator yang menunjukkan apakah dalam diri seseorang telah terjadi proses belajar atau tidak. Oleh karena itu, hal yang perlu dilakukan pendidik adalah mengarahkan proses ekstern itu agar dapat mempengaruhi proses intern.

Proses belajar dikatakan tidak lepas dari pengajaran yang disesuaikan dengan perkembangan dan situasi yang dialami oleh setiap individu. Bruner mengatakan dalam Wasty bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengodean (coding). Berbagai kategori saling berkaitan sedemikian rupa, hingga setiap individu mempunyai model yang unik tentang alam. Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.17 Selain itu, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melaluilatihan atau pengalaman (learning is defined as the process by which behavior originates or is altered throught training or experiencing).18

Dalam Oemar Hamalik, William Burton memandang bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.19 Sebagaimana dikemukakannya bahwa : A good leraning situation consist of a rich and varied series of learning experiences inufied around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich, varied and propocative environment. Hintzman dalam bukunya “The Psyhology of Learning and Memory”, seperti yang dikutip Muhibin Syah berpendapat bahwa “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s

16

Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa (Jakarta: Bumi Aksara:2009), h. 40

17

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Edisi Baru (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 134 - 135

18

Ibid, hal. 103

19

21

behavior”.20

Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Berbeda dengan pengertian belajar, pembelajaran memiliki arti yang lebih luas. Pembelajaran dikatakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru dan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.

Berdasarkan pengertian dari belajar dan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa proses belajar dan pembelajaran sangat mempengaruhi perkembangan setiap individu dalam membangun aspek kognitif yang dimilikinya. Aspek kognitif yang dimiliki setiap individu akan berbeda. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya faktor lingkungan sehingga mendorong individu mempelajari proses perkembangan yang tengah dihadapi.

Didalam kelas perlu adanya aktivitas karena pada prinsipnya belajar adalah berbuta untuk mengubha tingkah lakunya. Dengan kata lain, aktivitas belajar adalah melakukan kegiatan belajar, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar.

Dalam mempelajarai fisika, kemampuan berpikir yang runut selalu memberikan gambaran bahwa keterampilan berpikir seseorang dapat dilatih dan ditingkatkan. Ini berarti aktivitas belaar dapat menumbuhkan kemampuan berpikir yang sistematis dan logis.

Dalam pembelajaran sains, diperlukan pemahaman yang lebih hakiki dari pengertian sans dan makna pembelajaran sains. Sains yang semula diartikan sebagai tubuh pengetahuan yang mendeskripsikan pengetahuan orang tentang benda dan gejala alam, diartikan lebih jauh bahwa sains adalah proses sains (science process), yaitu proses yang biasa dihunakan oleh pakar sains untuk

20

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h.90

22

menjalankan studinya di bidang ilmu pengetahuan alam. Belajar sains diartikan sebagai belajar bagaimana orang mempelajari bend adan gejala alam, melakukan proses ilmiah untuk menemukan fakta dan membangun konsep dan prinsip di bidang sains.

Para penganut teorikonstruktivisme mempunyai pemahaman bahwa sains adalah proses. Pembelajaran berbasis konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar untuk menemukan sendiri konsep sains melalui akomodasi konsep lama dengan fenomena-fenomena baru yang ditemukan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran ini ditekankan bahwa siswa belajar sains melalui keaktifan untuk membangun pengetahuannya sendiri, membandingkan informasi baru dengan pemahaman yang telah dimiliki, dan menggunakan semua pengetahuan atau pengalaman itu untuk bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada pada pengetahuan baru dan lama untuk mencapai pemahaman baru.

Belajar dan berpikir merupakan dua proses yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun demikian, keduanya merupakan proses-proses yang berbeda. Belajar pada hakikatnya merupakan proses mental yang tidak dapat dilihat. Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan perilaku.21

Keberhasilan proses pembelajaran dan keefektivan model yang diterapkan guru dapat diukur melalui hasil belajar siswa. Diah Mulhayatiah menyatakan bahwa hasil belajar merupakan semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari pengggunaan metode di bawah kondisi yang berbeda.22

Belajar melibatkan tahap masukan, proses, dan keluaran. Belajar juga merupakan proses yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak mampu menjadi mampu, dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan hasil belajar, yaitu perubahan perilaku yang menyatakan perbedaan dari masukan dan keluaran.

21

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 82 - 83

22

Diah Mulhayatiah., Hubungan Peningkatan hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif dengan Ranah Psikomotorik Melalui Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium (Jakarta: Jurnal Edu Sains Center for Science Education Jurusan Pendidikan IPA, Vol. 3 No. 1 Juni 2010), h. 35

23

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap, bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali, akan tetapi perubahan yang terjadi relatif permanen, yaitu berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan, dan keterampilan setelah melakukan proses belajar.

Merrill, seperti yang dikutip Wasis D Dwiyogo mengemukakan teori yang dinamakan Component Display Theory untuk memberi penjelasan tentang hasil belajar. Menurut Merrill, hasil belajar pada dasarnya terdiri atas dua diemnsi, yaitu dimensi isi dan dimensi unjuk kerja.23 Dimensi isi terdiri atas empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Fakta adalah suatu informasi yang masing-masing berdiri sendiri seperti halnya nama, tanggal atau peristiwa. Nama adalah simbol yang digunakan untuk menjelaskan suatu objek. Konsep adalah suatu kelompok objek, peristiwa atau symbol yang semuanya mempunyai karak-teristik dan dapat diidentifikasi dengan nama yang sama. Prosedur adalah urutan tindakan langkah demi langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam usaha memecahkan masalah atau menghasilkan suatu produk tindakan itu berurutan, misalnya langkah 1, 2, 3 dan seterusnya. Prinsip adalah suatu hubungan sebab akibat atau saling berhubungan antar konsep yang digunakan untuk menginterpretasikan keadaan.

Sementara itu, Horward Kingsley seperti yang dikutip Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) sikap dan cita-cita.24 Masing-masing hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.25

23

Wasis D Dwiyogo, Pembelajaran Visioner, h.25-26, diakses dari

http://ajte.education.ecu.edu.au/ISSUES/PDF/211/Westwood.pdf pada tanggal 10 November 2010.

24

Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet.ke-14, hal.22.

25 Ibid.

24

Dimensi unjuk kerja terdiri atas tiga jenis, yaitu: mengingat, meng-gunakan, dan menemukan. Mengingat adalah unjuk kerja untuk meng-ingat informasi-informasi yang telah diperolehnya dalam memori jangka panjang. Menggunakan adalah untuk kerja yang mempersyaratkan maha-siswa untuk mengaplikasikan berbagai abstraksi dalam berbagai masalah. Menemukan adalah unjuk kerja yang mempersyaratkan mahasiswa menemukan hal baru melalui kegiatan analisis dan sintesis.26

Benyamin Bloom mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga tingkatan itu dikenal dengan istilah Bloom’s Taxonomy (Taksonomi Bloom). Pada penelitian ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar pada ranah kognitif saja dalam penerapan metode pembelajaran inkuiri (guided inquiry).

Ranah kognitif berikut ini merupakan ranah kognitif pada Taksonomi Bloom yang sudah direvisi, yaitu meliputi kemampuan pengembangan keterampilan intelektual (knowledge) dengan tingkatan-tingkatan sebagai berikut:27

1. Menghafal/mengingat (Remember): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang

paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa

menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).

1.1 Mengenali (Recognizing): mencakup proses kognitif untuk menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang agar dapat membandingkan dengan informasi yang baru.

1.2 Mengingat (Recalling): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dengan menggunakan petunjuk yang ada.

26

Wasis D Dwiyogo., Loc. Cit. 27

25

2. Memahami (Understand): mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

2.1 Menafsirkan (interpreting): mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk informasi yang lainnya, misalnya dari dari kata-kata ke grafik atau gambar, atau sebaliknya, dari kata-kata ke angka, atau sebaliknya, maupun dari kata-kata ke kata-kata, misalnya meringkas atau membuat parafrase. 2.2 Memberikan contoh (exemplifying): memberikan contoh dari suatu konsep

atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh menuntuk kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh.

2.3 Mengklasifikasikan (classifying): Mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam kemampuan mengkelasifikasikan adalah mengenali ciri-ciri yang dimiliki suatu benda atau fenomena.

2.4 Meringkas (summarizing): membuat suatu pernyataan yang mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuat tulisan. Meringkas menuntut siswa untuk memilih inti dari suatu informasi dan meringkasnya.

2.5 Menarik inferensi (inferring): menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta. Contoh: memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data perkembangan populasi selama 10 tahun terakhir.

2.6 Membandingkan (comparing): mendeteksi persamaan dan perbedaan yang dimiliki dua obyek atau lebih.

2.7 Menjelaskan (explaining): mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu sistem.

26

3. Mengaplikasikan (Applying): mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

3.1 Menjalankan (executing): menjalankan suatu prosedur rutin yang telah dipelajari sebelumnya. Langkah-langkah yang diperlukan sudah tertentu dan juga dalam urutan tertentu.

3.2 Mengimplementasikan (implementing): memilih dan menggunakan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru.

4. Menganalisis (Analyzing): menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: menguraikan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting).

4.1 Menguraikan (differentiating): menguraikan suatu struktur dalam bagian-bagian berdasarkan relevansi, fungsi dan penting tidaknya.

4.2 Mengorganisir (organizing): mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk membentuk suatu struktur yang padu.

4.3Menemukan pesan tersirat (attributting): menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.

5. Mengevaluasi: membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan mengritik (critiquing).

5.1 Memeriksa (Checking): Menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria internal (kriteria yang melekat dengan sifat produk tersebut). Contoh: Memeriksa apakah kesimpulan yang ditarik telah sesuai dengan data yang ada.

27

5.2 Mengritik (Critiquing): menilai suatu karya baik kelebihan maupun kekurangannya, berdasarkan kriteria eksternal. Contoh: menilai apakah rumusan hipotesis sesuai atau tidak (sesuai atau tidaknya rumusan hipotesis dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang penilai).

6. Membuat/menghasilkan karya (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).

6.1 Membuat (generating): menguraikan suatu masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut. Contoh: merumuskan hipotesis untuk memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan pengamatan di lapangan.

6.2 Merencanakan (planning): merancang suatu metode atau strategi untuk memecahkan masalah. Contoh: merancang serangkaian percobaan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

6.3 Memproduksi (producing): membuat suatu rancangan atau menjalankan suatu rencana untuk memecahkan masalah. Contoh: mendesain (atau juga membuat) suatu alat yang akan digunakan untuk melakukan percobaan. Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi (kognitif) bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objective) berupa meteri-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama.28 Dalam hal ini, peneliti membatasi ranah kognitif tersebut hanya sampai kepada tingkat C4.

Dokumen terkait